• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Rootone-F terhadap Kecepatan Penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Keriting Hibrida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Rootone-F terhadap Kecepatan Penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Keriting Hibrida"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JARAK TANAM DAN KONSENTRASI

ROOTONE - F TERHADAP KECEPATAN PENUTUPAN

BIOMULSA

Arachis pintoi

Krap. & Greg.

PADA PERTANAMAN

CABAI (

Capsicum annuum

L.) KERITING HIBRIDA

PITALOKA PURNAMASARI

A24080091

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Effect of Plant Spacing and Rootone - F Dosage to Coverage of Arachis pintoi Krapov. & W. C. Greg. as Biomulch on Hybrid Chili Cultivation.

Pitaloka Purnamasari1 dan M.A. Chozin2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Penulis untuk korespondensi: ribbonloka@gmail.com

Abstract

This research was conducted on January until Agustus 2012 at Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga Bogor. Aim of this research is study about plant spacing on A. pintoi, dosage of Rootone - F, and interaction between both treatment to coverage of A. pintoi . Design of this research is Randomized Completely Block Design with 2 factors, plant spacing of A. pintoi (A1: 10 cm x 10 cm dan A2: 15 cm x 15 cm) and dosage of Rootone - F (B1: 0 ppm, B2: 200 ppm, B3: 400 ppm, B4: 600 ppm, dan B5: 800 ppm). Plant spacing A. pintoi in 10 cm x 10 cm has faster coverage than 15 cm x 15 cm. Until 45 days after plant A. pintoi, treatment with higher dosage of Rootone - F has higher coverage percentage. At 600 and 800 ppm dosage of Rootone - F give the best coverage percentage. A. pintoi can compete with weeds effectively at 90 days after plant when percentage of A. pintoi’s coverage higher than 80%.

In this research, coverage of A. pintoi in 60 days after planting was critical periode when weeds compete with chilli in vegetative and generative phase. Plant spacing has influence to chili production. At

A. pintoi 60 days after planting, plant spacing treatment 15 cm x 15 cm was better in compete and has higher chili production than 10 cm x 10 cm. Dosage of Rootone - F not influencing chili production. Dosage of Rootone - F has not influence to chili production. A. pintoi with higher coverage can compete with weeds especially broad leaf weeds and Cyperus sp.

(3)

RINGKASAN

PITALOKA PURNAMASARI. A24080091. Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Rootone - F terhadap Kecepatan Penutupan Biomulsa Arachis pintoi Krap. & Greg. pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Keriting Hibrida. (Dibimbing oleh M. A. CHOZIN).

Teknik budidaya tanaman cabai yang intensif seringkali dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi cabai agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu persaingan dengan gulma merupakan faktor lain yang menjadi perhatian utama karena berpotensi menurunkan hasil. Fakta tersebut menunjukkan dibutuhkannya teknologi budidaya yang ramah lingkungan. Biomulsa Arachis pintoi diharapkan dapat membantu memperbaiki lingkungan mikro dan menekan pertumbuhan gulma. Jarak tanam yang sesuai diduga dapat memberikan penutupan yang baik sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai, dan mampu menekan gulma sehingga dapat meminimalkan biaya produksi yang dibutuhkan untuk penyiangan gulma. Faktor lain yang diduga mempengaruhi kecepatan penutupan Arachis pintoi adalah zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin. Rootone - F adalah zat pengatur tumbuh dengan kandungan auksin yang dapat merangsang perakaran stek batang Arachis pintoi.

(4)

Hasil percobaan menunjukkan bahwa stek Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Konsentrasi Rootone - F tidak berpengaruh terhadap persentase tumbuh stek Arachis pintoi. Pada umur 30 dan 45 hari setelah tanam (HST), semakin rapat jarak Arachispintoi, semakin tinggi persentase penutupannya. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm lebih cepat menutupi permukaan tanah dibandingkan jarak 15 cm x 15 cm. Konsentrasi Rootone - F berpengaruh terhadap penutupan Arachis pintoi pada 15 - 45 HST. Semakin tinggi konsentrasi Rootone - F yang diberikan maka semakin cepat pula penutupannya. Hal ini ditunjukkan dengan persamaan regresi sebesar y = 0.030x + 17.93 (R2 = 0.937). Tidak terdapat interaksi perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap penutupan Arachis pintoi. Setelah 45 HST, penutupan Arachis pintoi hampir seragam. Biomulsa Arachis pintoi dapat menutupi seluruh permukaan lahan setelah 90 HST.

Penanaman biomulsa Arachis pintoi dengan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman cabai yaitu pada jumlah daun serta terhadap produksi cabai yaitu bobot buah per tanaman, bobot buah per bedeng, jumlah buah per tanaman, dan jumlah buah per bedeng. Konsentrasi Rootone - F hanya berpengaruh terhadap produksi buah cabai yaitu bobot per buah dan jumlah buah per tanaman.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Hingga umur 45 HST, penutupan

Arachis pintoi dengan jarak tanam yang lebih rapat (10 cm x 10 cm) nyata lebih cepat daripada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm; (2) Hingga umur 45 HST, semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka penutupan Arachis pintoi semakin cepat dengan persamaan regresi sebesar y = 0.030x + 17.93 (R2 = 0.937); (3) Tidak ada interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap persentase penutupan Arachis pintoi; (4) Semakin tinggi penutupan

(5)

PENGARUH JARAK TANAM DAN KONSENTRASI

ROOTONE - F TERHADAP KECEPATAN PENUTUPAN

BIOMULSA

Arachis pintoi

Krap. & Greg.

PADA PERTANAMAN

CABAI (

Capsicum annuum

L.) KERITING HIBRIDA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PITALOKA PURNAMASARI

A24080091

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul

: Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Rootone-F

terhadap Kecepatan Penutupan Arachis pintoi Krap.

& Greg. pada Pertanaman Cabai (

Capsicum annuum

L.) Keriting Hibrida

Nama

: Pitaloka Purnamasari

NIM

: A24080091

Menyetujui Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, MAgr NIP : 19500303 197603 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP : 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis kelahiran Subang, 5 Oktober 1990 merupakan anak pertama Bapak Dayat Sariffin Satjadipoera, SE dan Ibu Herna Yuningsih, SE. Tahun 2008 penulis menyelesaikan studinya di SMAN 1 Sindang Indramayu. Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Rootone - F terhadap Kecepatan Penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Keriting Hibrida.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaiakan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah mendukung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Agr sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penelitian dan proses penulisan skripsi berlangsung.

2. Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 3. Dr. Ir Supijatno, MSi dan Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS sebagai dosen

penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi

4. Mama Herna Yuningsih, Papa Dayat Sariffin Satjadipoera, Rakeyan Riksanagara Sacadipura, dan keluarga yang telah banyak membantu baik secara moral maupun material serta doa, kasih sayang, dan kepercayannya. 5. Pak Milin, Pak Ali, Pak Gandhi dan seluruh karyawan UF KP Cikabayan

Bawah atas bantuan selama penelitian di lapangan.

6. Yudi, Roby, Julieta, Sindra, Fajar, Aris, Arman, Upi, Miftah, Muaz, Ardini, Rafika, Kak Asti, Kak Dhina, Sasti, dan seluruh keluarga besar Indigenous 45 serta semua pihak yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

Semoga skripsi ini dapat diaplikasikan dan berguna bagi perkembangan ilmu pertanian.

