• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK

TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JARAK PAGAR

(Jatropha curcas L.)

DIDIK HERIAWAN SETIABUDI A34403028

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

(Jatropha curcas L.)

DIDIK HERIAWAN SETIABUDI A34403028

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

DIDIK HERIAWAN SETIABUDI. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) (Dibimbing oleh ENDAH RETNO PALUPI dan SAEFUDIN).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan stek serta media yang tepat untuk pertumbuhan stek jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang berasal dari provenan Lampung dan Sumatra Barat. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah perlakuan media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan stek jarak pagar, bahan stek berpengaruh terhadap pertumbuhan stek jarak pagar dan terdapat interaksi antara media tanam dan bahan stek terhadap pertumbuhan stek jarak pagar.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Parung Kuda, Sukabumi, yang merupakan kebun milik Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian IPB, dimulai pada Juli sampai dengan Oktober 2007.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu media tanam dan bahan stek. Media tanam yang digunakan terdiri dari tiga media campuran yaitu tanah+sekam, tanah+pukan, tanah+pasir serta tanah sebagai kontrol. Bahan stek yang digunakan adalah stek pangkal, stek tengah dan stek pucuk. Pada penelitian ini setiap perlakuan menggunakan 15 stek contoh dan diulang sebanyak tiga kali.

Pengamatan pertumbuhan stek dilakukan selama 9 minggu. Jumlah akar, panjang akar, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, persentase stek hidup dan persentase stek bertunas diamati pada 9 MST, sedangkan tinggi tunas dan jumlah tunas diamati pada 2 MST sampai dengan 9 MST.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 MST dan jumlah akar, serta memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot basah akar pada provenan Lampung. Interaksi media tanam dan bahan stek pada provenan Sumatra Barat berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 6 MSTdan 7 MST, tinggi tunas 3 MST, 4 MST dan 6 MST, panjang akar dan bobot basah akar, dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur yang lainnya.

Pada provenan Lampung bahan stek memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot basah akar dan bobot kering akar kecuali terhadap jumlah akar hanya memberikan pengaruh yang nyata.

Pada provenan Sumatra Barat bahan stek memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas 3 MST dan 5 MST, tinggi tunas 5 MST, dan panjang akar, sedangkan pada tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar dan persentase stek bertunas memberikan pengaruh sangat nyata. Bahan stek pangkal dengan diameter 2-3 cm dan panjang 20-25 cm adalah yang paling baik. Penggunaan stek bagian tengah dan pucuk batang tanaman masih memungkinkan, dengan persentase stek bertunas lebih rendah daripada stek pangkal.

(4)

yang ada. Media tanam yang paling sesuai untuk pembibitan stek jarak pagar adalah media tanah+pukan.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

PENGARUH MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK

TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JARAK

PAGAR

(Jatropha curcas L.)

Nama : Didik Heriawan Setiabudi

NRP : A34403028

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc Ir. Saefudin

NIP. 19580518 198903 2002 NIP. 1961 0113 198603 1001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198263 1002

(6)

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10 Juli 1984, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Sujono dan Ibu Suniyah.

Tahun 1997 penulis lulus MI Muhammadiyah 5 Wonoasri di Ponorogo, dan sampai tahun 2000 penulis melanjutkan studi di MTsN Ponorogo. Penulis lulus dari SMU Muhammadiyah 1 Ponorogo pada tahun 2003.

Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan menempuh studi pada Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) periode 2004/2005, juga dalam berbagai kepanitiaan diantaranya Festival Tanaman 2005-2006, Open House 2005, Lintas Desa 2005, dan Seminar Biodiesel 2006. Penulis juga aktif dalam ekstra kampus IMM pada tahun 2003/2008 dan pada tahun menjadi Ketua IMM Bogor pada tahun 2006/2008.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan, rahmat, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini terdorong oleh keinginan untuk mempelajari perbanyakan secara vegetative beberapa provenan jarak pagar sebagai upaya untuk menambah informasi tentang provenan-provenan jarak pagar yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penghasil benih unggul atau sebagai informasi dasar untuk pengembangan jangka panjang melalui teknik pemuliaan tanaman. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

• Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc dan Ir. Saefudin selaku pembimbing skripsi, yang telah memberikan bantuan, saran serta dukungan baik secara moril maupun materil selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. • Maryati Sari, SP, MSi. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama ini.

• Dr. Ir. Endang Murniati, MS. yang bersedia untuk menguji dan memberikan masukan pada skripsi ini.

• Ir. Maman Herman, Ir. Dibyo Pranowo, Ir. Enny Randriani, Mbak Noya, Pak Andi dan semua staf dan peneliti kebun Induk Jarak Pagar BALITTRI di Pakuwon Sukabumi.

• Seluruh staf pengajar dan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

• Bapak dan Umi serta adik-adikku tersayang, Sofyan, Ulfi, Robbi atas doa, motivasi, dan nasihat untuk selalu menjadi pribadi yang jujur, rendah hati, sabar, bertanggungjawab, dan pantang menyerah.

• Terima kasih kepada Safitri “Eka” Rosana yang selalu dengan sabar menemani dan mensuport penulis dengan sabar dan ikhlas.

(8)

semangat, dan motivasi dalam ikatan kekeluargaan yang begitu hangat serta kekompakannya. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan menjadi suatu ladang ibadah untuk dituai dikemudian hari.

• Teman – teman wisma Hollywood atas segala bantuan dan dukungannya. • Teman teman seperjuanganku dibawah panji IMM dan Almaa’uun.

Akhirnya, tanpa mengurangi segala kekurangan yang ada, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya dalam program pengembangan jarak pagar di Indonesia maupun bagi penulis dan pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam berfikir, bersikap, dan bertindak ke arah yang lebih baik. Amin

Bogor, Desember 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak ... 3 Syarat Tumbuh ... 5

Perbanyakan Secara Vegetatif ... 5

Media Tanam ... 6

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 13

Hasil ... 14

Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar ... 16

Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar ... 21

Pengaruh Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar ... 25

Pembahasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(10)

Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan

Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar ... 15 2. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi

Tunas (cm) pada Provenan Lampung 3 MST ... 18 3. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi

Tunas (cm) Provenan Sumatra Barat pada 3 MST, 4 MST dan

6 MST ... 18 4. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap

Jumlah Akar pada Provenan Lampung 9 MST ... 19 5. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Bobot

Basah Akar (g) pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat

9 MST ... 20 6. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap

Panjang Akar (cm) pada Provenan Sumatra Barat 9 MST ... 21 7. Pengaruh Media Tanam terhadap Tinggi Tunas (cm) pada

Provenan Lampung dan Sumatra Barat 6 MST. ... 23 8. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar Asal

Provenan Lampung dan Sumatra Barat. ... 24 9. Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup pada Provenan

Lampung dan Sumatra Barat 9 MST ... 25 10. Pengaruh Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat (9 MST) ... 29 11. Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup pada Provenan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bahan Stek yang Digunakan Untuk Penelitian (dari kiri ke kanan)

Stek Pangkal, Stek Tengah dan Stek Pucuk. ... 11 2. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas

pada Provenan Sumatra Barat 6 MST. ... 16 3. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas

pada Provenan Sumatra Barat 7 MST. ... 17 4. Jumlah Tunas Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan

Sumatra Barat pada Media Tanam yang Berbeda 9 MST ... 22 5. Pertambahan Jumlah Tunas pada Provenan Lampung dan

Sumatra Barat selama 9 MST.. ... 22 6. Pertambahan Tinggi Tunas pada Provenan Lampung dan Sumatra

Barat. ... 23 7. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan

pada Provenan Lampung ... 25 8. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan

pada Provenan Sumatra Barat ... 26 9. Pengaruh Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas Selama Pengamatan

pada Provenan Lampung ... 27 10.Pengaruh Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas Selama Pengamatan

(12)

Nomor Halaman 1. Kondisi Lapang Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon ... 44 2. Data Curah Hujan di Kebun Percoban Pakuwon Tahun 2007 ... 44 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Tunas terhadap Pertumbuhan Stek

