• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK SALAGUNDI (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK SALAGUNDI (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) SKRIPSI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK SALAGUNDI (Rhoudolia teysmanii Hook. F.)

SKRIPSI

REZA FAHLEPI SIREGAR 141201150

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

Universitas Sumatera Utara

(2)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK SALAGUNDI (Rhoudolia teysmanii Hook. F.)

SKRIPSI

Oleh:

REZA FAHLEPI SIREGAR 141201150

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

Universitas Sumatera Utara

(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Universitas Sumatera Utara

(5)

ABSTRACT

REZA FAHLEPI SIREGAR: The Effect of Planting Media on the Growth of Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) Shoot Cuttings. Supervised by KANSIH SRI HARTINI and ARIDA SUSILOWATI.

Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) is native species to North Sumatra which existence is less well known in the trading world. This wood species belongs to strong class I which has the potential to be developed on a large scale.

Inadequate use of species and difficult natural regeneration due to the absence of rehabilitation have made this species threatened with extinction. The vegetative propagation technique by cuttings is an alternative way for salagundi propagation. Therefore, vegetative propagation is carried out through shoot cuttings. The purpose of this study was to obtain the best composition of the growing media for the growth of Salagundi (Roudholia teysmanii) cuttings. The source of material for salagundi cuttings is from tillers > 50cm tall at the Aek Nauli Environmental and Forestry Research and Development Agency. Media used for planting. The media used were cocopeat: husk charcoal (2: 1), soil: husk charcoal (2: 1), sand: husk charcoal (9.5: 0.5). The design used was a completely randomized design (CRD) with 3 treatments, namely the mixture of media used was cocopeat: husk charcoal (2: 1), soil: husk charcoal (2: 1), sand: husk charcoal (9.5: 0.5). The results showed that the distribution of various media had no significant effect. Treatment of cocopeat media: husk charcoal gave the best results for cutting growth.

Keywords: Media, shoot cuttings, salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F) cocopeat, composition

Universitas Sumatera Utara

(6)

ABSTRAK

REZA FAHLEPI SIREGAR: Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.). Dibimbing oleh KANSIH SRI HARTINI dan ARIDA SUSILOWATI.

Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) merupakan jenis pohon asli Sumatera Utara yang keberadaannya kurang dikenal di dunia perdagangan. Kayu jenis ini termasuk kelas kuat I yang potensial untuk dikembangkan dalam skala besar.

Pemanfaatan jenis yang kurang serta regenerasi alam yang sulit akibat tidak adanya rehabilitasi menyebabkan jenis ini terancam punah. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek merupakan alternatif untuk perbanyakan bibit jenis ini. Oleh sebab itu dilakukan perbanyakan secara vegetatif melalui stek pucuk. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media tanam terbaik pada pertumbuhan stek Salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F. ). Sumber bahan stek salagundi dari anakan dengan tinggi >50cm di Badan Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli. Media tanam yang digunakan Media yang digunakan adalah cocopeat : arang Sekam (2 : 1), tanah : arang sekam (2 : 1), pasir : arang Sekam (9,5 : 0,5). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu campuran media yang digunakan adalah cocopeat : arang Sekam (2 : 1), tanah : arang sekam (2 : 1), pasir : arang sekam (9,5 : 0,5). Hasil penelitian menunjukkan pemberian berbagai macam media berpengaruh tidak nyata. Perlakuan media cocopeat : arang sekam memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan stek pucuk salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.).

Kata Kunci : Media, stek pucuk, salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.), cocopeat, komposisi

Universitas Sumatera Utara

(7)

RIWAYAT HIDUP

Reza Fahlepi Siregar lahir di Binjai pada tanggal 2 Mei 1996 dari pasangan Bapak Marahombang Siregar dan Ibu Juliani Nasution. Penulis adalah anak sulung dari dua bersaudara. Alamat di Jl. Bendahara Gunung, Binjai Selatan, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.

Riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2008 lulus dari SDN 026609 Pujidadi. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Binjai dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2014, penulis lulus dari SMAN 3 Binjai jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 (S-1) di Universitas Sumatera Utara tahun 2014 di Jurusan Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis fokus pada kegiatan perkuliahan dan juga mengikuti beberapa organisasi kampus diantaranya PEMA (Pemerintahan Mahasiswa). Selain itu, penulis juga mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Desa Sei Nagalawan, Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai selama 10 hari, tahun 2016 dan Praktek Kerja Lapangan di Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Yogyakarta selama 1 bulan pada tahun 2018.

Untuk menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Sumatera Utara, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.)”. Kegiatan ini dipandu oleh Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP dan Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si.

Universitas Sumatera Utara

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.)”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Kansih Sri Hartini, S. Hut., MP dan Ibu Dr. Arida Susilowati, S. Hut., M. Si.

Selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Marahombang Siregar dan Ibu Juliani Nasution. Penulis juga megucapkan terima kasih kepada seluruh kerabat dan teman-teman yang tidak mungkin tertulis satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli (BP2LHK Aek Nauli) yang telah memberi ijin sebagai lokasi pengambilan bahan penelitian dan atas semua bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat untuk kepentingan penelitian dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2021

Reza Fahlepi Siregar

Universitas Sumatera Utara

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……….... ii

DAFTAR TABEL ……… iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) ... 3

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek Pucuk ... 3

Faktor yang BerpengaruhTerhadap Keberhasilan Stek ... 5

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

Bahan dan Alat Penelitian ... 9

Metode Penelitian ... 9

Prosedur Penelitian ... 10

Parameter Penelitian ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi ... 14

Persentase Hidup ... 16

Persentase Berakar ... 16

Tinggi Tunas ... 18

Jumlah Akar Primer dan Sekunder ... 19

Panjang Akar Primer dan Sekunder ... 20

Jumlah Daun ... 21

Skoring ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rekapitulasi nilai p-value (Sig). perlakuan beberapa media tanam terhadap persentase hidup, persentase stek berakar, pertambahan tinggi tunas, jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar dan pertambahan jumlah daun ... 14 2. Hasil skoring perlakuan beberapa media tanam terhadap parameter

stek salagundi ... 22

Universitas Sumatera Utara

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pertumbuhan stek salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F) pada minggu ke-12 (a) media tanam cocopeat dan arang sekam, (b) media

tanam pasir dan arang sekam, dan (c) media tanah dan arang sekam. ... 14

2. Persentase Hidup Rata-rata Stek Pucuk Salagundi ... 16

3. Persentase Berakar Stek Pucuk Salagundi ... 17

4. Persentase Tinggi Rata-rata Tunas Baru Stek Pucuk Salagundi ... 18

5. Rata-rata Jumlah Akar Primer dan Akar Sekunder Stek Pucuk Salagundi ... 19

6. Grafik Panjang Akar Primer dan Sekunder ... 20

7. Pertambahan Daun Rata-rata Stek Pucuk Salagundi ... 21

Universitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Analisis Persentase Hidup Rata-rata Stek Pucuk Salagundi ... 16

2. Analisis Persentase Berakar Stek Pucuk Salagundi ... 28

3. Analisis Persentase Tinggi Rata-rata Tunas Baru Stek Pucuk Salagundi ... 30

4. Analisis Rata-rata Jumlah Akar Primer Salagundi... 31

5. Analisis Akar Sekunder Stek Pucuk Salagundi ... 32

6. Analisis Persentase Panjang Akar Primer Salagundi ... 33

7. Analisis Persentase Panjang Akar Sekunder Salagundi ... 34

8. Analisis Pertambahan Daun Rata-rata Stek Pucuk Salagundi ... 35

Universitas Sumatera Utara

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) merupakan salah satu jenis pohon asli Sumatera Utara, namun keberadaannya kurang dikenal di dunia perdagangan. Pohon ini dapat dijumpai di Tapanuli dan daerah Simalungun.

Masyarakat lokal banyak memanfaatkan kayu salagundi sebagai tiang penyangga rumah karena memiliki bentuk batang yang lurus (Pasaribu et al, 2008).

Pemanfaatan jenis yang kurang dikenal sampai saat ini, belum didukung oleh data sifat dasar yang dimilikinya. Penelitian terkait keberadaan salagundi, saat ini masih cukup terbatas, padahal menurut Pasaribu (2017), jenis ini termasuk jenis pohon dengan kelas kuat I yang potensial untuk konstruksi utama.

Penelitian tentang regenerasi salagundi hingga saat ini belum diperoleh, padahal informasi ini penting mengingat kayu salagundi banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Batak untuk konstruksi rumah, sehingga dikhawatirkan akan mengancam keberadaan jenis ini. Oleh karena itu diperlukan strategi penyediaan bibit yang berkualitas dan dalam jumlah yang memadai. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melalui teknik perbanyakan secara vegetatif.

Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya, anakan sampling diambil dari indukan yang berbeda-beda. Salah satu perbanyakan vegetatif yang dapat dilakukan yaitu dengan cara stek pucuk. Nurlaeini dan Surya (2015) menyebutkan bahwa stek pucuk merupakan cara perbanyakan tanaman yang relatif mudah dilakukan. Perbanyakan dengan cara ini merupakan salah satu cara cepat dalam memenuhi kebutuhan bahan tanaman skala besar. Selain memiliki keunggulan dalam sumber material yang imelimpah, Aziz (2012) juga menyebutkan bahwa keunggulan lain melalui stek adalah tanaman yang dipilih dapat dipertahankan sifat-sifatnya yang unggul sesuai dengan keinginan manusia di dalam usaha budidaya tanaman. Untuk mempercepat keberhasilan teknik pemeliharaan bibit melalui perbanyakan vegetatif diperlukan media tanam agar stek tidak mudah goyang, menyediakan air yang cukup dan mengatur siklus

Universitas Sumatera Utara

(14)

2

aerasi. Oleh karena itu, media yang digunakan harus mampu memberikan aerasi yang cukup, memiliki daya renggang air dan drainase yang baik, serta bebas dari jamur dan bakteri patogen (Ashari, 2006).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh media tanaman terhadap pertumbuhan stek salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F. ).