Bogor, Februari 2013

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai ... 4

Deskripsi Arachis pintoi... 4

Manfaat Mulsa ... 6

Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa ... 7

Jarak tanam dan Zat Pengatur Tumbuh Rootone - F ... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Kondisi Umum ... 16

Pertumbuhan dan Persentase Penutupan Arachis pintoi ... 18

Pertumbuhan Gulma ... 22

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai ... 28

Hubungan antara Penutupan Arachis pintoi, Berat Kering Gulma (BKG), dan Hasil Tanaman Cabai ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata - rata persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 19 2. Rata - rata persentase penutupan biomulsa Arachis pintoi pada

perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F…... 20 3. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies

gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 30 HST ... 25 4. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies

gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 60 HST ... 25 5. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies

gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 90 HST ... 26 6. Rata - rata tinggi tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada

perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 28 7. Rata - rata jumlah cabang tanaman cabai keriting hibrida varietas TM -

333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 29 8. Rata - rata jumlah daun tanaman cabai keriting hibrida varietas TM -

333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 30 9. Rata - rata diameter batang tanaman cabai keriting hibrida varietas TM

- 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 31 10. Rata - rata bobot buah cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada

perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 32 11. Rata - rata jumlah buah cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada

perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F ... 33 12. Hubungan antara perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi umur

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Arachis pintoi yang ditanam di lahan penelitian ... 5 2. Hubungan antara konsentrasi Rootone - F dengan penutupan Arachis

pintoi pada 30 dan 45 HST ... 21 3. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi pada 30, 60, dan 90 HST ... 23 4. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan konsentrasi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah bedeng penelitian ... 43

2. Deskripsi tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 ... 44

3. Data iklim wilayah Darmaga Bogor ... 44

4. Hasil analisis tanah pada awal dan akhir penelitian... 45

5. Kriteria penilaian sifat - sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) ... 45

6. Rekapitulasi hasil uji ragam pertumbuhan dan penutupan Arachis pintoi ... 46

7. Jenis gulma dengan nilai jumlah dominansi (NJD) terbesar ... 47

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) berasal dari Benua Amerika yang tergolong sebagai salah satu sayuran favorit masyarakat Indonesia. Keunggulan cabai terletak pada rasa pedasnya yang menggugah selera makan. Selain itu cabai digunakan sebagai obat yang berhubungan dengan penyakit pernafasan juga bahan industri. Selain berbagai manfaat tersebut, cabai juga memiliki banyak jenis atau varietas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tahun 2011 produktivitas cabai di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dari 5.60 ton per hektar menjadi 6.19 ton per hektar (BPS, 2013).

Teknik budidaya tanaman cabai yang intensif seringkali dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi cabai agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Budidaya tanaman cabai yang termasuk kedalam tanaman sayuran memerlukan pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah secara intensif akan mempengaruhi keberadaan unsur hara dalam tanah dan kecenderungan terhadap erosi lebih besar. Selain itu, persaingan dengan gulma merupakan faktor lain yang dapat menurunkan hasil. Fakta tersebut menunjukkan dibutuhkannya tanaman kacangan penutup tanah atau legume cover crop (LCC) sebagai biomulsa. Penggunaan biomulsa diharapkan dapat mengurangi pengolahan tanah secara intensif, menjaga kandungan unsur hara dan mikroorganisme di dalam tanah, serta menghindari persaingan gulma.

(14)

dari udara sehingga dapat menghemat kebutuhan nitrogen hingga 2/3 bagian dari kebutuhan nitrogen total.

Menurut Kurniawati (2006), frekuensi penanaman sayuran yang tinggi hingga mencapai 3 - 4 kali penanaman dalam setahun berdampak terhadap kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sebagai lingkungan tumbuh utama tanaman. Hal ini didukung oleh penelitian Sumarni et al. (2009) yang menyatakan bahwa tanaman sayuran memiliki kemampuan yang sedikit untuk mengembalikan fungsi ekologi sehingga kemungkinan tanah terkena erosi semakin besar. Peran LCC adalah menggantikan mulsa plastik sehingga dapat menekan biaya produksi dan mampu mengembalikan fungsi ekologi. Arachis pintoi dapat dipilih karena tidak berpengaruh atau bersaing sarana tumbuh dengan tanaman budidaya.

Permasalahan yang ditemukan di lapangan adalah penutupan Arachis pintoi terhadap permukaan tanah tergolong lambat. Maswar (2004) menyatakan

Arachis pintoi membutuhkan 2 - 5 bulan masa tanam untuk dapat menutupi seluruh permukaan tanah. Kecepatan tumbuh Arachis pintoi dipengaruhi oleh jarak tanam, jenis stek, dan kecepatan tumbuh perakaran pada stek. Jarak tanam

Arachis pintoi yang semakin rapat akan cepat menutup permukaan tanah. Jarak tanam yang optimum perlu diketahui agar dapat menekan biaya, termasuk jumlah stek yang diperlukan dapat diketahui.

Pertumbuhan dari pembiakan secara vegetatif seperti stek umumnya sulit menghasilkan perakaran sehingga perlu inisiasi akar. Pemilihan bahan tanam menjadi hal yang penting karena bahan tanam yang berada pada fase vegetatif akan lebih mudah berakar daripada bahan tanam pada fase berbunga. Selain itu kekurangan nitrogen juga dapat menghambat pengakaran (Harjadi, 1989). Perakaran dapat diinduksi dengan Rootone - F yang mengandung auksin agar bisa tumbuh dengan lebih cepat. Rootone - F dengan konsentrasi optimum akan mempengaruhi kecepatan perakaran dan pertumbuhan Arachis pintoi.

(15)

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap kecepatan tumbuh Arachis pintoi.

2. Mempelajari pengaruh konsentrasi Rootone - F terhadap kecepatan tumbuh

Arachis pintoi.

3. Mempelajari interaksi antara jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi.

4. Mempelajari pengaruh jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F terhadap penekanan gulma.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jarak tanam Arachis pintoi yang lebih rapat akan lebih cepat menutupi

permukaan tanah.

2. Konsentrasi Rootone - F berpengaruh dalam meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan penutupan Arachis pintoi.

3. Pengaruh interaksi jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F akan meningkatkan penutupan Arachis pintoi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Cabai termasuk kedalam famili Solanaceae dengan sistem perakaran cukup menyebar. Sifat tanaman cabai keriting adalah tahan terhadap serangan penyakit, umur tanaman lebih lama, bunga dan buah tidak mudah rontok saat hujan serta benih dengan daya tumbuh yang tinggi (Setiadi, 2008). Tanaman cabai tumbuh baik di Indonesia pada ketinggian 400-600 m dpl. Menurut Williams et al.

(1993) usahatani sayuran di daerah tropika sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Waktu kematangan buah sangat dipengaruhi oleh suhu.

Menurut Setiadi (1995) cabai dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Jika tanaman cabai ditanam di dataran tinggi maka waktu berbunga dan waktu panennya akan lebih lama dibandingkan dengan cabai yang ditanam di dataran rendah. Cabai yang ditanam di dataran tinggi produksinya akan tetap sama dengan tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah, namun suhu rendah membuat tanaman cabai banyak menghasilkan buah partenokarpi (buah tanpa biji atau berbiji sedikit).

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) cabai membutuhkan suhu siang rata-rata 20 - 25oC, memerlukan cuaca panas, dan periode pertumbuhan yang panjang untuk tetap produktif. Menurut Williams et al. (1993), pertumbuhan tanaman meningkat ketika suhu malam tidak melebihi 20°C. Suhu yang rendah cenderung membatasi perkembangan aroma, warna, dan buah yang rentan terhadap kerusakan suhu dingin.

Deskripsi Arachis pintoi

(17)

panjang daun ± 3 cm. Tanaman ini umumnya berbunga terus - menerus selama hidupnya dengan 4 - 65 bunga per m2 setiap harinya. Arachis pintoi memiliki ginofor yang akan memanjang dan membentuk polong yang berisi satu biji pada tiap polong (Maswar, 2004).

Gambar 1. Arachis pintoi yang ditanam di lahan penelitian

Menurut Maswar (2004), Arachis pintoi dapat diperbanyak dari benih, stek batang, dan stolon. Manfaat utama dari penanaman Arachis pintoi adalah sebagai berikut:

1. Pengontrol erosi.

Arachis pintoi berpotensi besar mencegah hanyutnya tanah yang biasa terjadi pada periode awal pertumbuhan tanaman. Anyaman batang dan perakaran Arachis pintoi melindungi tanah dari intensitas hujan yang tinggi. Pada usaha tani kopi di Lampung Barat, Arachis pintoi mampu menekan erosi sebesar 11 hingga 85%. 2. Rehabilitasi lahan.

Arachis pintoi memiliki potensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Arachis pintoi dapat menambat nitrogen dan menghasilkan 65 - 85% nitrogen.

3. Pengontrol gulma.

Arachis pintoi efektif mencegah gulma setelah 3 - 4 bulan ditanam bahkan lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan herbisida.

