• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2012 di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Darmaga Bogor dengan ketinggian 250 m dpl. Curah hujan rata-rata di wilayah Darmaga yaitu 241.74 mm dengan rata-rata hari hujan 23 hari (Lampiran 3). Sebelum dilakukan penelitian, kondisi lahan dipenuhi dengan gulma. Tanah penelitian termasuk jenis tanah Latosol (Inceptisol) dengan tekstur tanah liat. Menurut Hakim et al. (1968) tanah liat merupakan tanah dengan permeabilitas yang lambat sehingga harus diperhatikan dalam pemberian air agar tidak terjadi penggenangan yang dapat mengganggu aerasi tanah.

Hasil analisis tanah awal (Lampiran 4) menunjukkan pH tanah 5.00 sehingga dikategorikan sebagai tanah masam. Setelah dilakukannya penelitian tidak terlihat perubahan pada sifat tanah. Sifat tanah masih tergolong masam dengan kisaran nilai pH 5.00 - 5.40 (Lampiran 5). Penelitian Maryani (2005) menunjukkan penanaman tanaman legum pada budidaya lada tidak merubah sifat tanah yang bersifat masam.

Hasil analisis tanah pada awal penelitian menunjukkan kandungan C organik, N total, nisbah C/N, dan K tanah tergolong rendah sementara kandungan P sangat rendah. Tanah dengan kandungan P rendah tidak menjadi kendala bagi

Arachis pintoi karena Arachis pintoi mampu tumbuh dengan baik pada tanah kahat P (Mannetje, 2007). Hasil analisis tanah pada akhir penelitian menunjukkan kandungan nisbah C/N dan P yang tidak berubah. Kandungan nisbah C/N masih tergolong rendah dan kandungan P masih tergolong sangat rendah. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm dan konsentrasi Rootone - F 200 ppm mampu meningkatkan nilai kandungan C organik, N total, nisbah C/N, dan P lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Lampiran 4). Penelitian Raihana dan William (2006) menunjukkan mulsa mampu membantu meningkatkan kandungan N total dan P dibandingkan dengan yang tidak diberi pemulsaan. Total N yang terakumulasi dari Arachis pintoi menurut Ngome dan Mtei (2010) dapat sangat berguna bagi sistem pertanian kecil dengan tetap

mempertimbangkan proporsi hasil fiksasi nitrogen, teknik budidaya, dan invasi gulma yang mungkin juga berpengaruh pada penelitian ini.

Peningkatan nilai nisbah C/N sebenarnya bukan merupakan hal yang diharapkan karena semakin kecil nisbah C/N menandakan nitrifikasi berjalan dengan baik yang artinya bahan organik semakin tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Menurut Sullivan (2012) jika nisbah C/N kurang dari 20% maka zat hara akan terurai dengan cepat sementara jika lebih dari 25% akan terurai lebih lambat. Hal ini membuktikan tanah penelitian yang memiliki nisbah C/N 9.52 - 10.86 akan mudah terurai dan akan diserap dengan cepat oleh tanaman. Meningkatnya nilai kandungan C organik, N total, dan P pada penelitian ini dapat diakibatkan oleh dekomposisi bahan organik. Menurut Sainju et al. (1988) tanaman legum yang ditanam diantara tanaman budidaya akan memberi sumbangan hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg melalui serasah tanaman. Akar serabut legum dapat menyerap sisa N dan nitrat tercuci yang tidak terambil oleh tanaman budidaya. Hal ini didukung oleh pernyataan Odhiambo et al. (2001) LCC merupakan tanaman yang mampu tumbuh dan memproduksi bahan organik bahkan dalam jumlah yang besar.

Kendala yang dialami pada awal penanaman biomulsa yaitu kematian stek. Stek Arachis pintoi mengalami kematian akibat cuaca yang panas di siang hari. Hama yang ditemui di lapang adalah rayap (Macrotermes gilvus Hagen) yang menyerang batang Arachis pintoi yang telah mati. Menurut Yunilasari (2008)

Macrotermes gilvus termasuk ke dalam famili Termitidae yang umumnya menyerang tanaman spesies legum. Hama lain yang menyerang adalah siput.