Jarak Pagar pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat ... 45 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Tinggi Tunas terhadap Pertumbuhan Stek

Jarak Pagar Provenan Lampung dan Sumatra Barat ... 46 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Jumlah Akar, Panjang Akar, Bobot Basah

Tunas, Bobot Kering Tunas, Bobot Basah Akar, Bobot Kering Akar dan Persentase Stek Bertunas terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar Provenan Lampung dan Sumatra Barat ... 47

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan populasi manusia makin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk sehingga kebutuhan akan energi terus meningkat. Sumber- sumber energi yang digunakan selama ini berasal dari sumber yang tidak dapat diperbaharui. Sumber energi ini berasal dari energi fosil yang semakin habis. Pengambilan minyak bumi terus menerus yang tanpa henti menyebabkan persediaan semakin menipis, selain itu juga merusak lingkungan sekitar. Perlu adanya sumber energi yang dapat diperbaharui dan dikembangkan. Matahari dan angin merupakan alternatif sumber energi yang terus diteliti namun belum ada teknologi yang lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Air dan gas alam adalah bentuk energi alternatif yang telah banyak digunakan, namun energi dari fosil yang masih dianggap sebagai bahan bakar yang paling murah dan efisien. Teknologi terus dikembangkan untuk mengeksplorasi semua sumberdaya alam yang ada, yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tanaman penghasil energi (bioenergi) adalah tanaman jarak pagar (Hariyadi, 2005a).

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) relatif mudah untuk dibudidayakan, bahkan tanaman ini dapat ditanam pada lahan kritis (Hariyadi, 2005b). Tanaman jarak dapat membantu masyarakat dalam mengatasi dampak lingkungan, terutama di daerah yang kritis, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kelangkaan energi. Jarak pagar dapat digunakan untuk memanfaatkan lahan kritis di Indonesia yang luasnya mencapai 23,24 juta ha (Departemen Kehutanan dalam Santoso, 2005).

Menurut Syaukani (2006) pemerintah mentargetkan penanaman jarak pagar sampai 1 juta ha pada tahun 2006, sampai tahun 2006 lahan yang sudah ditanami jarak pagar berkisar 600-1000 ha dan meningkat menjadi 10.000-13.000 ha pada akhir 2009. Target sampai dengan tahun 2020 adalah 1.5 juta ha (Timnas BBN, 2005). Apabila untuk memproduksi biji jarak yang akan diolah menjadi biodiesel digunakan populasi 2500 tanaman/ha, maka untuk mencapai target pemerintah tahun 2020 diperlukan bahan tanaman sekitar 3.74 trilyun benih.

(14)

Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji. Biji inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar. Minyak jarak pagar dapat digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan metanolisis/etanolisis yang hasil akhirnya berupa biodiesel dan gliserin. Sedangkan ampas ekstraksi (bungkil) dapat digunakan sebagai pupuk dan sebagai bahan dasar pembangkitan biogas (Hambali, 2006).

Perbanyakan jarak pagar dapat dilakukan secara generatif ataupun vegetatif. Perbanyakan secara generatif melalui biji, sedangkan vegetatif dapat melalui stek, okulasi ataupun kultur jaringan. Menurut Hartmann dan Kester (1983) keuntungan perbanyakan dengan stek adalah mampu menghasilkan tanaman yang serupa dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat dan sederhana.

Media tanam berperan di dalam pembibitan tanaman sebagai tempat tumbuh dan berakar. Pemilihan media tanam harus disesuaikan dengan tujuannya sebagai media semai dan perbanyakan bahkan sampai tanaman tersebut berproduksi. Menurut Purwowidodo (1983) tanah sebagai media pertumbuhan tanaman memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup tanaman. Media yang biasa digunakan pertumbuhan adalah pupuk kandang, arang sekam dan juga serbuk gergaji. Semua bahan media ini merupakan media organik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanah dan pupuk kandang sangat bagus untuk pertumbuhan jarak pagar terutama pada awal pertumbuhan atau di pembibitan (Hariyadi, 2005a).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan stek dan media yang tepat untuk pembibitan jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada provenan Lampung dan Sumatra Barat.

Hipotesis

1. Media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan stek jarak pagar. 2. Bahan stek berpengaruh terhadap pertumbuhan stek jarak pagar.

3. Terdapat interaksi antara media tanam dan bahan stek terhadap pertumbuhan stek jarak pagar.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak

Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) mulai banyak dibicarakan di Indonesia pada tahun 2005 dan dikenal dengan sebutan jarak pagar, karena umumnya tanaman jarak ditanam dipagar atau sebagai pembatas lahan. Tanaman ini berasal dari Meksiko Amerika Tengah, yang dibawa ke Indonesia pada saat tanam paksa. Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Diantara jenis tanaman jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai penghasil bahan bakar (biofuel) adalah jarak pagar (Jatropha curcas L.). Jarak pagar masih satu famili dengan karet dan ubi kayu, termasuk dalam ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah lama dikenal oleh bangsa Indonesia, yaitu semenjak diperkenalkan oleh Jepang pada tahun 1942. Nama jarak pagar di masing-masing daerah berbeda sebutannya. Di daerah Jawa Barat disebut jarak kosta, jarak budeg, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut jarak gundul, jarak pager, di daerah Madura disebut kalekhe paghar, di Bali disebut jarak pager, di daerah Nusa Tenggara disebut lulu mau, paku kase, jarak pageh, di Alor disebut kuman nema, di daerah Sulawesi disebut jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene, dan di daerah Maluku disebut ai huwa kamala, balacai, kadoto (Hariyadi, 2005b).

Pohon jarak pagar berupa perdu dengan tinggi tanaman 1–7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, bila terluka mengeluarkan getah. Daunnya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5–7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah

(16)

jarak terbagi 3 ruang yang masing-masing ruang diisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Tandan buah jarak pagar terdapat pada cabang terminal. Pada tanaman yang terawat tandan buah pada cabang terminal berjumlah 3-4 tandan, terdiri dari tandan dengan buah yang sudah mulai kuning, buah yang masih hijau tapi besarnya sudah sempurna, buah masih hijau dengan ukuran buah masih kecil dan tandan bunga. Waktu yang diperlukan oleh bunga untuk menjadi buah lebih kurang 3 bulan. Jarak pagar mampu hidup sampai 50 tahun. Penelitian Utomo (2008) menunjukkan bahwa jumlah bunga (jantan dan betina) per malai bervariasi antara 45-155 dengan rasio bunga jantan : betina = 12:1. Bunga yang mekar memerlukan waktu 52-57 hari untuk berkembang menjadi buah masak.

Jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifat-sifat sebagai insektisida. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini, yang menimbulkan kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak pagar. Salah satu serangga yang umumnya ditemukan oleh peneliti Puslitbang Perkebunan pada pertanaman jarak pagar di Indonesia adalah kepik lembing (Chrysochoris javanus West) termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomidae. Kepik lembing memiliki ciri-ciri panjang badan sekitar 20 mm, antenna beruas tiga dan lebih panjang dari kepala, mempunyai bentuk perisai yang khas, skutellum berkembang dengan baik. Tubuhnya berwarna jingga kemerahan dan terdapat garis-garis hitam yang jelas, dan mengalami metamorfosa sederhana yaitu telur-nimfa-serangga dewasa, dengan siklus hidup sekitar 60-80 hari (Asbani et al., 2006).