4. Pengontrol nematoda.

Hasil penelitian yang dilakukan di Costa Rica, LCC ini dapat melindungi tanaman tomat dan tanaman kopi dari serangan nematoda bahkan dapat menekan perkembangan jenis nematoda Meloidogyne arabicide dan Meloidogyne exigua. 5. Pakan ternak.

(18)

Arachis pintoi mengandung kadar protein yang tinggi sehingga baik untuk pencernaan hewan ternak.

Manfaat Mulsa

Sistem pengolahan tanah secara sempurna atau intensif menyebabkan peluang erosi semakin besar sehingga unsur hara dan mikroorganisme dalam tanah jumlahnya dapat berkurang bahkan hilang. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa air hujan tidak banyak tersimpan di dalam tanah. Pada musim kemarau air akan tertahan kuat pada partikel tanah yang liat sehingga akar sulit menyerap air. Sebaliknya pada musim hujan sebagian besar air mengalir sebagai air permukaan yang dapat menimbulkan erosi tanah. Air permukaan adalah air yang berada di pori-pori permukaan tanah yang mudah mengalir (Sutarno et al., 1993). Air permukaan dapat ditahan dengan tanaman penutup tanah dan mulsa maupun bebatuan sehingga mengurangi terjadinya penguapan berlebihan maupun erosi.

Masalah yang timbul akibat sistem pengolahan tanah yang kurang tepat dapat dihindari dengan kultur teknis berupa penggunaan mulsa. Pemulsaan adalah penutupan tanah dengan sisa-sisa tanaman, jerami, sekam, potongan rumput dan bahan sisa lainnya. Penggunaan mulsa plastik hitam menjadi kurang efektif di dataran rendah tropika karena menyebabkan suhu tanah menjadi sangat panas. Pengaruh utama mulsa adalah melindungi permukaan tanah terhadap erosi dan kehilangan struktur yang disebabkan oleh curah hujan yang lebat, menghambat munculnya benih gulma, menambah kandungan bahan organik tanah setelah mengalami dekomposisi/penguraian, dan dapat menambah atau menahan hara tergantung dari nisbah C/N yang dikandung bahan mulsa tersebut (Williams et al.,

1993).

(19)

Menurut Prajnanta (2004), serangan penyakit seperti antraknosa, layu bakteri dan bercak daun akan menyerang tanaman cabai pada musim hujan dan dapat menular melalui pengairan sehingga penggunaan mulsa diharapkan dapat mengurangi potensi penularan penyakit pada tanaman budidaya.

Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa

Definisi gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya karena memiliki pengaruh yang negatif terhadap tanaman budidaya. Kehadiran gulma menjadi alasan dibutuhkannya LCC yang dapat menekan pertumbuhan gulma sehingga mengurangi kegiatan pemeliharaan gulma di lapangan. Arachis pintoi tergolong kedalam LCC yang tidak mengganggu tanaman utama. LCC seperti Arachis pintoi memiliki laju pengambilan kalium yang terkecil dibandingkan dengan gulma (Moenandir, 1988). Penelitian Sumarni dan Rosliani (2009) menunjukan penggunaan LCC sebagai biomulsa dapat meningkatkan produksi tanaman cabai merah dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang.

Menurut Fisher dan Cruz (1994), Arachis pintoi tidak toleran terhadap kekeringan. Arachis pintoi cenderung menggugurkan daunnya sebagai reaksi terhadap cekaman kekeringan. Selain kekeringan, Arachis pintoi juga akan menggugurkan daunnya dalam kondisi tergenang dan daun-daunnya secara visual terlihat seperti gejala klorosis. Sifat lainnya adalah Arachis pintoi toleran terhadap naungan, bahkan tumbuh lebih baik dibandingkan terkena cahaya matahari secara penuh.

(20)

stolon. Daya berkecambah polong Arachis pintoi akan semakin menurun ketika polong disimpan lebih dari 6 bulan.

LCC mencerna hara dan menyerap nitrogen terlebih dahulu dibandingkan tanaman budidaya terutama dalam pemasokan fosfat, khususnya fosfat alam. LCC menjadikan fosfat organik terserap dan tersedia bagi tanaman (Williams et al., 1993). Muschler et al. (1993) melakukan penelitian pemanfaatan tanaman legum sebagai biomulsa dapat mengurangi dosis pupuk N untuk tanaman lada sebanyak 50%, dosis pupuk P kurang dari 10%, dan dosis pupuk K kurang dari 40%. Kemampuan tanaman legum yang dapat mengurangi dosis NPK tidak dimiliki oleh sekam padi yang biasa dijadikan sebagai mulsa organik. Selain itu mulsa dari sekam padi tidak efektif diaplikasikan pada kondisi lahan yang iklimnya berangin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Baharuddin (2010), waktu tanam terbaik Arachis pintoi sebagai biomulsa adalah 7 dan 10 minggu sebelum penanaman tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena Arachis pintoi dapat tumbuh dan menutup tanah lebih baik sehingga gulma dapat tertekan. Biomulsa

Arachis pintoi dapat mengurangi kompetisi yang mungkin terjadi antara tanaman budidaya dengan gulma. Biomulsa Arachis pintoi yang ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm memiliki rata - rata persentase pertumbuhan kurang dari 80% dan kecepatan penutupan yang relatif lambat (lebih dari 10 minggu untuk mencapai penutupan 100%) namun perlakuan biomulsa umur 7 dan 10 minggu mampu meningkatkan komponen pertumbuhan dan produksi buah tomat.

Pemanfaatan Arachis pintoi berpotensi meningkatkan hasil. Nulik dan Siregar dalam Stür dan Ndikumana (1994) melakukan penelitian pada tahun 1987 dengan menanam Arachis pintoi pada pembibitan tanaman di tiga provinsi berbeda di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan dari tiga provinsi tersebut pemanfaatan Arachis pintoi dapat meningkatkan hasil sebesar 24 hingga 52% dengan intensitas serangan penyakit 0 - 1.3 poin dan intensitas serangan serangga 0.4 - 1.6 poin dari skala 0 - 4.

(21)

menjaga tanah agar gembur dengan suhu dan kelembaban tanah yang relatif stabil, serta mencegah penguapan unsur hara oleh sinar matahari.

Jarak Tanam dan Zat Pengatur Tumbuh Rootone - F

Penutupan biomulsa Arachis pintoi secara optimal ditentukan oleh jarak tanam yang tepat. LCC yang ditanam dengan jarak tanam yang rapat dapat membantu mengurangi kompetisi antara tanaman budidaya dengan gulma.

Arachis pintoi tergolong lambat dalam menutupi tanah. Arachis pintoi

membutuhkan waktu untuk menutupi permukaan tanah secara seragam selama 2 - 5 bulan (Maswar, 2004). Hasil penelitian Baharuddin (2010) menunjukkan

Arachis pintoi yang ditanam pada jarak tanam 15 cm x 15 cm mampu menekan jumlah spesies gulma pada 60 HST meskipun Arachis pintoi belum menutupi permukaan lahan 100%. Penutupan Arachis pintoi sebesar 100% dapat diperoleh setelah umur Arachis pintoi lebih dari 90 HST.

Arachis pintoi tergolong lambat dalam menutup tanah, oleh karena itu diperlukan bahan tanam Arachis pintoi yang perakarannya dapat tumbuh dengan cepat. Perbanyakan tanaman menggunakan stek lebih mudah dan cepat dilakukan dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman hasil perbanyakan stek tidak memiliki akar tunggang sehingga kurang kuat pengakarannya. Pemilihan bahan stek penting dilakukan karena berhubungan dengan kecepatan tumbuh akar. Bahan stek berupa batang dengan warna kulit bagian dalam yang terlihat kehijauan menandakan adanya kandungan auksin, nitrogen, dan karbohidrat yang tinggi sehingga akan cepat menimbulkan akar (Agung, 2007). Stek batang yang terlalu tua akan mempersulit proses tumbuh akar dan memerlukan perlakuan khusus seperti pemberian zat pengatur tumbuh yang dapat menginisiasi pengakaran. Rootone - F termasuk kedalam zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang tumbuhnya perakaran adventif. Rootone - F mengandung IBA, ABA, dan IAA yang merupakan bahan aktif berupa auksin yang mampu merangsang perakaran.