Bibit cabai dipindahtanam ke lapang saat Arachis pintoi berumur 8 minggu. Tanaman cabai berbunga pada umur 42 - 49 HST. Hama Thrips tabaci

(Lind.) dan kutu daun (Myzus persicae Sulz.) ditemukan menyerang bagian daun pada tanaman cabai yang menimbulkan luka kecoklatan hingga hitam. Ulat buah (Helicoverpa armigera Hubner.) menyerang buah pada tanaman cabai hingga membusuk.

Penyakit rebah kecambah menyerang pada 1 - 3 MST. Penyakit ini diakibatkan oleh cendawan pada batang tanaman cabai. Penyakit lain yang menyerang adalah hawar daun (Phytoptora capsici Leoman.) dan busuk lunak

bakteri (Erwinia carotovora Jones Bergey et carotovora). Gejala yang ditimbulkan penyakit hawar adalah bagian daun seperti terkena air panas. Penyakit busuk lunak bakteri dipicu oleh gigitan ulat buah.

Pengelompokkan berpengaruh terhadap percobaan ini. Bedengan pada ulangan 3 memiliki persen penutupan terendah dibandingkan dengan ulangan 1 dan 2. Pada ulangan 3, pertumbuhan tinggi tanaman cabai tergolong lambat dibandingkan ulangan 1 dan 2. Gulma golongan rumput Imperata cylindrica

terdapat di bedengan pada ulangan 3. Letak bedengan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Syukur et al. (2012) menyatakan Arachis pintoi tidak cocok ditanam pada budidaya cabai karena berpotensi menjadi inang penyakit dan virus (begomovirus atau daun keriting kuning) yang ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci

(Genn.) sehingga harus dikendalikan. Organisme lain yang ditemukan pada biomulsa Arachis pintoi yaitu berupa laba - laba (Arachnida), siput (Gastropoda), jangkrik (Gryllidae), dan semut (Formicidae). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Salanti (2008) yang menunjukkan pemanfaatan biomulsa Arachis pintoi

pada budidaya kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth.) meningkatkan populasi kelompok Artropoda yaitu Formicidae (siput), Arachnida (laba - laba), dan Gryllidae (jangkrik). Laba - laba dan semut dapat menjadi musuh alami bagi hama yang menyerang tanaman cabai.

Pertumbuhan dan Persentase Penutupan Arachis pintoi

Penanaman biomulsa Arachis pintoi menggunakan stek batang sebagai bahan tanam. Tanaman hasil perbanyakan stek tidak memiliki akar tunggang sehingga perakarannya kurang kuat. Agar akar cepat tumbuh maka diperlukan perlakuan khusus. Salah satu usaha pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan auksin, karbohidrat, dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) yang mengumpul di dasar stek dan akan menstimulisasi pertumbuhan akar. Auksin akan merangsang deformasi rambut akar dan pembelokan rambut akar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi oleh rhizobium (Abidin dan Lontoh, 1984).

Stek Arachis pintoi pada 1 - 2 MST banyak mengalami kematian sehingga harus dilakukan penyulaman. Kematian Arachis pintoi disebabkan oleh cuaca yang panas pada siang hari sehingga menjadikan stek Arachis pintoi layu dan mati. Meskipun pada umur 1 - 2 MST Arachis pintoi mendapatkan beberapa hari hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi namun menurut Sutarno et al. (1993) curah hujan yang tinggi pada tanah liat dan dangkal tidak menjamin ketersediaan air untuk tanaman. Air hujan tidak banyak tersimpan di dalam tanah dan sifat tanah liat pada musim kemarau ialah menahan air pada partikel tanah liat sehingga sulit diserap akar. Sebaliknya pada musim hujan sebagian besar air mengalir sebagai air permukaan yang dapat menimbulkan erosi tanah. Biomulsa Arachis pintoi diharapkan dapat mengurangi penahanan air dan erosi tanah yang merupakan kelemahan dari tanah liat.