Program perbaikan tanaman telah dimulai oleh Pusat Penelitian Perkebunan yang mengoleksi provenan jarak pagar di seluruh Indonesia. Dari koleksi yang ada kemudian dilakukan seleksi massa yang menghasilkan populasi yang lebih seragam dengan produktivitas lebih tinggi disebut IP (improved

population). Menurut Heliyanto et al. (2009) produktivitas tanaman meningkat

dari 0,36 ton (IP-0) menjadi 0,97 ton biji kering per hektar (IP-1) pada siklus-1, kemudian meningkat menjadi 2,2 ton (IP-2) pada siklus-2 pada provenan Lampung. Provenan Nusa Tenggara Barat juga demikian, produktivitas biji kering meningkat dari 0,43 ton (IP-0) menjadi 1,0 ton (IP-1) pada siklus-1 kemudian 1,9

(17)

5

ton (IP-2) pada siklus-2. Populasi IP-2 berasal dari hasil seleksi populasi IP-1 yang telah diluncurkan tahun 2006. Litbang Deptan (2010) menyatakan bahwa produktivitas IP-2 mampu mencapai 2 ton per ha pada tahun I dan diprediksi mampu mencapai 6-7 ton/ha mulai tahun ke-4 pada kondisi optimal. Populasi IP-2 mempunyai umur panen 4 bulan setelah penanaman dengan kadar minyak 33-34%. Populasi komposit jarak pagar IP-2 yang dihasilkan dari Kebun Induk Jarak Pagar meliputi IP-2A dan IP-2M yang merupakan klon unggul untuk daerah kering dan IP-2P yang merupakan klon unggul untuk daerah basah.

Syarat Tumbuh

Jarak pagar dapat tumbuh pada lahan marjinal yang miskin hara, namun dengan drainase dan aerasi baik. Untuk mendapatkan produksi optimal memerlukan syarat tumbuh tertentu seperti ketinggian tanam 0 - 500m dpl, curah hujan 300 - 1000 mm/tahun, suhu lebih dari 20 0C , tanah berpasir, pH 5,5-6,5 (Bramasto, 2006). Menurut Mahmud (2006), sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jarak pagar dapat tumbuh di lahan gambut. Berdasarkan karakter jarak pagar yang tidak tahan genangan, diduga tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut.

Perbanyakan Secara Vegetatif

Jarak pagar dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang maupun stek pucuk. Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan vegetatif dengan stek antara lain :(1) bibit dapat diperoleh dalam jumlah dan waktu yang diinginkan, (2) tanaman cukup homogen dan dapat dipilih dari bahan tanaman yang berkualitas tinggi dan nilai genetik yang diturunkan sesuai dengan induknya, (3) beberapa tanaman baru dapat dibuat dari induk yang sedikit, (4) dihasilkan populasi tanaman dengan kemampuan tumbuh yang relatif seragam, (5) tidak mahal dan tidak memerlukan teknik khusus (Hartmann dan Kester, 1983).

Stek batang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan diameter batang, umur batang yang dicirikan dengan batang berkayu dan batang belum berkayu, serta panjang stek. Stek batang yang cukup baik pertumbuhannya adalah

(18)

stek yang batangnya memiliki diameter 2 cm, batang berkayu dan telah berwarna hijau keabu-abuan (Prawitasari, 2006), sedangkan yang menjadi pertimbangan untuk menentukan panjang stek adalah efisiensi pemakaiannya. Stek panjang memerlukan bahan yang lebih banyak dari pada stek pendek. Bahan stek yang terlalu pendek sulit untuk tumbuh, sehingga panjang stek yang dinilai cukup memadai adalah yang memiliki panjang stek 25 cm (Ferry, 2006).

Untuk stek pucuk ukurannya lebih panjang karena dari pucuk sampai bagian berkayu panjangnya mencapai 50 cm. Pembibitan stek pucuk memerlukan naungan pada sebulan pertama. Setelah stek tumbuh tunas, maka naungan dapat dihilangkan. Stek pucuk jumlahnya relatif terbatas, karena dalam satu batang hanya dapat digunakan satu stek pucuk (Ferry, 2006).

Hasil penelitian di India menunjukkan jumlah ideal cabang tanaman jarak pagar per pohon sebanyak 40 cabang, dengan jumlah buah 10-15 buah per tandan (Mahmud, 2006). Jika jumlah cabang melebihi 40 per pohon, maka akan mengurangi jumlah dan ukuran buah per tandan, sehingga akan mempengaruhi mutu biji yang dihasilkan. Bila setiap hektar terdiri atas 2500 tanaman jarak pagar unggul yang sudah dewasa (umur 4 tahun setelah tanam) dengan pertumbuhan dan pemeliharaan yang optimal, maka setiap pohon jarak pagar yang memiliki 40 cabang, setiap cabang memiliki 3 tandan buah per tahun, setiap tandan menghasilkan 10-15 buah, dengan jumlah biji per buah sebanyak 3 butir, maka jumlah biji yang dihasilkan dalam satu hektar selama satu tahun mencapai 3600-5400 biji/ha/tahun setara dengan 4.5-6.75 ton/ha/tahun biji.

Media Tanam

Media tanam merupakan bahan yang penting sebagai tempat tumbuh dan melekatnya akar tanaman. Media tanam sangat penting untuk tanaman. Media tanam tersebut menentukan pertumbuhan yang pada akhirnya terhadap produktivitas tanaman. Hasil penelitian para pakar menyebutkan produksi pertanian di kawasan tropis ternyata hanya mencapai 25% dari potensi produksi yang sesungguhnya. Tidak tercapainya produksi secara maksimal karena ketidaksesuaian antara tanaman dengan tempat tumbuh tanaman(Setiadi, 1995).

(19)

7

Media tanam yang baik berisikan zat hara yang diperlukan oleh tanaman. Bahan aktif dari tanah adalah koloid yang tersusun dari liat dan humus. Peranan utama dari koloid tanah adalah menyerap dan mempertukarkan ion sehingga tersedia hara bagi tanaman (Anonimous, 1986). Bahan-bahan untuk media tanam sebaiknya dipilih dan disesuaikan dengan jenis tanaman dan teknik budidaya. Media tanam yang biasanya digunakan dapat berupa pupuk kandang, arang sekam dan pasir. Media tanam tersebut berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman secara terus- menerus menyerap unsur hara sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah berkurang. Oleh karenanya tanah memerlukan tambahan unsur hara dari luar. Caranya dengan pemberian pupuk. Jenis pupuk yang diberikan antara lain pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia (sapi, kambing, babi, kuda) dan unggas (ayam, burung). Pupuk kandang ini paling umum dan sering digunakan petani untuk menyuburkan tanah pertaniannya. Pupuk kandang yang telah siap digunakan adalah pupuk kandang yang telah masak atau yang telah disimpan 3-4 bulan. Pupuk kandang yang telah masak ditandai dengan warnanya yang hitam, tidak berbau, remah (gembur) dan di permukaan pupuk kandang sudah mulai tumbuh rumput/gulma (Musnamar, 1992).

Penggunaan sekam pada media tanam dapat memberikan pengaruh penting terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi dan memperbaiki struktur tanah. Pengaruh kimia dari pemberian sekam yaitu dapat meningkatkan C organik, N total, pH dan P tersedia. Pengaruh biotik dari sekam yaitu sebagai bahan organik yang merupakan sumber energi untuk perkembangan jasad renik tanah. Dengan demikian jumlah CO2 yang dihasilkan menjadi cenderung meningkat

(Dalimoenthe, 1996).

Penelitian Suri (2000) menunjukkan bahwa media campuran arang sekam dan tanah dapat meningkatkan produksi stek mini kentang dengan produksi stek total rata-rata 14.67 stek/tanaman, lebih tinggi bila dibanding dengan media arang

(20)

sekam saja yang menghasilkan 11.34 stek/tanaman. Media pupuk kandang menghasilkan nilai tinggi persentase stek hidup, panjang tunas, jumlah daun dan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman pada tanaman panili (Kusumawardana, 2008). Menurut Sumanto (2006) campuran media tanam tanah, pasir dan pukan mampu memberikan hasil yang bagus terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang berat basah dan berat kering tanaman jarak pagar.