Kemampuan Rootone - F dalam merangsang perakaran telah banyak diteliti. Penelitian Wiratri (2005) menunjukkan perlakuan perendaman stek pucuk

(22)

dikemukakan bahwa cara pemberian stek yang terbaik didapat dari cara perendaman (Dilute Solution Soaking Method). Sunandar (2006) mengemukakan bahwa perendaman stek sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.) dengan Rootone - F 100 ppm mampu menginisiasi perakaran dan pertumbuhan tunas lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Pemberian Rootone - F dengan cara perendaman pada stek Arachis pintoi diharapkan dapat merangsang munculnya perakaran lebih cepat.

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Darmaga IPB dengan ketinggian 250 m dpl. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah stek batang Arachis pintoi, benih cabai keriting hibrida varietas TM-333, zat pengatur tumbuh Rootone - F, pupuk daun, pupuk perangsang pembungaan dan pembuahan, fungisida bahan aktif propireb 70%, insektisida bahan aktif profenofos 500 g L-1, akarisida, media semai organik, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk NPK.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat budidaya, alat ukur, alat tulis, timbangan digital 2 desimal, tray semai, gelas ukur, pipet, sprayer,

knapsack sprayer, dan oven.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor yaitu jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F. Faktor pertama yaitu jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm (A1) dan 15 cm x 15 cm (A2). Faktor kedua yaitu konsentrasi Rootone - F terdiri dari 0 ppm (B1), 200 ppm (B2), 400 ppm (B3), 600 ppm (B4), dan 800 ppm (B5). Terdapat 10 kombinasi perlakuan pada setiap ulangan dengan 3 kali pengulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Metode statistik yang digunakan adalah:

Yijk = µ + αi + βj + τk + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk :Nilai pengamatan pada jarak tanam ke - i, konsentrasi Rootone - F ke - j,

kelompok ke - k µ : Nilai rataan umum

(24)

τk :Pengaruh pengelompokan ke - k

(αβ)ij : Pengaruh interaksi antara jarak tanam Arachis pintoi ke-i dengan

konsentrasi Rootone - F ke - j

εijk : Pengaruh galat dari ulangan ke - i pada faktor jarak tanam dan

konsentrasi Rootone - F

Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diuji berdasarkan uji ragam pada taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perbedaan antar perlakuan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan lahan

Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum stek Arachis pintoi

ditanam. Tanah diolah sedalam 20 cm lalu digaru dan diratakan dengan cangkul. Pengolahan tanah seperti ini dapat menyebabkan kerusakan fisik gulma. Bedengan dibuat dengan ukuran 5 m x 1.5 m dengan jarak antar bedeng 30 cm dan jarak antar kelompok 50 cm. Banyaknya bedengan tiap ulangan ialah 10 bedengan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga jumlah bedengan total adalah 30 bedengan. Layout percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 2 ton ha-1.

2. Penanaman Arachis pintoi

Bahan tanam Arachis pintoi yang digunakan berupa stek batang yang berasal dari Kebun Percobaan Cikabayan Bawah IPB Darmaga Bogor. Stek batang Arachis pintoi diusahakan diambil dengan ukuran dan umur yang seragam dengan keadaan segar. Tiap individu stek memiliki 4 - 5 ruas lalu direndam seluruh bagian steknya dengan berbagai konsentrasi Rootone - F sesuai perlakuan selama 24 jam. Selanjutnya stek Arachis pintoi ditanam dengan membenamkan 2 ruas di dalam tanah dengan posisi tegak dan ditanam sesuai dengan perlakuan jarak tanam.

3. Penyemaian benih cabai

(25)

Benih cabai disemai pada tray semai 72 lubang. Media persemaian yang digunakan adalah media semai organik. Bibit cabai ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan terpaan air hujan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada saat pagi dan sore hari. Bibit cabai diberi pupuk daun dengan konsentrasi 2 g L-1.

4. Penanaman bibit cabai

Bibit cabai dipindahkan ke lapang saat berumur 6 minggu, pada saat biomulsa Arachis pintoi berumur 8 minggu. Bibit cabai yang dipindahkan sudah memiliki minimal 3 pasang daun dengan batang yang kokoh. Bibit cabai ditanam di lahan dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm). Populasi tanaman cabai per bedeng adalah 20 tanaman dengan 5 tanaman dipilih sebagai tanaman contoh.

5. Pemupukan

Pemupukan urea dengan dosis 100 kg N ha-1 diberikan satu minggu sebelum penanaman Arachis pintoi. Tanaman cabai diberi pupuk daun dengan konsentrasi 2 g L-1 dan pupuk NPK mutiara 16-16-16 dengan dosis 10 g L-1. Pemupukan dilakukan seminggu sekali selama fase vegetatif berlangsung. Pemupukan melalui daun dilakukan seminggu sekali dengan cara disemprot. Pemberian pupuk melalui daun menjadikan hara lebih cepat diserap oleh tanaman (Wiryanta, 2008). Pupuk daun yang digunakan memiliki kandungan N yang tinggi serta unsur hara mikro berupa B, Mo, Cu, Zn, Fe, dan Mn. Tanaman diberi pupuk perangsang pembungaaan dan buah dengan konsentrasi 2 g L-1 ketika memasuki fase generatif. Penyemprotan dilakukan pada fase generatif saat tunas sudah cukup kuat dan sudah menunjukkan bakal buah karena bunga dan tunas baru akan mudah gugur apabila terkena semprotan air (Setiadi, 2008).

6. Pemeliharaan

(26)

7. Panen

Pemanenan buah cabai dilakukan pada tanaman cabai yang berumur 112 hari setelah tanam (HST). Buah muda cabai berwarna hijau. Buah cabai varietas TM - 333 ini berubah warna dari hijau menjadi hitam kemudian menjadi merah terang. Warna merah terang pada buah cabai merupakan tanda buah siap dipanen. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memetik tangkai buah.

8. Pengamatan Arachis pintoi

Komponen pengamatan Arachis pintoi meliputi:

a) Persentase tumbuh. Perhitungan persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi

di lahan dilakukan pada 1 - 3 MST.

b) Persentase penutupan. Pengamatan persentase penutupan Arachis pintoi

terhadap permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m pada 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 HST.

9. Pengamatan tanaman cabai.

Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di tiap bedeng. Komponen pengamatan meliputi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Komponen-komponen yang diamati antara lain:

a) Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga pucuk tertinggi. Pengukuran dilakukan pada 1 - 7 MST.

b) Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada 1 - 5 MST karena pada saat 5 MST sudah terlihat munculnya tunas air.

c) Jumlah tunas. Pengamatan jumlah tunas dilakukan pada 1 - 5 MST.

d) Diameter batang. Pengukuran diameter batang cabai dilakukan pada 7 MST dengan menggunakan jangka sorong.

e) Umur berbunga. Waktu berbunga diamati setelah 75% dari keseluruhan populasi tanaman cabai berbunga.

(27)

g) Bobot buah. Bobot per buah, bobot buah per tanaman, dan bobot buah per bedeng dihitung sejak panen pertama hingga panen terakhir.

10. Pengamatan gulma

Pengamatan terhadap gulma dilakukan dengan menggunakan kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m dengan hanya memperhatikan dan menghitung gulma yang tumbuh dalam kuadrat tersebut, Arachis pintoi yang masuk dalam kuadrat tidak dihitung. Waktu pengamatan dilakukan pada 30, 60, dan 90 HST. Pengamatan pada gulma meliputi:

a) Spesies dan golongan gulma. Gulma diidentifikasi berdasarkan spesies dan golongannya.

b) Jumlah gulma. Gulma dihitung berdasarkan jumlah individu per spesies.

c) Bobot kering gulma. Perhitungan bobot kering gulma dilakukan setelah gulma dioven pada suhu 105o C selama 24 jam kemudian ditimbang bobotnya.

d) Dominansi gulma. Dominansi gulma dihitung dengan menggunakan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD). NJD dihitung berdasarkan rata-rata nilai penting yaitu frekuensi nisbi, kerapatan nisbi, dan bobot kering nisbi.

11. Analisis tanah.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2012 di Kebun Percobaan Cikabayan IPB Darmaga Bogor dengan ketinggian 250 m dpl. Curah hujan rata-rata di wilayah Darmaga yaitu 241.74 mm dengan rata-rata hari hujan 23 hari (Lampiran 3). Sebelum dilakukan penelitian, kondisi lahan dipenuhi dengan gulma. Tanah penelitian termasuk jenis tanah Latosol (Inceptisol) dengan tekstur tanah liat. Menurut Hakim et al. (1968) tanah liat merupakan tanah dengan permeabilitas yang lambat sehingga harus diperhatikan dalam pemberian air agar tidak terjadi penggenangan yang dapat mengganggu aerasi tanah.