Pengamatan pada 2 MST menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi (Tabel 1). Jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm menunjukkan rata - rata persentase tumbuh stek yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.

Tabel 1. Rata - rata persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Persentase tumbuh (%) 1 MST 2 MST 3 MST Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 28.26 37.88b 77.43 15 x 15 34.10 54.68a 77.71 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 30.71 46.57 76.56 200 27.29 42.91 80.21 400 30.88 39.97 76.00 600 33.49 54.50 79.22 800 33.53 47.44 75.85

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada umur 2 MST jarak tanam Arachis pintoi pada 15 cm x 15 cm memiliki persentase tumbuh stek lebih dari 50% sementara pada jarak 10 cm x 10 cm tidak mencapai 40%. Hal ini diduga pada umur 2 MST dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm terjadi persaingan antar stek Arachis pintoi yang sedang aktif tumbuh atau menurut Moenandir (1988) disebut sebagai intraspesific competition.

Kompetisi antar stek Arachis pintoi pada jarak 10 cm x 10 cm tersebut diduga akibat jarak tanam yang terlalu rapat sehingga saling menekan pertumbuhan satu sama lain.

Pada 3 MST, perlakuan jarak tanam stek Arachis pintoi 10 cm x 10 cm memiliki nilai persentase tumbuh stek yang sama dengan perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi 15 cm x 15 cm, yaitu sebesar 77%. Berbeda dengan perlakuan jarak tanam, perlakuan perendaman stek Arachis pintoi dengan zat pengatur tumbuh Rootone - F tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 1 sampai dengan 3 MST. Pada 3 MST terlihat pertumbuhan stek Arachis pintoi pada perlakuan Rootone - F hampir seragam. Pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F, persentase tumbuh stek Arachis pintoi hampir seragam pada umur 3 MST. Tidak terdapat interaksi jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap persentase tumbuh Arachis pintoi (Lampiran 6).

Semakin rapat jarak tanam Arachis pintoi diduga semakin cepat penutupannya. Tabel 2 menunjukkan pada jarak tanam 10 cm x 10 cm Arachis pintoi mampu menutup permukaan tanah lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

Tabel 2. Rata - rata persentase penutupan biomulsa Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Persentase penutupan (%) 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST 75 HST 90 HST Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 4.57 23.00a 34.53a 45.90 71.73 88.00 15 x 15 4.83 18.37b 25.50b 44.77 68.90 85.73 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 4.08c 12.08d 17.17c 43.75 68.83 85.42 200 5.17ab 19.08c 25.75b 45.33 70.75 88.75 400 5.50a 19.58bc 27.25b 47.08 74.00 87.75 600 4.33bc 25.42ab 39.33a 45.83 69.50 86.58 800 4.41bc 27.25a 40.58a 44.67 68.50 85.83 Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada taraf 5% berdasarkan hasil uji DMRT.

Pada umur 30 dan 45 HST, jarak tanam berpengaruh nyata terhadap persentase penutupan Arachis pintoi. Jarak tanam 10 cm x 10 cm lebih tinggi persen penutupannya dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm. Meskipun pada umur 60 - 90 HST perlakuan jarak tanam Arachis pintoi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persen penutupan tetapi perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10

cm x 10 cm lebih cepat menutup dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Penutupan Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam setelah 45 HST hampir seragam dan mencapai diatas 85% pada 90 HST. Konsentrasi Rootone - F berpengaruh terhadap persen penutupan Arachis pintoi pada 15, 30, dan 45 HST. Konsentrasi 600 dan 800 ppm memiliki rata - rata persen penutupan tertinggi dibandingkan konsentrasi lainnya pada 30 dan 45 HST. Carvalho dan Quesenberry (2012) menyatakan kelemahan Arachis pintoi yaitu Arachis pintoi

membutuhkan periode yang panjang untuk tumbuh optimal dan menutupi area lahan.