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai dengan Oktober 2007 di Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP) Pakuwon, Parung Kuda, Sukabumi dengan ketinggian ±450 m di atas permukaan laut. Tanah di Pakuwon berjenis Latosol, dengan tipe iklim B1, jumlah curah hujan 2667.7 mm/tahun, dan jumlah hari hujan 105 hari/tahun (Lampiran 1 dan 2). KIJP merupakan kebun milik Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Pengukuran bobot kering dan bobot basah contoh dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah stek jarak pagar yang berasal dari pohon induk berumur kurang lebih 1 tahun. Pohon induk yang digunakan adalah provenan yang berasal dari Lampung dan Sumatra Barat. Provenan Lampung dan Sumatra Barat dipilih karena keadaan tanaman induk Lampung dan Sumatra Barat. Pemilihan provenan didasarkan pada pengamatan bahwa dalam pupulasi IP-1P yang terdiri dari provenan Sumatra Barat, Banten, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah, provenan Lampung menunjukkan pertumbuhan yang paling baik, sedangkan provenan Sumatra Barat yang paling jelek. Disamping itu tanaman ke dua provenan tersebut yang baik memenuhi kebutuhan stek untuk penelitian. Bahan lain yang digunakan adalah tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dari kambing, sekam, pasir, polibag, fungisida Dithane M-45, furadan 3G, insektisida dan aquades.

Peralatan yang digunakan adalah golok, mistar, cangkul, timbangan, sprayer, oven serta alat – alat budidaya tanaman pada umumnya.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah empat macam media tanam dengan media tanah (A0), tanah+sekam (A1) dengan

(22)

perbandingan 2:1, tanah+pupuk kandang (A2) perbandingannya 1:1 dan tanah + pasir (A3) dengan perbandingan 2:1. Faktor kedua adalah bahan stek yaitu batang bagian bawah dengan diameter 2-3 cm (B0), batang bagian tengah dengan diameter 1-1.9 cm (B1) dan batang bagian atas atau pucuk dengan diameter dibawah 1 cm (B2) masing – masing sepanjang 20-25 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga ada 36 satuan percobaan, masing – masing satuan percobaan terdiri atas 15 stek. Percobaan ini dilakukan terhadap dua genotipe jarak pagar yaitu provenan Lampung dan Sumatra Barat secara terpisah. Total jumlah stek yang digunakan dari kedua provenan ini sebanyak 1080 stek.

Apabila hasil analisis ragam menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Model aditif linier:

Уijkl = µ + αi + βj +ρk+ (αβ)ij +εijk

Уijk = respon pada pengaruh media tanam ke-i, bahan tanaman ke-j dan

ulangan ke-k µ = rataan umum

α = pengaruh media

β = pengaruh bahan tanaman ρ = pengaruh ulangan

αβ = interaksi antara media tanam dan bahan tanaman

εijk = galat percobaan media tanam, bahan tanaman ke-j, dan ulangan

ke-k

Pelaksanaan Pemilihan Pohon Induk

Pohon induk yang akan dijadikan sumber stek dipilih yang sehat dan seragam terutama untuk diameter batang. Semua pohon induk rata – rata berumur satu tahun, pohon induk yang dipilih telah menghasilkan buah.

Persiapan Media

Media tanam yang akan digunakan dimasukkan ke dalam polibag ukuran 15x25 cm yang telah disediakan. Polibag diisi dengan media tanam berbeda yaitu

(23)

11

tanah, tanah+sekam (2:1), tanah+pupuk kandang (1:1) dan tanah+pasir (2:1), semua media dibiarkan selama seminggu.

Pemotongan Bahan Stek

Setelah tanaman induk ditentukan, dipilih cabang yang akan dijadikan stek, dengan diamater pangkal batang 2-3 cm. Batang dipotong menjadi tiga bagian, stek pangkal, stek tengah dan stek pucuk masing – masing sepanjang 20-25 cm (Gambar 1).

Gambar.1. Bahan Stek yang Digunakan Untuk Penelitian (dari kiri ke kanan) Stek Pangkal, Stek Tengah dan Stek Pucuk

Penamanan

Stek yang telah siap ditanam dicelupkan terlebih dahulu dalam Dithane M-45 dengan konsentrasi 1 cc/liter air selama 3-5 detik, untuk mencegah serangan penyakit diawal pertumbuhan. Stek ditanam dalam polybag yang telah berisi media dengan satu polybag satu stek. Polibag yang telah berisi stek jarak pagar ditempatkan di rumah plastik yag telah diberi paranet 50% dan disusun secara acak sesuai dengan denah pengacakan. Penyiraman dilakukan setiap hari agar kelembaban media tetap terjaga.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan selama percobaan adalah sebagai berikut

1. Jumlah tunas, yaitu jumlah tunas yang tumbuh dari setiap stek. Diamati setiap minggu dari 1 – 9 minggu setelah tanam (MST).

2. Tinggi tunas, yaitu panjang tunas tertinggi dari setiap stek. Diamati setiap minggu sekali dari 1 MST – 9 MST.

(24)

3. Bobot basah tunas dan akar tanaman, yaitu diperoleh dengan cara menimbang tunas dan akar yang tumbuh. Diamati pada akhir percobaan (9 MST) dengan menggunakan empat stek per satuan percobaan.

4. Bobot kering tunas dan akar tanaman, yaitu diperoleh dengan cara menimbang tunas dan akar tanaman setelah dioven selama tiga hari dengan suhu 600C. Diamati pada akhir percobaan, dengan menggunakan empat stek per satuan percobaan (9 MST).

5. Panjang akar, yaitu panjang akar terpanjang dari tiap stek. Diamati pada akhir percobaan, dengan menggunakan empat stek per satuan percobaan (9 MST).

6. Jumlah akar, yaitu jumlah akar yang tumbuh. Diamati pada akhir percobaan, dengan menggunakan empat stek per satuan percobaan (9 MST).

7. Persentase stek hidup, yaitu persentase stek yang masih segar dan tidak layu terhadap jumlah stek yang ditanam. Diamati pada akhir percobaan (9 MST).

8. Persentase stek bertunas, yaitu persentase stek yang bertunas. Diamati pada akhir percobaan (9 MST).

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung dari bulan Agustus 2007 sampai Oktober 2007 di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Parung Kuda, Sukabumi. Keadaan iklim secara umum selama penelitian menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2007 sampai Oktober 2007 suhu maksimumnya adalah 28.7 0C dan suhu minimumnya adalah 25.8 0C. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) suhu udara optimum untuk pembentukan akar pada beberapa jenis tanaman adalah 29 0C, karena pada suhu tersebut dapat merangsang pembelahan sel pada jaringan meristem akar.

Pada minggu pertama belum ada tunas yang tumbuh, setelah 2 MST tunas sudah mulai tumbuh dari stek, terutama stek tengah dan pangkal, stek pucuk belum menunjukkan pertumbuhan tetapi tidak juga mati. Pertumbuhan tunas diawali dengan inisiasi tunas dengan kecepaan tumbuh yang beragam antar stek yang satu dengan yang lainnya.

Kondisi pembibitan cukup optimum dan tidak ada serangan hama, sehingga tidak ada stek menunjukkan gejala mati. Stek mulai tumbuh tunas setelah dua minggu di pembibitan. Secara umum stek yang ditanam pada media tanah+pupuk kandang terlihat lebih subur daripada media tanah, tanah+sekam atau tanah+pasir.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Di pembibitan penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali, begitu juga ketika berada di pembibitan. Apabila turun hujan maka penyiraman tidak dilakukan, hal ini untuk menjaga media pembibitan agar tidak terlalu lembab.

Pada 2 MST di pembibitan, tanaman mulai tumbuh dengan baik di dalam polibag, daun terlihat hijau segar. Pada awal penilitian pembibitan tidak terdapat gulma, sehingga pengendalian terhadap gulma tidak dilakukan. Gulma mulai tumbuh pada akhir – akhir penelitian. Penyiangan gulma di dalam polibag dilakukan dengan cara mencabut gulma tersebut secara hati-hati agar tidak merusak tanaman. Pada awal minggu keempat mulai tumbuh gulma dalam polybag. Stek jarak pagar peka terhadap persaingan dengan gulma selama awal

(26)

pertumbuhannya. Oleh karena itu gulma yang berada dalam polybag perlu dibersihkan dengan interval 2 minggu sekali agar tidak mengganggu perakaran dan pertumbuhan bibit.

Hasil

Hasil sidik ragam perlakuan media tanam dan bahan stek dan interaksinya berpengaruh terhadap beberapa tolok ukur yang diamati. Rekapitulasi hasil sidik ragam terhadap beberapa tolok ukur keberhasilan pertumbuhan stek jarak pagar di pembibitan disajikan dalam Tabel 1.

