• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak Di Surat Kabar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak Di Surat Kabar)."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

OLEH :

RACHMAD ADI NUGROHO

NPM. 0643010359

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI SURABAYA

(2)

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, maka pada akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan.

Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si, selaku Dosen Wali serta Dosen Pembimbing penulis yang selama ini telah membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Pak Juwito, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim

2. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim

3. Dra. Sumardjijati, MSi, selaku dosen penguji penulis yang senantiasa membantu penulis menyelesaikan skripsi ini

(3)

Jatmiko dan yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

7. Shelvy Puspita Dewi yang senantiasa memberikan senyuman manisnya serta mendukung aku sepenuh hati

8. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon kehadirat Allah SWT semoga segala bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, Mei 2010

(4)

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI...v

ABSTRAKSI... ix

BAB I ... PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II LANDASAN TEORI ...9

2.1 Landasan Teori ...9

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ...9

2.1.2 Masyarakat Sebagai Khalayak Media Massa ...13

2.1.3 Pengertian Berita ...14

2.1.4 Pengertian Sikap ...16

2.1.5 Teori S-O-R ...19

2.1.6 Kerangka Berpikir ...22

BAB III METODE PENELITIAN ...24

(5)

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...30

3.2.1 Populasi ...30

2.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...32

3.4 Metode Analisis Data ...33

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...34

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...34

4.1.1 Gambaran Umum Direktorat Jendral Pajak ...34

4.1.2 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya ...35

4.2 Gambaran Umum Surat Kabar di Surabaya ...38

4.2.1 Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos ...38

4.2.2 Gambaran Umum Surat Kabar Surya ...39

4.2.2 Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ...41

4.3 Penyajian Data dan Analisis Data...42

4.3.1 Identitas Responden ...42

4.3.1.1 Jenis Kelamin Responden ...43

4.3.1.2 Usia Responden ...43

4.3.1.3 Pekerjaan Responden ...44

4.3.1.4 Surat Kabar Yang Dibaca Oleh Responden ...45

(6)

Para Wajib pajak ...49 4.3.2.3 Sikap Responden Menjadi Tahu Berapa Jumlah

Keuntungan Yang Didapat Oleh Para Petugas Pajak ...50 4.3.2.4 Sikap Responden Terhadap Uang Wajib Pajak

Digelapkan Oleh Para Petugas Pajak...51 4.3.2.5 Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya

Terhadap Pemberitaan Mengenai Mafia Pajak...52 4.3.3 Aspek Afektif ...53

4.3.3.1 Sikap Responden Merasa Waspada

Terhadap Petugas Pajak Setelah Membaca

Berita Mengenai Mafia Pajak ...55 4.3.3.2 Sikap Responden Merasa Marah Terhadap

Petugas Pajak Setelah Membaca Berita

Mengenai Mafia Pajak...56 4.3.3.3 Sikap Responden Yang Merasa Tertarik

Untuk Mengikuti Perkembangan Berita

Mengenai Petugas Pajak ...57 4.3.3.4 Sikap Responden Surabaya Mengharapkan

Penggelapan Pajak Yang Dilakukan Oleh

Petugas Pajak Dibongkar Oleh Kepolisian...58 4.3.3.5 Aspek Afektif Masyarakat Surabaya

(7)

Kepolisian Dalam Memberantas Para Petugas

Pajak Yang Menggelapkan Uang Wajib Pajak ...61

4.3.4.2 Sikap Responden Surabaya Cenderung Mencari Informasi Apakah Uang Pajaknya Terkena Penggelapan Pajak atau Tidak ...62

4.3.4.3 Aspek Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar...63

4.3.5 Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar ...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...67

DAFTAR PUSTAKA ...69

(8)

TERHADAP PETUGAS PAJAK PASCA PEMBERITAAN MAFIA PAJAK DI SURAT KABAR (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak Di Surat Kabar)

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar.

Teori yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R yaitu teori Stimulus-Organisme-Respon untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya terhadap petugas pajak Pasca mereka membaca berita mengenai Mafia Pajak di Surat Kabar. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Metode Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuisioner menggunakan purposive sampel, yakni sampel yang telah ditentukan karakteristiknya untuk mendapatkan data sesuai keinginan peneliti dengan mengambil responden masyarakat Surabaya. Jumlah responden dalam penelitian ini sebesar 100 orang responden.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung mempunyai sikap positif yang berarti masyarakat merasa waspada terhadap para petugas pajak, pasca pemberitaan tersebut.

(9)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang Masalah

Informasi tidak bisa dipungkiri dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya untuk memenuhi segala kebutuhan yang makin beragam, dikarenakan informasi yang selalu berkembang sangat cepat. Dalam proses penyampaian pesan informasi tidak lepas dari proses komunikasi itu sendiri, dalam proses komunikasi membutuhkan sarana atau media yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi. Didalam memilih media yang tepat, diharapkan informasi yang disampaikan pada masyarakat dapat diterima dengan baik serta efek yang baik pula. Komunikasi bersifat persuasif yakni untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan sukarela. Komunikasi Persuasif ini bertujuan untuk menimbulkan adanya kesadaran, kerelaan disertai dengan perasaan segan seseorang untuk mengubah. Selain itu sifat komunikasi adalah Informatif yakni agar orang lain mengerti dan tahu. Salah satu alat komunikasi yang bersifat informatif ini adalah media massa.

(10)

Berita yang disajikan oleh media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai peristiwa dan kejadian yang berkembang yang kemudian menjadi isu di masyarakat. Untuk bisa menjadi tulisan yang bisa disajikan dalam media massa, peristiwa atau kejadian tersebut harus mengandung berita. Namun, tidak semua kejadian yang ada di masyarakat ditampilkan oleh media massa.

Media massa sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, salah satu bentuk media massa adalah media cetak. Bentuk media cetak itu sendiri bermacam-macam diantaranya adalah surat kabar. Surat kabar didefinisikan sebagai penerbitan yang berisi lembaran dan berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak, serta terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum. (Assegaf, 1991 : 141).

Sebagai salah satu alat komunikasi massa, surat kabar bersifat umum dan mempunyai sirkulasi atau peredaran yang sangat luas, karena itu dalam upaya menarik minat pembaca (khalayak), maka surat kabar tersebut dapat menyajikan berita yang memiliki nilai lebih agar dapat menambah dan mempertegas pengetahuan pembaca (khalayak).

