• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung dari bulan Agustus 2007 sampai Oktober 2007 di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Parung Kuda, Sukabumi. Keadaan iklim secara umum selama penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2007 sampai Oktober 2007 suhu maksimumnya adalah 28.7 0C dan suhu minimumnya adalah 25.8 0C. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) suhu udara optimum untuk pembentukan akar pada beberapa jenis tanaman adalah 29 0C, karena pada suhu tersebut dapat merangsang pembelahan sel pada jaringan meristem akar.

Pada minggu pertama belum ada tunas yang tumbuh, setelah 2 MST tunas sudah mulai tumbuh dari stek, terutama stek tengah dan pangkal, stek pucuk belum menunjukkan pertumbuhan tetapi tidak juga mati. Pertumbuhan tunas diawali dengan inisiasi tunas dengan kecepaan tumbuh yang beragam antar stek yang satu dengan yang lainnya.

Kondisi pembibitan cukup optimum dan tidak ada serangan hama, sehingga tidak ada stek menunjukkan gejala mati. Stek mulai tumbuh tunas setelah dua minggu di pembibitan. Secara umum stek yang ditanam pada media tanah+pupuk kandang terlihat lebih subur daripada media tanah, tanah+sekam atau tanah+pasir.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Di pembibitan penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali, begitu juga ketika berada di pembibitan. Apabila turun hujan maka penyiraman tidak dilakukan, hal ini untuk menjaga media pembibitan agar tidak terlalu lembab.

Pada 2 MST di pembibitan, tanaman mulai tumbuh dengan baik di dalam polibag, daun terlihat hijau segar. Pada awal penilitian pembibitan tidak terdapat gulma, sehingga pengendalian terhadap gulma tidak dilakukan. Gulma mulai tumbuh pada akhir – akhir penelitian. Penyiangan gulma di dalam polibag dilakukan dengan cara mencabut gulma tersebut secara hati-hati agar tidak merusak tanaman. Pada awal minggu keempat mulai tumbuh gulma dalam polybag. Stek jarak pagar peka terhadap persaingan dengan gulma selama awal

pertumbuhannya. Oleh karena itu gulma yang berada dalam polybag perlu dibersihkan dengan interval 2 minggu sekali agar tidak mengganggu perakaran dan pertumbuhan bibit.

Hasil

Hasil sidik ragam perlakuan media tanam dan bahan stek dan interaksinya berpengaruh terhadap beberapa tolok ukur yang diamati. Rekapitulasi hasil sidik ragam terhadap beberapa tolok ukur keberhasilan pertumbuhan stek jarak pagar di pembibitan disajikan dalam Tabel 1.

Pada provenan Lampung interaksi media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 MST dan jumlah akar pada 9 MST (Lampiran 3 dan 4), interaksi ini juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot basah akar. Interaksi media tanam dan bahan stek pada provenan Sumatra Barat berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 6 dan 7 MST, tinggi tunas 3, 4 dan 6 MST, panjang akar dan bobot basah akar, dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur yang lainnya (Lampiran 4 dan 5).

Faktor tunggal bahan stek pada provenan Lampung tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas 2 MST, panjang akar dan persentase stek hidup dan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot basah akar dan bobot kering akar kecuali terhadap jumlah akar hanya memberikan pengaruh yang nyata. Faktor tunggal bahan stek pada provenan Sumatra Barat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur tinggi tunas 2 MST, jumlah akar dan persentase stek hidup 9 MST, dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas 3 dan 5 MST, tinggi tunas 5 MST, dan panjang akar, sedangkan pada tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar dan persentase stek bertunas memberikan pengaruh sangat nyata (Lampiran 5).

15

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Tolok

Ukur Pengamatan

Perlakuan

Lampung Sumatra Barat

M B M*B KK M B M*B KK J T 2 MST tn tn tn 116 tn ** tn 106 3 MST tn ** tn 59 tn * tn 62 4 MST tn ** tn 48 tn ** tn 41 5 MST tn ** tn 46 tn * tn 33 6 MST tn ** tn 27 tn ** * 27 7 MST tn ** tn 25 tn ** * 25 8 MST tn ** tn 36 tn ** tn 15 9 MST * ** tn 28 tn ** tn 15 T T 2 MST tn ** tn 59 tn tn tn 136 3 MST tn ** * 53 tn ** * 68 4 MST tn ** tn 36 tn ** * 37 5 MST tn ** tn 39 tn * tn 32 6 MST * ** tn 38 tn ** * 22 7 MST tn ** tn 27 tn ** tn 34 8 MST tn ** tn 20 tn ** tn 32 9 MST tn ** tn 22 tn ** tn 30 J A 9 MST tn * * 14 tn tn tn 15 P A 9 MST tn tn tn 18 tn * * 16 B B T 9 MST tn ** tn 25 tn ** tn 23 B K T 9 MST tn ** tn 32 tn ** tn 24 B B A 9 MST tn ** ** 26 tn ** * 25 B K A 9 MST tn ** tn 25 tn ** tn 30 P S H 9 MST tn tn tn 3 tn tn tn 5 PSB 9 MST tn ** tn 20 tn ** tn 29 Keterangan :