Pada provenan Lampung interaksi media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 MST dan jumlah akar pada 9 MST (Lampiran 3 dan 4), interaksi ini juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot basah akar. Interaksi media tanam dan bahan stek pada provenan Sumatra Barat berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 6 dan 7 MST, tinggi tunas 3, 4 dan 6 MST, panjang akar dan bobot basah akar, dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur yang lainnya (Lampiran 4 dan 5).

Faktor tunggal bahan stek pada provenan Lampung tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas 2 MST, panjang akar dan persentase stek hidup dan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot basah akar dan bobot kering akar kecuali terhadap jumlah akar hanya memberikan pengaruh yang nyata. Faktor tunggal bahan stek pada provenan Sumatra Barat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tolok ukur tinggi tunas 2 MST, jumlah akar dan persentase stek hidup 9 MST, dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur jumlah tunas 3 dan 5 MST, tinggi tunas 5 MST, dan panjang akar, sedangkan pada tolok ukur jumlah tunas, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar dan persentase stek bertunas memberikan pengaruh sangat nyata (Lampiran 5).

(27)

15

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Tolok

Ukur Pengamatan

Perlakuan

Lampung Sumatra Barat

M B M*B KK M B M*B KK J T 2 MST tn tn tn 116 tn ** tn 106 3 MST tn ** tn 59 tn * tn 62 4 MST tn ** tn 48 tn ** tn 41 5 MST tn ** tn 46 tn * tn 33 6 MST tn ** tn 27 tn ** * 27 7 MST tn ** tn 25 tn ** * 25 8 MST tn ** tn 36 tn ** tn 15 9 MST * ** tn 28 tn ** tn 15 T T 2 MST tn ** tn 59 tn tn tn 136 3 MST tn ** * 53 tn ** * 68 4 MST tn ** tn 36 tn ** * 37 5 MST tn ** tn 39 tn * tn 32 6 MST * ** tn 38 tn ** * 22 7 MST tn ** tn 27 tn ** tn 34 8 MST tn ** tn 20 tn ** tn 32 9 MST tn ** tn 22 tn ** tn 30 J A 9 MST tn * * 14 tn tn tn 15 P A 9 MST tn tn tn 18 tn * * 16 B B T 9 MST tn ** tn 25 tn ** tn 23 B K T 9 MST tn ** tn 32 tn ** tn 24 B B A 9 MST tn ** ** 26 tn ** * 25 B K A 9 MST tn ** tn 25 tn ** tn 30 P S H 9 MST tn tn tn 3 tn tn tn 5 PSB 9 MST tn ** tn 20 tn ** tn 29 Keterangan :

MST : Minggu setelah tanam M : Pengaruh media tanam B : Pengaruh bahan stek M*B : Interaksi media tanam dan

bahan stek

* : Berpengaruh nyata menurut Uji F pada taraf α 5 % ** : Berpengaruh sangat nyata

menurut Uji F pada taraf α 1% tn : Tidak berpengaruh nyata

JT : Jumlah tunas TT : Tinggi tunas JA : Jumlah akar PA : Panjang akar BBT : Bobot basah tunas BKT : Bobot kering tunas BBA : Bobot basah akar BKA : Bobot kering akar PSH : Persentase stek hidup PSB : Persentese stek bertunas Faktor tunggal media tidak berpengaruh nyata terhadap sebagian besar tolok ukur yang diamati kecuali terhadap jumlah tunas pada 9 MST dan tinggi

(28)

tunas 6 MST pada provenan Lampung. Pada provenan Sumatra Barat faktor tunggal media tidak berpengaruh nyata terhadap semua tolok ukur yang ada.

Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah tunas

Interaksi antara media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 6 dan 7 MST pada provenan Sumatra Barat. Nilai rata - rata jumlah tunas disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Pengaruh interaksi tersebut tidak ditemukan pada stek yang berasal dari Lampung, yang menunjukkan bahwa provenan Sumatra Barat lebih responsif dari pada provenan Lampung.

Gambar 2. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas pada Provenan Sumatra Barat 6 MST

Bahan stek pangkal dengan media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir menghasilkan jumlah tunas yang lebih tinggi dari bahan stek yang lain dan media tanah+pukan pada 6 dan 7 MST. Jumlah stek tertinggi sebesar 1.85 pada 6 MST dan 1.98 pada 7 MST dihasilkan oleh stek pangkal yang ditanam pada media tanah+sekam. Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa perbedaan jumlah tunas yang dihasilkan bahan stek yang berbeda lebih nyata bila ditanam pada tanah+sekam. Apabila ditanam pada media tanah+pukan dan tanah+pasir jumlah

ab bcd bcd a bcd d bcd bcd bc ab bcd cd

(29)

17

tunas yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Bahan stek bagian pucuk yang ditanam pada tanah+pukan menghasilkan jumlah tunas sebesar 1.17 dan 1.32 pada 6 dan 7 MST, yang tidak berbeda nyata dari bahan stek bagian pangkal dan tengah.

Gambar 3. Pengaruh Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas pada Provenan Sumatra Barat 7 MST

Stek bagian pangkal dan tengah cenderung menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak daripada stek bagian pucuk pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir, sedang media tanah+sekam cenderung lebih baik daripada media tanam yang lain.

Tinggi tunas

Pada provenan Lampung interaksi perlakuan media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas hanya pada 3 MST (Tabel 2), sedangkan bahan stek berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tunas pada semua waktu pengamatan. Tunas tertinggi dari provenan Lampung pada 3 MST dihasilkan oleh stek bagian pangkal yang ditanam pada semua jenis media yaitu tanah, tanah+sekam, tanah+pukan dan tanah+pasir masing-masing sebesar 0.98, 0.96, 0.97 dan 0.95 cm, walaupun tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah dan tanah+pasir. Stek bagian pucuk yang ditanam pada media tanah+sekam menghasilkan tinggi tunas yang tidak berbeda.

ab abc cd a bcd d bcd bcd bcd abc bcd bcd

(30)

Tabel 2. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas (cm) pada Provenan Lampung 3 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 0,98 a 0,96 a 0,97 a 0,95 a

Tengah 0,64 ab 0,33 bc 0,02 c 0,96 a

Pucuk 0,01 c 0,62 ab 0,30 bc 0,31 bc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Tabel 2 menunjukkan bahwa stek bagian pangkal dapat tumbuh dengan baik pada media yang lebih bervariasi, stek bagian tengah pada dua media dan stek bagian pucuk hanya pada satu jenis media.

Pada provenan Sumatra Barat pengaruh interaksi bahan stek dengan media tanam terhadap tinggi tunas terjadi pada 3, 4 dan 6 MST (Tabel 3). Berbeda dengan provenan Lampung, pada provenan Sumatra Barat bahan stek tengah menghasilkan tunas yang tingginya tidak berbeda dengan yang dihasilkan stek pangkal.

Tabel 3. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas (cm) Provenan Sumatra Barat pada 3 MST, 4 MST dan 6 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir 3 MST Pangkal 0.72 a 0.72 a 0.37 ab 0.71 a Tengah 0.53 ab 0.70 a 0.54 ab 0.21 b Pucuk 0.38 ab 0.21 b 0.38 ab 0.37 ab 4 MST Pangkal 1.16 ab 1.25 a 1.21 ab 1.21 ab Tengah 1.10 ab 1.16 ab 1.17 ab 1.15 ab Pucuk 0.49 bcd 0.81 c 1.14 ab 0.95 cb 6 MST Pangkal 1.33 ab 1.36 a 1.18 bcd 1.34 ab

Tengah 1.20 abcd 1.25 abc 1.23 abc 1. 18 bcd

Pucuk 1.09 cd 1.08 cd 1.22 abc 1.03 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda pada masing-masing pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Interaksi antara bahan stek dengan media tanam menunjukkan bahwa secara umum bahan stek dari pangkal dan tengah batang umumnya menghasilkan tunas yang lebih tinggi daripada bahan stek dari bagian pucuk

(31)

19

batang, kecuali pada media tanah+pukan sejak 3 MST. Secara umum data ini juga menunjukkan bahwa media tanah+pukan menghasilkan tinggi tunas yang tidak berbeda nyata antara bahan stek bagian pangkal, tengah dan bagian pucuk.