Surat kabar sebagai bagian dari media massa dapat menjadi instrumen untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti, dapat menjadi berita melalui penciptaan berbagai cerita dan data-data yang disajikan oleh media massa, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan-rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita.

(11)

olahraga, berita pendidikan dan berita-berita yang lainnya. Salah satu berita yang ditampilkan adalah berita mengenai “Mafia Pajak” di berbagai Surat Kabar. Peneliti mengambil penelitian mengenai Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surabaya. Ketertarikan peneliti terhadap pemberitaan ini, karena begitu berkembangnya kasus yang awalnya bermula dari penangkapan Gayus Tambunan yang merupakan salah satu Markus (Makelar Kasus), yang terkait kasus penggelapan dana sebesar 25 milliar di Jakarta.

(12)

Pada 19 April 2010 surat kabar Jawa Pos memuat berita mengenai “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya”. Sementara dari surat kabar Surya pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Gayus Surabaya Ditangkap”. Sementara dari surat kabar Surabaya Post pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Mafia Pajak Surabaya Meluas”. Serta dari surat kabar Kompas pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Penggelapan Pajak Rp 300 Milliar Ditangkap” Dalam berita tersebut memiliki permasalahan yang sama yakni adanya permainan penggelapan uang Wajib Pajak yang dilakukan oleh orang dalam Ditjen Pajak maupun KPP (Kantor Pelayanan Pajak).

(13)

Dalam pemberitaan mengenai “Gayus Surabaya Ditangkap” dijelaskan juga bagaimana Unit Pidana Umum Satuan Reserse Kriminal Polwiltabes Surabaya membongkar praktik penggelapan pajak yang angkanya diduga lebih dari Rp 350 milliar. Dan salah satu tersangkanya adalah pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Rungkut Jl Jagir Wonokromo Surabaya (Surya 19 April 2010).

Pegawai pajak yang berperan dalam sindikat ini mulai dari tingkat bawah hingga tingkat atas. Sebagai contohnya dari tingkat bawah adalah: dalam pemberitaan tersebut dikatakan, seorang cleaning service memiliki rumah serta mobil mewah di kawasan Sidoarjo. Padahal berapa besar penghasilan cleaning service sesungguhnya. Hal tersebut tidak masuk akal bisa memiliki hal tersebut, jika tidak bermain atau menggelapkan uang. Berdasarkan informasi tersebut maka, objek sikap pada penelitian ini yang ingin diteliti adalah bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar.

Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak, berpikir berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Dapat dipahami, bahwa manusia dilingkupi dengan masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap.

(14)

timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001 : 40).

Peneliti mengambil penelitian mengenai Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar dikarenakan ketertarikan peneliti terhadap perkembangan pemberitaan penggelapan uang Wajib Pajak yang dilakukan oleh orang dalam Ditjen Pajak. Setiap warga Negara selalu membayarkan pajaknya, begitu pula dengan masyarakat Surabaya yang mempunyai NPWP selalu membayarkan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak di daerahnya masing-masing. Kasus Mafia Pajak tersebut terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Surabaya oleh karena itu peneliti mengambil penelitian mengenai sikap masyarakat Surabaya.

(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan permasalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

(16)

b. Secara Praktis

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Menurut pendapat (Effendy, 1993 :93) Komunikasi massa (mass communication) ialah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan untuk umum, dan film yang dipertunjukkan di bioskop-bioskop. Untuk itu fungsi komunikasi massa adalah untuk menyampaikan suatu informasi dalam jangkauan yang luas dimana komunikasi tidak diketahui secara pasti jumlahnya dan tersebar diberbagai daerah atau penjuru.

Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa agar komunikasi massa dapat berlangsung diperlukan saluran yang memungkinkan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang ingin dituju. Saluran tersebut adalah media massa yang menurut bentuknya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Media cetak (printed media) yang meliputi : surat kabar, majalah, buku, pamphlet, brosur dan sebagainya.

(18)

3. Media online atau yang kita kenal dengan internet.

Menurut (Effendy, 2003 : 81-83) dalam komunikasi massa mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Komunikasi Massa Bersifat Umum

Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang, tidak ditujukan untuk perorangan atau golongan tertentu sehingga kemasan pesan tersebut ditujukan untuk umum.

2. Komunikator Melembaga

Komunikator disini tidak bertindak atas nama pribadi atau perorangan saja melainkan organisasi yang merupakan suatu kerja tim.

3. Komunikator Bersifat Heterogen

Media massa dalam komunikasi massa merupakan kumpulan orang-orang yang heterogen, tinggal dalam komunikasi yang berbeda, baik itu jenis kelamin, tingkat status sosial ekonomi, usia dan sebagainya. Heterogenitas dari khalayak pembaca merupakan kesulitan yang paling sering dihadapi karena setiap individu dari khalayak selalu berkeinginan agar kebutuhan terpenuhi.

4. Menimbulkan Keserempakan

(19)

5. Prosesnya Berlangsung Satu Arah

Prosesnya tidak menimbulkan umpan balik, kalaupun ada jelasnya secara tertunda.

Berbagai media yang baik media elektronik ataupun media massa juga memiliki peranan dalam kehidupan manusia diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Media massa memberikan dan membantu kita mengetahui secara jelas tentang dunia dan sekelilingnya kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2. Media massa membantu menyusun agenda (jadwal) kehidupan setiap hari.

3. Media massa berfungsi membantu untuk berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.

4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5. Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya. 6. Media massa sebagai media hiburan, sebagian besar

melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.

(20)

mencapai sasaran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan disebarkan komunikator, tidak hanya diketahui apakah

pesan diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.

Bila dikaitkan dengan fungsi komunikasi massa maka surat kabar merupakan salah satu media massa yang juga turut andil sebagai penyampai informasi yang akurat kepada khalayak pembacanya. Surat kabar berfungsi untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi pembaca. Adapun salah satu hal yang dipertimbangkan masyarakat dalam memilih surat kabar adalah dari bobot pemberitaan, selain menyajikan berita surat kabar juga menyajikan dalam bentuk artikel iklan dan sebagainya apabila dilihat secara umum semua bentuk informasi tersebut dapat dilihat berdasarkan scala cakupan (politik, ekonomi, budaya dan lain-lain), berdasarkan jarak (internasional, nasional, regional), dan berdasarkan isi kedalaman analisis.