2. Mendapatkan komposisi media tanam terbaik pada pertumbuhan stek salagundi(Roudholia teysmanii Hook. F. ).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan data dan informasi mengenai peluang perbanyakansalagundidalam waktu yang relatif singkat melalui stek pucuk. Keberhasilan teknik ini jugamerupakan alternatifsolusi penyediaan bibit salagundi yang berkualitas serta berguna dalam pemanfaatan salagundi secara lestari.

Universitas Sumatera Utara

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F)

Kayu Salagundi sering digunakan oleh masyarakat Batak untuk tiang rumah. Bentuk batangnya lurus, sehingga salagundi menjadi sasaran pemanfaatan pada bentuk tiang. Pohon salagundi dapat mencapai tinggi hingga 13 imeter menggunakan tinggi batang bebas cabang 9 m, sedangkan diameternya berkisar antara 36 hingga 45 cm. Pohon ini tidak memiliki banir, jika pun ada sangat kecil berupa batang pohon yang menonjol. Tajuk pohon berupa tajuk payung dengan percabangan yang jarang, daunnya berbentuk elips berkelompok di ranting. Kulit batang pohonnya beralur pendek, berwarna coklat dan terdapat ada bagian yang berwarna putih serta memiliki ketebalan kulit batang berkisar antara 0,6 sampai 0,8 cm. Kulit batang sangat mudah dipisahkan dengan batang pohon dan masih terdapat kambium. Kayu salagundi berwarna coklat kemerahan pada kayu gubal dan coklat tua pada kayu teras (Pasaribu et al, 2007).

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek Pucuk

Perbanyakan tanaman merupakan suatu upaya untuk memperoleh bibit tanaman dengan kualitas yang unggul. Perbanyakan secara vegetatif merupakan perbanyakantanamandenganmenggunakanbagian-bagiantanamanseperticabang, batang,ranting,pucukdaun,umbiakar,untukmenghasilkan tanamanbaruyang isama denganinduknya.Perbanyakanvegetatifdapatdilakukandengancarastek,cangkok, merunduk,okulasi,dansistemkulturjaringan.Adaduatipeperbanyakanvegetatif yaitu perbanyakanvegetatifalamidanperbanyakanvegetatifbuatan. Perbanyakan vegetatifalamimerupakanperbanyakantanamandimanatanamanmudatumbuhdan berkembangdaribagian-bagianvegetatiftanamaninduknya. Perbanyakan vegetatif buatan merupakan upaya perbanyakan tanaman jenis tertentu yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Santoso, 2010).

Beberapa alasan digunakannya perbanyakan vegetatif antara lain adalah : (1) Memperolehketurunandaripohonindukyangmemiliki keunggulan genetik.

Hal ini berkaitan erat dengan program pemuliaan dari suatu jenis, (2) Sulitnya mendapatkan pasokan benih suatu jenis, (3) Perbanyakanvegetatifdinilaiakan

Universitas Sumatera Utara

(16)

4

lebih efesien untuk diterapkan pada jenis-jenis tertentu. Dalam menjaga bahan stek tetap segar dan dapat melakukan proses fotosintesis dengan optimalmakakondisi lingkungan rumah kaca yaitu temperatur, kelembaban,dan intensitas cahaya harus dijaga pada level yang ideal (Balitbanghut, 2007).

Keuntungan perbanyakan vegetatif alamidiantaranya dapat dipraktekkan padatanamanyang tidak menghasilkan biji,sifatpohonindukditurunkanke generasi berikutnya, masa juvenil relatif pendek dan mempercepat persediaan bibit.

Kelemahan perbanyakan vegetatif alami adalah infeksi sistematik oleh virus dapat menjalar ke tanaman,bahan tanaman akan menghabiskan tempat tidak seperti biji, periode penyimpanan bahan tanam pendek, mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif alami adalah internal (dormansi bahan tanam dan ZPT) dan faktor eksternal (suhu, kelembaban, cahaya, jamur serta bakteri) (Adinugraha et al, 2006).

Menurut Maden (2003), teknikperbanyakanyang paling sesuai terutama untuk jenis-jenis yang terancam punah dapat menjadi salah satu kontribusiyang sangat penting dalam upaya pelestarian jenis tersebut. Dari berbagai teknik perbanyakan yang ada, penyetekan merupakan metode yang paling popular dalam memperbanyak tanaman secara vegetatif. Untuk melakukan perbanyakan tanaman dengan menggunakan stek diperlukan pengetahuan mengenai berbagai jenis tanaman dan berbagai cara yang mungkin dilakukan agar tanaman tersebut dapat diperbanyak.Sebaiknya metode yang dipilih harus berhubungan dengan perilaku- perilakutanamanyangsedangdiperbanyakdansesuai dengan situasi yang ada(Aziz, 2012). Teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka produksi bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan teknik ini dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar.