Jumlah akar

Interaksi perlakuan media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabel 4) hanya pada provenan Lampung, tetapi tidak pada provenan Sumatra Barat.

Tabel 4. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Jumlah Akar pada Provenan Lampung 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 2.99 a 2.72 ab 2.19 bc 2.01c

Tengah 2.24 bc 2.05 c 2.30 bc 2.28 bc

Pucuk 1.94 c 2.21 bc 2.21 bc 1.88 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Jumlah akar pada provenan Lampung yang terbanyak dengan rata – rata sebesar 2.99 dihasilkan oleh stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah, sedangkan yang jumlah akarnya terendah dihasilkan stek bagian pucuk yang ditanam pada media tanah atau tanah+pasir, masing – masing sebesar 1.94 dan 1.88 yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah+sekam dan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah+pasir. Karena akar merupakan organ pengabsorbsi air yang harus terbentuk untuk pertumbuhan stek selanjutnya, maka dapat diasumsikan bahwa bahan stek yang dapat menghasilkan jumlah akar lebih tinggi mempunyai peluang stek hidup yang lebih tinggi.

Bobot Basah Akar

Pengaruh interaksi media tanam dengan bahan stek menghasilkan bobot basah akar yang bervariasi dan berbeda antar kedua provenan (Tabel 5). Walaupun demikian ada kecenderungan bahwa stek bagian pangkal menghasilkan bobot basah akar lebih baik diikuti oleh stek bagian tengah dan pucuk.

(32)

Interaksi media dengan bahan stek terhadap bobot basah akar pada provenan Lampung tertinggi dihasilkan oleh bahan stek bagian tengah yang ditanam pada media tanah+pasir sebesar 2.88 g. Namun demikian tidak berbeda nyata dengan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah atau tanah+sekam. Bahan stek pucuk yang ditanam pada semua media cenderung menghasilkan bobot basah akar yang lebih rendah dibanding bahan stek bagian pangkal dan tengah.

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Bobot Basah Akar (g) pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir Lampung

Pangkal 2.48 ab 2.14 abc 1.69 bcd 1.65 bcd

Tengah 1.73 bcd 1.54 cd 1.61 cd 2.88 a

Pucuk 1.03 d 1.25 d 1.40 cd 1.03 d

Sumatra Barat

Pangkal 2.41 a 2.33 ab 1.71 abcd 2.20 abc

Tengah 1.37 cd 1.51 bcd 1.79 abcd 1.17 d

Pucuk 1.18 d 0.98 d 1.44 cd 0.96 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang berbeda pada masing – masing provenan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Berbeda dengan provenan Lampung, pada provenan Sumatra Barat bahan stek bagian pangkal yang ditanam pada media tanah menghasilkan bobot basah akar tertinggi sebesar 2.41 g. Bobot basah akar pada provenan Sumatra Barat menunjukkan kecenderungan yang sama dengan provenan Lampung, dimana bahan stek bagian pucuk menghasilkan bobot basah akar yang lebih rendah daripada bahan stek bagian pangkal dan tengah. Akan tetapi media tanah+pukan menghasilkan bobot basah akar yang tidak berbeda nyata dari ke tiga bahan stek, baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat.

Panjang akar

Interaksi media tanam dan bahan stek berpengaruh nyata terhadap panjang akar hanya pada provenan Sumatra Barat, tetapi tidak nyata pada provenan Lampung. Nilai rata - rata panjang akar pada 9 MST disajikan pada Tabel 6.

(33)

21

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek terhadap Panjang Akar (cm) pada Provenan Sumatra Barat 9 MST

Bahan Stek Media

Tanah Tanah+sekam Tanah+pukan Tanah+pasir

Pangkal 4.60 ab 4.45 abc 3.88 abcd 4.80 a

Tengah 3.67 abcd 4.47 abc 4.39 abc 3.40 bcd

Pucuk 3.20 cd 3.03 d 4.70 a 2.89 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Panjang akar yang dipengaruhi oleh interaksi bahan stek dengan media tanaman yang berbeda sangat bervariasi. Pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pasir terdapat kecenderungan bahwa bahan stek bagian pangkal menghasilkan akar yang lebih panjang, diikuti oleh stek bagian tengah dan pucuk. Akan tetapi pada media tanah+pukan stek bagian pucuk menghasilkan akar sepanjang 4.70 cm yang tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan stek bagian pangkal pada semua media atau stek bagian tengah pada media tanah, tanah+sekam dan tanah+pukan. Akar terpendek dihasilkan oleh stek bagian pucuk yang ditanam pada tanah+sekam atau tanah+pasir. Kedua media ini walaupun porositasnya baik, tetapi mengandung zat hara yang rendah sehingga pemanjangan akarnya lambat. Kemampuan stek bagian pangkal dan tengah untuk tumbuh dan menghasilkan akar yang panjang secara umum lebih baik dibanding dengan bahan stek bagian pucuk.

Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah Tunas

Faktor tunggal media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas hanya pada provenan Lampung pada 9 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada provenan Sumatra Barat. Gambar 4 menunjukkan bahwa media tanah+pukan menghasilkan jumlah tunas yang paling tinggi (3.51) diikuti oleh media tanam tanah+pasir dan tanah+sekam serta media tanah yang paling rendah (2.34) pada provenan Lampung. Pada provenan Sumatra Barat jumlah tunas yang terbentuk pada semua media hampir sama berkisar antara 1.5-1.8.

(34)

Gambar 4. Jumlah Tunas Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat pada Media Tanam yang Berbeda 9 MST

Data pertambahan jumlah tunas menunjukkan bahwa pada awal pengamatan stek dari provenan Sumatra Barat menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak. Akan tetapi pada akir pengamatan stek dari provenan Lampung menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak (Gambar 5).

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lampung Sumatra Barat

Bahan stek dari provenan Lampung lebih lambat membentuk tunas dibandingkan bahan stek dari provenan Sumatra Barat sampai dengan minggu keempat setelah tanam, dengan rata - rata tunas yang muncul pada stek provenan Lampung kurang dari 0.49, sedangkan dari Sumatra Barat sudah mencapai

Jum

la

h T

una

s

Minggu Setelah Tanam

Gambar 5. Pertambahan Jumlah Tunas pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat selama 9 MST

(35)

23

sekitar 0.83. Namun rata – rata jumlah tunas pada provenan Lampung mencapai 2.93, sedangkan pada provenan Sumatra Barat mencapai 1.68.

Tinggi Tunas

Pengaruh media tanam terhadap tinggi tunas tidak terlalu kuat. Media tanam memberi pengaruh nyata terhadap tinggi tunas hanya pada provenan Lampung dan tidak pada provenan Sumatra Barat (Tabel 7), bahkan pada provenan Lampung pengaruh ini hanya nyata pada pengamatan 6 MST, tetapi tidak pada pengamatan yang lain.

Tabel 7. Pengaruh Media Tanam terhadap Tinggi Tunas (cm) pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 6 MST

Media Lampung Sumatra Barat

Tanah 0.85b 0.97

Tanah+sekam 0.97b 1.02

Tanah+pukan 0.95b 0.97

Tanah+pasir 1.37a 0.92

Pengamatan pertambahan tinggi tunas pada kedua provenan menunjukkan bahwa, pertambahan tinggi tunas pada lima minggu pertama setelah tanam masih lambat dan mulai meningkat antara 5-8 MST (Gambar 6) setelah 8 MST pertambahan tunas menurun lagi.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lampung Sumatra Barat

Gambar 6. Pertambahan Tinggi Tunas pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat T inngi t una s ( cm )

(36)

Bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah akar dan panjang akar

Faktor tunggal media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada tolok ukur yang diamati pada akhir pengamatan yaitu pada 9 MST baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat

Media Parameter

BBT(g) BKT(g) BBA(g) BKA(g) BT JA(g) PA(g) Lampung Tanah 4.50 1.52 1.74 0.82 2.34 2.39 4.19 Tanah+Sekam 3.93 1.39 1.64 0.81 2.40 2.33 4.16 Tanah+Pukan 4.07 1.58 1.57 0.82 2.40 2.20 3.84 Tanah+Pasir 4.22 1.62 1.85 0.72 2.34 2.06 3.91 Sumatra Barat Tanah 4.31 1.71 1.65 0.72 2.43 2.13 3.82 Tanah+Sekam 4.43 1.83 1.61 0.80 2.63 2.33 3.98 Tanah+Pukan 4.63 1.82 1.54 0.79 2.61 2.60 4.27 Tanah+Pasir 3.94 1.55 1.49 0.70 2.25 2.33 3.64 Keterangan :

BBT : Bobot Basah Tunas BKT : B obot Kering Tunas BBA : Bobot Basah Akar BKA : Bobot Kering Akar

BT : Bobot Kering Total JA : Jumlah Akar PA : Panjang Akar

Perbedaan media tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah akar dan panjang akar dan baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat..