Salah satu media komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya didalam surat kabar terkandung sifat-sifat komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui dari batasan kriteria standar surat kabar. Batasan surat kabar menurut pendapat (Assegaf,1991 : 140), surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan diterbitkan secara tetap, periodik dan dijual untuk umum. Surat kabar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah surat kabar yang terbit setiap hari atau sering disebut dengan surat kabar harian.

(21)

cetak, yang menyebarkan berita sebagai kata jurnalistik berupa lembaran, karangan dan iklan yang disebarluaskan secara umum (McQuail, 1991 : 153).

2.1.2 Masyarakat Sebagai Khalayak Media Massa

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Pembaca sebagai khalayak media massa harus dapat dicapai seraya menerima setiap pesan secara inderawi dan secara rohani. Yang dimaksudkan inderawi di sini adalah diterimanya suatu pesan yang jelas bagi indera mata, sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah sebagai terjemahan dari bahasa asing “Accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka referensinya (Frame of reference), paduan dari usia, agama pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (interest) tertentu (Effendy, 2003 : 315).

Pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

(22)

2.1.3 Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrist yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau ada terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta yang dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta. Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit saja, kedua bahwa berita itu bias menceritakan segala aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan dipandang relevan (Djuroto, 2002 : 48).

Faktor yang berkaitan dengan aliran lain, adalah kedekatan media terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan untuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan keinginan adanya kesinambungan diantara berbagai jenis berita (McQuail, 1991 : 93).

(23)

1. Faktual

Isi berita harus merupaka sesuatu yang berdasarkan fakta, bukan fakta yang dibuat-buat. Suatu berita harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya, jujur, tanpa prasangka, dan tidak didramatisir.

2. Objektif

Apa yang dilihat dan didengar itulah yang ditulis oleh seorang wartawan menjadi sebuat tulisan yang berisi pemaparan dan penguraian peristiwa atau pendapat. Suatu berita yang objektif tidak dicampuri dengan subjektifitas atau opini pribadi dan peliput beritanya.

3. Nilai berita

Suatu berita akan dianggap penting jika menyangkut kepentingan orang banyak. Berita yang bernilai harus terdapat keterikatan dengan kepentingan umum. Sebuah berita dianggap bernilai jika berita itu merupakan kejadian atau peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada khalayak seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.

4. Aktual

(24)

5. Menarik

Berita yang disajikan harus berisit peristiwa atau pendapat yang memang menarik perhatian sebagian besar pembaca. Biasanya berita yang menarik adalah tentang sesuatu yang sudah aneh, yang luar biasa, atau tentang sesuatu yang belum pernah terjadi. Suatu berita dikatakan menarik apabila informasi yang disajikan membangkitkan kekaguman, rasa lucu, atau humor, atau informasi mengenai pilihan hidup.

2.1.4 Pengertian Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok. (Sobur,2003:361)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Sobur,2003:362)

(25)

memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Azwar, 2008 : 15)

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interlasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga yaitu :

a. Komponen kognitif 

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.

b. Komponen afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki.

c. Komponen konatif

(26)

Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut :

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Dampak Afektif

Dampak afektif timbul bila ada perubahaan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak Konatif

(27)

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : respon positif jika seseorang menyatakan setuju, respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju, dan respon jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek (Effendy, 1993 : 6-7)

2.1.5 Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan obyek material dari psikologi sama, maka teori ini menjadikan kajian teori ilmu komunikasi. Yaitu, manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen opini, sikap, perilaku, afektif, konasi dan kognitif.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organism berarti komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang, maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan kognitif pada diri komunikan.

(28)

tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (Mc.Quail,1991:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampakan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

(29)

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan, dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)

(30)

2.1.6 Kerangka Berpikir

Berdasar pada landasan teori yang telah diuraikan oleh peneliti maka peneliti ingin meneliti Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surabaya, karena stimuli yang ada dalam hal ini pesan akan ditertima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi objek dalam hal ini, selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh Masyarakat tersebut yang dalam penelitian ini adalah Masyarakat Surabaya.

Pada 19 April 2010 surat kabar harian Jawa Pos memuat berita mengenai “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya”. Sementara dari surat kabar Surya pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Gayus Surabaya Ditangkap”. Sementara dari surat kabar Surabaya Post pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Mafia Pajak Surabaya Meluas”. Serta dari surat kabar Kompas pada tanggal yang sama memuat berita mengenai “Penggelapan Pajak Rp 300 Milliar Ditangkap” Dalam berita tersebut memiliki permasalahan yang sama yakni adanya permainan penggelapan uang Wajib Pajak yang dilakukan oleh orang dalam Ditjen Pajak maupun KPP (Kantor Pelayanan Pajak).

(31)

tanggapan, dalam hal ini adalah sikap pembaca berita “Mafia Pajak Surabaya” di surat kabar.

Organisme : “Mafia Pajak” di surat kabar

Gambar 2. Kerangka Berpikir (Sumber : Effendy, 2003 : 255)

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional di sini dimaksudkan untuk menjelaskan indikator dari variabel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu cirri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. (Bungin, 2001 : 48).

Pengertian dari variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional yang acuan-acuannya lebih nyata dan secara relatif mudah diindentifikasi dan di observasi serta dengan mudah diklarifikasi (Bungin, 2001 : 77). Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep menjadi variabel, maka konsep-konsep tersebut akan dapat diteliti secara empiris (Singarimbun, 1995 : 41).

(33)

dalam penelitian ini adalah variabel sikap. Adapun operasionalisasi dari variabel sikap adalah sebagai berikut :

3.1.1 Sikap dan Pengukurannya

Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap stimulus yang diterima. Sikap dapat diukur dari beberapa komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu idea atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut.

Komponen Kognitif dalam penelitian ini, antara lain :

a. Mengetahui tentang petugas Pajak di Surabaya

b. Mengetahui bagaimana cara petugas pajak menggelapkan uang para Wajib Pajak

c. Mengetahui berapa jumlah keuntungan yang didapat oleh para petugas pajak

(34)

2. Afektif dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari Masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan Mafia Pajak di Surat kabar. Seperti misalnya, perasaan jengkel atau waspada terhadap pemberitaan “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya” di Surat Kabar.