Stek adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bahan vegetatif yang digunakan adalah batang, pucuk, daun, atau akar. Namun untuk perbanyakan vegetatif pohon-pohon kehutanan, bahan yang umum dipakai adalah batang dan pucuk. Keunggulan perbanyakan tanaman dengan cara stek adalah : teknik pelaksanaan yang sederhana, cepat dan murah, tidak ada masalah ketidakcocokan sebagaimana yang timbul pada perbanyakan secara penyambungan

Universitas Sumatera Utara

(17)

5

atau okulasi, banyak bibit yang dapat dihasilkan dari satu pohon induk, produksi bibit tidak bergantung kepada musim masaknya buah dan seluruh bibit yang dapat dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman/pohon induknya (Wudianto, 2000).

Keuntungandari perbanyakan stek pucuk yaitu diwariskannya seluruh sifar- sifatpenting suatu varietas atau individu kepada keturunannya, hasil homogen dan dapat dilakukan kapan saja sehingga tidak bergantung padamusimberbuah.Di samping itu, bahan stek dapat diambil dari anakan pohon-pohon yang unggul, sehingga akan diperoleh bibit hasil stek yang unggul (Mansur dan Tuheteru, 2010).

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan stek dan perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan stek adalah penggunaan jenis media.

Pasirmerupakanjenismediayangcocokbagipertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Untuk itu perlu dicari medialain sebagaipenggantipasir yang memilikiaerasiyangbaik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan bibit (Wudianto, 2000).

Bahan stek pucuk lebih baik dari bahan stek batang. Halinidikarenakan stek pucuk lebih mudadibandingkan stek batang.Padastekbatang, beberapa pori mungkin mengandung zatlilin yang menghambat pertumbuhan akar padastek batang, sehingga persentase stek menjadi anakan lebih kecil (Mardi et al. 2016).

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Stek

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengakaran stek yaitu ditentukanoleh kondisi lingkungankhususnya iklim mikro tempat pengakaran stek.

Untukitu,pengakaranstekdilakukanpadaruangan (rumah tumbuh atauruangan pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal.

Pertumbuhan stek sangat dipengaruhi oleh interaksi faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal terutama meliputi jenis kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk), hormon

Universitas Sumatera Utara

(18)

6

endogen dalam jaringan stek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan kolonisasi antara lain: media akar,kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknologi kolonisasi. Mediastek akar yang digunakan harus memilikipermeabilitasudaradandrainaseyang baik serta suplai air yang cukup.

Cadangan makanan dalam bahan stek dan ketersediaan zat pengatur tumbuh merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek. Solusi untuk masalah ini adalah memilih bahan pemotongan dengan ukuran yang sesuai dan menerapkan zat pengaturtumbuh eksogen. Umurbahan stekpohon induksangatmempengaruhi tingkatkelangsunganhidup,persentasecabang,persentaseakar,panjangakar,jumlah akar, dan biomassa akar bahan stek. (Danu et al. 2011).

Beberapa hal yang iperlu diperhatikan untuk keberhasilan stek pucuk adalah jenis media yang baik, harus memilikinilaipH yang kondusif untuk pertumbuhan bibit, memiliki struktur berpori sehingga proses aerasi dan drainase dapat berjalan dengan baik, agar nantinya memiliki dayatahan air yang tinggi juga kapasitasdan bebasdaripatogen.Kehadirandaunpadastek merupakanfaktoryang mempengaruhi perkembanganakar. Halini dapatdimaklumikarenasemakin lebar permukaandaun, maka semakin banyak produk fotosintesis yang dihasilkan.Kehadiran daun isangat penting untuk stek,danituakan mempengaruhi keberhasilan stek.Namun,luas daun yangtertinggal didahan jugaharus diperhatikan,karena terlalu banyakdaundi dahan,laju transpirasi akan tinggi, dan dahan akan layu. (Mashudi dan Adinugraha, 2015).

Mediatanammerupakan komponen utama dalam proses budidaya dan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Mediatanam harus mampu melindungikelembaban daerah dekat akar,menyediakan unsurhara yang cukupdan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan meningkatkan bahan organik. Bahan organik berfungsi untuk meningkatkan faktor hara dan memperbaiki struktur dan aerasi tanah sehingga memudahkan penetrasi akar. Penggunaan bahan organik dengan komposisi yang sesuai diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan perkembangan bibit (Sutriyani et al. 2016).

Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yangdapat

Universitas Sumatera Utara

(19)

7

merusakstek. Mediaperakaranstekyangbiasadipergunakanadalah tanah,campuran topsoil pasir,campuran gambut pasir,perlitdanverkulit. Selain itu,mediayang berasal dari sabut kelapa (cocopeat) dan sekam padi sangat cocok untuk pertumbuhan stek(Moko,2004).Proses perakaran pada stek terdapat4 tahap, yaitu : diferensiasi meristematik sel-sel hidup, membentuk bakal akar yang diikuti multiplikasisel tersebut,bakal akar berubah dalam primordial akar, primordialakar tumbuhdanberkembangmembentuk jaringan pembuluhyang menghubungkan akar tersebutdengan jaringan pembuluh stek, dan akar tumbuh menembus lapisan luar batang stek (Salim, 1998).