Hasil analisis tanah awal (Lampiran 4) menunjukkan pH tanah 5.00 sehingga dikategorikan sebagai tanah masam. Setelah dilakukannya penelitian tidak terlihat perubahan pada sifat tanah. Sifat tanah masih tergolong masam dengan kisaran nilai pH 5.00 - 5.40 (Lampiran 5). Penelitian Maryani (2005) menunjukkan penanaman tanaman legum pada budidaya lada tidak merubah sifat tanah yang bersifat masam.

Hasil analisis tanah pada awal penelitian menunjukkan kandungan C organik, N total, nisbah C/N, dan K tanah tergolong rendah sementara kandungan P sangat rendah. Tanah dengan kandungan P rendah tidak menjadi kendala bagi

(29)

mempertimbangkan proporsi hasil fiksasi nitrogen, teknik budidaya, dan invasi gulma yang mungkin juga berpengaruh pada penelitian ini.

Peningkatan nilai nisbah C/N sebenarnya bukan merupakan hal yang diharapkan karena semakin kecil nisbah C/N menandakan nitrifikasi berjalan dengan baik yang artinya bahan organik semakin tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Menurut Sullivan (2012) jika nisbah C/N kurang dari 20% maka zat hara akan terurai dengan cepat sementara jika lebih dari 25% akan terurai lebih lambat. Hal ini membuktikan tanah penelitian yang memiliki nisbah C/N 9.52 - 10.86 akan mudah terurai dan akan diserap dengan cepat oleh tanaman. Meningkatnya nilai kandungan C organik, N total, dan P pada penelitian ini dapat diakibatkan oleh dekomposisi bahan organik. Menurut Sainju et al. (1988) tanaman legum yang ditanam diantara tanaman budidaya akan memberi sumbangan hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg melalui serasah tanaman. Akar serabut legum dapat menyerap sisa N dan nitrat tercuci yang tidak terambil oleh tanaman budidaya. Hal ini didukung oleh pernyataan Odhiambo et al. (2001) LCC merupakan tanaman yang mampu tumbuh dan memproduksi bahan organik bahkan dalam jumlah yang besar.

Kendala yang dialami pada awal penanaman biomulsa yaitu kematian stek. Stek Arachis pintoi mengalami kematian akibat cuaca yang panas di siang hari. Hama yang ditemui di lapang adalah rayap (Macrotermes gilvus Hagen) yang menyerang batang Arachis pintoi yang telah mati. Menurut Yunilasari (2008)

Macrotermes gilvus termasuk ke dalam famili Termitidae yang umumnya menyerang tanaman spesies legum. Hama lain yang menyerang adalah siput.

Bibit cabai dipindahtanam ke lapang saat Arachis pintoi berumur 8 minggu. Tanaman cabai berbunga pada umur 42 - 49 HST. Hama Thrips tabaci

(Lind.) dan kutu daun (Myzus persicae Sulz.) ditemukan menyerang bagian daun pada tanaman cabai yang menimbulkan luka kecoklatan hingga hitam. Ulat buah (Helicoverpa armigera Hubner.) menyerang buah pada tanaman cabai hingga membusuk.

(30)

bakteri (Erwinia carotovora Jones Bergey et carotovora). Gejala yang ditimbulkan penyakit hawar adalah bagian daun seperti terkena air panas. Penyakit busuk lunak bakteri dipicu oleh gigitan ulat buah.

Pengelompokkan berpengaruh terhadap percobaan ini. Bedengan pada ulangan 3 memiliki persen penutupan terendah dibandingkan dengan ulangan 1 dan 2. Pada ulangan 3, pertumbuhan tinggi tanaman cabai tergolong lambat dibandingkan ulangan 1 dan 2. Gulma golongan rumput Imperata cylindrica

terdapat di bedengan pada ulangan 3. Letak bedengan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Syukur et al. (2012) menyatakan Arachis pintoi tidak cocok ditanam pada budidaya cabai karena berpotensi menjadi inang penyakit dan virus (begomovirus atau daun keriting kuning) yang ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci

(Genn.) sehingga harus dikendalikan. Organisme lain yang ditemukan pada biomulsa Arachis pintoi yaitu berupa laba - laba (Arachnida), siput (Gastropoda), jangkrik (Gryllidae), dan semut (Formicidae). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Salanti (2008) yang menunjukkan pemanfaatan biomulsa Arachis pintoi

pada budidaya kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth.) meningkatkan populasi kelompok Artropoda yaitu Formicidae (siput), Arachnida (laba - laba), dan Gryllidae (jangkrik). Laba - laba dan semut dapat menjadi musuh alami bagi hama yang menyerang tanaman cabai.

Pertumbuhan dan Persentase Penutupan Arachis pintoi

(31)

Stek Arachis pintoi pada 1 - 2 MST banyak mengalami kematian sehingga harus dilakukan penyulaman. Kematian Arachis pintoi disebabkan oleh cuaca yang panas pada siang hari sehingga menjadikan stek Arachis pintoi layu dan mati. Meskipun pada umur 1 - 2 MST Arachis pintoi mendapatkan beberapa hari hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi namun menurut Sutarno et al. (1993) curah hujan yang tinggi pada tanah liat dan dangkal tidak menjamin ketersediaan air untuk tanaman. Air hujan tidak banyak tersimpan di dalam tanah dan sifat tanah liat pada musim kemarau ialah menahan air pada partikel tanah liat sehingga sulit diserap akar. Sebaliknya pada musim hujan sebagian besar air mengalir sebagai air permukaan yang dapat menimbulkan erosi tanah. Biomulsa Arachis pintoi diharapkan dapat mengurangi penahanan air dan erosi tanah yang merupakan kelemahan dari tanah liat.

Pengamatan pada 2 MST menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam

[image:31.595.105.517.481.628.2]

Arachis pintoi berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi (Tabel 1). Jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm menunjukkan rata - rata persentase tumbuh stek yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.

Tabel 1. Rata - rata persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan

Persentase tumbuh (%)

1 MST 2 MST 3 MST

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 28.26 37.88b 77.43

15 x 15 34.10 54.68a 77.71

Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 30.71 46.57 76.56

200 27.29 42.91 80.21

400 30.88 39.97 76.00

600 33.49 54.50 79.22

800 33.53 47.44 75.85

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

(32)

Kompetisi antar stek Arachis pintoi pada jarak 10 cm x 10 cm tersebut diduga akibat jarak tanam yang terlalu rapat sehingga saling menekan pertumbuhan satu sama lain.

Pada 3 MST, perlakuan jarak tanam stek Arachis pintoi 10 cm x 10 cm memiliki nilai persentase tumbuh stek yang sama dengan perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi 15 cm x 15 cm, yaitu sebesar 77%. Berbeda dengan perlakuan jarak tanam, perlakuan perendaman stek Arachis pintoi dengan zat pengatur tumbuh Rootone - F tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 1 sampai dengan 3 MST. Pada 3 MST terlihat pertumbuhan stek Arachis pintoi pada perlakuan Rootone - F hampir seragam. Pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F, persentase tumbuh stek Arachis pintoi hampir seragam pada umur 3 MST. Tidak terdapat interaksi jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap persentase tumbuh Arachis pintoi (Lampiran 6).

[image:32.595.111.521.472.632.2]

Semakin rapat jarak tanam Arachis pintoi diduga semakin cepat penutupannya. Tabel 2 menunjukkan pada jarak tanam 10 cm x 10 cm Arachis pintoi mampu menutup permukaan tanah lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

Tabel 2. Rata - rata persentase penutupan biomulsa Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan

Persentase penutupan (%)

15 HST 30 HST 45 HST 60 HST 75 HST 90 HST Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 4.57 23.00a 34.53a 45.90 71.73 88.00 15 x 15 4.83 18.37b 25.50b 44.77 68.90 85.73 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 4.08c 12.08d 17.17c 43.75 68.83 85.42 200 5.17ab 19.08c 25.75b 45.33 70.75 88.75 400 5.50a 19.58bc 27.25b 47.08 74.00 87.75 600 4.33bc 25.42ab 39.33a 45.83 69.50 86.58 800 4.41bc 27.25a 40.58a 44.67 68.50 85.83 Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata pada taraf 5% berdasarkan hasil uji DMRT.

