• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F.)

Amir (2016) menyebutkan bahwa akar merupakan organ vegetatif utama untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dilihat dari konsep keseimbangan fungsional, akar berperan menyerap unsur hara untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman.Dalam menentukan keberhasilan stek pucuk,pertumbuhan akarjugamenjadi hal yang sangatpenting. Akarmemilikifungsipentingsebagai penyerap air dan unsur hara serta memperkuat kokohnya tanaman. Perakaran merupakan salah satu indikator penting dalam perbanyakan vegetatif dengan sistem stek.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jika perlakuan berbagai media pada stek pucuk salagundi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kelangsungan hidup stek, persentase stek berakar, tinggi tunas, jumlah akar primer, terhadap persentase hidup, persentase berakar, pertambahan tinggi tunas, jumlah akar primer,jumlah akar sekunder, panjang akar primer, panjang akar sekunder dan pertambahan jumlah daun.

Sumber panjang akar primer; PAS = panjang akar sekunder

Universitas Sumatera Utara

15

Hasil pengamatan perkembangan stek pucuk salagundi sepanjang waktu 12 minggu, memperlihatkan terdapatnya periode pertumbuhan serta indikasi kematian stek setelah penanaman. Stek pucuk mulai hadapi pertumbuhan pada minggu awal yang disyarati dengan mulai terjadinya tunas apikal pada stek. Kematian stek terjadi pada minggu ke-8 setelah penanaman. Selama penelitian ditemukan beberapa stek yang mengalami perubahan warna menjadi kehitaman dan terdapat jamur pada bagian batang stek yang menyebabkan kematian pada stek. Kematian pada awal penanaman terjadi karena proses adaptasi antara bahan stek dengan lingkungan baru serta pengaruh suhu yang terdapat pada rumah kaca. Kematian stek tersebut ditandai dengan daun dan batang yang berubah warna menjadi cokelat kehitaman kemudian daun tersebut menjadi gugur.

Hartman dan Kester (1983) dalam Sudomo et.al. (2013) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk diantaranya pada saat pengambilan stek, umur pohon induk dan lingkungan tumbuh.

Sebagai pembanding, Sudomo et.al. (2013) menyebutkan penyebab rendahnya persen jadi stek manglid juga disebabkan oleh timbulnya serangan jamur (kurang steril) yang cukup banyak sehingga menyebabkan kematian pada stek. Hal ini disebabkan oleh penambahan pupuk kandang pada media tanam dan proses sterilisasi yang kurang sempurna sehingga membuat media relatif kurang steril. Proses sterilisasi hanya dilakukan dengan penjemuran bahan media tanam (pupuk kandang + pasir) pada terik matahari selama 3 hari. Semestinya proses sterilisasi pada media dapat dilakukan dengan penggorengan atau pengovenan atau penjemuran dalam durasi waktu yang lebih lama serta pemberian benlate. I

(a) (b) (c)

Gambar 1. Pertumbuhan stek salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F) pada minggu ke-12 (a) media tanam cocopeat dan arang sekam (M1), (b) media tanam pasir dan arang sekam (M2), dan (c) media tanah dan arang sekam (M3).

Universitas Sumatera Utara

16 Persentase Hidup

Persentasehiduprata-ratastek salagundi dengan perlakuan beberapamacam media berkisarantara86,67%-93,33%.Padaakhirpengamatan,jumlahstekyang hidupsebanyak40stekatausebesar93,33%dari total 45stek tanaman yang ditanam.

Persentase hidup rata-rata tertinggi sebesar 93,33% terdapat pada stek dengan perlakuanM1(cocopeat:arangsekam) sedangkan stek dengan perlakuan M2(tanah :arangsekam)danperlakuanM3(pasir:arangsekam)memilikipersentasehidup rata-rata yang sama yaitu sebesar 86,67%.