Terdapat banyak jenis media perakaran yang digunakan dalam perkembangbiakan vegetatif salah satunya adalah media cocopeat dan arang sekam. Menurut Sarief, (1985) serbuk sabut kelapa (cocopeat) mempunyai kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban (80%), memiliki kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai rasio C/N rendah yang mempercepat N tersedia dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na) dan fosfor (P).

Selain itu serbuk sabut kelapa juga mampu menyimpan air hingga 6-8 kali lipat.

Sekam padi bakar atau arang sekam padi merupakan media yang porous dan memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, memiliki sifat ringan (BJ 0,2 kg/L), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udaratinggi, berwarnacoklatkehitaman sehingga dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khusus bakteri serta mampu menyimpan air sebesar 12,3% (Priono, 2013).

Kombinasi media tanam cocopeat dan arang sekam merupakan media terbaik untuk perakaran stek. Kombinasi tersebut menghasilkan kerapatan lindak (petunjuk tingkat kepadatan tanah) yang rendah, drainase yang baik dengan kadar air pada titik layu permanen rendah sehingga daya simpan air tinggi.Titiklayu permanen merupakan nilai lengastanah pada keadaantanaman mulai layu. Pada kondisi nilai lengas dibawah titik layu permanen, air tidak dapat diserap oleh akar tanaman dengan cepat sehingga tidak mampu mengimbangi laju transpirasi. Maka dari itu, media perakaran stek membutuhkan porositas yang baik dengan ketersediaan air yang cukup (Danu et al, 2011).

Universitas Sumatera Utara

(20)

8

Menurut Pudjiono (2017), campuran cocopeat dan arang sekam i(2:1) pada stek pucuk manglid menunjukkan persentase hidup sebesar 80%,jumlah akardan panjang akar sebesar 7,0 dan 3,4 cm serta jumlah daun sebesar 2,6 helai.Campuran media ini memiliki unsur hara yang tersedia lebih banyak.

Menurut Adriana et al (2014), campuranmediatanah dan arang sekam

i(2:1) menunjukkan persen berakar sebesar 86,67% dan rerata panjang akar terpanjang sebesar 17,5%. Panjang akar menunjukkan kemampuan individu tanaman untuk menjangkarkan akarnya pada media tempat tumbuh. Semakin panjang akaryangdijangkarkan, maka akansemakin besarpulatanaman tersebut menyerap unsur hara yang terdapat pada media tumbuh.

Keberhasilan stek pucuk merawan pada media tanam pasir dan arang sekam (9,5:0,5) menunjukkan persentase hidup sebesar 91,38%, persentase stek berakar18,57%panjangakar214,25 mm dan jumlah akar 64.Pasir dan arang sekam memberikan hasil yang lebih baik untuk semua perubahan yang diamati. Pasir memiliki porositas yang cocok ditanah subur maupun tanah kapur. Pasir menghasilkan nilai yang tinggi untuk semua parameter (Wulandari et al, 2015).

Universitas Sumatera Utara

(21)

9

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitianinidilakukandari bulan September 2018 sampai Januari 2019 dan pengamatan dilakukan selama 12 minggu. Rangkaian kegiatan dimulai dari pengambilan bahan stek yang lakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli (BP2LHK Aek Nauli), Jl. Lintas Tengah Sumatera, Sibaganding, Girsang Sipangan Bolon, Kapubaten Simalungun, Sumatera Utara. Persiapan dan pengamatan yang dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alatyangdigunakan adalah sungkup propagasi, gunting stek, potray/tabung untuk menanam stek, ember plastik untuk merendam stek,sprayer untuk menyiram tanaman,paranet, penggaris untuk mengukur tanaman, kertas label untuk menandai setiap perlakuan, kamera untuk mengambil gambar dan alat tulis.

Bahanstekyang akan digunakan dalam penelitianini adalahpucukdari anakan salagundi dengan tinggi berkisar <50 cm. Sebelum dijadikan media tanam, pasir dan tanah disangrai terlebih dahulu untuk mendapatkan media pasir steril, cocopeat direndam yang bertujuan untuk menghilangkan tanin, dan arang sekam.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RancanganAcak Lengkap(RAL) non faktorial. Media tanam merupakan perlakuan yang terdiri dari perlakuan1 yaitu campuran cocopeat: iarang sekam(2:1),tanah: arang sekam (2:1),pasir:arang sekam(9,5:0,5).Setiapperlakuanterdiridari5 ulangandenganmasing-masing ulangan terdiri dari 3 unit amatan.Sehingga jumlah stek yang ditanam adalah 3 x 5 x 3= 45 stek.

Universitas Sumatera Utara

(22)

10

Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + 𝜏i + Єij

keterangan:

Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j μ : rataan umum

𝜏i : pengaruh perlakuan pada taraf ke-i

Єij : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = Jika antar taraf perlakuan media tanam tidak berbeda nyata H1 = Jika antar taraf perlakuan media tanam berbeda nyata

Analisisdatadilakukanpadapenelitianini menggunakan software Microsoft Excel dan menggunakan analisis varians ANOVA. Jika hasil yang diperoleh berpengaruh signifikan, maka dilakukan pengujian lebih lanjut dengan

menggunakan Uji DMRT(Duncan Multiple Range Test) pada Taraf 5%.

