• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP PELAJAR SMA SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN DEVELOPMENT BASKETBALL LEAGUE MOVEMENT 2010 DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP PELAJAR SMA SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN DEVELOPMENT BASKETBALL LEAGUE MOVEMENT 2010 DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat "

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Oleh :

WIRYAWAN PRASETYO SOEROSO PUTRO

NPM. 0543010094

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos)

Disusun Oleh :

WIRYAWAN PRASETYO SOEROSO PUTRO NPM. 0543010094

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi.

Menyetujui, Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, M.Si.M.Ed NPT. 3 7303 99 0170 1

Mengetahui, D E K A N

(3)

Surat Kabar Jawa Pos) Oleh :

WIRYAWAN PRASETYO SOEROSO PUTRO NPM : 0543010094

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim pengui skripsi program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Juli 2010.

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1

Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1 Mengetahui,

D E K A N

(4)

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul :

SIKAP PELAJAR SMA SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN DEVELOPMENT BASKETBALL LEAGUE MOVEMENT DI SURAT KABAR JAWA POS

(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos)

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang punya andil dalam penyelesaian penelitian penulis. Diantaranya adalah :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi. selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Komunikasi. 3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Zainal Abidin A. S.Sos, MSi, Med, selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan memberikan banyak ilmu dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Yuli Chandrasari sebagai Dosen wali penulis.

(5)

9. Azrul Ananda, Wakil Direktur sekaligus Founder Deteksi Jawa Pos yang juga “Bapaknya anak-anak Deteksi” yang sudah menerima penulis menjadi salah satu keluarga besar Deteksi Jawa Pos sejak tahun 2006 serta banyak ilmu dan pengalaman luar biasa yang telah diberikan.

10.Semua kru dan mantan kru DetEksi Jawa Pos dan DBL Indonesia yang selalu pantang menyerah, ceria dan solid menghadapi tantangan apapun, kalian adalah sumber inspirasi dan semangat.

11.Anisa Bivalens Taqwa dan keluarga, yang sudah membantu dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman Komunikasi UPN angkatan 2005 semua.

13.Teman-teman tercinta, Anak Loteng, HOKZMJ, dan COLORS Radio Crew. 14.Semua sahabat dan rekan yang terlalu banyak untuk disebutkan.

(6)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan Penelitian ...10

1.4. Kegunaan Penelitian ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori...12

2.1.1. Surat Kabar sebagai Media Massa...12

2.1.2. Jenis dan Isi Surat Kabar...18

2.1.3. Berita...19

2.1.4. Sikap ...26

(7)

2.2. Kerangka Berpikir...30

BAB III METODE PENELITIAN ...33

3.1. Definisi Operasional ...33

3.1.1 Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball Movement (DBL Movement) 2010 pada Surat Kabar Jawa Pos ...33

3.1.2. Pelajar SMA Surabaya...35

3.1.3. Berita Development Basketball League Movement (DBL Movement) ...36

3.2. Skala Pengukuran...36

3.3. Populasi dan Sampel ...40

3.3.1. Populasi...40

3.3.2. Sampel...40

3.4. Teknik Penarikan Sampel ...42

3.5. Teknik Pengumpulan Data...43

3.6. Teknik Analisis Data...43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...45

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data...45

(8)

4.1.3. Pemberitaan Event Development Basketball League

Indonesia ...48

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data...49

4.2.1. Identitas Responden ...49

4.2.2. Jumlah Responden yang Membaca Pemberitaan DBL Movement 2010 ...51

4.2.3. Frekuensi Responden Membaca Pemberitaan DBL Movement 2010 ...51

4.3. Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa pos ...52

4.3.1. Aspek Kognitif...53

4.3.2. Aspek Afektif...58

4.3.3. Aspek Konatif ...66

4.4. Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa pos ...78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...80

5.1. Kesimpulan ...80

(9)
(10)

Tabel 4.2. Usia Responden ...50 Tabel 4.3. Responden Pembaca Pemberitaan DBL Movement 2010 ...51 Tabel 4.4. Frekuensi Responden Membaca Pemberitaan DBL Movement 2010 ....52 Tabel 4.5. Pengetahuan Pelajar SMA Surabaya bahwa Development

Basketball League Movement 2010 berkonsep Student Athlete ...55 Tabel 4.6. Pelajar SMA Surabaya tahu bahwa Development Basketball

League Movement 2010 diselenggarakan di 21 kota di Indonesia...56 Tabel 4.7. Pelajar SMA Surabaya tahu hal unik dari setiap daerah

pelaksanaan DBL Movement 2010 setelah membaca pemberitaannya di surat Kabar Jawa Pos...57 Tabel 4.8. Aspek Kognitif Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap

Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos ...58

Tabel 4.9. Responden Merasa Senang dengan adanya Pemberitaan DBL Movement

2010 di Surat Kabar Jawa Pos ...60

Tabel 4.10. Responden Merasa Terhibur setelah membaca Pemberitaan DBL

Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos ...61

Tabel 4.11. Responden Merasa Tertarik dengan DBL Movement 2010 setelah

membaca Pemberitaannya di Surat Kabar Jawa Pos ...62

Tabel 4.12. Responden Merasa Semakin Dekat dengan DBL Movement 2010 setelah

membaca Pemberitaannya di Surat Kabar Jawa Pos ...63

Tabel 4.13. Responden Tidak Bermasalah terhadap Proses Belajar karena adanya

(11)

Jawa Pos...65

Tabel 4.15. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Mengikuti

Kegiatan Ekstra Kurikuler yang Berhubungan dengan DBL Movement ...68

Tabel 4.16. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Berpartisipasi

dalam Kegiatan DBL Movement ...69

Tabel 4.17. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Meningkatkan

Prestasi Akademik Agar Dapat Mengikuti Event DBL Movement...70

Tabel 4.18. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Berlangganan

Surat Kabar Jawa Pos...71

Tabel 4.19. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Sering

Membaca Surat Kabar Jawa Pos...73

Tabel 4.20. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Mengikuti

Perkembangan DBL Movement 2010 ...74

Tabel 4.21. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Mendukung

DBL Movement 2010 ...75

Tabel 4.22. Pemberitaan DBL Movement 2010 membuat Responden Menginginkan

Adanya DBL Movement di tahun-tahun Berikut...76

Tabel 4.23. Aspek Konatif Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos...77 Tabel 4.24. Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development

(12)
(13)
(14)

SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN DEVELOPMENT BASKETBALL

LEAGUE MOVEMENT 2010 DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif

Kuantitatif Tentang Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di Surat Kabar Jawa Pos)

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui sikap pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan Development Basketball League (DBL) Movement 2010 setelah mereka membaca pemberitaannya di surat kabar Jawa Pos. Sikap pelajar SMA Surabaya bisa dilihat dari arah sikapnya, yaitu sikap positif, negatif, ataupun sikap netral terhadap pemberitaan tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stimulus-Organism-Response, Berita, Sikap, Pelajar, Development Basketball League Movement.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif Kuantifatif. Populasi penelitian ini adalah pelajar SMA Surabaya yang pernah membaca pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos. Dengan asumsi, responden mengerti tentang apa yang sedang di teliti karena nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pelajar SMA Surabaya memberikan sikap positif terhadap pemberitaan Development Basketball League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos.

(15)

1.1. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sumber kekuatan atau alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Media massa memiliki kemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak (stimultaneous) dan serentak (instantaneous), yakni pers, radio, televisi, dan film. Itu semua dikarenakan media itulah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan dan semakin lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi. (Onong 2000 : 313, McQuail 1987 : 262)

Media massa memiliki peran mediasi antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa media massa seringkali menyediakan bahan bagi kita untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. (McQuail 1987 : 262)

Media massa juga mempunyai potensi besar dalam penyajian informasinya ke khalayak, kekuatan media massa dalam hal mempersuasif pada kenyataannya mempunyai kontribusi dalam pembentukan sikap masyarakat. Sedangkan komunikasi massa merupakan salah satu tipe komunikasi manusia. Lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya publikasi, berbentuk percetakan (press printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah, brosur dan materi cetakan lain.