Gambar 2 menunjukkan terjadi peningkatan persentase penutupan Arachis pintoi pada umur 30 dan 45 HST. Pada umur tersebut Arachis pintoi semakin cepat menutup dan perlakuan konsentrasi Rootone - F berpengaruh nyata terhadap persentase penutupan Arachis pintoi (Lampiran 6).

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi Rootone - F dengan penutupan

Arachis pintoi pada 30 dan 45 HST

Pengaruh berbagai konsentrasi Rootone - F terhadap penutupan Arachis pintoi nyata pada 15, 30, dan 45 HST dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada 30 dan 45 HST terlihat semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin cepat penutupannya. Hal tersebut tidak terlihat pada 15 HST diduga karena dilakukannya penyulaman pada stek Arachis pintoi pada 1 - 2 MST. Setelah 45 HST penutupan Arachis pintoi hampir seragam baik pada perlakuan jarak tanam maupun konsentrasi Rootone - F. Perlakuan konsentrasi Rootone - F berpengaruh

y = 0,0183x + 13,346 R² = 0,9385 y = 0,0302x + 17,936 R² = 0,9373 0 10 20 30 40 50 0 200 400 600 800 1000 P enut upa n A . pi nt oi (%) Konsentrasi Rootone-F (ppm) 30 HST 45 HST

nyata terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi pada 15 - 45 HST. Setelah itu kemampuan Arachis pintoi dalam menutup permukaan lahan hampir seragam.

Pemberian Rootone - F dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda terhadap stek Arachis pintoi. Pada 15 HST, pemberian konsentrasi Rootone - F 200 dan 400 ppm memberikan tingkat penutupan Arachis pintoi lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Pada 30 dan 45 HST semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin cepat Arachis pintoi menutup.

Dalam penelitian ini Arachis pintoi menunjukkan persentase tumbuh dan kecepatan penutupan yang relatif lambat. Penutupan Arachis pintoi tidak optimal diduga karena Arachis pintoi terkena cahaya matahari secara langsung. Arachis pintoi tumbuh lebih baik dibawah naungan dibandingkan dengan terkena cahaya matahari langsung.

Hasil uji ragam menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan berbagai konsentrasi Rootone - F terhadap penutupan Arachis pintoi (Lampiran 6). Perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm memiliki rata - rata persen penutupan yang lebih tinggi sehingga efisien dalam hal waktu penutupan. Pada perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm waktu penutupan biomulsa terhadap permukaan tanah lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

Pertumbuhan Gulma

Gulma dapat bersaing dalam memperoleh air, cahaya, unsur hara, dan media tumbuh dengan tanaman budidaya bahkan dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Arachis pintoi secara khusus ditanam sebagai biomulsa dengan tujuan utama menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat meminimalkan persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma. Kecepatan tumbuh gulma menjadi masalah dalam kegiatan budidaya tanaman.

Gulma yang mendominasi lahan penelitian sebelum dilakukan pengolahan tanah adalah Mimosa invisa C. Mart. dari gulma golongan daun lebar, Imperata cylindrica (L.) Raeusch. dari gulma golongan rumput, dan Cyperus rotundus (L.) dari gulma golongan teki. Menurut Yakup (2002), gulma Imperata cylindrica dan

Gulma yang mendominasi tiap bedengan pada umur 30, 60, dan 90 HST dapat dilihat pada Lampiran 7.

Arachis pintoi pada jarak tanam 10 cm x 10 cm mampu menutup lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Dengan penutupan yang lebih cepat, perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm pada 30 dan 90 HST mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 15 cm x 15 cm (Gambar 3). Hal ini disebabkan Arachis pintoi yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat mampu menekan pertumbuhan gulma lebih baik dibandingkan yang kurang rapat. Arachis pintoi menghalangi gulma dalam penerimaan sinar matahari.