Prosedur Penelitian

Persiapan bahan stek

Persiapan bahan stek dilakukan dengan mengambil bagian pucuk anakan salagundi yang berkisar < 50 cm yang diperoleh dari Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli (BP2LHK Aek Nauli), Jl. Lintas Tengah Sumatera, Sibaganding, Girsang Sipangan Bolon, Kapubaten Simalungun, Sumatera Utara. Selanjutnya bahan stek dipilih berdasarkan kriteria sehat dari batang kokoh dan daunnya segar.

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan adalah cocopeat : arang sekam (2 : 1), tanah : arang sekam (2 : 1), pasir : arang sekam (9,5 : 0,5). Media disterilkan dengan cara menggongseng selama 20-30 menit di atas lempengan kuali dan disemprotkan larutan dithane untuk menghindari tanaman terkontaminasi oleh jamur.

Universitas Sumatera Utara

(23)

11 Pembuatan stek

Steksalagundi dipotong dengan menggunakan gunting stek yangtajam dan higienis untuk menghindari kerusakan dan pembusukan pada pangkal stek.

Pemotongan bahan stek dilakukan dengan cara memotong diantara bintil (atau sepanjang duaruasdaun). Daun yang terdapat pada bahan stek yang diambil dipotong dan disisakan 1/3 daun guna mengurangi penguapan. Pangkal stek dipotong membentuk sudut 45derajatdan permukaan diusahakanratadanhalus.

Halinidimaksudkanuntukmeningkatkandayaserapair permukaan dan memberikan peluang pertumbuhan akar yang seimbang. Setelah stek dipotong, kemudian di rendam dalam larutan fungisida dengan perbandingan 1 gram fungisisda dalam satu liter air selama 2 menit untuk menghindari serangan jamur.

Penanaman Stek

Stek ditanam pada media yang telah disiapkan terlebih dahulu dan disusun secara acaklengkap. Lubang-lubangdibuat agar pertanaman stek tidak mengalami kerusakan akibat gesekan dengan tanah. Stek ditanam secara vertikal kemudian ditekan menggunakan dua jari untuk memadatkan tanah agar stek tidak roboh atau miring akibat air mengalir selama penyiraman. Selanjutnya, stek ditempatkan di sungkup propagasi,kemudian ditutup dan ditempatkan di rumah kaca.

Pemeliharaan

Penyiraman tanaman dilakukan secara rutin. Lama penyiraman disesuaikan dengan umur stek yaitu 2 kali seminggu sampai stek berumur 2 minggu, seminggu sekali untuk stek umur 3 dan 4 minggu, dan sebulan sekali untuk stek yang berumur lebih dari 1 bulan. Tudung disiram setiap 2 hari pada siang hari untuk menjaga suhu di dalam sungkup propagasi. Jika cuaca terlalu panas, penyiraman dilakukan secara optimal agar kelembaban tetap terjaga dan daun tidak mengering. Gulma dan rumput liar yang tumbuh di poltray dibersihkan dan dicabut dengan menggunakan tangan. Setiap hari daun yang gugur dan mati dikeluarkan dari sungkup propagasi dan dibuang untuk menghindari perkembangan jamur.

Universitas Sumatera Utara

(24)

12 Parameter

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah:

a) Persentase Hidup

Persentase hidup adalah jumlah stek yang masih segar (hidup) dan tidak memperlihatkangejalakematian denganjumlah stek yang ditanam. Persentase yang hidup dapat dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% Hidup = Σ stek yang hidup

∑ semua stek x100%

b) Persentase Stek Berakar

Persentase stek berakar merupakan hasil perbandingan antara stek yang hidup dan berakar pada akhir penelitianterhadap jumlah seluruh bahan stek yang ditanam. Persentase stek berakar dapat dihitung pada akhir penelitian dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

% Stek berakar = Σ stek yang berakar

∑ semua stek x100%

c) Tinggi Tunas

Tinggi tunas diukur dari pangkal sampai tajuk stek dengan menggunakan penggaris.Datatinggidicatatdandikelompokkansesuaidengankode atau label yang tertera pada tanaman tersebut. Pengukuran dilakukan setiap satu minggu dan dinyatakan dalam satuan(cm).

d) Pengamatan Jumlah Akar Primer

Dilakukan dengan cara menghitung jumlah akar utama pada akhir pengamatan penelitian.

e) Pengamatan Jumlah Akar Sekunder

Dilakukan dengan cara menghitung jumlah akar cabang pada akhir pengamatan penelitian.

f) Panjang Akar primer

Dilakukan dengan mengukur menggunakan penggaris pada akhir penelitian, diukur dari ujung akar pada akar yang terpanjang.

Universitas Sumatera Utara

(25)

13 g) Panjang Akar Sekunder

Dilakukan dengan mengukur menggunakan penggaris pada akhir penelitian, diukur dari panjang yang melekat pada akar primer.

h ) Jumlah Daun

Jumlahdaun dihitungdengan menghitung jumlah daunyangtelahtumbuh dan membukasempurnapadamasing-masingstek. Pengamatan ini dilakukan setiap 1 minggu dan dinyatakan dalam satu helai.