MST : Minggu setelah tanam M : Pengaruh media tanam B : Pengaruh bahan stek M*B : Interaksi media tanam dan

bahan stek

* : Berpengaruh nyata menurut Uji F pada taraf α 5 % ** : Berpengaruh sangat nyata

menurut Uji F pada taraf α 1% tn : Tidak berpengaruh nyata

JT : Jumlah tunas TT : Tinggi tunas JA : Jumlah akar PA : Panjang akar BBT : Bobot basah tunas BKT : Bobot kering tunas BBA : Bobot basah akar BKA : Bobot kering akar PSH : Persentase stek hidup PSB : Persentese stek bertunas Faktor tunggal media tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar tolok ukur yang diamati kecuali terhadap jumlah tunas pada 9 MST dan tinggi

tunas 6 MST pada provenan Lampung. Pada provenan Sumatra Barat faktor tunggal media tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang ada.

Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah tunas

Interaksi antara media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 6 dan 7 MST pada provenan Sumatra Barat. Nilai rata - rata jumlah tunas disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Pengaruh interaksi tersebut tidak ditemukan pada stek yang berasal dari Lampung, yang menunjukkan bahwa provenan Sumatra Barat lebih responsif dari pada provenan Lampung.

Gambar 2. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas pada Provenan Sumatra Barat 6 MST

Bahan stek pangkal dengan media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir menghasilkan jumlah tunas yang lebih tinggi dari bahan stek yang lain dan media tanah+pukan pada 6 dan 7 MST. Jumlah stek tertinggi sebesar 1.85 pada 6 MST dan 1.98 pada 7 MST dihasilkan oleh stek pangkal yang ditanam pada media tanah+sekam. Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa perbedaan jumlah tunas yang dihasilkan bahan stek yang berbeda lebih nyata bila ditanam pada tanah+sekam. Apabila ditanam pada media tanah+pukan dan tanah+pasir jumlah

ab bcd bcd a bcd d bcd bcd bc ab bcd cd

17

tunas yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Bahan stek bagian pucuk yang ditanam pada tanah+pukan menghasilkan jumlah tunas sebesar 1.17 dan 1.32 pada 6 dan 7 MST, yang tidak berbeda nyata dari bahan stek bagian pangkal dan tengah.

Gambar 3. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas pada Provenan Sumatra Barat 7 MST

Stek bagian pangkal dan tengah cenderung menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak daripada stek bagian pucuk pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir, sedang media tanah+sekam cenderung lebih baik daripada media tanam yang lain.

Tinggi tunas

Pada provenan Lampung interaksi perlakuan media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas hanya pada 3 MST (Tabel 2), sedangkan bahan stek berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tunas pada semua waktu pengamatan. Tunas tertinggi dari provenan Lampung pada 3 MST dihasilkan oleh stek bagian pangkal yang ditanam pada semua jenis media yaitu tanah, tanah+sekam, tanah+pukan dan tanah+pasir masing-masing sebesar 0.98, 0.96, 0.97 dan 0.95 cm, walaupun tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah dan tanah+pasir. Stek bagian pucuk yang ditanam pada media tanah+sekam menghasilkan tinggi tunas yang tidak berbeda.

ab abc cd a bcd d bcd bcd bcd abc bcd bcd

Tabel 2. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas (cm) pada Provenan Lampung 3 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 0,98 a 0,96 a 0,97 a 0,95 a

Tengah 0,64 ab 0,33 bc 0,02 c 0,96 a

Pucuk 0,01 c 0,62 ab 0,30 bc 0,31 bc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Tabel 2 menunjukkan bahwa stek bagian pangkal dapat tumbuh dengan baik pada media yang lebih bervariasi, stek bagian tengah pada dua media dan stek bagian pucuk hanya pada satu jenis media.