Gambar 2. Persentase Hidup Rata-Rata Stek Pucuk Salagundi

Secara keseluruhan persentase hidup yang dihasilkan pada penelitian ini cukuptinggi. Haltersebutdikarenakanmaterialpenanamanyangmasihjuvenil.Hasil penelitian Danu iet ial. i(2011) menunjukkan bahwabahan stek pucuk nyamplung (CalophylluminophyllumL.)yang berasaldarianakanmenghasilkanpersenhidup lebihtinggi(89,17%)dibandingkandaripohonmuda(75,28%)danpohondewasa (71,39%). Istomo et al. (2014) menambahkan bahwa bibit juvenil memiliki kemampuanperpanjangselyangsangatpesatataudisebutjugafase juvenil. Tanaman fasejuvenil jugadiketahui memilikilajupertumbuhan dan perkembanganvegetatif yang lebih cepat dan maksimal. Periode percepatan pertumbuhan tersebut berhubungan dengan juvenilitas jaringan tanaman.

Persentase Berakar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, persentase berakar rata-rata stek salagundi dengan berbagai perlakuan media berkisar antara 26,67% - 60,00%.

93.33

17

Persentase berakar stek tertinggi sebesar 60,00% terdapat pada stek dengan perlakuanM1(cocopeat:arangsekam).Sedangkan persentaseberakar stek terendah sebesar 26,67% terdapat pada perlakuan M3 (pasir : arang sekam). Hal tersebut menunjukkan bahwa, nilai jenis mediatanamM1(cocopeat:arangsekam) lebih tinggi dari semua media yang ada (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Berakar Stek Pucuk Salagundi

Namun, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap persentasestekberakar. Halinidapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor media tanam yang digunakan seperti media tanam cocopeat : arang sekam memiliki porositas dan kapasitas menampung air yang tepat sehingga menghasilkan persentaseberakar yang tinggi.

JaenickedanBeniest(2002)menyatakanbahwaporositas dan kapasitas menahan air adalah dua karakteristik yang saling terkait. Media membutuhkan kapasitas untuk menampung air yang cukup. Namun, tidak terlalu banyak pada proses pengembangan tanaman dan pertumbuhan akar.

Hasil yang serupa juga ditunjukkan pada penelitian Putri dan Danu (2014) yang menyebutkan bahwa rata-rata persentase berakar terbesar pada stekkemenyan (Styraxbenzoin Dryand) dengan nilai83,54% dihasilkan daribibit umur3bulan yang tidakmenggunakan ZPT.Hasiltersebutmengindikasikanbahwabahanstek yangdigunakandalampenelitianinimempunyaikandungan auksin alami dan nutrisi yangcukupuntukinisiasiakaradventifsehingga proses perakaran dapat berlangsung tanpa mengunakan auksin tambahan. Sebagian stek yang hidup ada juga yang

60.00

18

memperlihatkankondisi yang sudah berkalusnamun belumterdapatadanya akar pada stek tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap akar stek salagundi, pemunculan kalusataupunakarstekmulaiterjadipada mingguke-8. Semakin tuausiabahan stek, makasemakin rendah kemampuan stek tersebut untuk menghasilkan akar,sehingga persentase stek berakarnya akan lebih rendah (Danu dan Kurniaty, 2012 dalam Wulandari, 2012). Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa bahan stek salagundi yang diambil dari pohon induk masih dapat menghasilkan tanaman baru.

Pertambahan Tinggi Tunas

Perkembangan besar tunas menampilkan kecenderungan terdapatnya pertambahan besar tiap minggunya. Perkembangan besar tumbuhan terjalin di wilayahujungbatang yang diawalidaripemisahanselmeristempucukyangterus menerus membelah.