Skoring

Untuk mencari perlakuan yang tepat, maka digunakan skoring dari rata- rata setiap parameter. Pembobotan ini dibagi 3 kelas (K) dengan lebar kelas adalah C = R/K, dimana R adalah nilai rata-rata terbesar suatu perlakuan dikurangi nilai rata-rata terkecilnya. (Mulyani et al., 1999).

Universitas Sumatera Utara

(26)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Stek Pucuk Salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F.)

Amir (2016) menyebutkan bahwa akar merupakan organ vegetatif utama untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dilihat dari konsep keseimbangan fungsional, akar berperan menyerap unsur hara untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman.Dalam menentukan keberhasilan stek pucuk,pertumbuhan akarjugamenjadi hal yang sangatpenting. Akarmemilikifungsipentingsebagai penyerap air dan unsur hara serta memperkuat kokohnya tanaman. Perakaran merupakan salah satu indikator penting dalam perbanyakan vegetatif dengan sistem stek.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jika perlakuan berbagai media pada stek pucuk salagundi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kelangsungan hidup stek, persentase stek berakar, tinggi tunas, jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar primer, panjang akar sekunderserta jumlah daun(Tabel1). Berdasarkannilai signifikansi (P-value) pada semua parameter yang diuji lebihbesardari0,05sehinggaH0diterima(taraf 5%). Perlakuan beberapa media tanam terhadap parameter yang diuji disajikan pada Tabel1.

Tabel 1. Rekapitulasi nilai P-value (Sig.) perlakuan beberapa media tanam terhadap persentase hidup, persentase berakar, pertambahan tinggi tunas, jumlah akar primer,jumlah akar sekunder, panjang akar primer, panjang akar sekunder dan pertambahan jumlah daun.

Sumber Keragaman db

Nilai P-value (Sig.)

Persen Hidup

Persen Berakar

Tinggi

Tunas JAP JAS PAP PAS Jumlah Daun Perlakuan 2 0,859 0,150 0,193 0,985 0,812 0,116 0,332 0,515

Keterangan: JAP = jumlah akar primer; JAS = jumlah akar sekunder; PAP = panjang akar primer; PAS = panjang akar sekunder

Universitas Sumatera Utara

(27)

15

Hasil pengamatan perkembangan stek pucuk salagundi sepanjang waktu 12 minggu, memperlihatkan terdapatnya periode pertumbuhan serta indikasi kematian stek setelah penanaman. Stek pucuk mulai hadapi pertumbuhan pada minggu awal yang disyarati dengan mulai terjadinya tunas apikal pada stek. Kematian stek terjadi pada minggu ke-8 setelah penanaman. Selama penelitian ditemukan beberapa stek yang mengalami perubahan warna menjadi kehitaman dan terdapat jamur pada bagian batang stek yang menyebabkan kematian pada stek. Kematian pada awal penanaman terjadi karena proses adaptasi antara bahan stek dengan lingkungan baru serta pengaruh suhu yang terdapat pada rumah kaca. Kematian stek tersebut ditandai dengan daun dan batang yang berubah warna menjadi cokelat kehitaman kemudian daun tersebut menjadi gugur.

Hartman dan Kester (1983) dalam Sudomo et.al. (2013) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek pucuk diantaranya pada saat pengambilan stek, umur pohon induk dan lingkungan tumbuh.

Sebagai pembanding, Sudomo et.al. (2013) menyebutkan penyebab rendahnya persen jadi stek manglid juga disebabkan oleh timbulnya serangan jamur (kurang steril) yang cukup banyak sehingga menyebabkan kematian pada stek. Hal ini disebabkan oleh penambahan pupuk kandang pada media tanam dan proses sterilisasi yang kurang sempurna sehingga membuat media relatif kurang steril. Proses sterilisasi hanya dilakukan dengan penjemuran bahan media tanam (pupuk kandang + pasir) pada terik matahari selama 3 hari. Semestinya proses sterilisasi pada media dapat dilakukan dengan penggorengan atau pengovenan atau penjemuran dalam durasi waktu yang lebih lama serta pemberian benlate. I

(a) (b) (c)

Gambar 1. Pertumbuhan stek salagundi (Roudholia teysmanii Hook. F) pada minggu ke-12 (a) media tanam cocopeat dan arang sekam (M1), (b) media tanam pasir dan arang sekam (M2), dan (c) media tanah dan arang sekam (M3).

Universitas Sumatera Utara

(28)

16 Persentase Hidup

Persentasehiduprata-ratastek salagundi dengan perlakuan beberapamacam media berkisarantara86,67%-93,33%.Padaakhirpengamatan,jumlahstekyang hidupsebanyak40stekatausebesar93,33%dari total 45stek tanaman yang ditanam.

Persentase hidup rata-rata tertinggi sebesar 93,33% terdapat pada stek dengan perlakuanM1(cocopeat:arangsekam) sedangkan stek dengan perlakuan M2(tanah :arangsekam)danperlakuanM3(pasir:arangsekam)memilikipersentasehiduprata- rata yang sama yaitu sebesar 86,67%.