(16)

pesannya (Wiryanto, 2000 : 1-2). Dalam proses komunikasi, keberadaan saluran sangat penting. Selain meneruskan pesan dari komunikator ke komunikan, pesan tersebut dapat diterima banyak orang secara simultan. Pada dasarnya, proses penyampaian suatu pesan oleh komunikator pada komunikasi bertujuan memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behavior), baik secara lisan maupun tak langsung melalui media.

Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam (Sobur, 2001 : 30). Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological states apparatus).

Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak luas, media massa mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Diantaranya adalah fungsi pengawasan lingkungan. Fungsi itu, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan suatu masyarakat.

(17)

mempengaruhi dan mencerminkan budaya masyarakatnya (Littlejohn, 1992 : 341). Sehingga media massa merupakan sebuah organisasi yang kompleks dan terdiri atas pembagian kerja secara struktural. Informasi yang disajikan pun bersifat umum dan aktual, sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi di masyarakat.

Dalam perkembangannya, media massa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai Pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit meliputi media cetak. Sementara Pers secara luas meliputi semua media komunikasi, baik cetak maupun elektronik. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan merupakan media massa yang digunakan oleh masyarakat perkotaan selain media elektronik. Oleh karena itu media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi ke arah masyarakat atau mentranformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri.

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, Pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat (Djuroto, 2002 : 8).

(18)

Pers memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Yang penting bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak, tetapi karena khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti kalau mereka diterpa media radio, televisi dan film. Pesan melalui surat kabar diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan yang makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya (mental set) secara aktif. (Onong 2000 : 313)

Surat kabar memiliki berbagai kelebihan. Selain mudah didapat dengan harga terjangkau, juga sifatnya yang fleksibel. Artinya, dapat dibaca di manapun dan kapanpun, serta terdokumen. Yang membuat masyarakat sampai sekarang masih memilih surat kabar sebagai pusat informasi baginya.

(19)

benar.

Pemilihan surat kabar yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan proses penerimaan informasi. Di Indonesia banyak surat kabar dengan jenis dan gaya penyampaian informasi yang berbeda. Salah satu surat kabar di Indonesia yang sukses dalam meraih pasarnya hingga saat ini adalah Jawa Pos. Jawa Pos merupakan salah satu media terbesar di Indonesia. Memiliki lebih dari 80 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Harian Jawa Pos, merupakan harian yang memiliki pembaca terbanyak di Indonesia berdasarkan hasil survey AC Nielsen pada tahun 2007. Bukan berarti Jawa Pos memiliki jumlah pelanggan terbanyak. Setiap harinya, Jawa Pos memiliki jumlah oplah terbesar dari seluruh surat kabar yang terbit di Jawa Timur. Rata-rata mencetak 400.000 eksemplar.

Harian yang berkantor pusat di Graha Pena, Jl. Ahmad Yani Surabaya itu, tidak hanya sekedar menyajikan berita. Kualitas foto, ilustrasi dan desain tampilan halaman serta kepekaan terhadap realitas sosial di seluruh kalangan sangat diperhatikan. Karena hal tersebut dapat mendukung kualitas berita yang dimuat. Sehingga, pembaca diharapkan selalu mendapat sesuatu dan pengalaman yang berbeda setiap membaca harian Jawa Pos.

Secara umum, Jawa Pos terdiri atas tiga bagian besar. Halaman Nasional, Halaman Sportivo (sebelumnya bernama Olahraga), Serta halaman Metropolis.

(20)

DetEksi terbit mulai 26 Februari 2000 dibawah pimpinan Azrul Ananda. Nama DetEksi sengaja dipilih untuk halaman koran ini karena halaman utamanya menyuguhkan hasil survei pendapat dan gaya hidup anak muda. DetEksi mencoba menDetEksi fenomena anak muda di Surabaya. DetEksi hadir untuk ”membunuh” kemalasan anak muda dalam membaca koran. Visi dan Misi DetEksi adalah untuk meningkatkan minat baca anak muda Surabaya serta mengkaderisasi pembaca Jawa Pos hingga 15 tahun ke depan.

(21)

remaja.

Event DBL yang diadakan di berbagai kota di seluruh Indonesia ini disebut dengan DBL Movement. DBL Movement sendiri pertama kali diadakan pada tahun 2008. Karena DBL sudah diadakan di banyak kota di Indonesia dan tidak lagi hanya diadakan di Surabaya, maka banyak yang berubah dari DBL. Mulai dari DBL sudah berdiri sendiri dan menjadi PT. DBL Indonesia, sampai dengan mengubah arti singkatan DBL itu sendiri, yang awalnya DBL (DetEksi Basketball League) menjadi DBL (Development Basketball League). Itu semua dilakukan selain karena DBL sudah tidak lagi hanya diadakan di Surabaya tapi juga karena DBL sendiri sudah bekerjasama dengan kegiatan-kegiatan bertaraf internasional, seperti NBA (National Basketball Assotiation) yaitu event Basketball yang terkenal dari Amerika dan banyak yang lain seperti asosiasi-asosiasi basket di Australia.

Kerjasama dengan kegiatan-kegiatan bertaraf internasional itu dikarenakan setiap pemain terbaik dari semua kota tempat diadakannya DBL Movement akan menjalani coaching clinic dengan pemain dan pelatih dari NBA. Dan nantinya akan dipilih 24 pemain dan 4 pelatih terbaik yang akan dikirim ke Australia (2008-2009) dan Amerika (2010) untuk melakukan banyak kegiatan yang berhubungan dengan basket, seperti pertandingan persahabatan, pelatihan, dan masih banyak yang lain.

(22)

akan diteruskan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009.

Di tahun 2009 DBL Indonesia menambah jumlah kota tempat penyelenggaraan DBL Movement, yaitu menjadi 16 Kota di Indonesia, dan kota yang ditambahkan adalah Papua, Bandar Lampung, Bandung, Denpasar, Samarinda. Sama seperti DBL Movement 2008, DBL Movement 2009 pun berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Sekali lagi bisa dilihat dari jumlah penontonnya yang mencapai total 400.000 orang dari semua kota tempat penyelenggaraan.

Di tahun 2010 DBL Indonesia ingin membuktikan kalau event-nya semakin lama semakin berkembang dan mendapatkan respon positif dari masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan ditambahnya lagi kota tempat diadakannya DBL Movement menjadi 21 kota.

Peneliti mengambil penelitian sikap pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan DBL Movement di surat kabar Jawa Pos dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap event DBL Movement yang merupakan event basket pelajar di Indonesia yang mengembangkan konsep Student Athlete, karena DBL menganggap bahwa sekolah sama pentingnya dengan bertanding basket. Tapi ada juga hal yang kontras dengan konsep dari Student Athlete yang digunakan, karena pelaksanaan pertandingan di event ini adalah ketika jam pelajaran. Dan untuk pelajar yang kurang memiliki prestasi akademik tidak bisa mengikuti event ini.

(23)

Yang pasti event ini juga bekerjasama dengan kegiatan-kegiatan bertaraf internasional, karena pemain terbaik dari setiap kota akan mendapatkan kesempatan untuk berlatih bersama official dan pemain dari NBA. Dari semua pemain terbaik tersebut, nantinya juga akan dipilih 24 pemain dan 4 official terbaik yang akan diberangkatkan ke Amerika untuk mengikuti pelatihan dan pertandingan kelas internasional.

Itu semua dilakukan DBL untuk menciptakan atlet-atlet yang berbakat dan berguna bagi Indonesia, pastinya juga menciptakan pelajar-pelajar yang tetap mengutamakan pendidikan sekolahnya dibandingkan dengan kegiatan yang lain. Jadi peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan event ini.