Pada provenan Sumatra Barat pengaruh interaksi bahan stek dengan media tanam terhadap tinggi tunas terjadi pada 3, 4 dan 6 MST (Tabel 3). Berbeda dengan provenan Lampung, pada provenan Sumatra Barat bahan stek tengah menghasilkan tunas yang tingginya tidak berbeda dengan yang dihasilkan stek pangkal.

Tabel 3. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas (cm) Provenan Sumatra Barat pada 3 MST, 4 MST dan 6 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir 3 MST Pangkal 0.72 a 0.72 a 0.37 ab 0.71 a Tengah 0.53 ab 0.70 a 0.54 ab 0.21 b Pucuk 0.38 ab 0.21 b 0.38 ab 0.37 ab 4 MST Pangkal 1.16 ab 1.25 a 1.21 ab 1.21 ab Tengah 1.10 ab 1.16 ab 1.17 ab 1.15 ab Pucuk 0.49 bcd 0.81 c 1.14 ab 0.95 cb 6 MST Pangkal 1.33 ab 1.36 a 1.18 bcd 1.34 ab

Tengah 1.20 abcd 1.25 abc 1.23 abc 1. 18 bcd

Pucuk 1.09 cd 1.08 cd 1.22 abc 1.03 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda pada masing-masing pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Interaksi antara bahan stek dengan media tanam menunjukkan bahwa secara umum bahan stek dari pangkal dan tengah batang umumnya menghasilkan tunas yang lebih tinggi daripada bahan stek dari bagian pucuk

19

batang, kecuali pada media tanah+pukan sejak 3 MST. Secara umum data ini juga menunjukkan bahwa media tanah+pukan menghasilkan tinggi tunas yang tidak berbeda nyata antara bahan stek bagian pangkal, tengah dan bagian pucuk.

Jumlah akar

Interaksi perlakuan media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabel 4) hanya pada provenan Lampung, tetapi tidak pada provenan Sumatra Barat.

Tabel 4. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Akar pada Provenan Lampung 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 2.99 a 2.72 ab 2.19 bc 2.01c

Tengah 2.24 bc 2.05 c 2.30 bc 2.28 bc

Pucuk 1.94 c 2.21 bc 2.21 bc 1.88 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Jumlah akar pada provenan Lampung yang terbanyak dengan rata – rata sebesar 2.99 dihasilkan oleh stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah, sedangkan yang jumlah akarnya terendah dihasilkan stek bagian pucuk yang ditanam pada media tanah atau tanah+pasir, masing – masing sebesar 1.94 dan 1.88 yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah+sekam dan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah+pasir. Karena akar merupakan organ pengabsorbsi air yang harus terbentuk untuk pertumbuhan stek selanjutnya, maka dapat diasumsikan bahwa bahan stek yang dapat menghasilkan jumlah akar lebih tinggi mempunyai peluang stek hidup yang lebih tinggi.

Bobot Basah Akar

Pengaruh interaksi media tanam dengan bahan stek menghasilkan bobot basah akar yang bervariasi dan berbeda antar kedua provenan (Tabel 5). Walaupun demikian ada kecenderungan bahwa stek bagian pangkal menghasilkan bobot basah akar lebih baik diikuti oleh stek bagian tengah dan pucuk.

Interaksi media dengan bahan stek terhadap bobot basah akar pada provenan Lampung tertinggi dihasilkan oleh bahan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah+pasir sebesar 2.88 g. Namun demikian tidak berbeda nyata dengan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah atau tanah+sekam. Bahan stek pucuk yang ditanam pada semua media cenderung menghasilkan bobot basah akar yang lebih rendah dibanding bahan stek bagian pangkal dan tengah.

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Bobot Basah Akar (g) pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir Lampung

Pangkal 2.48 ab 2.14 abc 1.69 bcd 1.65 bcd

Tengah 1.73 bcd 1.54 cd 1.61 cd 2.88 a

Pucuk 1.03 d 1.25 d 1.40 cd 1.03 d

Sumatra Barat

Pangkal 2.41 a 2.33 ab 1.71 abcd 2.20 abc

Tengah 1.37 cd 1.51 bcd 1.79 abcd 1.17 d

Pucuk 1.18 d 0.98 d 1.44 cd 0.96 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda pada masing – masing provenan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Berbeda dengan provenan Lampung, pada provenan Sumatra Barat bahan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah menghasilkan bobot basah akar tertinggi sebesar 2.41 g. Bobot basah akar pada provenan Sumatra Barat menunjukkan kecenderungan yang sama dengan provenan Lampung, dimana bahan stek bagian pucuk menghasilkan bobot basah akar yang lebih rendah daripada bahan stek bagian pangkal dan tengah. Akan tetapi media tanah+pukan menghasilkan bobot basah akar yang tidak berbeda nyata dari ke tiga bahan stek, baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat.