Gambar 3. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi pada 30, 60, dan 90 HST

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada umur 60 HST (Gambar 3), jarak tanam Arachis pintoi yang lebih rapat yaitu 10 cm x 10 cm ternyata tidak mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm seperti pada 30 dan 90 HST. Hal ini disebabkan pada umur 60 HST gulma yang mendominasi berupa gulma golongan rumput dan teki dengan bobot kering gulma masing-masing lebih besar dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar. Meningkatnya BKG merupakan bukti gulma telah memanfaatkan sumber daya yang tersedia terutama unsur hara sehingga kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman menjadi terbatas (Mahdfudz dan Isrun, 2006).

Pada umur 60 HST, BKG pada perlakuan konsentrasi Rootone - F meningkat pesat (Gambar 4). Pada 90 HST gulma dapat ditekan karena tingkat

14.67 16.18 193.60 117.31 8.19 8.73 0 50 100 150 200 250 10 x 10 15 x 15 B K G ( g ) Jarak tanam (cm x cm) 30 HST 60 HST 90 HST

kerapatan biomulsa Arachis pintoi mencapai diatas 85%. Pada umur 90 HST gulma dapat ditekan dan memiliki BKG yang lebih rendah dibandingkan dengan umur 30 HST kecuali pada konsentrasi Rootone - F 600 ppm. BKG meningkat pesat pada umur 60 HST akibat gulma golongan rumput dan teki yang mendominasi lahan.

Gambar 4. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan konsentrasi Rootone - F pada 30, 60, dan 90 HST

Tabel 3 menunjukkan perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm dengan penutupan sebesar 23.00% mampu menekan gulma lebih baik, terutama gulma golongan daun lebar dan rumput dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm. Gulma golongan teki terlihat memiliki BKG paling tinggi dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar dan rumput.

Semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin tinggi persen penutupannya. Penutupan terbaik yaitu pada konsentrasi 600 dan 800 ppm yang mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lain. Hal ini dapat dilihat pada konsentrasi Rootone - F 600 dan 800 ppm memiliki BKG yang lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi lain. Gulma golongan teki pada perlakuan konsentrasi Rootone - F memiliki BKG paling tinggi dibandingkan gulma golongan lain, kecuali pada 600 ppm.

16,55 12,81 15,57 10,05 11,96 140,13 100,66 102,93 168,02 265,55 6,45 7,29 9,49 14,27 4,83 0 50 100 150 200 250 300 0 200 400 600 800 B K G ( g ) Konsentrasi Rootone-F (ppm) 30 HST 60 HST 90 HST

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 30 HST

Perlakuan Penutupan (%) Jumlah spesies gulma BKG (g) BKG total (g)

DL R T DL R T Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 23.00a 5 3 1 2.97 1.64 10.06 14.67 15 x 15 18.37b 5 1 1 3.06 1.35 11.77 16.18 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 12.08d 6 2 1 4.78 1.09 10.68 16.55 200 19.08c 4 2 1 1.84 0.44 10.53 12.81 400 19.58bc 5 3 1 1.62 1.80 12.16 15.57 600 25.42ab 5 3 1 5.08 2.15 2.82 10.05 800 27.25a 6 2 1 3.54 0.17 8.25 11.96 Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T). Nilai yang diikuti huruf yang

sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

BKG total pada umur 60 HST (Tabel 4) sangat meningkat pesat bila dibandingkan dengan BKG total pada 30 HST. Jika pada umur 30 HST gulma golongan teki menyumbang BKG terbesar terhadap BKG total, pada umur 60 HST tidak hanya gulma golongan teki tetapi golongan rumput juga memiliki nilai BKG yang besar. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm tidak mampu menekan pertumbuhan gulma secara lebih baik dibandingkan dengan jarak 15 cm x 15 cm. Nilai BKG tiap golongan gulma pada perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi 10 cm x 10 cm selalu lebih tinggi dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 60 HST