Jadi lebih jelasnya, bahwa sikap pelajar SMA yang dimaksud adalah bagaimana respon pelajar SMA Surabaya setelah membaca informasi tentang pemberitaan DBL Movement 2010.

Sedangkan alasan peneliti menggunakan surat kabar Jawa Pos karena Jawa Pos adalah satu-satunya surat kabar yang mengulas secara lengkap tentang DBL Movement dan Jawa Pos juga satu-satunya media cetak yang banyak memiliki pelanggan di Surabaya sekitar 70% atau sekitar 90.000 lebih pelanggan dari koran yang beredar dan memiliki tinggat kepercayaan dimata masyarakat Surabaya. (http//www.JawaPos.com)

(24)

tempat penyelenggaraan akan dikumpulkan di Surabaya untuk menjalani seleksi menjadi All Star DBL. Dan kota Surabaya sendiri menjadi kota dimana DBL pertama kali diadakan, sehingga pelajar SMA yang lebih memiliki kedekatan dengan event ini adalah pelajar SMA Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Bagaimana Sikap Pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan event Development Basketball League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos”

1.3. Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Sikap Pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan event Development Basketball League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian sikap pelajar SMA terhadap pemberitaan event Development Basketball League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos

(25)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan studi ilmu komunikasi khususnya mengenai analisa sikap pelajar SMA terhadap pemberitaan suatu event/ kompetisi yang diadakan perusahaan surat kabar khususnya dan bidang kajian penelitian ilmu komunikasi pada umumnya.

2.Kegunaan Praktis

(26)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar sebagai Media Massa

Surat kabar diartikan sebagai lembaga yang menyebarluaskan berita

sebagai karya jurnalistik yang berupa lembaran, karangan iklan yang disebarkan

kepada khalayak luas (Mc. Quail, 1994 : 153). Kekhususan surat kabar apabila

dibandingkan dengan sarana komunikasi lainnya terletak pada sifat yang

individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas dan kecocokan

dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru.

Dalam menyampaikan informasi kepada khalayak yang bersifat massal,

diperlukan sebuah media yang dapat menyampaikan secara serempak dan

serentak. Menurut Cangara (2003 : 134) “media massa adalah alat yang digunakan

dalam menyampaikan pesan dari sumber khalayak (penerima) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti radio, surat kabar, televisi.”

Karakteristik dari media massa yaitu:

1. Bersifat melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak

orang mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan

terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Reaksi atau umpan balik tidak

bisa dilakukan secara langsung.

(27)

3. Meluas dan serentak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,

karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simutan dimana

informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja

tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

Media massa merupakan sarana penyampain isi pesan atau informasi yang

bersifat umum kepada sejumlah orang yang relatif besar, tersebar, heterogen,

anonim, dan mempunyai perhatian padaisi pesan yang sama, serta tidak mampu

memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media massa

diterbitkan secara periodik, isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua

permasalahan, mengutamakan aktualitas dan harus dapat disajikan secara

berkesinambungan. (Wahyudi, 1991 : 90)

Sebagai sebuah institusi sosial, media massa sangat terkait dengan

berbagai kepentingan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosialnya.

Sehingga, konflik antara kepentingan-kepentingan tersebut secara langsung akan

berdampak pada isi informasi yang disajikannya. Dalam bukunya, Onong

menyebutkan bahwa media massa diartikan sebagai media yang mampu

menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan

kesan-kesan yang sedang dilancarkan oleh media tersebut (Effendy, 1990 : 26).

Liliweri (1991) berpendapat, dalam proses komunikasi, media massa

(28)

1. Memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas

segala tentang dunia sekeliling, kemudian menyimpannya dalam ingatan

kita.

2. Membantu kita menyusun agenda, penyusun jadwal kehidupan sehari-hari.

3. Membantu berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat di luar

masyarakat kita.

4. Membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5. Membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang

diterima.

6. Sebagai media hiburan (Panuju, 1997 : 122-123).

Suatu sumbangan besar yang diberikan oleh media massa ialah kenyataan

”mempersatukan” khalayak yang heterogen tadi melalui pesan dan medianya.

Mengingat bahwa pada dasarnya khalayak terdiri dari suatu bentuk kolektifikasi

dengan berbagai sifat. Khalayak tidak saling mengenal dan tidak memiliki

identitas yang sama.

Karena itu, dikatakan pula bahwa pengaruh media massa yang terutama

ialah memobilitas dan mengarahkan perhatian khalayak pada masalah yang

dibahasnya. Maka, media massa dapat:

1. Menghasilkan suatu kegiatan baru (Larsen, 1964).

2. Melampaui lembaga sosial lainnya dalam proses pengaruh, terutama

adaptasi masyarakat terhadap situasi baru atau pemecahan masalah yang

(29)

3. Mempengaruhi kontrol sosial karena lebih fleksibel dan lebih kuat

pengaruhnya dalam jangka panjang.

4. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh kontrol sosial masyarakat, karena media

massa tetap perlu menggunakan norma-norma dan sistem yang ada di

masyarakat.

5. Berdasarkan kemampuan-kemampuan tadi, media mampu mengadakan

interaksi pada masyarakat (Astrid, 1982 : 7).

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis media

sebagai penyalur pesan. Yaitu, media cetak yang terdiri dari surat kabar dan

majalah serta media elektronik yang terdiri dari televisi, radio, dan film.

Sedangkan media cetak diasumsikan sebagai media yang statis dan

mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan

sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman hitam putih

(Kasali, 1992 : 99).

Dapat diketahui kemudian bahwa surat kabar merupakan salah satu media

komunikasi massa dalam bentuk media cetak. Menurut Assegaf, surat kabar

adalah penerbitan berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan

iklan yang dicetak dan terbit secara tetap, periodik, serta dijual untuk umum

(Assegaf, 1991 : 140). Sementara itu, keberadaan surat kabar sebagai salah satu

bentuk media massa cetak yang secara rutin mengumpulkan, mengolah, dan

menyebarluaskan berbagai berita dan informasi lainnya kepada masyarakat luas

(30)

McQuail memberi pengertian surat kabar dalam arti sempit adalah suatu

lembaga atau organisasi yang termasuk dalam media massa cetak, menyebarkan

berita sebagai karya jurnalistik berupa lembaran, karangan, dan iklan secara

umum (McQuail, 1994 : 153).

Dengan kelebihan yang dimiliki, surat kabar mampu bersaing dengan para

kompetitornya, yaitu media elektronik (televisi, radio, dan internet). Selain karena

mudah didapat dengan harga yang terjangkau, surat kabar mempunyai beberapa

ciri. Antara lain:

1. Publisitas (publicity)

Penyebaran informasi diperuntukkan bagi khalayak. Maka sifat surat kabar

adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang menyangkut

kepentingan umum.

2. Periodesitas (periodity)

Keteraturan terbitnya surat kabar. Misalnya, harian pagi, siang, atau sore.

3. Universalitas (universality)

Kesemestaan isinya, beraneka ragam dan dari seluruh dunia.

4. Aktualitas (actuality)

Mengenai berita yang disiarkan. Berita yang disampaikan pada khalayak

adalah suatu peristiwa yang baru terjadi dan dilaporkan secara benar (Onong,

(31)

5. Avinita

Unsur ketergantungan merupakan salah satu usaha surat kabar dalam menjalin

hubungan dengan pembacanya. Surat kabar memberikan informasi, sedangkan

pembaca mempunyai kebutuhan akan informasi tersebut (Flournoy, 1989 : 9).