Panjang akar

Interaksi media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap panjang akar hanya pada provenan Sumatra Barat, tetapi tidak nyata pada provenan Lampung. Nilai rata - rata panjang akar pada 9 MST disajikan pada Tabel 6.

21

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Panjang Akar (cm) pada Provenan Sumatra Barat 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 4.60 ab 4.45 abc 3.88 abcd 4.80 a

Tengah 3.67 abcd 4.47 abc 4.39 abc 3.40 bcd

Pucuk 3.20 cd 3.03 d 4.70 a 2.89 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Panjang akar yang dipengaruhi oleh interaksi bahan stek dengan media tanaman yang berbeda sangat bervariasi. Pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir terdapat kecenderungan bahwa bahan stek bagian pangkal menghasilkan akar yang lebih panjang, diikuti oleh stek bagian tengah dan pucuk. Akan tetapi pada media tanah+pukan stek bagian pucuk menghasilkan akar sepanjang 4.70 cm yang tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan stek bagian pangkal pada semua media atau stek bagian tengah pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pukan. Akar terpendek dihasilkan oleh stek bagian pucuk yang ditanam pada tanah+sekam atau tanah+pasir. Kedua media ini walaupun porositasnya baik, tetapi mengandung zat hara yang rendah sehingga pemanjangan akarnya lambat. Kemampuan stek bagian pangkal dan tengah untuk tumbuh dan menghasilkan akar yang panjang secara umum lebih baik dibanding dengan bahan stek bagian pucuk.

Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah Tunas

Faktor tunggal media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas hanya pada provenan Lampung pada 9 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada provenan Sumatra Barat. Gambar 4 menunjukkan bahwa media tanah+pukan menghasilkan jumlah tunas yang paling tinggi (3.51) diikuti oleh media tanam tanah+pasir dan tanah+sekam serta media tanah yang paling rendah (2.34) pada provenan Lampung. Pada provenan Sumatra Barat jumlah tunas yang terbentuk pada semua media hampir sama berkisar antara 1.5-1.8.

Gambar 4. Jumlah Tunas Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat pada Media Tanam yang Berbeda 9 MST

Data pertambahan jumlah tunas menunjukkan bahwa pada awal pengamatan stek dari provenan Sumatra Barat menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak. Akan tetapi pada akir pengamatan stek dari provenan Lampung menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak (Gambar 5).

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lampung Sumatra Barat

Bahan stek dari provenan Lampung lebih lambat membentuk tunas dibandingkan bahan stek dari provenan Sumatra Barat sampai dengan minggu keempat setelah tanam, dengan rata - rata tunas yang muncul pada stek provenan Lampung kurang dari 0.49, sedangkan dari Sumatra Barat sudah mencapai

Jum

la

h T

una

s

Minggu Setelah Tanam

Gambar 5. Pertambahan Jumlah Tunas pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat selama 9 MST

23

sekitar 0.83. Namun rata – rata jumlah tunas pada provenan Lampung mencapai 2.93, sedangkan pada provenan Sumatra Barat mencapai 1.68.

Tinggi Tunas

Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas tidak terlalu kuat. Media tanam memberi pengaruh nyata terhadap tinggi tunas hanya pada provenan Lampung dan tidak pada provenan Sumatra Barat (Tabel 7), bahkan pada provenan Lampung pengaruh ini hanya nyata pada pengamatan 6 MST, tetapi tidak pada pengamatan yang lain.