Gambar 4. Pertambahan Tinggi Rata-Rata Tunas Baru Stek Pucuk Salagundi

Pertambahantinggihomogen-homogentunasbarustektertinggimasihada dalam stek menggunakan perlakuan M3 (pasir: iarangsekam)yaitu sebanyak4,24 cm. Sebaliknya, pertambahan tinggi homogen-homogen tunas baru stek terendah masihadadalamstekmenggunakanperlakuanmediatanamM1(cocopeat: iarang sekam)yaitu sebanyak 3,6 icm.Berdasarkanpengamatanyang dilakukan selama12 minggu,ditemukanbeberapastekyangmemiliki itunasdan mengalami pertumbuhan tinggitetapi tidak menunjukkantanda-tandaperakaran.Halini dapatdisebabkan olehadanya cadangan makanan berupa karbohidratpada stek yang dapat digunakan

19

untukpertumbuhan. Menurut Hidayantoet al.(2003),kandungan karbohidratyang masih ada pada bahanstek merupakan faktor utama perkembangan tunas dan akar.

Cadangan karbohidrat akan mampu memacu pertumbuhan awal tunas, akibatnya pertumbuhan panjang tunasjuga akanlebih cepat.Dengancadangan makanan yang cukup,stekakanmampu membangun lebih banyak tunas.Kondisilingkunganyang baikterutamamediatanam,suhudankelembabanserta cahaya yang cukup juga akan merangsang pertumbuhan tunas.

Jumlah Akar Primer dan Sekunder

Terbentuknya akar pada stek merupakanfaktor penting karena akardapat menyerap unsur hara dari dalam tanah dan dapat mendukung kelangsungan hidupnya. Ketiga perlakuan pada stek salagundi memiliki rata-rata jumlah akar primer yang sama yakni berjumlah2.

Gambar 5. Rata-Rata Jumlah Akar Primer dan Sekunder Stek Pucuk Salagundi Akarsekunderberperansebagai bagian akar yang mengambil unsur haradan airbagi mediatanam. PerlakuanM1 (cocopeat: iarang sekam)danperlakuan M2 (tanah : iarang sekam) memiliki rata-rata jumlah akar sekunder yang sama yakni berjumlah 6.Sedangkan rata-rata jumlah akarsekunder terendah terdapat pada)

yakniberjumlah4. Hasil penelitian Supriyanto dan Fiona(2010) penambahan arang sekampadamediatumbuhmemberikanpengaruhnyataterhadappertumbuhan isemai pada media.Selainitu,arang sekambersifatporous, ringan,tidak kotor,akantetapi memiliki kemampuan menyerapairyangrendahdanporositasyangbaik. Banyaknya jumlah akarpadastekyangditanampadamediatanamarangsekamdapat idisebabkan

2 2 2

20

olehtingginyakandunganunsurharaNitrogen,Fosfordan Kalium pada arang sekam serta mendukung perbaikan struktur tanah.Selain itu,cocopeat dianggap sebagai komponen media tanah yang baik dengan pH, EC dan reaksi kimia lainnya. Sifatini menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karenamendukung perbaikan struktur tanah (Septiani, 2012).

Panjang Akar Primer dan Sekunder

Akarprimeradalahakaryang berasal dari calon akar (radikula) pada embrio.

Akarprimerakanmembentukakartunggangyangmampumengadakan ipertumbuhan sekunder dengan percabangannya, sedang akar adventif tidak mengadakan pertumbuhan sekunder (Ningsih, 2015). Rata-rata panjang akar primer tertinggi terdapatpadaperlakuanM1(cocopeat:arang sekam)yaitu1,40cm,sedangkan rata-ratapanjangakarprimerterendahterdapatpadaperlakuanM3 (pasir:arang isekam) yaitu 0,25cm.