Komponen Afektif dalam penelitian ini, antara lain :

a. Merasa waspada terhadap petugas pajak

b. Merasa marah terhadap petugas pajak

c. Merasa tertarik untuk mengikuti perkembangan berita mengenai petugas pajak

d. Mengharapkan penggelapan pajak yang dilakukan oleh para petugas pajak dibongkar oleh kepolisian

(35)

a. Mendukung Polisi dalam memberantas para petugas pajak yang menggelapkan uang wajib pajak

b. Adanya kecenderungan responden untuk mencari informasi yang berkaitan dengan uang pajaknya apakah terkena penggelapan atau tidak

Dalam melakukan pengukuran variabel sikap digunakan skala likert. Skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, dan setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan ketidak setujuannya (Singarimbun, 1995 : 111). Jawaban dari masing-masing pertanyaan yang ada di kuisioner digolongkan dalam tiga jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).

Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilainnya sebagai berikut :

1. Sangat Tidak Setuju (STS) : mempunyai skor 1

2. Tidak Setuju (TS) : mempunyai skor 2

3. Setuju (S) : mempunyai skor 3

(36)

Maka selanjutnya diberi batasan – batasan dalam menentukan lebar interval dari pernyataan yang akan menjawab yaitu : positif, negatif, dan netral adalah dengan menggunakan rumus :

Interval = Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

Sikap Masyarakat Surabaya terhadap petugas pajak pasca pemberitaan “Mafia Pajak” di Surat Kabar dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu positif, negatif, dan netral. Dikatakan positif jika Masyarakat Surabaya melakukan sikap waspada yang berhubungan dengan informasi dalam pemberitaan “Mafia Pajak”. Sementara dikatakan negatif jika Masyarakat Surabaya menyatakan tidak waspada atau tidak khawatir ataupun takut terhadap petugas pajak. Dan dikatakan netral jika Masyarakat Surabaya cenderung tidak mengalami perubahan sikap terhadap pemberitaan “Mafia Pajak” di Surat Kabar.

Jumlah dari pertanyaan yang berkaitan dengan sikap Masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan “Mafia Pajak” di Surat Kabar adalah 11 pertanyaan. Maka, perhitungan pengukuran intervalnya adalah sebagai berikut :

Skor terendah : 1 x 11 = 11

(37)

Interval= Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah

Jenjang yang diinginkan

= 44 - 11

3

= 33

3

= 11

Jadi, interval ( batasan skor ) untuk masing – masing sikap yaitu :

Skor Negatif : 11 – 21

Skor Netral : 22 – 32

Skor Positif : 33 - 44

3.1.2 Pemberitaan Mengenai “Mafia Pajak” di Surat Kabar.

(38)

para Mafia Pajak di Surabaya. Penggelapan pajak tersebut didalangi oleh orang dalam perpajakan yang meliputi :

1. Konsultan pajak 2. Kurir sindikat pajak

3. Makelar pembuatan validasi fiktif 4. Internal Ditjen Pajak

5. Kantor Pelayanan Pajak

Uang yang diberikan oleh para Wajib Pajak tidaklah disetorkan kepada bank atau kantor pos melainkan diberikan kepada kurir sindikat pajak. Sehingga para Wajib Pajak tidaklah mengetahui kemana uang mereka sebenarnya.

Sikap Masyarakat Surabaya setelah membaca berita “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya” di Surat Kabar Harian Jawa Pos dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu:

1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya”.

(39)

3. Komponen kognitif yaitu kecenderungan perubahan sikap atau perilaku seseorang tentang pemberitaan “Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya”.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 55). Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Surabaya yang memiliki NPWP berjumlah 1.981.668 orang (Sumber BPS). Masyarakat telah membaca berita mengenai “Mafia Pajak”. Hal ini dikarenakan bahwa Masyarakat mempunyai sifat yang aktif dan selektif. Dikatakan aktif apabila mereka menjumpai sesuatu yang menarik dari sebuah berita, mereka berfikir aktif dan melakukan interpretasi. Sedangkan selektif yaitu mereka memilih berita yang disukainya.

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

(40)

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Untuk mencari jumlah atau nilai sampel, maka digunakan rumus Yamane (Rakhmat, 2001 : 82) sebagai berikut :

N n =

N(d²) + 1

keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan

N = jumlah populasi

d = presisi 10% derajat ketelitian (0,01)

Dari rumus Yamane diatas, diketahui bahwa populasi Masyarakat Surabaya yang memiliki NPWP pada tahun 2010 adalah 973.268 (Sumber KPP), sehingga diperoleh sample penelitian ini adalah :

N= 1.981.668

1.981.668 (0,1)² + 1 = 1.981.668

(41)

Jadi didapatkan sample yang diambil dari Masyarakat Surabaya yang memiliki NPWP adalah sebanyak 100 responden.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan responden yang sesuai dengan syarat-syarat penelitian ini yaitu, antara lain :

- Masyarakat Surabaya yang telah membaca berita Mafia Pajak Terbongkar di Surabaya di surat kabar

- Masyarakat Surabaya yang mempunyai NPWP - Masyarakat Surabaya yang berdomisili di Surabaya

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden adalah dengan menggunakan kuisioner, dimana dalam kuisioner diajukan pertanyaan tertutup. Untuk menentukan tingkat ukuran dari jawaban yang diberikan oleh responden digunakan skala pengukuran ordinal, yaitu pengukuran berdasarkan tingkatan.

3.4 Metode Analisis Data

(42)

bersifat menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubungan-hubungan yang ada. Teknik statistik deskriptif yang digunakan adalah tabel distribusi frekuensi.

Untuk menghitung presentase dari masing-masing tabel, maka digunakan rumus : P= F x 100%

N

Dimana : P = Presentase

F = Frekuensi

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Direktorat Jendral Pajak

Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah direktorat jenderal di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

 Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak

berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah;

 Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap

barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara;

 Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak

untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan

 Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah

(44)

Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA).

Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini.

4.1.2 Perkembangan Surat Kabar di Surabaya

Surat kabar pertama di Indonesia adalah Bataviase novelies, terbit pada bulan agustus 1744 namun ditutup pada tahun 1746, setelah itu pada perkembangannya, selanjutnya muncul surat kabar yang bernama De Oost Pos pada tahun 1835, diikuti kemudian oleh terbitnya surat kabar lain yang bernama De Nieuws Bode, yang dipimpin oleh J.J. Nosse pada tahun 1861, kedua media

(45)

Adapun surat kabar pertama yang terbit di Surabaya adalah Soerobojosce Courant pada tahun 1831, setelah itu pada bulan Maret 1836 diterbitkan surat

kabar yang bernama Soerobaiasch Adverientieblad. Tahun 1861 diterbitkan surat kabar yang bernama Thimes New Advertieblad pimpinan M. Webber, yang pada tahun 1909 berganti nama menjadi Soerobaiasch Niuewblad. Surat kabar ini kemudian bergabung dengan Soerabaiasch Handleblad, yang sebelum tahun 1865 bernama De Post.