Jadi tujuan komunikasi melalui media surat kabar dapat dirumuskan

sebagai berikut (Effendi, 2001 : 157-158) :

a. Agar pembaca tahu

Hal ini lebih bersifat informatif. Karena sifatnya informatif, maka pesan

dengan tujuan seperti itu dituangkan dalam bentuk berita, yang biasanya

disebut berita langsung (straight news)

b. Agar pembaca berubah sikap dan perilakunya

Suatu pesan disiarkan dengan tujuan agar khalayak mempunyai sikap tertentu,

atau melakukan tindakan tertentu dituangkan dalam tajuk rencana, reportase

dengan gaya pelaporan interpretatif atau juga dalam pojok.

c. Agar pembaca meningkat intelektualitasnya

Efek yang diharapkan agar pembaca meningkatkan intelektualitasnya dapat

diperoleh dengan menyajikan artikel-artikel mengenai aspek kehidupan

tertentu. Sebuah artikel di surat kabar yang mengandung pendidikan dapat

(32)

2.1.2 Jenis dan Isi Surat Kabar

Seiring perkembangan kebutuhan pemenuhan informasi, surat kabar telah

berkembang menjadi beberapa jenis yang dapat dibedakan menurut berbagai

kriteria. Misalnya, menurut frekuensi terbit (harian, mingguan, bulanan), bentuk

(standar atau tabloid), kelas ekonomi pembacanya, peredarannya (lokal atau

nasional), penekanan isinya (ekonomi, kriminal, agama, atau umum), dan

sebagainya (Kasali, 1992 : 100).

Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari

ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar nasional, regional dan

lokal. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid.

Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa

Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah (Ardianto, 2007 : 106)

Pembagian isi surat kabar disesuaikan dengan kebutuhan pembacanya. Isi

surat kabar berupa:

1. Berita-berita

a. Straight news atau berita langsung dan berita utama.

b. In-Depth news atau berita mendalam.

c. Investigation news atau berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian

dan penyelidikan.

d. Interpretative news atau berita yang dikembangkan dengan pendapat atau

penilaian wartawan berdasarkan fakta.

(33)

2. Tajuk rencana.

3. Feature yang mengandung aspek human interest, pribadi-pribadi menarik atau

biografi, perjalanan, sejarah, dan tips (Romli, 2003 : 24-25).

4. Kolom artikel lain seperti cerbung, cerpen, rubrik konsultasi, karikatur, komik,

teka-teki silang, dan lain-lain.

5. Iklan dan advertorial.

Windhaouser dan Stempel (1979) menyebutkan isi surat kabar terdiri dari

kolom berita dan kolom iklan (Flournoy, 1989 : 51). Manangka (1989) dalam

”Analisa Sumber Foto” membedakan isi surat kabar menjadi pemberitaan,

periklanan serta lain-lain (Flournoy, 1989 : 191-195).

Assegaf (1991 : 21) mengkategorikan isi surat kabar dalam ruang berita

dan periklanan. Berita-berita mendominasi isi surat kabar. Bentuk berita sendiri

selain dalam bentuk berita tertulis dapat berupa foto, feature, tajuk rencana,

kolom, atau pojok.

2.1.3 Berita

Berita (news) itu tiada lain adalah laporan atau pemberitahuan tentang

segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. (Suhadang, 2004 :

103)

Berita umumnya disusun atas dasar upaya membangkitkan minat awal

dengan menyoroti berita tertentu, mempertahankannya dengan kebhinekaan dan

(34)

akhir (hasil pertandingan olahraga dan ramalan cuaca), dan mengirim pengamat

untuk menghimpun berita dari sumber langsung (McQuail, 1991 : 196).

Menurut Dr. Willard G. Bleyer mendefinisikan berita adalah “ segala

sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang

terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi sejumlah pembaca yang

paling besar.”

Mitchell V Chanley dalam bukunya Reporting, mengemukakan definisi

dari berita sebagai berikut: news is timely report of facts or opinion of either

interest or importance or both, to a considerate number of people (Effendy, 1992 : 67). Yang berarti bahwa berita merupakan laporan fakta atau opini secara

berkala yang berisikan peristiwa menarik, penting, atau keduanya, untuk diketahui

khalayak banyak.

Sebelumnya, DeFleur dan Dennis melalui buku Introduction of Mass

Communication telah menyatakan bahwa berita merupakan suatu laporan yang menyajikan pandangan tentang berbagai aspek realitas dengan menyajikan rincian

data tentang suatu isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak

(DeFleur, 1989 : 604).

Djafar Assegaf dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, memberikan batasan

atau definisi berita dalam arti teknis jurnalistik sebagai berikut:

”Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf

redaksi suatu harian untuk disiarkan,yang dapat menarik perhatian pembaca, entah

(35)

mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.”

(Assegaf, 1982 : 24)

Untuk menyajikan berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang

bangkitnya perhatian orang banyak, Frasser Bond (1961 : 80) mencatat empat

faktor utama :

1. Ketepatan waktu (timeliness)

Umumnya pembaca (surat kabar) meninginkan berita selalu baru dan aktual.

Kemajuan teknologi masa kini telah bisa menembus perbedaan waktu kejadian

dengan penerimaan beritanya, sehingga pemberitaan peristiwanya hampir

bersamaan waktu dengan saat kejadiannya. Timeliness adalah jika suatu

peristiwa sedang terjadi saat ini, atau berita yang menarik bagi pembaca saat

ini.

2. Kedekatan tempat kejadian (proximity)

Khalayak lebih tertarik perhatiannya terhadap berita tentang peristiwa kecil

yang bisa dijangkau tangannya ketimbang peristiwa penting yang bermil-mil

jaraknya. Proximity adalah jika peristiwa atau situasi tersebut terjadi di dekat pembaca (baik fisik/ geografis maupun non fisik/ emosional)

3. Besarnya (size)

Sesuatu yang sangat kecil maupun yang sangat besar selalu memikat perhatian

orang banyak. Demikian pula untuk menggambarkan kerugian yang diderita

koran bencana atau kecelakaan, kita cenderung mengutarakan jumlah taksiran

yang lebih besar. Size adalah ukuran suatu berita itu dimuat di media (dalam

(36)

4. Kepentingan (importance)

Umumnya orang akan merasa puas apabila kepentingannya terpenuhi. Karena

itu pula mereka selalu mencari informasi yang bisa memenuhi dan sesuai

dengan kepentingannya. Sudah barang tentu berita yang berkaitan dengan

kepentingannya akan lebih menarik perhatiannya. Importance adalah peristiwa

yang memiliki nilai-nilai penting bagi kehidupan, keluarga, pendidikan,

kesehatan, atau kesejahteraan pembaca.

Nilai tertinggi berita terletak pada kemampuannya dalam menarik

pembaca. Ada beberapa faktor yang menentukan nilai berita. Faktor tersebut

adalah :

1. Faktor jarak

2. Faktor waktu

3. Faktor kepentingan

4. Nilai berita juga ditentukan berita itu sendiri dalam hubungannya dengan

kepentingan umum (Meinanda, 1981).

Berita adalah produk dari hasil transaksi antara jurnalis dan sumber

beritanya. Sumber utama realitas berita bukanlah apa yang disajikan atau apa yang

terjadi di dunia nyata. Realitas berita melekat pada sifat dan jenis relasi sosial dan

budaya yang berkembang di antara jurnalis dan sumber beritanya, serta dalam

politik pengetahuan yang muncul pada berita tertentu (Ericson et. al, dalam Jurnal

(37)

Berita merupakan produk utama jurnalistik. Tahap-tahap yang penting

untuk diperhatikan adalah:

1. Mengumpulkan keakuratan data dan fakta peristiwa. Bisa berupa

runtutan kejadian, nama, jumlah angka, kutipan narasumber, dsb.