(33)

cm x 10 cm lebih cepat menutup dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Penutupan Arachis pintoi pada perlakuan jarak tanam setelah 45 HST hampir seragam dan mencapai diatas 85% pada 90 HST. Konsentrasi Rootone - F berpengaruh terhadap persen penutupan Arachis pintoi pada 15, 30, dan 45 HST. Konsentrasi 600 dan 800 ppm memiliki rata - rata persen penutupan tertinggi dibandingkan konsentrasi lainnya pada 30 dan 45 HST. Carvalho dan Quesenberry (2012) menyatakan kelemahan Arachis pintoi yaitu Arachis pintoi

membutuhkan periode yang panjang untuk tumbuh optimal dan menutupi area lahan.

Gambar 2 menunjukkan terjadi peningkatan persentase penutupan Arachis pintoi pada umur 30 dan 45 HST. Pada umur tersebut Arachis pintoi semakin cepat menutup dan perlakuan konsentrasi Rootone - F berpengaruh nyata terhadap persentase penutupan Arachis pintoi (Lampiran 6).

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi Rootone - F dengan penutupan

Arachis pintoi pada 30 dan 45 HST

Pengaruh berbagai konsentrasi Rootone - F terhadap penutupan Arachis pintoi nyata pada 15, 30, dan 45 HST dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada 30 dan 45 HST terlihat semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin cepat penutupannya. Hal tersebut tidak terlihat pada 15 HST diduga karena dilakukannya penyulaman pada stek Arachis pintoi pada 1 - 2 MST. Setelah 45 HST penutupan Arachis pintoi hampir seragam baik pada perlakuan jarak tanam maupun konsentrasi Rootone - F. Perlakuan konsentrasi Rootone - F berpengaruh

y = 0,0183x + 13,346 R² = 0,9385 y = 0,0302x + 17,936

R² = 0,9373

0 10 20 30 40 50

0 200 400 600 800 1000

P

enut

upa

n

A

.

pi

nt

oi

(%)

Konsentrasi Rootone-F (ppm)

(34)

nyata terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi pada 15 - 45 HST. Setelah itu kemampuan Arachis pintoi dalam menutup permukaan lahan hampir seragam.

Pemberian Rootone - F dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda terhadap stek Arachis pintoi. Pada 15 HST, pemberian konsentrasi Rootone - F 200 dan 400 ppm memberikan tingkat penutupan Arachis pintoi lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Pada 30 dan 45 HST semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin cepat Arachis pintoi menutup.

Dalam penelitian ini Arachis pintoi menunjukkan persentase tumbuh dan kecepatan penutupan yang relatif lambat. Penutupan Arachis pintoi tidak optimal diduga karena Arachis pintoi terkena cahaya matahari secara langsung. Arachis pintoi tumbuh lebih baik dibawah naungan dibandingkan dengan terkena cahaya matahari langsung.

Hasil uji ragam menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan berbagai konsentrasi Rootone - F terhadap penutupan Arachis pintoi (Lampiran 6). Perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm memiliki rata - rata persen penutupan yang lebih tinggi sehingga efisien dalam hal waktu penutupan. Pada perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm waktu penutupan biomulsa terhadap permukaan tanah lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm.

Pertumbuhan Gulma

Gulma dapat bersaing dalam memperoleh air, cahaya, unsur hara, dan media tumbuh dengan tanaman budidaya bahkan dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Arachis pintoi secara khusus ditanam sebagai biomulsa dengan tujuan utama menekan pertumbuhan gulma sehingga dapat meminimalkan persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma. Kecepatan tumbuh gulma menjadi masalah dalam kegiatan budidaya tanaman.

Gulma yang mendominasi lahan penelitian sebelum dilakukan pengolahan tanah adalah Mimosa invisa C. Mart. dari gulma golongan daun lebar, Imperata cylindrica (L.) Raeusch. dari gulma golongan rumput, dan Cyperus rotundus (L.) dari gulma golongan teki. Menurut Yakup (2002), gulma Imperata cylindrica dan

(35)

Gulma yang mendominasi tiap bedengan pada umur 30, 60, dan 90 HST dapat dilihat pada Lampiran 7.

Arachis pintoi pada jarak tanam 10 cm x 10 cm mampu menutup lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Dengan penutupan yang lebih cepat, perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm pada 30 dan 90 HST mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 15 cm x 15 cm (Gambar 3). Hal ini disebabkan Arachis pintoi yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat mampu menekan pertumbuhan gulma lebih baik dibandingkan yang kurang rapat. Arachis pintoi menghalangi gulma dalam penerimaan sinar matahari.

Gambar 3. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi pada 30, 60, dan 90 HST

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada umur 60 HST (Gambar 3), jarak tanam Arachis pintoi yang lebih rapat yaitu 10 cm x 10 cm ternyata tidak mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm seperti pada 30 dan 90 HST. Hal ini disebabkan pada umur 60 HST gulma yang mendominasi berupa gulma golongan rumput dan teki dengan bobot kering gulma masing-masing lebih besar dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar. Meningkatnya BKG merupakan bukti gulma telah memanfaatkan sumber daya yang tersedia terutama unsur hara sehingga kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman menjadi terbatas (Mahdfudz dan Isrun, 2006).

Pada umur 60 HST, BKG pada perlakuan konsentrasi Rootone - F meningkat pesat (Gambar 4). Pada 90 HST gulma dapat ditekan karena tingkat

14.67 16.18

193.60

117.31

8.19 8.73

0 50 100 150 200 250

10 x 10 15 x 15

B

K

G

(

g

)

Jarak tanam (cm x cm)

(36)
[image:36.595.126.508.80.456.2]

kerapatan biomulsa Arachis pintoi mencapai diatas 85%. Pada umur 90 HST gulma dapat ditekan dan memiliki BKG yang lebih rendah dibandingkan dengan umur 30 HST kecuali pada konsentrasi Rootone - F 600 ppm. BKG meningkat pesat pada umur 60 HST akibat gulma golongan rumput dan teki yang mendominasi lahan.

Gambar 4. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan konsentrasi Rootone - F pada 30, 60, dan 90 HST

Tabel 3 menunjukkan perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm dengan penutupan sebesar 23.00% mampu menekan gulma lebih baik, terutama gulma golongan daun lebar dan rumput dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm. Gulma golongan teki terlihat memiliki BKG paling tinggi dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar dan rumput.

Semakin tinggi konsentrasi Rootone - F maka semakin tinggi persen penutupannya. Penutupan terbaik yaitu pada konsentrasi 600 dan 800 ppm yang mampu menekan gulma lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi lain. Hal ini dapat dilihat pada konsentrasi Rootone - F 600 dan 800 ppm memiliki BKG yang lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi lain. Gulma golongan teki pada perlakuan konsentrasi Rootone - F memiliki BKG paling tinggi dibandingkan gulma golongan lain, kecuali pada 600 ppm.