Surat kabar Melayu pertama di Surabaya adalah “Surat Kabar bahasa Melajoe” yang terbit pada tahun 1856, setelah itu baru muncul “Bintang Timoer”, pada tahun 1862, “Bintang Soerabaia” pada tahun 1861, “Celebes Courant” pada tahun 1881, “Thahaja Moelia” pada tahun 1883, “Pemberita Bahroe” pada tahun 1890 dan “Primbon Soerabaia” pada tahun 1990.

Pada masa sebelum kemerdekaan, pers yang ada di Surabaya telah digunakan oleh pemerintah penjajah guna kepentingan kolonialismenya. Pada jaman kolonial Belanda, ada tiga jenis pers yang beredar, yaitu pers Belanda, pers Nasional dan pers Tionghoa – Melayu. Pers Belanda lebih menyuarakan kepentingan penjajah dan pengamanan modal yang dimiliki olehnya. Belanda dengan Pers Nasional yang selalu menyuarakan jiwa kemerdekaan. Sedang Pers Tionghoa – Melayu mewakili golongan Tionghoa untuk selalu meningkatkan modal, namun juga lebih condong ke pihak Nasional.

(46)

diterbitkan di penerbitan Setija Oesaha, yang bersuarakan aliran Islam dan kebangsaan. Pada tahun 1952 muncul “Mingguan Proletar” yang menyuarakan paham komunisme dan proletarisme.

Pada tahun 1929 terbit surat kabar “Sin Tit Po” di bawah pimpinan Liem Koen Hian adalah aktivis Cina yang menyokong kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut menempatkannya dalam kedudukan berlawanan dengan koran-koran Cina lainnya di Indonesia yang masih terkait pada nasionalisme Cina atau yang merupakan pendukung pemerintah kolonial Belanda. Keadaan menjadi berbalik manakala pemerintah Jepang berkuasa di Indonesia. Pada masa militerisme Jepang ini (1942-1945), hamper semua Pers Nasional tidak boleh terbit, dan dipaksa berintegrasi dalam barisan propaganda militerisme Jepang. Kantor berita Indonesia “Antara” masuk dalam “Domei”. Sedang di Surabaya hanya ada satu harian yaitu “Soera Asia”. Namun jiwa nasionalisme dan patriotism tidak mati. Soera Rakjat yang semula di Surabaya akhirnya harus menguasai ke Mojokerto sejak pendudukan Jepang di Surabaya.

(47)

Dari sejarah surat kabar diatas, dapat diketahui bahwa sebenarnya, di Surabaya telah sejak lama ada media yang dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan dan dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu. Dan dari situ, keberadaan media baik milik pemerintah kolonial, milik Tionghoa – Melayu ataupun milik pribumi, digunakan sesuai dengan kepentingan dari pemiliknya. Selain itu pemegang kekuasaan Negara juga menentukan dari hidup dan matinya media.

4.2 Gambaran Umum Surat Kabar di Surabaya 4.2.1 Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos

Jawa Pos didirikan pertama kali tanggal 1 Juli 1949, yang pendirinya adalah The Chung Sen (Susno Tedjo) seorang WNI keturunan kelahiran Bangka. Pada

saat itu Jawa Pos dikenal dengan nama PT. Jawa Pos Concern, LTD. Jawa Pos juga dikenal sebagai harian Melayu – Tionghoa di Surabaya.

(48)

Trikora, kemudian diganti dengan harian berbahasa Inggris “Indonesia Daily News”.

Pada sekitar tahun itu juga The Chung Sen menerbitkan harian berbahasa Cina yang bernama Hua Hsein Weh. Tetapi akhirnya koran ini juga dilarang terbit karena pecahnya pemberontakan G 30 S/PKI. Dengan demikian The Chung Sen tinggal memiliki satu surat kabar yaitu Jawa Pos.

Nama surat kabar ini sering mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1949-1951 bernama Jawa Post dan yang terakhir menjadi Jawa Pos, sampai sekarang. Pada sekitar tahun 1982, Jawa Pos mengalami kemunduran jumlah oplahnya terus menurun yaitu tinggal 6700 eksemplar tiap hari. Pelanggan di Surabaya tinggal 2000 orang, peredaran di Malang tinggal 350 lembar, dan yang mengurus loper koran hanya tinggal 40 orang saja. Kondisi The Chung Sen pun sudah semakin tua. Dan didorong keinginannya untuk menjual Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan berita Tempo. Karena dengan pertimbangan PT. Grafiti Pers tersebut belum memiliki penerbitan surat kabar, sehingga Jawa Pos tidak dinomorduakan, The Chung Sen juga berpesan agar kejayaan yang dulu dapat tercapai kembali.

4.2.2 Gambaran Umum Surat Kabar Surya

(49)

menerbitkan Harian Post Kota. Perusahaan ini berbadan hokum Perseroan Terbatas (PT) yang dituangkan dalam akte pendirian perseroan no 63 di depan notaris Lukito SH, di Surabaya. Akte ini kemudian disempurnakan dengan akte no 57 tanggal 30 Oktober 1985 di depan notaris yang sama dan selanjutnya didaftarkan dalam lembaran Negara dengan nomor 02-1350-NT-0101 tanggal 18 Februari 1986.

Tahun 1986, dengan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers : SK Menpen No. 202/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1986, tanggal 28 Juni 1986, PT Antar Surya Jaya menerbitkan Surat Kabar mingguan Surya. Pertumbuhan oplah mingguan ini cukup menggembirakan hingga mencapai 25.000 eksemplar setiap terbit dengan jangkauan distribusi di Surabaya dan beberapa kota di Jawa Timur. Lokasi perusahaan saat ini beralamatkan di Jl Kiai Abdul Karim 37-39, Surabaya.

(50)

4.2.3 Gambaran Umum Surat Kabar Kompas

Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Keduanya punya latar belakang guru dan punya minat dalam bidang sejarah. PK Ojong adalah Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi Majalah Penabur.

Mereka berbincang-bincang, bahwa pada waktu itu pembaca Indonesia terkucilkan karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat. Sehingga muncullah ide membuat majalah untuk menerobos isolasi tersebut.