Gambar 2. Persentase Hidup Rata-Rata Stek Pucuk Salagundi

Secara keseluruhan persentase hidup yang dihasilkan pada penelitian ini cukuptinggi. Haltersebutdikarenakanmaterialpenanamanyangmasihjuvenil.Hasil penelitian Danu iet ial. i(2011) menunjukkan bahwabahan stek pucuk nyamplung (CalophylluminophyllumL.)yang berasaldarianakanmenghasilkanpersenhidup lebihtinggi(89,17%)dibandingkandaripohonmuda(75,28%)danpohondewasa (71,39%). Istomo et al. (2014) menambahkan bahwa bibit juvenil memiliki kemampuanperpanjangselyangsangatpesatataudisebutjugafase juvenil. Tanaman fasejuvenil jugadiketahui memilikilajupertumbuhan dan perkembanganvegetatif yang lebih cepat dan maksimal. Periode percepatan pertumbuhan tersebut berhubungan dengan juvenilitas jaringan tanaman.

Persentase Berakar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, persentase berakar rata-rata stek salagundi dengan berbagai perlakuan media berkisar antara 26,67% - 60,00%.

93.33

86.67 86.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Cocopeat dan Arang Sekam (M1)

Tanah dan Arang Sekam (M2)

Pasir dan Arang Sekam (M3)

Persen Hidup (%)

Perlakuan

Universitas Sumatera Utara

(29)

17

Persentase berakar stek tertinggi sebesar 60,00% terdapat pada stek dengan perlakuanM1(cocopeat:arangsekam).Sedangkan persentaseberakar stek terendah sebesar 26,67% terdapat pada perlakuan M3 (pasir : arang sekam). Hal tersebut menunjukkan bahwa, nilai jenis mediatanamM1(cocopeat:arangsekam) lebih tinggi dari semua media yang ada (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase Berakar Stek Pucuk Salagundi

Namun, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap persentasestekberakar. Halinidapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor media tanam yang digunakan seperti media tanam cocopeat : arang sekam memiliki porositas dan kapasitas menampung air yang tepat sehingga menghasilkan persentaseberakar yang tinggi.

JaenickedanBeniest(2002)menyatakanbahwaporositas dan kapasitas menahan air adalah dua karakteristik yang saling terkait. Media membutuhkan kapasitas untuk menampung air yang cukup. Namun, tidak terlalu banyak pada proses pengembangan tanaman dan pertumbuhan akar.

Hasil yang serupa juga ditunjukkan pada penelitian Putri dan Danu (2014) yang menyebutkan bahwa rata-rata persentase berakar terbesar pada stekkemenyan (Styraxbenzoin Dryand) dengan nilai83,54% dihasilkan daribibit umur3bulan yang tidakmenggunakan ZPT.Hasiltersebutmengindikasikanbahwabahanstek yangdigunakandalampenelitianinimempunyaikandungan auksin alami dan nutrisi yangcukupuntukinisiasiakaradventifsehingga proses perakaran dapat berlangsung tanpa mengunakan auksin tambahan. Sebagian stek yang hidup ada juga yang

60.00

46.67

26.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Cocopeat dan Arang Sekam (M1)

Tanah dan Arang Sekam (M2)

Pasir dan Arang Sekam (M3)

Persentase Berakar (%)

Perlakuan

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1.  Pertumbuhan  stek  salagundi  (Roudholia  teysmanii Hook.  F)  pada  minggu  ke-12  (a)  media tanam cocopeat dan arang sekam (M1), (b) media tanam pasir dan arang sekam  (M2), dan (c)  media tanah dan arang sekam (M3)
Gambar 2. Persentase Hidup Rata-Rata Stek Pucuk Salagundi
Gambar 3. Persentase Berakar Stek Pucuk Salagundi
Gambar 4. Pertambahan Tinggi Rata-Rata Tunas Baru Stek Pucuk Salagundi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Serta peran guru ekonomi yang senantiasa membantu peneliti jika menghadapi kesulitan ketika sedang mengajar dan tentu saja karakteristik para siswa yang mampu

1) Pengetahuan (C1), adanya peningkatan pada pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan guru melalui model proyek respon kreatif. 2) Pemahaman (C2), melalui

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan juga sholawat salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga tugas

Seorang pria, 50 tahun, datang ke pusesmas dengan keluhan bercak merah bersisik pada lutut dan punggung yang tidak terlalu gatal?. Awalnya bercak muncul pada kedua

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai selama proses pembelajaran disekolah yang bersifat kognitif dan biasanya dilakukan melalui pengukuran dan penilaian atau

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan skor persepsi risiko tentang keselamatan berkendara yang akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku

Sehubungan data dalam instrument dalam penelitian ini masih berbentuk ordinal, maka digunakan Methode of sucsesive interval (MSI) yaitu suatu metode yang digunakan untuk

Karena, kontribusi Barthes atas studinya tentang mitos, paling tidak akan membuka cakrawala baru bagi kita terhadap pengertian, struktur dan relasi-relasi mitos dengan