16,55 12,81 15,57 10,05 11,96

140,13

100,66 102,93

168,02

265,55

6,45 7,29 9,49 14,27 4,83

0 50 100 150 200 250 300

0 200 400 600 800

B

K

G

(

g

)

Konsentrasi Rootone-F (ppm)

(37)

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 30 HST

Perlakuan Penutupan (%) Jumlah spesies gulma BKG (g) BKG total (g)

DL R T DL R T

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 23.00a 5 3 1 2.97 1.64 10.06 14.67 15 x 15 18.37b 5 1 1 3.06 1.35 11.77 16.18 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 12.08d 6 2 1 4.78 1.09 10.68 16.55 200 19.08c 4 2 1 1.84 0.44 10.53 12.81 400 19.58bc 5 3 1 1.62 1.80 12.16 15.57 600 25.42ab 5 3 1 5.08 2.15 2.82 10.05 800 27.25a 6 2 1 3.54 0.17 8.25 11.96 Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T). Nilai yang diikuti huruf yang

sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

BKG total pada umur 60 HST (Tabel 4) sangat meningkat pesat bila dibandingkan dengan BKG total pada 30 HST. Jika pada umur 30 HST gulma golongan teki menyumbang BKG terbesar terhadap BKG total, pada umur 60 HST tidak hanya gulma golongan teki tetapi golongan rumput juga memiliki nilai BKG yang besar. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm tidak mampu menekan pertumbuhan gulma secara lebih baik dibandingkan dengan jarak 15 cm x 15 cm. Nilai BKG tiap golongan gulma pada perlakuan jarak tanam

Arachis pintoi 10 cm x 10 cm selalu lebih tinggi dibandingkan dengan 15 cm x 15 cm.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 60 HST

Perlakuan Penutupan (%)

Jumlah spesies gulma

BKG (g) BKG

total (g)

DL R T DL R T

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 45.90 4 3 1 30.34 123.70 39.54 193.60 15 x 15 44.77 5 1 1 27.51 52.12 37.68 117.30 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 43.75 5 4 1 28.05 91.26 20.83 140.13 200 45.33 5 3 1 26.35 27.36 46.95 100.66 400 47.08 5 2 1 35.35 12.29 55.29 102.93 600 45.83 6 4 1 37.78 6.55 33.69 168.02 800 44.67 4 4 1 17.10 212.20 36.30 265.55 Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T).

[image:37.595.114.515.118.276.2] [image:37.595.109.515.534.703.2]
(38)

Pada perlakuan konsentrasi Rootone - F 60 HST (Tabel 4) Arachis pintoi

pada umur 60 HST kurang dapat menekan gulma. Gulma golongan rumput dan teki yang masih mendominasi dengan BKG yang tinggi. Menurut Sastroutomo (1990), gulma golongan rumput memiliki pengaruh kompetisi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan gulma daun lebar.

Tabel 5 menunjukkan pada umur 90 HST, penutupan Arachis pintoi sudah mencapai diatas 85%. Pada perlakuan jarak tanam, kemampuan biomulsa dalam menekan pertumbuhan gulma sudah seragam. Berbeda dengan umur 30 dan 60 HST, pada umur 90 HST gulma golongan teki memiliki BKG terendah. Biomulsa

[image:38.595.96.515.352.505.2]

Arachis pintoi mampu menekan pertumbuhan gulma secara drastis setelah melewati umur 60 HST.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap penutupan Arachis pintoi, jumlah spesies gulma, dan berat kering gulma (BKG) pada Arachis pintoi 90 HST

Keterangan: Daun lebar (DL); rumput (R); dan teki (T).

Gulma golongan teki dan rumput pada 30 dan 60 HST mampu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan gulma golongan daun lebar. Hal ini dikarenakan teki dan rumput memiliki daun yang ramping yang mampu tumbuh lewat celah-celah biomulsa Arachis pintoi yang belum menutup secara sempurna. Cyperus rotundus merupakan gulma dari golongan teki yang mendominasi lahan penelitian (Lampiran 7). Nurfaidah (1999) menyatakan Cyperus rotundus diduga memiliki sifat alelopati sehingga dapat menekan gulma Borreria alata (Aubl.) DC. Syarifi (2010) menyatakan Cyperus rotundus juga memiliki pengaruh alelopati terhadap gulma rumput dan daun lebar. Silvano (2002) menyatakan golongan gulma teki tidak dapat ditekan pertumbuhannya karena diduga memiliki biji yang dorman yang dapat tumbuh kembali ketika lingkungan sekitar optimal.

Perlakuan Penutupan (%) Jumlah spesies gulma BKG (g) BKG total (g)

DL R T DL R T

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 88.00 2 3 1 2.36 4.47 1.36 8.19 15 x 15 85.73 2 2 1 4.43 3.36 0.95 8.73 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

(39)

Hasil penelitian Isaac et al. (2006) menunjukkan kemampuan biomulsa

Arachis pintoi dalam hal penutupan dan kompetisi terhadap gulma yang muncul masih kurang baik dibandingkan dengan biomulsa Desmodium heterocarpon (L.) DC, namun masih lebih baik bila dibandingkan dengan biomulsa Mucuna pruriens (L.) DC. Arachis pintoi hanya dapat menekan gulma sebesar 43% dengan BKG 83.8 g per m2. Pada lahan penelitian biomulsa Arachis pintoi

ditemukan Cyperus spp. dalam jumlah yang besar sehingga dapat dijelaskan bahwa Arachis pintoi kurang dapat menekan gulma golongan teki tersebut.

Cyperus rotundus merupakan gulma jenis rumput yang tumbuh baik hampir di semua jenis tanah, kisaran kelembaban tanah, pH, dan elevasi yang lebar serta dapat bertahan pada suhu tertinggi sekalipun. Produksi substansi aktifnya dapat menghambat pertumbuhan akar dan cabang tanaman budidaya seperti tomat dan mentimun (Hall et al., 2012).

Biomulsa Arachis pintoi dapat menekan jumlah spesies gulma golongan daun lebar dan rumput pada 90 HST melalui penutupannya terhadap permukaan tanah. Gulma tidak mampu bersaing dengan biomulsa Arachis pintoi yang menguasai sarana tumbuh dengan sifatnya yang merambat dan daunnya menutupi permukaan tanah. Jenis rumput yang sulit dikendalikan ialah Imperata cylindrica

dan teki Cyperus rotundus. Kedua gulma ini mampu tumbuh melalui celah-celah daun Arachis pintoi. Meskipun demikian pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa BKG golongan teki pada 90 HST lebih rendah dibandingkan 30 dan 60 HST. Hal ini diduga karena Cyperus rotundus juga termasuk tanaman yang kurang toleran terhadap naungan (Hall et al., 2012). Naungan dari Arachis pintoi dan tajuk cabai dapat menghalangi Cyperus rotundus dalam menerima cahaya sinar matahari.

(40)

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai

Air, cahaya, unsur hara, dan ruang tumbuh merupakan hal penting yang menunjang kelangsungan hidup tanaman. Gulma merupakan pesaing utama dalam mendapatkan hal-hal penting yang dibutuhkan oleh tanaman budidaya agar tetap hidup. Colquhoun (2006) menyatakan beberapa gulma memiliki kemampuan menjadi alelopati pada tumbuhan yang ada di dekatnya termasuk tanaman budidaya atau bahkan gulma dari spesies yang lain. Biomulsa Arachis pintoi

diharapkan mampu menekan pertumbuhan gulma dengan baik sehingga tanaman cabai yang ditanam pada penelitian ini dapat tumbuh dengan baik tanpa harus berkompetisi ketat dengan gulma. Arachis pintoi juga dapat menjadi tempat bagi kelangsungan hidup predator. Penelitian Cruz (1994) menunjukkan kemampuan

Arachis pintoi menekan nematoda dan gulma pada pertanian tomat dan kopi. Tabel 6 menunjukkan perlakuan baik jarak tanam Arachis pintoi dan maupun konsentrasi Rootone - F tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman cabai. Hasil uji ragam menunjukkan baik perlakuan jarak tanam Arachis pintoi

maupun konsentrasi Rootone - F tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman cabai (Lampiran 8).

Tabel 6. Rata - rata tinggi tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 13.20 17.34 23.61 28.51 31.36 36.26 37.85 15 x 15 12.92 17.90 24.77 30.06 32.48 37.37 38.93 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 12.97 17.39 23.04 28.41 31.20 35.90 37.73 200 12.81 17.15 24.27 29.37 31.57 36.31 38.01 400 13.27 17.60 23.93 28.73 32.59 37.58 39.07 600 14.35 19.29 26.84 31.80 33.40 38.36 39.83 800 11.88 16.67 22.88 28.12 30.82 35.93 37.31

(41)

interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai.

Pada Tabel 7, perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman cabai. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman cabai, baik pengaruh tunggal maupun pengaruh interaksi (Lampiran 8).

Tabel 7. Rata - rata jumlah cabang tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Jumlah cabang

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 3.87 8.15 9.63 11.95 12.75 15 x 15 3.45 7.31 8.84 10.17 10.36 Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 3.13 6.30 7.77 9.63 9.87

200 3.50 7.23 8.93 9.97 10.20

400 5.00 11.30 13.37 16.03 17.57

600 3.57 7.73 8.67 10.27 10.03

800 3.10 6.07 7.43 9.40 10.10

Meskipun tidak terdapat pengaruh jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F terhadap jumlah cabang tanaman cabai namun nilai rataan tertinggi dapat dilihat pada jarak tanam 10 cm x 10 cm dan pemberian konsentrasi Rootone - F sebesar 400 ppm.

[image:41.595.113.518.283.435.2]
(42)

Tabel 8. Rata - rata jumlah daun tanaman cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone- F

Perlakuan Jumlah daun

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 6.57b 12.12b 14.77b 32.77a 45.67a 15 x 15 9.00a 16.13a 18.57a 24.96b 35.65b Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 6.63 11.50 15.77 25.97 35.27

200 8.70 15.20 16.77 28.43 40.43

400 7.37 14.33 16.43 28.73 38.77

600 8.80 16.33 19.07 34.73 49.60

800 7.43 13.27 15.33 26.47 39.23

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada 1 - 3 MST perlakuan jarak tanam Arachis pintoi memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pada jarak tanam 15 cm x 15 cm jumlah daun tanaman cabai lebih banyak dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Arachis pintoi dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm memiliki populasi yang lebih banyak dibandingkan dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Hal ini diduga berpengaruh terhadap banyaknya jumlah daun tanaman cabai. Tanaman cabai dan stek batang Arachis pintoi masih dalam fase pertumbuhan dimana keduanya membutuhkan air, cahaya, unsur hara, dan ruang tumbuh sehingga terjadi kompetisi untuk mendapatkannya. Sementara pada 4 - 5 MST Arachis pintoi

diduga sudah tumbuh optimal. Jumin (2008) menyatakan tanaman legum tetap membutuhkan nitrogen dan dipergunakan pada fase pertumbuhan awal menjelang terbentuknya bintil akar. Konsentrasi Rootone - F tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman cabai namun jika dilihat pada Tabel 8, jumlah daun pada konsentrasi 600 ppm selalu memiliki rata - rata tertinggi dibandingkan konsentrasi lainnya. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap jumlah daun tanaman cabai (Lampiran 8).

[image:42.595.103.515.128.279.2]
(43)

jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm, rata - rata diameter batang tanaman cabai lebih besar dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Tabel 9. Rata - rata diameter batang tanaman cabai keriting hibrida varietas TM-

333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F

Perlakuan Diameter batang (cm) Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 0.42b

15 x 15 0.46a

Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 0.42

200 0.45

400 0.41

600 0.47

800 0.44

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Rata - rata diameter batang tanaman cabai pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm lebih besar dibandingkan jarak tanam 10 cm x 10 cm diduga terkait kompetisi unsur hara pada Arachis pintoi yang jarak tanamnya lebih rapat, yaitu pada 10 cm x 10 cm sehingga berpengaruh terhadap perkembangan diameter batang tanaman cabai. Hasil uji ragam menunjukkan adanya interaksi yang nyata pada perlakuan jarak tanam dan konsentrasi Rootone - F terhadap rata - rata diameter batang cabai (Lampiran 8).

Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi berpengaruh nyata terhadap bobot buah cabai per tanaman dan bobot buah cabai per bedeng, sementara perlakuan konsentrasi Rootone - F berpengaruh nyata terhadap bobot per buah. Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi 15 cm x 15 cm memiliki rata - rata bobot buah cabai per tanaman dan bobot buah cabai per bedeng yang leboh tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm (Tabel 10).

(44)

matahari, dan ruang tumbuh dengan lebih rendah dibandingkan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.

Tabel 10. Rata - rata bobot buah cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F Perlakuan Bobot per buah (g) Bobot buah per

tanaman (g)

Bobot buah per bedeng (g)

Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 2.54 42.44b 835.08b

15 x 15 2.56 59.97a 1228.40a

Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 2.39b 45.40 867.70

200 2.63a 49.00 1014.10

400 2.59a 54.70 1090.80

600 2.55a 58.75 1152.70

800 2.59a 48.16 1033.50

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Konsentrasi Rootone - F memberikan pengaruh nyata terhadap bobot per buah. Pemberian konsentrasi Rootone - F pada stek Arachis pintoi mampu meningkatkan bobot per buah dibandingkan tidak memberikan Rootone - F. Produksi tanaman cabai tergolong rendah. Bobot per buah berkisar antara 2.39 - 2.63 g. Tanaman cabai varietas TM - 333 seharusnya memiliki bobot 6 - 7 g per buah (Lampiran 2). Terdapat interaksi sangat nyata antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap komponen bobot buah cabai per tanaman. Sementara interaksi nyata terjadi antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone-F terhadap bobot per buah dan bobot buah cabai per bedeng (Lampiran 8).

[image:44.595.110.515.166.321.2]
(45)

Tabel 11. Rata - rata jumlah buah cabai keriting hibrida varietas TM - 333 pada perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan konsentrasi Rootone - F Perlakuan Jumlah buah per tanaman Jumlah buah per bedeng Jarak tanam (cm x cm)

10 x 10 16.28b 340.67b

15 x 15 23.07a 500.33a

Konsentrasi Rootone - F (ppm)

0 18.30b 364.50

200 18.43b 413.33

400 20.73ab 441.83

600 22.73a 470.00

800 18.17b 412.83

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT.

Pada konsentrasi Rootone - F sebesar 200, 400, dan 800 ppm memberikan hasil jumlah buah cabai per tanaman yang tidak berbeda dengan tidak diberi Rootone - F. Perlakuan konsentrasi Rootone - F tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah cabai per bedeng. Terdapat interaksi sangat nyata antara perlakuan jarak tanam dengan konsentrasi Rootone - F terhadap jumlah buah cabai (Lampiran 8).

Hubungan antara Penutupan Arachis pintoi, Berat Kering Gulma (BKG), dan Hasil Tanaman Cabai

Tanaman cabai, Arachis pintoi, dan gulma bersamaan tumbuh di lahan yang sama tentu akan berkompetisi dalam memperoleh kebutuhan dasar berupa air, unsur hara, cahaya, dan ruang tumbuh. Efisiensi penyerapan air, hara, dan cahaya pada tanaman cabai, Arachis pintoi, dan gulma berbeda. Kita dapat melihat hubungan ketiganya untuk mengetahui seberapa besar Arachis pintoi

tumbuh sebagai biomulsa dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai serta menekan pertumbuhan gulma.

Perlakuan jarak tanam Arachis pintoi dan Rootone - F tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penutupan Arachis pintoi pada umur 60 HST. Penutupan

Arachis pintoi pada 60 HST hampir seragam dengan kisaran persentase penutupan 43 - 47% (Tabel

Gambar

Gambar 1. Arachis pintoi yang ditanam di lahan penelitian
Tabel 1. Rata - rata persentase tumbuh stek batang Arachis pintoi pada
Tabel 2. Rata - rata persentase penutupan biomulsa Arachis pintoi pada
Gambar 4. Rata - rata berat kering gulma (BKG) pada perlakuan konsentrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian diperoleh kuat lentur balok beton bertulang yang menggunakan air laut dan pasir sungai mengalami retak awal saat beban sebesar 4,91 kN dan mencapai

Tanaman kopi robusta menunjukkan kelas sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas pH, lereng dan kedalaman efektif, tanaman jati menunjukkan kelas sesuai

Perhitungan diatas merupakan nilai energi berguna tertinggi yang mampu dicapai dalam proses penelitian dengan menggunakan beberapa variabel dan berikut kami sertakan

Hasil analisis diperoleh bahwa koefisien korelasi sebesar 0,525 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 pada taraf kesalahan sebesar 0,01. Karena 0,001 lebih besar dari 0,01

Analisis bagi setiap item pula menunjukkan lima pernyataan berkaitan dengan mentafsir simbol, lambang, moto, logo dan bahasa isyarat dengan betul, menunjukkan pihak bekas

a) Teknik sekrol adalah proses pembuatan suatu karya dengan menggunakan alat berupa mesin sekrol atau sekrol tangan ( coping saw ) dengan prosedur pengoperasian yang benar

Skripsi Perlindungan Hukum bagi Pramuniaga yang Bekerja Shift Malam pada Indomaret 24 Jam di Kota Semarang ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan Hukum

Pengelompokan Berdasarkan Nilai Investasi (NI) Pengelompokan berdasarkan nilai investasi dengan menghitung jumlah pemakaian dikalikan harga rata-rata obat selama periode