Majalah Intisari adalah awal dari kerjasama PK Ojong dengan Jakob Oetama. Mereka disebut sang pemula karena memang kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG), yang awalnya berkembang dari multiple media sebagai core business, menjadi multibusiness group of companies

yang terdiri atas related diversification dan unrelated diversification.

Pada awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965), selaku Menteri atay Panglima TNI-AD menelepon rekan sekabinetnya, Drs. Frans Seda. Ahmad Yani mengungkapan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, lalu membicarakan dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, PK Ojong dan Jakob Oetama.

(51)

bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam keperluan Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1944-1966) menghadap Presiden di Istana Merdeka. Presiden Soekarno telah mendengan bahwa Seda akan menerbitkan sebuah koran, lalu menyarankan nama “Kompas”, yang artinya pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba.

Maka pada hari Senin, 28 Juni 1965 lahirlah koran Kompas dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” hingga saat ini.

4.3 Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sample. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang telah memiliki NPWP serta yang telah membaca berita mengenai mafia pajak. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil berdasarkan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.

4.3.1 Identitas Responden

(52)

4.3.1.1 Jenis Kelamin Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentase Jenis Kelamin dari responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

(Sumber : kuisioner Identitas Responden no 3)

Dari tabel 1 diketahui bahwa jenis kelamin dari responden sebagian besar adalah responden laki-laki, yaitu sebanyak 54 orang, sedangkan responden perempuan berjumlah 46 orang.

4.3.1.2 Usia Responden

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah masyarakat Surabaya yang berjumlah 100 orang. Untuk mengetahui usia responden dapat dilihat pada tabel 2.

(53)

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa usia responden pada penelitian ini bervariasi mulai dari 25 tahun sampai 54 tahun, akan tetapi mayoritas responden berusia 36 – 46 tahun yaitu sebesar 48 %, hal itu dikarenakan masyarakat yang berusia 36 – 46 tahun adalah usia-usia produktif dan mereka rata-rata sudah berpenghasilan yang cukup serta mereka juga membutuhkan adanya suatu berita. Responden yang berusia 47 – 54 tahun yaitu sebesar 35 %. Serta responden yang berusia 25 – 35 yaitu sebesar 17 %.

4.3.1.3 Pekerjaan Responden

Dari 100 orang responden yang menjadi sampel, maka untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Pekerjaan Responden

Pekerjaan Responden F P (%)

Pegawai Swasta 71 71 %

PNS 11 11 %

Wiraswasta 5 5 %

TNI / Polri 3 3 %

Total 100 100 %

(Sumber : Kuisioner Identitas Responden no 4)

(54)

ketinggalan informasi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai swasta.

4.3.1.4 Surat Kabar Yang Dibaca Oleh Responden

Dari 100 orang responden yang menjadi sampel, maka untuk mengetahui surat kabar yang mereka baca dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

(Sumber : Kuisioner no 6)

4.3.2 Aspek Kognitif

Aspek kognitif responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan mafia pajak di surat kabar diukur dari 4 pertanyaan mengenai aspek kognitif yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 7 hingga nomor 10 pada kuisioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.

(55)

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu : 4 x 4 = 16.

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu : 1 x 4 = 4.

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Skor jawaban tertinggi – Skor jawaban terendah

Range =

Jenjang yang diinginkan

16 - 4 =

3

12 =

3 = 4

Jadi penentuan kategori adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 4 – 7

2. Aspek Kognitif Netral = 8 – 11

3. Aspek Kognitif Negatif = 12 – 16

(56)

4.3.2.1 Sikap Responden Menjadi Tahu Akan Adanya Mafia Pajak di Surabaya

Salah satu tujuan utama dari pemberitaan mengenai Mafia Pajak adalah untuk memberitakan dan menginformasikan kepada pembaca tentang kejadian penggelapan uang yang dilakukan para oknum Mafia Pajak di Surabaya. Untuk mengetahui sikap responden terhadap pemberitaan Mafia Pajak dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Sikap Responden Menjadi Tahu Akan Petugas Pajak di Surabaya

Keterangan F P (%)

Sangat Setuju 26 26 %

Setuju 65 65 %

Tidak Setuju 9 9 %

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Total 100 100 %

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 7)

(57)

Jakarta. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang hanya sekedar tahu tetapi tidak begitu peduli terhadap pemberitaannya, sehingga mereka tidak terlalu mengetahui Mafia Pajak di Surabaya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 65 % tahu akan adanya Mafia Pajak di Surabaya.

4.3.2.2 Sikap Responden Menjadi Tahu Bagaimana Cara Petugas Pajak Menggelapkan Uang Para Wajib Pajak

Dari pemberitaan Mafia Pajak Surabaya di Surat Kabar, pembaca bisa mengikuti uraian tentang bagaimana cara para Mafia Pajak menggelapkan uang wajib pajak. Untuk mengetahui sikap responden tentang hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Sikap Responden Menjadi Tahu Bagaimana Cara Petugas Pajak Menggelapkan Uang Para Wajib Pajak.

Keterangan F P (%)

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 8)

(58)

menggelapkan uang. Dan sisanya 41 % responden menyatakan tidak setuju, karena mereka tidak tahu cara pastinya para Mafia Pajak menggelapkan uang karena cara yang disampaikan berupa perkiraan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 51 % menyatakan setuju bahwa mereka masih kurang paham dengan cara Mafia Pajak dalam menggelapkan uang wajib pajak.

4.3.2.3 Sikap Responden Menjadi Tahu Berapa Jumlah Keuntungan Yang Didapat Oleh Para Petugas Pajak

Selain itu pemberitaan mengenai Mafia Pajak ini selain dimaksudkan untuk memberitakan peristiwa tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pembaca. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar menjadi tahu mengenai jumlah keuntungan yang didapat oleh para Mafia Pajak, dapat diketahui pada tabel 7.

Tabel 7

Sikap Responden Menjadi Tahu Berapa Jumlah Keuntungan Yang Didapat Oleh Para Petugas Pajak

Keterangan F P (%)

Sangat Setuju 1 1 %

Setuju 50 50 %

Tidak Setuju 49 49

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Total 100 100 %

(59)

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 1 % responden menyatakan sangat setuju, bahwa para Mafia Pajak sangat mengambil keuntungan dengan menggelapkan uang para wajib pajak yang bisa dilihat dari rumah mewah yang dimiliki oleh para Mafia Pajak. Sekitar 50 % responden menyatakan setuju, karena tidak hanya uang para wajib pajak yang dirugikan oleh para Mafia Pajak, namun juga Negara ikut dirugikan, karena menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dan sisanya responden menyatakan tidak setuju, karena menurut mereka tidak mengetahui berapa jumlah keuntungan yang didapat oleh para Mafia Pajak. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 50 % setuju dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh para Mafia Pajak.