Perlakuan Penutupan (%) Jumlah spesies gulma BKG (g) BKG total (g) DL R T DL R T Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 45.90 4 3 1 30.34 123.70 39.54 193.60 15 x 15 44.77 5 1 1 27.51 52.12 37.68 117.30 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 43.75 5 4 1 28.05 91.26 20.83 140.13 200 45.33 5 3 1 26.35 27.36 46.95 100.66 400 47.08 5 2 1 35.35 12.29 55.29 102.93 600 45.83 6 4 1 37.78 6.55 33.69 168.02 800 44.67 4 4 1 17.10 212.20 36.30 265.55 Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T).

Pada perlakuan konsentrasi Rootone - F 60 HST (Tabel 4) Arachis pintoi

pada umur 60 HST kurang dapat menekan gulma. Gulma golongan rumput dan teki yang masih mendominasi dengan BKG yang tinggi. Menurut Sastroutomo (1990), gulma golongan rumput memiliki pengaruh kompetisi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan gulma daun lebar.

Tabel 5 menunjukkan pada umur 90 HST, penutupan Arachis pintoi sudah mencapai diatas 85%. Pada perlakuan jarak tanam, kemampuan biomulsa dalam menekan pertumbuhan gulma sudah seragam. Berbeda dengan umur 30 dan 60 HST, pada umur 90 HST gulma golongan teki memiliki BKG terendah. Biomulsa

Arachis pintoi mampu menekan pertumbuhan gulma secara drastis setelah melewati umur 60 HST.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 90 HST

Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T).

Gulma golongan teki dan rumput pada 30 dan 60 HST mampu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar. Hal ini dikarenakan teki dan rumput memiliki daun yang ramping yang mampu tumbuh lewat celah-celah biomulsa Arachis pintoi yang belum menutup secara sempurna. Cyperus rotundus merupakan gulma dari golongan teki yang mendominasi lahan penelitian (Lampiran 7). Nurfaidah (1999) menyatakan Cyperus rotundus diduga memiliki sifat alelopati sehingga dapat menekan gulma Borreria alata (Aubl.) DC. Syarifi (2010) menyatakan Cyperus rotundus juga memiliki pengaruh alelopati terhadap gulma rumput dan daun lebar. Silvano (2002) menyatakan golongan gulma teki tidak dapat ditekan pertumbuhannya karena diduga memiliki biji yang dorman yang dapat tumbuh kembali ketika lingkungan sekitar optimal.

Perlakuan Penutupan (%) Jumlah spesies gulma BKG (g) BKG total (g)

DL R T DL R T Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 88.00 2 3 1 2.36 4.47 1.36 8.19 15 x 15 85.73 2 2 1 4.43 3.36 0.95 8.73 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 85.42 3 2 1 2.02 3.62 0.82 6.45 200 88.75 2 3 1 2.32 3.15 1.83 7.29 400 87.75 3 4 1 2.66 6.27 0.57 9.49 600 86.58 1 3 1 8.19 4.90 1.18 14.27 800 85.83 2 2 1 1.78 1.65 1.40 4.83

Hasil penelitian Isaac et al. (2006) menunjukkan kemampuan biomulsa

Arachis pintoi dalam hal penutupan dan kompetisi terhadap gulma yang muncul masih kurang baik dibandingkan dengan biomulsa Desmodium heterocarpon (L.) DC, namun masih lebih baik bila dibandingkan dengan biomulsa Mucuna pruriens (L.) DC. Arachis pintoi hanya dapat menekan gulma sebesar 43% dengan BKG 83.8 g per m2. Pada lahan penelitian biomulsa Arachis pintoi

ditemukan Cyperus spp. dalam jumlah yang besar sehingga dapat dijelaskan bahwa Arachis pintoi kurang dapat menekan gulma golongan teki tersebut.