2. Fakta dan data yang sudah dihimpun secara umum ditulis dalam gaya

piramida terbalik dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H., biasanya terdapat tiga

atau empat dari unsur 5 W dimana didalamnnya terdapat unsur 5 W+1 H dan yang

menempatkan unsur terpenting yang terlibat dalam suatu peristiwa, diletakkan

pada paragraph awal sebuah berita (Lead)

Who: adalah menyangkut siapa yang menjadi berita atau pelaku2 dalam peristiwa yang diberitakan (bisa nama atau institusi, jabatan, dsb)

What: adalah menyangkut masalah, kejadian, peristiwa, atau perihal apa yang diberitakan

Where: adalah menyangkut tempat berlangsungnya peristiwa yang diberitakan

When: adalah menyangkut waktu kapan suatu peristiwa yang diberitakan itu berlangsung

Why/How: adalah menyangkut penyebab2 mengapa peristiwa yang diberitakan itu terjadi sehingga menimbulkan efek (how) tertentu pula. (Zainal Abidin

(38)

Berbeda dengan yang lain. Pada media Jawa Pos bukan hanya rumus 5 W

yang wajib dihadirkan pada tiap naskah, tapi 7 W yakni “Wow” dan “What Next”

untuk membuat naskah tersebut lebih menarik untuk dibaca (Azrul Ananda,Jawa

Pos, 2009)

3. Menggunakan Bahasa Jurnalistik. Kalimatnya pendek-pendek, baku,

sederhana, komunikatif, jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point),

serta mudah dipahami orang awam. Namun pada media tertentu mereka memiliki

kebijakan tersendiri pada pakem penulisan naskahnya, dimana biasanya

disesuaikan juga dengan segmentasi pembacanya.

4. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris

Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat,

plus nama media, Lead (Teras berita) atau paragraf pertama yang berisi bagian

paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi naskah) berupa uraian

penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead. (ASM. Romli,Jurnalistik Terapan

BaticPress Bandung, 2003.)

5. Foto. Menjadi salah satu point penting pelengkap naskah, bahkan bisa

memperkuat karakter berita yang ada melalui gambar menarik yang ditayangkan.

Assegaf (1991 : 21). Foto merupakan naskah yang berbicara lewat visualisasi

gambar (Yuyung Abdi, Jawa Pos, 2009). Penentuan foto yang akan dimuat

seluruhnya tergantung pada kebijakan redaksional pada masing-masing media.

Seorang penulis jurnalistik kenamaan bernama Frank Luthor Mott dalam

bukunya New Survey of Journalism menyatakan bahwa paling sedikit ada delapan

(39)

1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)

Konsep ini menitikberatkan pada ”segi baru terjadinya” (newness) sebagai

faktor terpenting dari sebuah berita.

2. Berita sebagai rekaman (news as record)

Berita yang terletak dalam surat kabar merupakan bahan dokumentasi dan

sering menjadi catatan bersejarah yang sangat berharga.

3. Berita sebagai fakta objektif (news as objective facts)

Sebuah berita harus faktual dan objektif. Bagi para wartawan, berita objektif

ialah laporan mengenai suatu fakta yang diamatinya tanpa pandangan berat

sebelah (bias).

4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)

Dalam situasi yang kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi atau

ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti.

5. Berita sebagai sensasi (news as sensation)

Di sini terdapat unsur sebujektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan

(shocks) dan yang menggetarkan atau mengharukan (thrills) bagi pembaca

yang satu akan berlainan dengan pembaca yang lain

6. Berita sebagai minat insani (news as human interest)

Di sini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan,

tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani, menimbulkan perasaan iba,

(40)

7. Berita sebagai ramalan (news as prediction)

Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan dari masa

kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat pembaca terutama terletak

pada masa depan.

8. Berita sebagai gambar (news as picture)

Gambar atau ilustrasi dalam halaman surat kabar selain sifatnya semata-mata

hiburan seperti comic strips, juga mengandung nilai berita (news value).

2.1.4. Sikap

Konsep sikap mempunyai pengertian sebagai “kecenderungan untuk

bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi,

dan nilai” (Rakhmat, 2005 : 39). Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.

Sikap pertama kali digunakan oleh Spencer pada tahun 1862 untuk menunjukkan

suatu mental seseorang. Definisi sikap sebagai suatu hal yang menentukan sifat,

hakekat, perbuatan, baik sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Thurstone

mengemukakan pengertian sikap yaitu “tingkat kecenderungan yang bersifat

positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi yang meliputi

orang, kata-kata, simbol, lembaga, ide dan sebagainya” (Ahmadi, 2002 : 163).

Zimbardo dan Ebbesen menjelaskan bahwa “sikap adalah suatu

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek

yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan conative (Ahmadi,

2002 : 163). Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap

(41)

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi.

Dengan kata lain, attitude lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan

beraksi terhadap suatu hal (Ahmadi, 2002).

2.1.5. Pelajar

Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang

mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat

menengah (www.wikipedia.com). Pelajar yang umumnya adalah remaja yang

mengalami masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa yang

di tandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologhikal. Pelajar

juga merupakan masa dimana seseorang sedang mengalami perkembangan pesat

dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir ini didapatkan

melalui proses belajar yang mereka dapat baik dari bangku sekolah yang diajarkan

oleh pendidik/guru mereka maupun dari pengalaman mereka sehari-hari. (Dariyo,

2004,13-14) Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan pelajar

ini mencapai tahap berpikir secara operasional formal. Tahap ini memungkinkan

pelajar mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan

mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat

apa adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan pelajar dari

remaja-remaja lain seusianya yang tidak menempuh pendidikan. Sedangkan

pelajar SMA adalah pelajar dengan tingkatan paling tinggi pada pendidikan

tingkat menengah, sehingga pola pikir pelajar SMA sendiri sudah semakin matang

untuk menerima pesan-pesan yang diberikan oleh media massa. Aspek akademis

(42)

pentingnya bagi pelajar. Ekstra kulikuler merupakan kegiatan non akademis yang

penting juga untuk menambah kemampuan intelektual seorang pelajar. Contoh

dari kegiatan ekstra kulikuler yang dibutuhkan oleh pelajar dalam permasalahan

ini adalah Basket, Cheerleader, Teater, dan lain-lain.

2.1.6. Development Basketball League Movement

Development Basketball League Movement atau biasa dikenal dengan

DBL Movement termasuk salah satu event olahraga untuk pelajar yang banyak

menarik perhatian publik Indonesia. Bahkan penyelenggara pun mengklaim DBL

sebagai kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, hal tersebut telah

dikukuhkan di MURI (Museum Rekor Indonesia) pada bulan Mei 2009.

DBL Movement dimulai sejak tahun 2008. Karena dianggap sukses, maka

penyelenggaraan DBL Movement terus dilaksanaan di tahun-tahun seterusnya.

Kesuksesan itu dapat dilihat dari jumlah peserta, penonton dan kota tempat

penyelenggaraan yang selalu bertambah di setiap tahunnya. (Azrul Ananda,

Commissioner DBL Indonesia, April 2010)

DBL juga merupakan event basket yang berstandart beda dari yang lain,

karena berkonsep Student Athlete yaitu bagi para pesertanya harus mempunyai

nilai pelajaran diatas rata-rata. Dengan itu maka diharapkan semua pesertanya

tidak hanya berprestasi di bidang non akademik (olahraga) saja, tapi juga

berprestasi di bidang akademik. (Azrul Ananda, Commissioner DBL Indonesia,

(43)

2.1.7. Teori S-O-R ( S-O-R Theory )

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus –Organism – Response.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimuli

khusus, sehingga seseorang dapat memperkirakan kesesuaian antara pesan dan

reaksi komunikan ( Effendy, 2000 : 254 ).

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta

Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan

bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian,

pengertian dan penerimaan ( Effendy, 2000 : 255 ).