Gambar 6. Grafik Panjang Akar Primer dan Sekunder

Hasil penelitian menunjukkan homogenitas panjang akar sekunder tertinggi masihterdapatpadaperlakuanM1(cocopeat:arangsekam)yaitu0,42 cm, isedangkan homogenitas panjang akar sekunder terendah masih terdapat pada perlakuan M2 (tanah:arangsekam)yaitu0,16 cm.Akar sekunder adalah akar yang tumbuh di

21

menurut semuastek yangtelah bertunasmasih terdapatstek yangbelum berakar, walaupunstektersebutmasihsegar.Daripengamatan saya,Salagundi(Roudholia teysmanii F. Hook) ini terjadi diduga karena lambatnya proses pembentukan akar, karena faktor genetik menurut tanaman salagundi yang pertumbuhannya lambat.

Jumlah Daun

Pertumbuhan daun baru yang muncul pada stek salagundi sudah mulai tampak pada minggu ke-4. Jumlah stek yang mengalami penambahan daun baru sebanyak 27stek atau60%daritotal40stek yang hidupdan 88,88%daritotal 45 stek yangditanam. Rata-rata pertambahan jumlah daun terbanyak terdapat pada stek dengan perlakuan M2 (tanah:arangsekam)yaitu 7 helai daun. Sedangkan pada stek dengan perlakuan M1 (cocopeat : arang sekam) dan perlakuan M3 (pasir : arang sekam), keduanyamemiliki rata-ratapertambahan daun yangsama yaitu 4 helai daun.

Gambar 7. Pertambahan Daun Rata-Rata Stek Pucuk Salagundi

Beberapa stek menggunakan pertambahan daun baru tidak menunjukkan adanya pertumbuhan akar. Terdapat 17 stek atau sebanyak 39,53% yang tidak memberitahukan pertumbuhan akar menurut 43 stek yang mengalami penambahan daun. Jumlah daun ditentukan oleh kegiatan metabolisme tanaman yang memerlukan nutrisi yang relatif buat tumbuh dan berkembang. Dalam pertumbuhan stek pucuk salagundi, keberadaan daun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan penelitian Mashudi dan Adinugraha (2015) pada jenis stek pucuk pula (Alstonia iScholaris)

4

22

yang menemukan bahwa stek yang memiliki daun paling banyak setelah 4 bulan memiliki jumlah dan panjang akar terbaik. Hal ini diduga karena semakin lebar bagian atas daun, maka semakin besar fotosintesis yang diperoleh. Keberadaan daun sangat menentukan dalam stek pucuk dan dapat mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek. Namun, daun yang tertinggal saat stek juga iharus diperhatikan. Karena jika terlalu banyak daun dalam stek, laju transpirasi akan tinggi akibatnya stek akan layu. Jadi, pada penelitian ini tinggalkan 2 helai daun di stek dan dipotong 1/3 bagian.

Skoring terhadap Perlakuan Media Tanam terhadap Parameter Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F.)

Pemberian skor dari beberapa perlakuan yang diberikan bertujuan untuk menentukan perlakuan terbaik untuk parameter yang diuji. Hasil penilaian menunjukkan skor tertinggi terdapat pada perlakuan M1i(cocopeat : arang sekam) menggunakan total skor 19. Sedangkan skor terendah masih ada dalam perlakuan M3 (pasir : iarang isekam) menggunakan total skor 11. Hasil skoring terhadap beberapa perlakuan yang diberikan tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil skoring perlakuan beberapa media tanam terhadap parameter stek salagundi

No Parameter Rata-Rata Skor 5 dari8parameteryang diuji,antaralainmerupakanpersentasehidup,persentase

Universitas Sumatera Utara

23

berakar,jumlah akar utama, jumlah akar sekunder, panjang akar utama dan panjang akar sekunder. Penggunaan media tanah : arangsekam menghasilkan nilai tertinggi terhadap 3 parameter yang diuji, yaitu jumlah akar utama, jumlah akar sekunder dan ijumlah ipertambahan idaun. iSedangkan ipenggunaan imedia ipasir i: iarang isekam hanya menghasilkan nilai tertinggi terhadap 2 parameter, yaitu tinggi tunas dan jumlah akar primer.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen terkait