4.3.2.4 Sikap Responden Terhadap Uang Wajib Pajak Digelapkan Oleh Para Petugas Pajak

Untuk mengetahui berapa jumlah responden yang sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju bila pemberitaan mengenai Mafia Pajak itu menggelapkan uang para wajib pajak, dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8

Sikap Responden Terhadap Uang Wajib Pajak Digelapkan Oleh Para Petugas Pajak

(60)

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa responden sebesar 11 % menyatakan sangat setuju, penggelapan uang yang dilakukan melibatkan uang para wajib pajak. Sekitar 38 % responden menyatakan setuju, hal ini dikarenakan semua hasil pajak disalahgunakan oleh para Mafia Pajak. Kemudian 51 % responden menyatakan tidak setuju, karena menurut masyarakat tidak semua uang pajak digelapkan oleh para Mafia Pajak. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 51 % tidak setuju hal itu dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pemberitaan Mafia Pajak.

4.3.2.5 Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mengenai Mafia Pajak

Dari tabel-tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat mengenai Mafia Pajak di Surat Kabar. Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9

Aspek Kognitif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mengenai Mafia Pajak

Keterangan F P (%)

Positif 46 46 %

Netral 54 54 %

Negatif 0 0 %

(61)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 46 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) positif, hal ini dikarenakan responden mengikuti perkembangan pemberitaan mengenai Mafia Pajak secara berkesinambungan di Surat Kabar. Sekitar 54 % responden mempunyai sikap (aspek kognitif) netral, hal ini dikarenakan responden mengikuti pemberitaan mengenai Mafia Pajak di Surat Kabar hanya sekedar tahu tetapi tidak begitu mengikuti dan peduli tentang pemberitaan tersebut. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar 54 % mempunyai sikap netral terhadap adanya pemberitaan Mafia Pajak, sementara 46 % mempunyai sikap positif terhadap adanya pemberitaan Mafia Pajak.

4.3.3 Aspek Afektif

Aspek afektif responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan mafia pajak di surat kabar diukur dari 4 pertanyaan mengenai aspek afektif yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 11 hingga nomor 14 pada kuisioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.

Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategorian adalah sebagai berikut :

(62)

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu : 1 x 4 = 4.

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Skor jawaban tertinggi – Skor jawaban terendah

Range =

Jenjang yang diinginkan

16 - 4 =

3

12 =

3 = 4

Jadi penentuan kategori adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 4 – 7

2. Aspek Kognitif Netral = 8 – 11

3. Aspek Kognitif Negatif = 12 – 16

(63)

4.3.3.1 Sikap Responden Merasa Waspada Terhadap Petugas Pajak Setelah Membaca Berita Mengenai Mafia Pajak

Berita mengenai penggelapan uang seperit ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesai sebab berbagai penggelapan sudah sering kali terjadi, namun masih saja membuat pembaca terkejut menyaksikan akibat dari penggelapan tersebut. Sebagaimana yang diberitakan penggelapan uang yang dilakukan oleh para petugas pajak mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabay yang merasa waspada setelah membaca pemberitaan mengenai Mafia Pajak, dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Sikap Responden Merasa Waspada Terhadap Petugas Pajak Setelah Membaca Berita Mengenai Mafia Pajak

Keterangan F P (%)

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 11)

(64)

pajak berlaku seperti yang diberitakan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 46 % merasa waspada terhadap petugas pajak dan mengharapkan agar kita lebih berhati-hati terhadap para petugas pajak.

4.3.3.2 Sikap Responden Merasa Marah Terhadap Petugas Pajak Setelah Membaca Berita Mengenai Mafia Pajak

Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang merasa marah terhadap petugas pajak setelah membaca pemberitaan tersebut dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Sikap responden merasa marah terhadap petugas pajak

Keterangan F P (%)

Sangat Setuju 42 42 %

Setuju 49 49 %

Tidak Setuju 9 9 %

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Total 100 100 %

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 12)

(65)

dikarenakan menurut mereka tidak semua petugas pajak itu tidak bertanggung jawab. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 49 % menyatakan setuju, karena tidak suka dengan cara kerja petugas pajak.

4.3.3.3 Sikap Responden Merasa Tertarik Untuk Mengikuti Perkembangan Berita Mengenai Petugas Pajak

Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya yang merasa tertarik untuk mengikuti perkembangan berita mengenai Mafia Pajak, dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Sikap Responden Merasa Tertarik Untuk Mengikuti Perkembangan Berita Mengenai Petugas Pajak

Keterangan F P (%)

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 13)

(66)

menurut mereka malah akan semakin membuat marah jika diikuti perkembangannya. Dari data diatas mayoritas responden yaitu 48 % menyatakan setuju merasa perkembangan berita Mafia Pajak perlu untuk diikuti.

4.3.3.4 Sikap Responden Surabaya Mengharapkan Penggelapan Pajak Yang Dilakukan Oleh Petugas Pajak Dibongkar Oleh Kepolisian Dari pemberitaan mengenai Mafia Pajak di Surat Kabar banyak masyarakat yang mengharapkan penggelapan pajak dibongkar oleh kepolisian karena menimbulkan kerugian yang besar. Untuk mengetahui sikap masyarakat Surabaya bahwa mengharapkan penggelapan pajak dibongkar oleh kepolisian, dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13

Sikap Responden Surabaya Mengharapkan Penggelapan Pajak Yang Dilakukan Oleh Petugas Pajak Dibongkar Oleh Kepolisian

Keterangan F P (%)

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 14)

(67)

karena mereka menganggap tidak peduli dengan hal itu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sebesar 84 % menyatakan sangat setuju bila penggelapan pajak dibongkar oleh kepolisian.

4.3.3.5 Aspek Afektif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Dari tabel-tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap petugas pajak pasca pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar. Untuk mengetahuinya dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14

Aspek Afektif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Keterangan F P (%)

Positif 75 75 %

Netral 25 25 %

Negatif 0 0 %

Total 100 100 %

(68)

4.3.4 Aspek Konatif

Aspek konatif responden mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan mafia pajak di surat kabar diukur dari 4 pertanyaan mengenai aspek konatif yang diajukan agar responden memilih masing-masing 1 dari 4 kategori yang telah disusun dalam posisi berurutan pada masing-masing pertanyaan pada nomor 15 serta nomor 16 pada kuisioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan.

Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 8 dan skor terendah adalah 2. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategorian adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu : 4 x 2 = 8.

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu : 1 x 2 = 2.

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Skor jawaban tertinggi – Skor jawaban terendah

Range =

Jenjang yang diinginkan

8 - 2 =

3

(69)

= 2

Jadi penentuan kategori adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 2 – 3

2. Aspek Kognitif Netral = 4 – 5

3. Aspek Kognitif Negatif = 6– 8

Dengan demikian jika dimasukkan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel – tabel dibawah ini :

4.3.4.1 Sikap Responden Surabaya Mendukung Kepolisian Dalam Memberantas Para Petugas Pajak Yang Menggelapkan Uang Wajib Pajak

Dari pemberitaan mengenai Mafia Pajak diketahui bahwa telah menimbulkan kerugian yang besar, hingga ratusan milyar. Untuk mengetahui sikap responden yang mendukung kepolisan dalam memberantas para pelaku Mafia Pajak, dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15

Sikap Responden Surabaya Mendukung Kepolisian Dalam Memberantas Para Petugas Pajak Yang Menggelapkan Uang Wajib Pajak

Keterangan F P (%)

Sangat Setuju 82 82 %

Setuju 17 17 %

(70)

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Total 100 100 %

(Sumber : Kuisioner pertanyaan no 15)

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebesar 82 % responden menyatakan sangat setuju, hal itu dikarenakan mereka menginginkan penggelapan maupun korupsi hilang dari Indonesia. 17 % responden menyatakan setuju karena mereka mengganggap polisi bisa memberantas karena benar-benar merugikan Negara. Sekitar 1% responden menyatakan tidak setuju karena mereka beranggapan bahwa hal seperti ini sudah sering terjadi dan susah untuk diberantas. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden mendukung kepolisian agar segera memberantas Mafia Pajak.

4.3.4.2 Sikap Responden Surabaya Cenderung Mencari Informasi Apakah Uang Pajaknya Terkena Penggelapan atau tidak

Dari pemberitaan mengenai Mafia Pajak yang menggelapkan uang para wajib pajak, untuk mengetahui sikap responden untuk mencari tahu dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16

Sikap Responden Surabaya Cenderung Mencari Informasi Apakah Uang Pajaknya Terkena Penggelapan atau Tidak

(71)

Dari tabel 16 dapat diketahui bahwa 38 % responden menyatakan setuju, hal ini dikarenakan mereka ingin mencari tahu apakah uang pajak mereka benar-benar telah masuk ke Negara sekitar 64 % responden menyatakan tidak setuju, hal ini dikarenakan uang pajak mereka otomatis dipotong oleh perusahaan tempat mereka bekerja sehingga mereka tidak perlu pusing untuk mencari informasi. Dari data tersebut mayoritas responden tidak setuju bila harus mencari informasi mengenai uang pajaknya.

4.3.4.3 Aspek Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Dari tabel-tabel diatas, maka dapat disusun tabel mengenai sikap masyarakat Surabaya terhadap petugas pajak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17

Aspek Konatif Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Keterangan F P (%)

Positif 91 91 %

Netral 9 9 %

Negatif 0 0 %

(72)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebesar 91 % responden mempunyai sikap positif, karena banyak responden yang menginginkan agar penggelapan seperti ini tidak terjadi lagi selain itu agar tidak semakin bertambah kerugian Negara. Sebesar 9 % responden mempunyai sikap netral karena mereka mendukung pemberantasan penggelapan tersebut namun mereka tidak begitu antusias, karena mereka beranggapan pemerintah bisa menyelesaikannnya. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap positif terhadap pemberitaan Mafia Pajak.

4.3.5 Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Sikap masyarakat Surabaya terhadap petugas pajak pasca pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar diukur dari total nilai masing-masing komponen sikap, yaitu sikap kognitif, aspek afektif, serta aspek konatif yang telah diolah dari jawaban responden yang diperoleh dari kuisoner.

Diperoleh data bahwa skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 10. Perolehan dan perhitungan tersebut serta pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu : 4 x 10 = 40.

(73)

Skor jawaban tertinggi – Skor jawaban terendah

Range =

Jenjang yang diinginkan

40 - 10 =

3

30 =

3 = 10

Jadi penentuan kategori adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 10 – 19

2. Aspek Kognitif Netral = 20 – 29

3. Aspek Kognitif Negatif = 30– 40

Dengan demikian jika dimasukkan ke dalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel – tabel dibawah ini :

Tabel 18

Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar

Keterangan F P (%)

(74)

Netral 46 46 %

Negatif 0 0 %

Total 100 100 %

(75)

B A B V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai, Sikap Masyarakat Terhadap Petugas Pajak Pasca Pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Responden sikap positif terhadap petugas pajak pasca pemberitaan Mafia Pajak di Surat Kabar. Positif disini dimaksudkan bahwa responden berpendapat bahwa dengan adanya kasus pajak tersebut sudah sepatutnya kita jauh lebih waspada terhadap para petugas pajak. Sikap positif berarti responden tidak mendukung penggelapan yang dilakukan oleh para petugas pajak yang menggelapkan uang para Wajib Pajak. Beberapa orang bahkan merasa malas jika harus membayar pajak jika uangnya disalah gunakan oleh para petugas pajak. Padahal seharusnya uang tersebut dipakai untuk membangun Negara, tetapi malah disalah gunakan.

(76)

5.2. Saran

Gambar

Gambar 1. Model Teori S-O-R (Effendy, 2003:255)
Gambar 2. Kerangka Berpikir (Sumber : Effendy, 2003 : 255)
Tabel 2
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalau masih belum mendingan ya pasti dokter ngasih obat lagi, kalau sudah mendingan paling hanya dikasih obat antibirnik trus ya kalau sudah gak sakit sama sekali

Numerical representations are also often used for degrees of belief related to numerical or symbolic knowledge and for degrees of consistency or inconsistency (or conflict) between

Oleh Anugerah, Berkat, dan Tuntunan Tuhan penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan judul “ Ketentuan Sanksi Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Upaya

Maka penulis memberikan batasan yaitu tentang pengetahuan nasabah mengenai suatu produk dan Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah serta besarnya bagi hasil

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ), yaitu penelitian yang data-datanya diperoleh dari lapangan

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa variabel economic value added, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Perencanaan Struktur

[r]