Organism : - Perhatian - Pengertian

- Penerimaan Stimulus

Response

Gambar 2.1. Teori S-O-R. Stimulus – Organism – Response

Unsur-unsur dari teori ini adalah :

(44)

b. Organism, komunikan dari event ini yaitu pelajar SMA yang juga sebagai pembaca aktif surat kabar Jawa Pos yang memperhatikan, mengerti dan

menerima pesan yang disampaikan.

c. Response, umpan balik atau efek yang berupa Sikap komunikan setelah membaca pemberitaan event Development Basketball League Movement

2010.

2.2. Kerangka Berpikir

Media massa baik media cetak (surat kabar) maupun media massa

elektronik (televisi) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap persepsi

yang dapat terbentuk di pikiran khalayak umum. Media massa menjadi penting

karena memang memiliki kekuatan. Bukan sekedar mampu menyampaikan pesan

kepada jutaan khalayak sekaligus, tetapi lebih karena media menjalankan fungsi

mendidik, mempengaruhi, menginformasikan, dan menghibur. Dengan fungsi

seperti itu maka media massa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran,

mengubah sikap, pendapat atau persepsi masyarakat terhadap suatu hal (Iriantara,

2005). Persepsi masyarakat karena pengaruh pemberitaan media massa (dalam

hal ini surat kabar) bisa berubah menjadi positif ataupun negatif tergantung dari

bagaimana pikiran yang terbentuk di benak masyarakat setalah mendapat

informasi tentang suatu objek.

Pemberitaan di surat kabar juga mempunyai kelebihan yaitu mampu

merekam atau dapat didokumentasikan, tidak demikian dengan televisi atau radio

yang begitu dilihat, didengar, begitu juga hilang dari pendengaran dan penglihatan

(45)

menonjol dari surat kabar adalah memberikan informasi. Hal ini sesuai dengan

tujuan utama khalayak membaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap

peristiwa yang terjadi disekitarnya (Ardianto dan Erdinaya, 2005 : 104).

Berita yang dimuat di suatu surat kabar dipengaruhi oleh berbagai hal.

Faktor terkait antara lain adalah kedekatan media terhadap peristiwa yang sesuai

dengan harapan khalayak. Keinginan untuk melanjutkan peristiwa yang sudah

terjadi, yang dipandang layak diberitakan, dan adanya keseimbangan di antara

berbagai jenis berita (McQuail, 1991 : 193).

Berita umumnya disusun atas dasar upaya membangkitkan minat awal

dengan menyoroti berita tertentu, mempertahankannya dengan kebhinekaan dan

minat manusia serta menunda beberapa informasi penting sampai pada bagian

akhir (hasil pertandingan olahraga dan ramalan cuaca), dan mengirim pengamat

untuk menghimpun berita dari sumber langsung (McQuail, 1991 : 196).

Berita adalah produk sebuah transaksi antara jurnalis dan sumber

beritanya. Sumber utama realitas berita bukanlah apa yang disajikan atau apa yang

terjadi di dunia nyata. Realitas berita melekat pada sifat dan jenis relasi sosial dan

budaya yang berkembang di antara jurnalis dan sumber beritanya, serta dalam

politik pengetahuan yang muncul pada berita tertentu (Ericson et. al, dalam Jurnal

ISKI 1999 : 80).

Karena itu dengan adanya pemberitaan event Development Basketball

League Movement, yang dikemas khusus sebagai kompetisi basket pelajar

terbesar di Indonesia yang tetap mengedepankan sekolah diatas prestasi yang

(46)

entertaint, bahkan pada halaman pemberitaan Development Basketball League

Movement di Jawa Pos pun dibuat semenarik mungkin, sehingga penyajian

beritanya tidak hanya menyuguhkan report dari pertandingan saja di tiap

naskahnya, tapi juga terdapat cerita-cerita unik lain yang menghiasi hari-hari

pertandingan tersebut. Konsep ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

pembaca (terutama remaja) yang pada akhirnya merasa tertarik dan tetap

penasaran untuk terus mengikuti setiap pemberitaan event ini.

Penelitian ini dimulai dari adanya stimulus berupa pemberitaan event

Development Basketball League Movement di Surat Kabar Jawa Pos yang

beredar di masyarakat, dan dari pemberitaan itu nantinya diharapkan akan dapat

diketahui bagaimana sikap pembacanya (dalam hal ini pelajar SMA Surabaya).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan mencoba meneliti

dan berupaya menggali informasi tentang sikap pelajar SMA Surabaya terhadap

pemberitaan event Development Basketball League Movement di Surat Kabar

Jawa Pos.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan kerangka berpikir berikut

(47)

Gambar 2.2. Bagan kerangka berpikir sikap pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan event Development Basketball League Movement 2010 di surat

(48)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable

yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemuadian menarik

kepermukaan sebagai cirri atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variable

tertentu (Bungin, 2001 : 48)

3.1. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan variabel yang menjadi obyek

pengamatan dalam penelitian yang berkaitan dengan kesimpulan yang dikehendaki.

Variabel sebenarnya adalah bagian empiris dari sebuah konsep atau konstruk (Rakhmat,

2008:20). Pengertian dari variable adalah suatu atribut pengukuran yang dapat

mengasimsikan nilai-nilai yang berbeda diantara anggota-anggota dari suatu kelompok

subjek atau situasi, akan tetapi atribut tersebut hanya mempunyai satu nilai yang

merupakan atribut dari anggota-anggota kelompok pada waktu tersebut (Silalahi, 2003 :

45).

3.1.1 Sikap Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemberitaan Development Basketbaal League Movement (DBL Movement) 2010 pada Surat Kabar Jawa Pos.

Sikap pelajar SMA Surabaya terhadap pemberitaan Development Basketball

League Movement 2010 pada surat kabar Jawa Pos dilihat dari seluruh aspek sikap,

(49)

Jawa Pos, sejauh mana para pelajar SMA Surabaya mengerti informasi tentang

pemberitaan tersebut. Pada aspek afektif, yaitu mengetahui bagaimana perasaan pelajar

SMA Surabaya tentang pemberitaan Development Basketball League Movement 2010

pada surat kabar Jawa Pos, apakah senang atau tidak sedang. Sedangkan aspek konatif

adalah sejauh mana kedekatan pelajar SMA Surabaya terhadap Development Basketball

League Movement (DBL Movement) 2010 tersebut. Sehingga pada akhir penelitian

daidapatkan dasil akhir berupa penelitian dari keseluruhan aspek, apakah itu positif,

netral, atau negative.

Adapun sikap pelajar SMA Surabaya dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu

komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan pelajar SMA

Surabaya mengenai pemberitaan Development Basketball League Movement (DBL

Movement) 2010 pada surat kabar Jawa Pos. Pengetahuan ini kemudian akan

memberikan keyakinan tertentu dalam individu terhadap objek sikap. Pengetahuan

disini adalah tentang keseluruhan dari Development Basketball League Movement

(DBL Movement) 2010 mulai dari konsep Student Athlete yang digunakan, jumlah

kota pelaksanaan, sampai dengan hal-hal yang unik ketika pelaksanaan DBL

Movement 2010.

2. Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan

dengan aspek emosional pelajar SMA Surabaya tentang pemberitaan Development

(50)

karena penyelenggaraan dan pemberitaan DBL Movement.

3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan pelajar SMA Surabaya

memberikan respon positif, netral, negative tentang pemberitaan Development

Basketball League Movement (DBL Movement) 2010. Pada aspek ini seseorang

berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika respon yang diterima positif

maka pelajar SMA Surabaya akan mendukung dan memanfaatkan DBL Movement

2010 tersebut. Sedangkan jika sikap netral yang diterima, maka pelajar SMA

Surabaya akan sekedar memanfaatkan DBL Movement 2010 tersebut. Namun, bila

pelajar SMA Surabaya bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik

adanya DBL Movement 2010. misal, pelajar SMA Surabaya jadi mengikuti ekstra

kulikuler yang berhubungan dengan DBL Movement, ikut berbartisipasi,

meningkatkan prestasi akademik, berlangganan surat kabar Jawa Pos, sering

membaca surat kabar Jawa Pos, selalu mengikuti perkembangan DBL Movement

2010, mendukung DBL Movement 2010, sampai dengan ingin atau tidaknya

penyelenggaraan DBL Movement di tahun-tahun seterusnya.