Cyperus rotundus merupakan gulma jenis rumput yang tumbuh baik hampir di semua jenis tanah, kisaran kelembaban tanah, pH, dan elevasi yang lebar serta dapat bertahan pada suhu tertinggi sekalipun. Produksi substansi aktifnya dapat menghambat pertumbuhan akar dan cabang tanaman budidaya seperti tomat dan mentimun (Hall et al., 2012).

Biomulsa Arachis pintoi dapat menekan jumlah spesies gulma golongan daun lebar dan rumput pada 90 HST melalui penutupannya terhadap permukaan tanah. Gulma tidak mampu bersaing dengan biomulsa Arachis pintoi yang menguasai sarana tumbuh dengan sifatnya yang merambat dan daunnya menutupi permukaan tanah. Jenis rumput yang sulit dikendalikan ialah Imperata cylindrica

dan teki Cyperus rotundus. Kedua gulma ini mampu tumbuh melalui celah-celah daun Arachis pintoi. Meskipun demikian pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa BKG golongan teki pada 90 HST lebih rendah dibandingkan 30 dan 60 HST. Hal ini diduga karena Cyperus rotundus juga termasuk tanaman yang kurang toleran terhadap naungan (Hall et al., 2012). Naungan dari Arachis pintoi dan tajuk cabai dapat menghalangi Cyperus rotundus dalam menerima cahaya sinar matahari.

Arachis pintoi tidak direkomendasikan dijadikan biomulsa pada tanaman siklus pendek. Di Kepulauan Hawai, Arachis pintoi ditanam sebagai biomulsa pada budidaya tanaman sayuran tropis Sauropus androgynus (L.) Merr. (katuk) dan pada praktik budidayanya membutuhkan pengendalian gulma yang ekstensif selama 6 bulan pertama (CTAHR, 2009).

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai

Air, cahaya, unsur hara, dan ruang tumbuh merupakan hal penting yang menunjang kelangsungan hidup tanaman. Gulma merupakan pesaing utama dalam mendapatkan hal-hal penting yang dibutuhkan oleh tanaman budidaya agar tetap hidup. Colquhoun (2006) menyatakan beberapa gulma memiliki kemampuan menjadi alelopati pada tumbuhan yang ada di dekatnya termasuk tanaman budidaya atau bahkan gulma dari spesies yang lain. Biomulsa Arachis pintoi

diharapkan mampu menekan pertumbuhan gulma dengan baik sehingga tanaman cabai yang ditanam pada penelitian ini dapat tumbuh dengan baik tanpa harus berkompetisi ketat dengan gulma. Arachis pintoi juga dapat menjadi tempat bagi kelangsungan hidup predator. Penelitian Cruz (1994) menunjukkan kemampuan

Arachis pintoi menekan nematoda dan gulma pada pertanian tomat dan kopi. Tabel 6 menunjukkan perlakuan baik jarak tanam Arachis pintoi dan maupun konsentrasi Rootone - F tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman cabai. Hasil uji ragam menunjukkan baik perlakuan jarak tanam Arachis pintoi

maupun konsentrasi Rootone - F tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman cabai (Lampiran 8).

Tabel 6. Rata - rata tinggi tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Jarak tanam (cm x cm) 10 x 10 13.20 17.34 23.61 28.51 31.36 36.26 37.85 15 x 15 12.92 17.90 24.77 30.06 32.48 37.37 38.93 Konsentrasi Rootone - F (ppm) 0 12.97 17.39 23.04 28.41 31.20 35.90 37.73 200 12.81 17.15 24.27 29.37 31.57 36.31 38.01 400 13.27 17.60 23.93 28.73 32.59 37.58 39.07 600 14.35 19.29 26.84 31.80 33.40 38.36 39.83 800 11.88 16.67 22.88 28.12 30.82 35.93 37.31

Meski hasil uji ragam menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman namun perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm dan konsentrasi Rootone - F 600 ppm menunjukkan rata - rata pertumbuhan yang selalu lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Tidak terdapat

interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.

Pada Tabel 7, perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi

Dokumen terkait