Persentase stek bertunas dan stek hidup

Media tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada persentase stek bertunas maupun stek hidup baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Walaupun demikian pada kedua provenan persentase stek bertunas dan stek hidup cenderung lebih tinggi pada media tanam tanah, daripada media yang lain (Tabel 9). Stek hidup merupakan stek yang belum menghasilkan tunas akan tetapi stek tidak mengering, melainkan tetap segar.

(37)

25

Tabel 9. Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 9 MST

Media tanam Stek bertunas (%) Stek hidup (%)

Lampung Sumatra Barat Lampung Sumatra Barat

Tanah 70.35 77.04 98.51 98.51

Tanah+sekam 68.15 68.88 96.27 96.28

Tanah+pukan 68.88 68.13 97.02 96.27

Tanah+pasir 64.44 58.33 97.77 93.32

Persentase stek bertunas paling rendah dihasilkan oleh bahan stek yang ditanam pada media tanah+pasir baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Persentase stek hidup < 95% hanya dihasilkan oleh stek yang ditanam pada media tanah+pasir asal provenan Sumatra Barat, sedangkan perlakuan lain menghasilkan persentase stek hidup >95%.

Pengaruh Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar

Jumlah tunas

Bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas selama pengamatan baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Perkembangan jumlah tunas selama pengamatan pada provenan Lampung disajikan pada Gambar 7, sedangkan pada provenan Sumatra Barat disajikan pada Gambar 8.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

J u m la h T u n a s Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 7. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Lampung

(38)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

J u m la h T u n a s Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 8. Pengaruh Bahan Stek terhadap Jumlah Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Sumatra Barat

Pada provenan Lampung bahan stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas 0.67 dan bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas sebesar 0.17 pada 2 MST. Pada minggu-minggu pengamatan berikutnya tidak ada perubahan bahwa jumlah tunas yang tinggi berasal dari bahan stek bagian pangkal dan tengah, sedang bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas yang rendah. Pengamatan pada 9 MST menunjukkan bahwa bahan stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah masing – masing sebesar 3.63 dan 3.01, sedangkan bahan stek bagian pucuk menghasilkan jumlah tunas yang rendah sebesar 2.00. Laju pertambahan jumlah tunas yang mencolok terjadi antara minggu ke-7-9 setelah tanam.

Bahan stek bagian pangkal dari provenan Sumatra Barat juga menghasilkan jumlah tunas yang tinggi pada 2 MST sebesar 0.73, sedangkan bahan stek bagian pucuk dan tengah menghasilkan jumlah tunas masing-masing 0.31 dan 0.16. Pada 9 MST stek bagian pangkal menghasilkan jumlah tunas sebesar 1.94 sedangkan stek bagian pucuk sebanyak 1.45, lebih rendah dibandingkan dengan yang dihasilkan provenan Lampung. Laju pertumbuhan tunas pada provenan Sumatra Barat tidak terkonsentrasi pada periode tertentu seperti pada provenan Lampung, tetapi bertambah secara gradual sejak tanam.

Pertambahan jumlah tunas pada provenan Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan provenan Sumatra Barat. Di akhir pengamatan jumlah tunas yang dihasilkan stek bagian pangkal provenan Sumatra Barat tidak berbeda dengan stek bagian tengah dan pucuk (Gambar 8).

(39)

27

Tinggi tunas

Bahan stek berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tunas pada setiap minggu pengamatan baik pada provenan Lampung maupun Sumatra Barat. Data pada Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa bahan stek dari provenan Lampung lebih cepat memulai pertumbuhan tunas dibandingkan dengan provenan Sumatra Barat, walaupun pada 9 MST tinggi tunas dari kedua provenan hampir sama. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

T in g g i T u n a s ( c m ) Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 9. Pengaruh Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Lampung 0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Setelah Tanam

T in g g i T u n a s ( c m ) Pangkal Tengah Pucuk

Gambar 10. Pengaruh Bahan Stek terhadap Tinggi Tunas Selama Pengamatan pada Provenan Sumatra Barat

Perbedaan tinggi tunas yang dihasilkan oleh bahan stek yang berbeda sudah terjadi dari sejak 2 MST pada provenan Lampung dan sejak 3 MST pada provenan Sumatra Barat yang mencerminkan kecepatan pertumbuhan tunas dari bahan stek yang berbeda. Bahan stek bagian pangkal menghasilkan tunas tertinggi dan stek bagian pucuk menghasilkan tunas yang lebih pendek dari setiap pengamatan pada kedua provenan yang diamati. Pada provenan Lampung tinggi tunas yang dihasilkan stek bagian pangkal pada 2 MST mencapai 0.95 cm dan

(40)

dari stek bagian pucuk 0.16 cm, dan pada 9 MST masing - masing sebesar 2.06 dan 0.88 cm. Pada provenan Sumatra Barat stek bagian pangkal juga menghasilkam tunas tertinggi pada setiap pengamatan, kecuali pada 2 MST. Nilai rata – rata stek bagian pangkal tertinggi yaitu 2.03 cm sedangkan nilai terendah dihasilkan dari bahan stek bagian pucuk sebesar 0.89 cm pada 9 MST. Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tunas yang cepat terjadi sekitar minggu ke 5-8 setelah tanam pada kedua provenan.

Bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah akar dan panjang akar

Pada provenan Lampung stek bagian pangkal menghasilkan bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, dan jumlah akar yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah, tetapi lebih tinggi daripada stek bagian pucuk. Bobot kering akar stek bagian pangkal lebih tinggi daripada stek bagian tengah dan pucuk. Akan tetapi panjang akar yang dihasilkan ke tiga bahan stek tidak berbeda nyata. Bobot kering total pada provenan Lampung bahan stek bagian pangkal tidak berbeda nyata dengan bagian tengah, tetapi berbeda nyata dengan stek bagian pucuk. Provenan Sumatra Barat bahan stek bagian pangkal berbeda nyata dengan stek bagian tengah dan pucuk.

Bahan stek bagian pangkal dan tengah dari provenan Lampung menghasilkan bobot basah tunas masing – masing sebesar 4.86 g dan 4.33 g, sedangkan bahan stek bagian pucuk menghasilkan bobot basah tunas sebesar 3.34g. Bobot kering tunas dari bahan stek bagian pangkal dan tengah sekitar 1.73 g, sedangkan bobot dari bahan stek bagian pucuk sebesar 1.12 g. Bobot basah akar dari bahan stek bagian pangkal dan tengah sekitar 1.99 g, sedangkan dari bahan stek bagian pucuk sebesar 1.18 g. Bobot kering akar yang dihasilkan bahan stek bagian pangkal sebesar 0.96 g, stek tengah 0.77 g dan stek bagian pucuk sebesar 0.64 g. Jumlah akar dari bahan stek bagian pangkal merupakan yang tertinggi sebesar 2.46 diikuti bahan stek bagian tengah 2.22 dan stek bagian pucuk sebesar 2.06.

Pada provenan Sumatra Barat stek bagian pangkal menghasilkan bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar yang lebih

(41)

29

tinggi daripada stek bagian pucuk (Tabel 10). Panjang akar yang dihasilkan stek bagian pangkal sama dengan yang dihasilkan stek bagian tengah, tetapi lebih 0panjang daripada yang dihasilkan stek bagian pucuk.