Tabel 7. Pengaruh Media Tanam terhadap Tinggi Tunas (cm) pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 6 MST

Media Lampung Sumatra Barat

Tanah 0.85b 0.97

Tanah+sekam 0.97b 1.02

Tanah+pukan 0.95b 0.97

Tanah+pasir 1.37a 0.92

Pengamatan pertambahan tinggi tunas pada kedua provenan menunjukkan bahwa, pertambahan tinggi tunas pada lima minggu pertama setelah tanam masih lambat dan mulai meningkat antara 5-8 MST (Gambar 6) setelah 8 MST pertambahan tunas menurun lagi.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lampung Sumatra Barat

Gambar 6. Pertambahan Tinggi Tunas pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat T inngi t una s ( cm )

Bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah akar dan panjang akar

Faktor tunggal media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tolok ukur yang diamati pada akhir pengamatan yaitu pada 9 MST baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat

Media Parameter

BBT(g) BKT(g) BBA(g) BKA(g) BT JA(g) PA(g) Lampung Tanah 4.50 1.52 1.74 0.82 2.34 2.39 4.19 Tanah+Sekam 3.93 1.39 1.64 0.81 2.40 2.33 4.16 Tanah+Pukan 4.07 1.58 1.57 0.82 2.40 2.20 3.84 Tanah+Pasir 4.22 1.62 1.85 0.72 2.34 2.06 3.91 Sumatra Barat Tanah 4.31 1.71 1.65 0.72 2.43 2.13 3.82 Tanah+Sekam 4.43 1.83 1.61 0.80 2.63 2.33 3.98 Tanah+Pukan 4.63 1.82 1.54 0.79 2.61 2.60 4.27 Tanah+Pasir 3.94 1.55 1.49 0.70 2.25 2.33 3.64 Keterangan :

BBT : Bobot Basah Tunas BKT : B obot Kering Tunas BBA : Bobot Basah Akar BKA : Bobot Kering Akar

BT : Bobot Kering Total JA : Jumlah Akar PA : Panjang Akar

Perbedaan media tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah akar dan panjang akar dan baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat..

Persentase stek bertunas dan stek hidup

Media tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada persentase stek bertunas maupun stek hidup baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Walaupun demikian pada kedua provenan persentase stek bertunas dan stek hidup cenderung lebih tinggi pada media tanam tanah, daripada media yang lain (Tabel 9). Stek hidup merupakan stek yang belum menghasilkan tunas akan tetapi stek tidak mengering, melainkan tetap segar.

25

Tabel 9. Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 9 MST

Media tanam Stek bertunas (%) Stek hidup (%)

Lampung Sumatra Barat Lampung Sumatra Barat

Tanah 70.35 77.04 98.51 98.51

Tanah+sekam 68.15 68.88 96.27 96.28

Tanah+pukan 68.88 68.13 97.02 96.27

Tanah+pasir 64.44 58.33 97.77 93.32

Persentase stek bertunas paling rendah dihasilkan oleh bahan stek yang ditanam pada media tanah+pasir baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Persentase stek hidup < 95% hanya dihasilkan oleh stek yang ditanam pada media tanah+pasir asal provenan Sumatra Barat, sedangkan perlakuan lain menghasilkan persentase stek hidup >95%.

Pengaruh Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah tunas

Bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas selama pengamatan baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Perkembangan jumlah tunas selama pengamatan pada provenan Lampung disajikan pada Gambar 7, sedangkan pada provenan Sumatra Barat disajikan pada Gambar 8.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

J u m la h T u n a s Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 7. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Lampung

0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

J u m la h T u n a s Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 8. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Sumatra Barat

Pada provenan Lampung bahan stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas 0.67 dan bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas sebesar 0.17 pada 2 MST. Pada minggu-minggu pengamatan berikutnya tidak ada perubahan bahwa jumlah tunas yang tinggi berasal dari bahan stek bagian pangkal dan tengah, sedang bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas yang rendah. Pengamatan pada 9 MST menunjukkan bahwa bahan stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah masing – masing sebesar 3.63 dan 3.01, sedangkan bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas yang rendah sebesar 2.00. Laju pertambahan jumlah tunas yang mencolok terjadi antara minggu ke-7-9 setelah tanam.

Bahan stek bagian pangkal dari provenan Sumatra Barat juga menghasilkan jumlah tunas yang tinggi pada 2 MST sebesar 0.73, sedangkan bahan stek bagian pucuk dan tengah menghasilkan jumlah tunas masing-masing 0.31 dan 0.16. Pada 9 MST stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas sebesar 1.94 sedangkan stek bagian pucuk sebanyak 1.45, lebih rendah dibandingkan dengan yang dihasilkan provenan Lampung. Laju pertumbuhan tunas pada provenan Sumatra Barat tidak terkonsentrasi pada periode tertentu seperti pada provenan Lampung, tetapi bertambah secara gradual sejak tanam.

Pertambahan jumlah tunas pada provenan Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan provenan Sumatra Barat. Di akhir pengamatan jumlah tunas yang dihasilkan stek bagian pangkal provenan Sumatra Barat tidak berbeda

Dokumen terkait