3.1.2Pelajar SMA Surabaya

Pelajar yang dipilih untuk menjadi responden dalam penelitian ini adalah pelajar

SMA Surabaya yang hadir di DBL Arena saat pelaksanaan Development Basketball

League Movement (DBL Movement) 2010 Surabaya. Pelajar SMA dipilih karena

(51)

spesifiknya lagi, pelajar SMA yang dipilih dan dijadikan responden adalah pelajar SMA

Surabaya yang membaca Jawa Pos.

3.1.3 Berita Development Basketball League Movement (DBL Movement)

Berita tentang Development Basketball League Movement 2010 mulai diberitakan

pada tanggal 13 Januari 2010 di surat kabar Jawa Pos. Dimana pemberitaan tersebut

menginformasikan kepada masyarakat tentang berlangsungnya event Development

Basketball League Movement 2010, baik dari hasil pertandingan maupun hal-hal yang

unik seputar pelaksanaan Development Basketball League Movement 2010. Pemberitaan

event Development Basketball League Movement 2010 ini tidak hanya diberitakan di

surat kabar Jawa Pos saja, tapi juga diberitakan di surat kabar anak perusahaan Jawa Pos

yang tersebar di banyak kota di Indonesia. Pemberitaan Development Basketball League

Movement 2010 diberitakan dihalaman olahraga dan juga halaman nasional jika angle

pemberitaannya benar-benar bagus. Dengan adanya pemberitaan Development Basketball

League Movement 2010 di surat kabar Jawa Pos, PT. DBL Indonesia berharap eventnya

tersebut akan dikenal oleh masyarakat dan semakin besar.

3.2. Skala Pengukuran

Untuk penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Dengan

skala ini, responden diminta utntuk memberi respon terhadap setiap pertanyaan dengan

(52)

setuju dengan bobot terendah yaitu satu. Kemudian untuk mengetahui sikap responden

tersebut positif, netral, atau negatif, maka diperlukan skor jawaban.

Dalam pemberian skor pertanyaan sikap yang bersifat mendukung atau memihak

pada objek sikap (Azwar, 1997:161), sebagai berikut :

1. Sangat tidak setuju (STS) = skor 1

2. Tidak setuju (TS) = skor 2

3. Setuju (S) = skor 3

4. Sangat setuju (SS) = skor 4

Adapun pilihan pernyataan digolongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan

meniadakan jawaban “ragu-ragu” (undeciaded), alasannya adalah sebagai berikut :

a. Kategori Undeciaded memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori yang memiliki arti ganda (multi inpretabel)

ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedia jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah

terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga

banyaknya informasi yang dapat dijaring dari responden.

Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari

(53)

Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

_________________________________

Jenjang yang diinginkan

SS = 4 x 18 = 72 (nilai tertinggi)

S = 3 x 18 = 54

TS = 2 x 18 = 36

STS = 1 x 18 = 18 (nilai terendah)

Sehingga,

Range = 72 - 18 3

= 54 = 18 3

Jadi penentuan kategorinya adalah :

Sikap negatif = 18 – 35 (terendah)

Sikap netral = 36 – 53 (sedang)

Sikap positif = 54 – 72 (tertinggi)

Kemudian apabila skor dan tinggat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka

hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

Dan untuk pengukuran setiap aspeknya,

Aspek Kognitif :

SS : 4 x 3 = 12 (nilai tertinggi)

(54)

Sehingga, Range = 12 – 3 = 9 = 3

3 3

Jadi penentuan kategorinya adalah :

Sikap negatif = 3 – 5 (terendah)

Sikap netral = 6 – 8 (sedang)

Sikap positif = 9 – 12 (tertinggi)

Aspek Afektif :

SS : 4 x 5 = 20 (nilai tertinggi)

S : 3 x 5 = 15

TS : 2 x 5 = 10

STS : 1 x 5 = 5 (nilai terendah)

Sehingga, Range = 20 – 5 = 15 = 5

3 3

Jadi penentuan kategorinya adalah :

Sikap negatif = 5 – 9 (terendah)

Sikap netral = 10 – 14 (sedang)

Sikap positif = 15 – 20 (tertinggi)

Aspek Konatif :

SS : 4 x 8 = 32 (nilai tertinggi)

S : 3 x 8 = 21

TS : 2 x 8 = 16

(55)

Jadi penentuan kategorinya adalah :

Sikap negatif = 8 – 15 (terendah)

Sikap netral = 16 – 20 (sedang)

Sikap positif = 21 – 32 (tertinggi)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang diriset (Sugiyono, 2002:55).

Dalam hal ini populasi yang digunakan adalah jumlah keseluruhan pelajar SMA

Surabaya. Jumlah keseluruhan pelajar SMA Surabaya di tahun 2010 adalah 33.882 orang

(sumber ; Dispendik kota Surabaya, Metropolis Jawa Pos, Edisi Senin, 26 April 2010).

3.3.2. Sampel

Untuk jumlah sample sebanyak 100, mengacu pada penjelasan Burhan Bungin

(2001), yang mengatakan bahwa agar sampel penelitian bisa mewakili populasi atau

dinilai respresantatif maka biasannya sampel harus bisa dipertanggungjawabkan. Jumlah

populasi untuk menentukan sampel dengan menggunakan rumus Yamane. Pendekatan

data jumlah pelajar SMA Surabaya tahun 2010 adalah 33.882. Jumlah sampel yang

(56)

Nd² + 1

Di mana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = presisi 10%, tingkat kepercayaan 90%

Tingkat kesalahan sampel yang digunakan adalah 10%, karena menurut Husein

(2002:142), tingkat kesalahan sampel sebesar 10% masih dapat ditoleransi dalam

penelitian.

n = 33.882

(33.882) (0,1)² + 1

n = 33.882

(33.882) (0,01) + 1

n = 33.882

338,82 + 1

n = 33.882

(57)

100

Karakteristik pengendali pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Pelajar SMA Surabaya

2. Berusia 15 – 19 tahun.

Pemilihan karakteristik tersebut dipilih karena pelajar SMA dengan kisaran

umur sekian sudah bisa menerima dan memahami sebuah berita dengan baik.

3.4. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam riset ini adalah Accidental

Sampling (sampling kebetulan) dimana teknik ini adalah memilih pelajar SMA

Surabaya yang kebetulan dijumpai ketika menyaksikan Development Basketball

League Movement 2010 yang ada di Surabaya untuk dijadikan sample. Jadi peneliti

akan memilih 100 orang dari 33.882 pelajar SMA Surabaya yang sedang menonton

Development Basketball League Movement 2010 di DBL Arena Surabaya sebagai

(58)

Development Basketball League Movement 2010, metode pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data primer

Kuesioner, berupa daftar yang berisi kumpulan pertanyaan, yang didalamnya

disertakan alternatif pilihan jawaban untuk kemudian disebarkan kepada

responden yang memenuhi karakteristik penelitian, guna mendapatkan data yang

akurat berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan.

2. Data sekunder

Data-data yang bersumber dari dokumentasi maupun perpustakan atau data-data

tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini juga dimanfaatkan.

3. Wawancara

Berupa pertanyaan yang ditujukan kepada Commissioner DBL Indonesia dalam

rangka untuk memperoleh informasi tentang Development Basketball League

Movement 2010 dan data pendukung lainnya.

3.6. Teknik Analisis Data

Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

yaitu tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan dara yang diperoleh dari

hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden. Data yang diperoleh dari hasil

selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan.

(59)

disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh valid.

b. Coding

Pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating

Menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada agar dapat dihubungkan

dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada (Rakhmat, 2002 :

134).

Adapun rumus yang dipergunakan agar data yang diperoleh akan dianalisa

secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus :

P = F x 100% N

Keterangan :

P = Presentase Responden

F = Frekuensi Responden

N = Jumlah Responden

Demikian rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase dengan kategori

terntentu, hasil perhitungan selanjutnyaakan disajikan dalam tabel agar lebih mudah

(60)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. DBL Indonesia

DBL Indonesia (Deteksi Basket Lintas Indonesia) merupakan sebuah perusahaan yang terbentuk karena adanya event basket yang diselenggarakan untuk pelajar se-Indonesia. Event basketnya sendiri pada awalnya diselenggarakan oleh DetEksi (rubrik anak muda surat kabar Jawa Pos) dan disebut dengan DBL (DetEksi Basketball League).

DetEksi merupakan bagian dari halaman Jawa Pos yang terbit mulai 26 Februari 2000 dibawah pimpinan Azrul Ananda yang pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi Jawa Pos. Nama DetEksi sengaja dipilih untuk halaman koran ini karena halaman utamanya menyuguhkan hasil survei pendapat dan gaya hidup anak muda. DetEksi mencoba menDetEksi fenomena anak muda di Surabaya. DetEksi hadir untuk ”membunuh” kemalasan anak muda dalam membaca koran.

Sasaran pembaca DetEksi adalah kalangan remaja. Maka, kru (sebutan bagi karyawan DetEksi Jawa Pos) yang bekerja di dalamnya juga berasal dari usia sebaya. Rata-rata para kru DetEksi memiliki kisaran usia antara 19 hingga 25 tahun yang terdiri dari Redaktur, Supervisor, Koordinator, Bendahara, Editor, Penulis, Grafis, Fotografer, Petugas Entry Data dan Surveyor.

Jadi selama DetEksi berdiri, DetEksi bukan hanya menawarkan halaman– halamannya saja, tetapi DetEksi juga menawarkan kegiatan off-print untuk remaja yang

(61)

Setelah 6 tahun pelaksanaan mulai dari 2004, DBL semakin berkembang, tidak hanya di Surabaya, bahkan pada tahun 2008 DBL mulai diadakan di 11 kota di Indonesia. Dan karena itu juga DetEksi, pada khususnya Jawa Pos membentuk anak perusahaan baru yang pada akhirnya diberi nama DetEksi Basket Lintas Indonesia (DBL Indonesia).

4.1.2 Event DetEksi Basket Lintas Indonesia-Development Basketball League Movement

Development Basketball League Movement (DBL Movement) merupakan pengembangan dari DetEksi Basketball League (DBL) karena pelaksanaanya sendiri diberbagai kota seluruh Indonesia.

DBL Movement pertama kali diadakan pada tahun 2008 dan diawali dengan diadakan di 11 kota di Indonesia, Makassar, Palembang, Pontianak, Manado, Banjarmasin, Mataram, Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Lampung. DBL Movement 2008 mendapat respon yang baik, itu dibuktikan dengan total jumlah penonton dari seluruh kota tempat penyelenggaraan adalah 210.000 orang. Karena DBL movement 2008 dianggap berhasil, maka Azrul Ananda selaku Commissioner DBL Indonesia memutuskan DBL Movement akan diteruskan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009.

(62)

mencapai total 400.000 orang dari semua kota tempat penyelenggaraan.

Di tahun 2010 DBL Indonesia ingin membuktikan kalau event-nya semakin lama semakin berkembang dan mendapatkan respon positif dari masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan ditambahnya lagi kota tempat diadakannya DBL Movement menjadi 21 kota. Karena hal itu DBL Movement sekarang menjadi event yang bertaraf nasional.

Selain menghadirkan pertandingan basket kesehariannya, DBL Movement juga memiliki kompetisi lain di dalamnya antara lain yaitu yel-yel competition. Magnet event DBL Movement ini menjadikannya sebagai ajang kompetisi olahraga bergengsi bagi remaja, khususnya di kota Surabaya sebagai markas DBL Indonesia.

DetEksi Basketball League atau biasa dikenal dengan DBL termasuk salah satu even olahraga yang banyak menarik perhatian publik Indonesia. Penyelenggara pun mengklaim DBL sebagai kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, hal tersebut juga telah dikukuhkan di MURI (Museum Rekor Indonesia) pada bulan Mei 2009 sebagai Liga Basket Pelajar Terbesar Indonesia dengan penoton dan peserta terbanyak.

(63)

4.1.3. Pemberitaan Event Development Basketball League Indonesia

Karena merupakan event yang bertaraf nasional, pemberitaan DBL Movement 2010 hadir pada halaman Olahraga surat kabar Jawa Pos, bahkan ketika benar-benar ada angle yang menarik, redaktur Jawa Pos tidak segan-segan menempatkan pemberitaannya di halaman utama Jawa Pos.

Dalam penulisan berita, DBL Movement memiliki ke khas-an nya sendiri. Memiliki berbagai pertimbangan dalam menerbitkan berita-berita olahraganya. Karena memiliki target segmen remaja dan beranggotakan remaja pula, maka karakteristik tersebut bisa tampak pada berita yang disajikan yang juga bergaya anak muda. Berita yang dipilih pada pemberitaan DBL ini haruslah disukai oleh anak muda, mulai dari pemilihan kata yang bergaya anak muda, pemilihan angle naskah yang disajikan, naskah berita olahraga tidak lagi hanya membahas skor, namun juga hal-hal di luar teknis seperti masalah kehidupan sehari-hari atlet, aksi para suporter, dan sebagainya, berikut foto yang dipilih untuk menemani naskah-naskah tersebut, hingga judul-judul yang dirilis.

(64)

4.2.1. Identitas Responden

Objek dari penelitian ini adalah Pelajar SMA Surabaya sebanyak 100 responden. Identitas responden disini yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik yang ada pada responden, antara lain jenis kelamin, dan usia responden.

1. Jenis Kelamin Responden

Salah satu Identitas responden yang dianalisa lagi adalah jenis kelamin responden. Berikut ini disajikan dalam tabel frekuensi yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden ( n = 100 )

Jenis Kelamin Frequency Percent (%)

Laki-laki 50 50.0

Perempuan 50 50.0

Total 100 100.0

(65)

laki-2. Usia Responden

Usia responden dari penelitian ini dibagi menjadi 5 kategori, mulai dari pelajar usia 15-19 tahun. Berikut dapat dilihat perbedaan prosentase jumlah responden berdasarkan usia.

Tabel 4.2 Usia Responden

( n = 100 )

Usia (Tahun) Frequency Percent (%)

15 25 25

16 32 32

17 29 29

18 11 11

19 3 3

Total 100 100

Gambar

Gambar 2.1. Teori S-O-R. Stimulus – Organism – Response
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Usia Responden
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang

Hal ini berkaitan erat dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual dimana mahasiswa diajarkan, dibimbing, dan diarahkan untuk dapat menjadi problem solver

Pemimpin perusahaan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengendalian perusahaan dengan sebaik-baiknya

Oleh Anugerah, Berkat, dan Tuntunan Tuhan penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan judul “ Ketentuan Sanksi Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Upaya

Traffic count was conducted to vehicles passing the stopping line and classified into light vehicle, motorcycle and heavy vehicle.. Observation was conducted on

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017.. HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI KABUPATEN BANYUMAS.. Yang diajukan oleh:

Kepolisian yang bertugas di Polsek wilayah Polres Purbalingga bisa memotivasi anggota yang berusia madya untuk bekerja melaksanakan tugas dengan baik dan maksimal

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keterlibatan kosumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras merah dengan memperhatikan atibut-atribut