Bobot basah tunas dari provenan Sumatra Barat dari bahan stek bagian pangkal nyata lebih besar (5.66 g) dari stek bagian tengah (4.04 g) pucuk (3.29 g). Bobot kering tunas dari bahan stek bagian pangkal sebesar 2.19 g, sedangkan dari bahan stek bagian tengah 1.56 g dan pucuk 1.44 g. Bobot basah akar dari bahan stek bagian pangkal sebesar 2.12 g, sedangkan dari bahan bagian stek tengah 1.46 g dan pucuk sebesar 1.14 g. Bobot kering akar yang dihasilkan bahan stek bagian pangkal (0.97 g) lebih besar daripada stek bagian tengah dan pucuk masing-masing sebesar 0.70 dan 0.63 g. Jumlah akar dari bahan stek bagian pangkal sebesar 2.52 sedangkan stek bagian tengah dan pucuk masing-masing sebesar 2.19 dan 2.34. Stek pangkal menghasilkan panjang akar sebesar 4.36 cm, sdan stek bagian tengah dan pucuk berturut – turut 3.98 dan 3.45 cm.

Tabel 10. Pengaruh Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar Asal Provenan Lampung dan Sumatra Barat (9 MST)

Bahan stek Tolok ukur BBT(g) BKT(g) BBA(g) BKA(g) BT JA PA (cm) Lampung Pangkal 4.86 a 1.73 a 1.99 a 0.96 a 2.69 a 2.46 a 4.34 Tengah 4.33 a 1.72 a 1.94 a 0.77 b 2.44 a 2.22 ab 3.99 Pucuk 3.34 b 1.12 b 1.18 b 0.64 b 1.76 b 2.06 b 3.73 Sumatra Barat Pangkal 5.66 a 2.19 a 2.12 a 0.97 a 3.16 a 2.52 4.36 a Tengah 4.04 b 1.56 b 1.46 b 0.70 b 2.26 b 2.19 3.98 ab Pucuk 3.29 b 1.44 b 1.14 b 0.63 b 2.07 b 2.34 3.45 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang

berbeda pada setiap pengamatan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

BBT : Bobot Basah Tunas BKT : B obot Kering Tunas BBA : Bobot Basah Akar BKA : Bobot Kering Akar

BT : Bobot Kering Total JA : Jumlah Akar PA : Panjang Akar Bobot kering total dari bahan stek untuk provenan Lampung adalah bahan stek bagian pangkal dan tengah menghasilkan nilai terbesar yaitu berturut-turu adalah 2.69 g dan 2.44 g, sedangkan bahan stek bagian pucuk lebih rendah yaitu 1.76 g. Bahan stek bagian pangkal pada provenan Sumatra Barat menghasilkan

(42)

bobot kering total terbesar yaitu 3.16 g, sedangkan pada bahan stek bagian tengah dan pucuk tidak berbeda nyata masing-masing sebesar 2.26 g dan 2.07 g.

Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup

Bahan stek provenan Lampung maupun Sumatra Barat berpengaruh sangat nyata pada persentase stek bertunas. Pada provenan Lampung persentase stek bertunas yang tinggi diperoleh dari stek bagian pangkal, sedangkan provenan Sumatra Barat stek bagian pangkal dan tengah mempunyai kemampuan bertunas yang tidak berbeda nyata (Tabel 11).

Tabel 11. Persentase Stek Bertunas dan Stek Hidup pada Provenan Lampung dan Sumatra Barat 9 MST

Bahan Stek Stek bertunas (%) Stek hidup (%)

Lampung Sumatra Barat Lampung Sumatra Barat

Pangkal 84.45 a 85.00a 98.83 97.76

Tengah 69.44 b 71.11a 96.65 96.10

Pucuk 45.56 c 48.33b 96.65 94.43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan pada taraf 5 %.

Persentase stek bertunas pada provenan Lampung dari bahan stek bagian pangkal dengan rata-rata 84.45 % lebih tinggi daripada bahan stek bagian tengah maupun pucuk dengan nilai rata-rata sebesar 69.44% dan 45.56%. Pada provenan Sumatra Barat persentase stek bertunas dari stek bagian pangkal dan tengah berturut – turut sebesar 85.50% dan 71.11% lebih tinggi dari persentase bertunas stek bagian pucuk sebesar 48.33%.

Kemampuan stek untuk bertahan hidup sama pada semua bahan stek tetapi stek pangkal mampu bertunas lebih besar sedangkan stek pucuk memerlukan waktu lebih lama untuk bertunas. Persentase stek hidup pada semua bahan stek cukup tinggi, rata-rata >95 % pada 9 MST, kecuali stek bagian pucuk asal provenan Sumatra Barat.

(43)

31

Pembahasan

Pengaruh Interaksi Media Tanam dan Bahan Stek

Berdasarkan Uji F pada provenan Lampung perlakuan interaksi media tanam dan bahan stek tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tinggi tunas pada 2 dan 4-9 MST, panjang akar, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot kering akar , persentase stek hidup dan persentase stek bertunas, akan tetapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot basah akar pada 9 MST dan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 2 MST dan jumlah akar 9 MST. Media tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah tunas 2-8 MST, tinggi tunas 2-5 dan 7-9 MST, jumlah akar, panjang akar, bobot basah tunas, bobt kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, persentase stek hidup dan persentase stek bertunas, serta berpengaruh nyata pada jumlah tunas 9 MST dan tinggi tunas 6 MST. Bahan stek berpengaruh nyata terhadap jumlah akar dan berpengaruh sangat nyata tehadap jumlah tunas 3-9 MST, tinggi tunas, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar dan persentase stek bertunas, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas 2 MST, panjang akar dan persentase stek hidup (Tabel 1).

Pada provenan Sumatra Barat interaksi media tanam dan bahan stek tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas 2-5 MST dan 8-9 MST, tinggi tunas pada 2, 5 dan 7-9 MST, jumlah akar, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot kering akar , persentase stek hidup dan persentase stek bertunas, akan tetapi memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas 6-7 MST, tinggi tunas pada 3-4 dan 6 MST, panjang akar dan bobot basah akar pada 9 MST. Media tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah akar, panjang akar, bobot basah tunas, bobt kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar, persentase stek hidup dan persentase stek bertunas. Bahan stek berpengaruh nyata jumlah tunas 3 dan 5 MST, tinggi tunas 5 MST dan panjang akar serta berpengaruh sangat nyata tehadap jumlah tunas 2, 4 dan 6-9 MST, tinggi tunas 3-4, 6-9 MST, bobot basah tunas, bobot kering tunas, bobot basah akar, bobot kering akar dan persentase stek bertunas, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas 2 MST, jumlah akar dan persentase stek hidup (Tabel 1).

Referensi

Dokumen terkait

Kapasitas yang didapatkan dari sel surya pada saat pengisian selama 7 hari (7 kali pengambilan data) dengan cuaca cerah maupun mendung adalah sekitar 0,2 Ah per hari dengan total

Tabel 4 dan Gambar 4 memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik dari siklus I ke siklus II yaitu dari 12,22 menjadi 15,58 yang

Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan tujuan. Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang kerja yang

Sehubungan data dalam instrument dalam penelitian ini masih berbentuk ordinal, maka digunakan Methode of sucsesive interval (MSI) yaitu suatu metode yang digunakan untuk

Perawatan beton umur 28 hari dilakukan dengan cara merendam benda uji dalam air pada hari kedua selama 21 hari, kemudian beton dikeluarkan dari air dan

1) Pengetahuan (C1), adanya peningkatan pada pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan guru melalui model proyek respon kreatif. 2) Pemahaman (C2), melalui

Perhatikan gambar berikut ini untuk menjawab soal no 48 dan 49 !.. Pada organ yang ditunjuk dengan huruf P terjadi sejumlah proses pencernaan, dinding organ tersebut

PENDIDIKAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN MASYARAKAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA MENGENAI KONSERVASI LINGKUNGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu