• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Penelitian Tahap 1

Dari hasil penelitian tahap I di laboratorium dengan tujuan untuk menguji jenis rasio kompos yang terbaik terhadap pertumbuhan bakteri Azospirillum, dimana terdiri dari empat taraf yakni : A1: Kompos umur 5 bulan (5 bulan dibiarkan setelah penggilingan dari bahan mentah saat akan digunakan kompos), A2: kompos umur 2 bulan (2 bulan dibiarkan setelah penggilingan dari bahan mentah saat akan digunakan kompos), kompos A3: kompos umur 1 hari ( 1 hari dibiarkan setelah penggilingan dari bahan mentah saat akan digunakan kompos) dan A4: Kompos umur 3 minggu (3 minggu dibiarkan setelah penggilingan dari bahan mentah saat akan digunakan kompos). Maka telah diperoleh hasil terhadap C-organik kompos, N total kompos, pH kompos dan populasi Azospirillum sp. awal dan setelah aplikasi kompos (Tabel 1)

Tabel 1. Sifat kimia dan populasi Azospirillum sp. pada kompos berbeda tingkat kematangan Perlakuan C-organik Kompos N-Total Kompos Rasio C/N Kompos pH Kompos Populasi Azospirillum --%-- ----%---- --- --- --cfu/ml-- A1 3.61 0.24 15.04 7.23 4 x 10 A2 7 6.53 0.29 22.51 7.12 3 x 10 A3 7 48.63 0.91 53.44 5.37 140 x 10 A4 9 36.13 0.49 72.41 5.54 110 x 108 Keterangan : Populasi Azospirillum sp. yang diaplikasikan yaitu 2 x 108

Populasi awal Azospirillum pada media sebelum diaplikasikan pada masing-masing kompos adalah 2 x 108 cfu/ml , sedangkan setelah diaplikasikan pada masing-masing kompos dengan inkubasi seminggu diperoleh jumlah populasi tertinggi pada kompos A3 (Mentah 1 hari) yakni sebesar 140 x 109

cfu/ml diikuti 110 x 108 cfu/ml, 4 x 107 cfu/ml dan 3 x 107

Penelitian Tahap II

cfu/ml berturut-turut untuk kompos A4, A1 dan A2 (Tabel 1). Kompos A3 memiliki ciri dengan nilai C organik tertinggi yaitu 48.63% diikuti kompos A4 (36.13%), kompos A2 (6.53%) dan A1 (3.61%) dimana pada kompos A3 dan A4 yang memiliki populasi Azospirillum sp terbanyak bersifat masam (pH 5.37 dan 5.54). Sehingga kompos matang A3 merupakan yang terbaik untuk dilanjutkan pada penelitian tahap II.

Sifat Kimia Tanah

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian Azospirillum pada carrier kompos, berpengaruh sangat nyata terhadap C-organik tanah (Lampiran 32) sementara pemberian Azospirillum carrier kompos, urea, serta interaksinya tidak berpengaruh nyata pada N-total tanah (Lampiran 34), sedangkan pada rasio C/N pemberian Azospirillum carrier kompos berpengaruh nyata dan pada interaksinya tidak berpengaruh nyata (Lampiran 36) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat kimia tanah C-organik, N-total dan rasio C/N tanah akibat pemberian Azospirillum, urea dan interaksinya

Perlakuan C-Organik N-Total Tanah Rasio C/N ----%---- ----%---- --- Azospirillum (A) A0 1.61c 0.18 9.45c A1 1.89a 0.17 11.91ab A2 1.88ab 0.15 12.49a Urea ( U ) U0 1.71 0.14 12.07 U1 1.80 0.15 12.13 U2 1.80 0.18 10.68 U3 1.86 0.20 10.26 Interaksi A x U A0U0 1.60 0,15 11,05 A0U1 1.58 0,17 9,98 A0U2 1.62 0,20 8,53 A0U3 1.65 0,22 8,25 A1U0 1.75 0,15 12,02 A1U1 2.01 0,16 12,85 A1U2 1.86 0,19 11,47 A1U3 1.93 0,18 11,30 A2U0 1.77 0,14 13,14 A2U1 1.80 0,13 13,55 A2U2 1.93 0,16 12,04 A2U3 2.01 0,19 11,23

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian Azospirillum pada carrier kompos meningkatkan C-organik tanah sangat nyata pada A2 (1.88%) daripada tanpa Azospirillum dan kompos A0(1.61%) begitu juga pada pemberian kompos tanpa Azospirillum( A1) yakni 1.89% yang meningkat sangat nyata daripada tanpa Azospirillum dan kompos (A0). Pemberian urea sebanyak 5 g/tanaman (U1), 10 g/tanaman (U2) dan 15 g/tanaman (U3) juga meningkatkan C-organik tanah tidak nyata (1.80, 1.80 dan 1.86%) daripada tanpa pemberian urea U0 (1.71%) Interaksi

antara Azospirillum dan urea juga meningkatkan C-organik tanah secara tidak nyata daripada perlakuan kontrol (A0U0).

Dari Tabel 2 terlihat juga bahwa kedua faktor serta interaksi tidak berpengaruh nyata pada N-total tanah, namun pemberian Azospirillum carrier kompos berpengaruh nyata dalam meningkatkan pada rasio C/N, rasio C/N A0, A1, A2 berturut-turut (9.45, 11.91, 12.49) . Sedangkan pada pemberian urea tidak berpengaruh nyata, namun C/N cenderung menurun pada U0, U1, U2 dan U3.

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian urea berpengaruh nyata dalam menurunkan pH, sedangkan pada pemberian Azospirillum carrier kompos serta interaksinya tidak berpengaruh nyata pada pH (Lampiran 30). Pada pemberian Azospirillum carrier kompos, urea dan interaksinya tidak berpengaruh nyata pada kadar N dalam tanaman (Lampiran 38). Namun, pemberian Azospirillum carrier kompos berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan N, pada pemberian urea dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada serapan N (Lampiran 40) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat kimia tanah pH, N-total tanaman dan serapan N tanah akibat pemberian Azospirillum, urea dan interaksinya

Perlakuan pH Tanah N-Tanaman Serapan N

---- ----%---- ----mg/tanaman---- Azospirillum (A) A0 5.24 1.37 1.23c A1 5.37 1.33 2.44b A2 5.35 1.05 3.81a Urea ( U ) U0 5.62a 1.11 3.07 U1 5.23bc 1.25 2.19 U2 5.19cd 1.29 2.52 U3 5.24b 1.35 2.93 Interaksi A x U A0U0 5.56 0,86 2,27 A0U1 5.02 1,77 1,02 A0U2 5.12 1,26 0,92 A0U3 5.27 1,60 0,72 A1U0 5.67 1,32 2,85 A1U1 5.25 1,14 1,79 A1U2 5.35 1,49 3,14 A1U3 5.23 1,37 1,96 A2U0 5.65 1,14 4,09 A2U1 5.27 0,84 3,76 A2U2 5.11 1,12 3,49 A2U3 5.23 1,09 3,91

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT Hubungan antara dosis urea dengan pH tanah ditampilkan dalam bentuk kurva pada Gambar 1. Dengan sidik ragam pada lampiran 29.

y = 0,004x2- 0,089x + 5,607 R² = 0,972 5,1 5,2 5,3 5,4 5,5 5,6 5,7 0 5 10 15 20 p H Tan ah

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian urea dengan berbeda dosis pada perlakuan U1, U2 dan U3 (5, 10 dan 15 g/tanaman) berpengaruh nyata menurunkan pH tanah berturut-turut (5.23, 5.19 dan 5.24) dari pada tanpa pemberian urea (5.62). Sementara aplikasi Azospirillum maupun interaksi antara Azospirillum sp. dan urea tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam perubahan pH tanah.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada N-tanaman, pemberian Azospirillum carrier kompos, urea serta interaksinya tidak berpengaruh nyata. Sedangkan pada serapan N pemberian Azospirillum sp. carrier kompos berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan N dengan tertinggi pada pada faktor Azospirillum sp. adalah perlakuan A2 (3.81 mg/tanaman), diikuti A1 (2.44 mg/tanaman) sedangkan A0 (1.23 mg/tanaman) dan pada pemberian urea serta interaksinya tidak berpengaruh nyata.

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam pemberian Azospirillum sp. dengan carrier kompos dan urea sangat berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anakan 10 minggu setelah tanam (Lampiran 12, 18 dan 24), sedangkan interaksi Azospirillum sp. dan urea tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah anakan. Pada pemberian Azospirillum sp. berpengaruh nyata meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar sedangkan dengan pemberian urea serta interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering tajuk dan berat kering akar (Lampiran 26 dan 28). Pertumbuhan dan produksi tanaman tebu akibat pemberian Azospirillum sp. dan urea dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan dan produksi tanaman akibat pemberian Azospirillum carrier kompos dan urea serta interaksinya

Perlakuan Tinggi Tanaman Diameter Batang Jumlah Anakan Berat Kering Tajuk Berat Kering Akar ---cm--- ---cm--- --tunas-- ---g--- ---g--- Azospirillum (A) A0 27.80c 1.13c 4.75 120.00c 21.15c A1 34.23b 1.37ab 5.08 198.95b 31.08b

A2 37.97a 1.39a 4.83 414.44a 40.33a

Urea ( U ) U0 44.05a 1.51a 5.11 324.31 31.49 U1 28.03c 1.14cd 5.22 231.56 34.56 U2 34.10b 1.37b 5.22 224.48 29.61 U3 27.19cd 1.17c 4.00 197.52 27.66 Interaksi A X U A0U0 39.17 1.43 6.00 285.17 22.2 A0U1 18.74 0.92 5.00 75.00 29.8 A0U2 30.48 1.22 4.33 73.30 23.5 A0U3 22.81 0.96 3.67 46.57 12.6 A1U0 43.93 1.58 4.67 216.83 34.2 A1U1 33.14 1.28 5.00 161.27 39.3 A1U2 34.15 1.41 6.33 263.80 47.6 A1U3 25.71 1.21 4.33 153.90 30.5 A2U0 49.04 1.54 4.67 470.93 56.3 A2U1 32.13 1.22 5.67 458.40 51.2 A2U2 37.66 1.47 5.00 336.33 35.2 A2U3 33.04 1.36 4.00 392.10 50.3

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama dan perlakuan yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Hubungan dosis urea dengan tinggi tanaman dan diameter batang ditampilkan dalam bentuk kurva pada Gambar 2 dan 3 dengan sidik ragam pada lampiran 11 dan 17.

Gambar2. Hubungan peningkatan dosis urea terhadap tinggi tanaman 10 MST

Gambar3. Hubungan peningkatan dosis urea untuk diameter batang 10 MST

Dari Tabel 4 pemberian Azospirillum sp. pada carrier kompos mampu meningkatkan tinggi tanaman sangat nyata, tinggi tanaman tertinggi pada A2 (37.96 cm) dibanding A1 (34.23 cm) dan A0 (27.80 cm). Pada penelitian ini pemberian urea menekan pertumbuhan tinggi tanaman sangat nyata yaitu

y = 0,091x2- 2,256x + 42,29 R² = 0,660 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 5 10 15 20 Ti n ggi Tan am an (c m )

Dosis Urea (g/tanaman)

y = 0,001x2- 0,041x + 1,458 R² = 0,420 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 0 5 10 15 20 D iam e te r B atan g (c m )

Demikian juga pada diameter batang dengan pemberian Azospirillum sp. pada carrier kompos berpengaruh nyata dalam meningkatkan diameter batang, diameter batang tertinggi pada A2 (1.39 cm), A1(1.37 cm) dan A0 (1.13cm), sedangkan pada peningkatan dosis urea menekan pertumbuhan diameter batang dibandingkan perlakuan tanpa urea U0 (1.51 cm), U2 (1.47 cm), U3(1.17 cm) dan terendah pada U1(1.14 cm).

Pada parameter jumlah anakan tidak berpengaruh nyata pada 10 MST seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4 tersebut. Namun pada data 4 MST berpengaruh nyata pada faktor Azospirillum sp. carrier kompos dalam meningkatkan jumlah anakan dan urea dalam mengurangi jumlah anakan (Lampiran 21).

Pemberian Azospirillum sp. pada carrier kompos mampu meningkatkan berat kering tajuk pada tanaman tebu sangat nyata dibanding A0 (120 g), A1(198.95 g) dan tertinggi pada A2(414.44 g), sedangkan pada pemberian urea tidak berbeda nyata antar perlakuannya dimana terjadinya penurunan berat dibanding tanpa urea U0. Begitu juga pada berat kering akar yang berbeda sangat nyata dalam meningkatkan pada faktor pemberian Azospirillum sp. pada carrier kompos dibanding A0(21.15 g), A1(30.08 g) dan tertinggi A2(40.33 g) sedangkan pada faktor urea tidak berbeda nyata, menyebabkan penurunan berat dibanding tanpa urea U0.

Laju pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah tunas dari masing-masing perlakuan tunggal pada umur 4, 7 dan 10 minggu setelah tanam (MST) ditampilkan pada Gambar 4, 5 dan 6.

Gambar 4. Laju pertumbuhan Tinggi Tanaman 4 MST, 7 MST dan 10 MST pada perlakuan Tunggal.

Pada Gambar 4 laju pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan tunggal U0 (tanpa diberikan urea) diikuti dengan A2 (kompos + Azospirillum sp.), A1 (Kompos tanpa Azospirillum sp.), U2 (dosis urea 10g/tanaman), U1 (urea 5

g/tanaman), A0 (tanpa kompos Azospirillum sp.) dan terendah pada U3 (15 g/tanaman).

Gambar 5. Laju pertumbuhan Diameter Batang 4 MST, 7 MST dan 10 MST pada perlakuan Tunggal 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 A0 A1 A2 U0 U1 U2 U3 Ti n ggi Tan am an Perlakuan tunggal 4 MST 7 MST 10 MST 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 A0 A1 A2 U0 U1 U2 U3 D iam e te r B atan g Perlakuan Tunggal 4 MST 7 MST 10 MST

Pada Gambar 5 laju pertumbuhan diameter batang tertinggi pada perlakuan tunggal U0 (tanpa diberikan urea) diikuti dengan A2 (kompos + Azospirillum sp.), A1 (Kompos tanpa Azospirillum sp.), U2 (dosis urea 10 g/tanaman), U3 (urea 15 g/tanaman), U1 (5 g/tanaman) dan terendah pada A0 (tanpa kompos dan Azospirillum sp.)

Gambar 6. Laju pertumbuhan Jumlah anakan 4 MST, 7 MST dan 10 MST pada perlakuan Tunggal

Pada Gambar 6 laju pertumbuhan diameter batang tertinggi pada perlakuan U1 (5g/tanaman) diikuti U2 (dosis urea 10 g/tanaman), U0 (tanpa urea), A1 (Kompos tanpa Azospirillum sp.), A2 (kompos + Azospirillum sp.), A0 ( tanpa kompos dan Azospirillum sp )dan terendah pada U3 (15 g/tanaman).

Pembahasan Penelitian Tahap I

Dari hasil penelitian pada tahap I dalam menentukan kompos rasio terbaik yang digunakan sebagai carrier dapat dilihat pada Tabel 1. bahwa kompos A3 merupakan kompos yang dapat mendukung pertumbuhan Azospirillum dengan C-

0 1 2 3 4 5 6 A0 A1 A2 U0 U1 U2 U3 Ju m lah an ak an Perlakuan tunggal 4 MST 7 MST 10 MST

terendah pada A1( 3.61%), begitu juga pada N-total kompos tertinggi pada kompos A3 (0.91%), A4 (0.49%) , A2 (0.29%) dan A1 (0.24%). dengan demikian diperoleh rasio C/N dari masing-masing kompos dengan rasio tertinggi pada A4(72.41), A3(53.44), A2(22.51) dan terendah A1(15.04). Hal ini disebabkan bahwa tingkat kematangan kompos yang dianalisis berbeda yakni matang dan mentah dimana A1 merupakan limbah tebu yang telah dibiarkan setelah penggilingan selama 5 bulan (saat akan dianalisis), A2 dibiarkan setelah penggilingan selama 2 bulan (saat akan dianalisis), A3 yang baru saja digiling dan dibiarkan 1 hari (saat akan dianalisis) dan A4 dibiarkan 3 minggu setelah penggilingan (saat akan dianalisis). Kompos dari limbah tersebut dapat digunakan sebagai carrier pada inokulan yang membutuhkan energi terutama karbon seperti Azospirillum sp.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada umumnya kompos yang memiliki pH tinggi yakni 7.23 (A1) dan 7.12 (A2) sedangkan kompos yang berumur muda memiliki pH 5.37 (A3) dan 5.54 (A4) . Kompos memiliki pH rendah disebabkan masih terjadinya proses fermentasi dari limbah yang baru digiling sehingga masam. Namun, demikian pertumbuhan Azospirillum sp meningkat pada kompos A3 dan A4 karena pada kondisi pH diatas 7 pertumbuhan Azospirillum sp

terhambat, sementara pada pH 5.5-7 aktifitas nitrogenase dapat terjadi (Hanafiah et al., 2009)

Dari hasil penelitian tahap I juga dapat dilihat bahwa dengan mengaplikasikan inokulan Azospirillum sp. pada masing-masing jenis kompos sebanyak 15mL dan diinkubasi 1 minggu diketahui populasi tertinggi dari populasi awal inokulan ( 2 x 108 cfu/ml) adalah pada kompos A3 (140 x 109

Penelitian Tahap II

cfu/ml). Hal ini disebabkan tingginya carbon dan nitrogen pada kompos A3 dan senyawa-senyawa pada limbah tebu masih banyak karena masih mentahnya limbah dibandingkan kompos yang lain sehingga Azospirillum dapat memperoleh sumber energi yang banyak dan berkembang. Azospirillum sp. tumbuh baik pada pada kultur yang bersumber C dan energi berasal dari malate, succinat, laktat maupun pyruvat (Hanafiah et al., 2009)

Sifat Kimia

Pada Tabel 2. hasil penelitian tahap II dapat dilihat bahwa faktor Azospirillum berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik pada tanah

dibanding kontrol A0 (1.613%), dimana C-organik tertinggi pada perlakuan A1( Kompos tanpa Azospirillum) yaitu 1.889% yang berbeda sangat sedikit

dengan A2 (Azospirillum + Kompos) yakni 1,878%. Sedangkan kombinasi tidak berpengaruh nyata, dimana terlihat bahwa C-organik tertinggi pada perlakuan A2U3 dan A1U1 yaitu 2.01% dan terendah pada A0U1 (1.58%).Hal ini disebabkan carrier yang digunakan adalah kompos limbah tebu dengan C-organik kompos yang tinggi yakni 48,63% sehingga C-organik tanah yang diberikan kompos ini dapat meningkat dibanding kontrol dan digunakan oleh mikroba tanah untuk merombak bahan organik yang ada ditanah serta dalam proses metabolisme terutama pada Azospirillum. seperti pada penelitian Zulkarnain et al., (2012) menyatakan bahwa pemberian kompos dapat meningkatkan C-organik tanah, semakin banyak kompos yang diberikan C-organik tanah akan semakin meningkat.

Dari Tabel 2. juga diketahui bahwa faktor Azospirillum sp. dan urea serta interaksinya tidak berpengaruh nyata dalam menigkatkan N-total tanah. Dari

kombinasi perlakuan diperoleh N-total tertinggi adalah pada A0U3 (0.22%) dan terendah pada A2U1 (0.13%). terlihat bahwa N-total tertinggi pada kombinasi perlakuan yang menggunakan urea 15 g/tanaman tanpa pemberian kompos dan Azospirillum sedangkan yang terendah pada kombinasi perlakuan kompos + Azospirillum dan Urea 5 g/tanaman, dimana pemberian urea dengan dosis yang tinggi dapat meningkatkan N-total tanah sedangkan pemberian Azospirillum carrier kompos pada penelitian ini cenderung menurunkan N-total tanah. Hal ini disebabkan bahwa carrier kompos yang digunakan merupakan kompos yang masih mentah sehingga masih adanya perombakan yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah dan membutuhkan nitrogen untuk kelangsungan jasad renik, begitu juga pada Azospirillum. Pada proses dekomposisi bahan organik terutama yang mengandung kadar nitrogen rendah, nitrogen tersebut digunakan untuk menyusun jaringan-jaringan jasad renik (Damanik et al., 2011). Azospirillum dapat mengunakan NH4+, NO3-, N2

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada faktor Azospirillum berpengaruh nyata dalam meningkatkan rasio C/N dimana A0(9.45), A1(11.912) dan tertinggi pada A2 (12.49). sedangkan pada kombinasi perlakuan tertinggi pada A2U1 (13.55) dan terendah A0U3( 8.25). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara C-organik dan N-total tanah, dimana pada faktor Azospirillum rasio C/N yang sudah rendah dibandingkan pada rasio C/N kompos yang diaplikasikan yaitu 53.44 dan lebih tinggi dari pada rasio C/N analisis tanah awal yaitu 9.0 (Lampiran sebagai sumber N untuk pertumbuhannya (Hanafiah et al., 2009). Keefektifan asosiasi Azospirillum sp. dengan tanaman bergantung pada ketersediaan N sebagai sumber nutrisi dan C sebagai sumber energi dalam rizosfer (Nurmayulis dan Maryati, 2008).

2). Sutanto (2002) menyatakan Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok hara yang dibutuhkan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen untuk membentuk protein.

Dari hasil penelitian pada Tabel 3 terlihat faktor urea berpengaruh nyata dalam menurunkan pH tanah dari setiap perlakuan dibandingkan perlakuan kontrol U0 (5.62) dan menurun pada U1(5.234), U2(5.19) dan U3(5.24) penurunan dapat dilihat. Hal ini disebabkan adanya ion H+

CO(NH

yang dihasilkan pada oksidasi enzimatik (nitrifikasi) sehingga menyebabkan pH menurun. Mukhlis et al., (2011) mengatakan bahwa pemberian urea pada tanah berpH kurang dari 6.3, amonium hilang melalui volatilisasi dan terdekomposisi sebagai berikut :

2)2 + 2H+ + 2H2O → 2NH4+ + H2CO

Dikonsumsi 2 H+ untuk setiap molekul urea, sehingga reaksi ini cenderung menaikkan pH diawal, tetapi ion amonium diubah menjadi nitrat dengan membebaskan empat ion H+ sehingga pH akan menurun lebih besar, scara keseluruhan urea akan mengasamkan tanah.

3

Dari Tabel 3 hasil menunjukkan bahwa pada faktor Azospirillum sp. dan urea serta interaksinya tidak berpengaruh nyata untuk N tanaman. Dapat dilihat pada kombinasi perlakuan N tanaman tertinggi adalah A0U1 yaitu 1.77% dan terendah pada A2U1 0.84% . Pada hasil penelitian Nurmayulis dan Maryati (2008) bahwa N tanaman pada kentang meningkat dengan diberikannya inokulan Azospirillum. N tanaman meningkat karena aktivitas Azospirillum membentuk koloni pada perakaran tanaman yang membantu sistem perakaran tanaman, ini tergantung pada ketersediaan N pada tanah. Dengan demikian dapat diduga bahwa

pada hasil penelitian ini yang menunjukkan N-tanaman pada perlakuan yang diberi Azospirillum rendah adalah karea N tersedia pada tanah yang rendah pula (berbanding lurus antara N-tanah dan N-tanaman).

Pada Tabel 3 diketahui faktor Azospirillum sp. memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan serapan N sedangkan pada faktor urea serta interaksi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan N secara statistik. Pada faktor Azospirillum serapan N tertinggi adalah pada A2 (3.81 mg/tanaman) dibanding A1 (2.43 mg/tanaman) dan A0 (1.229 mg/tanaman) sedangkan pada kombinasi perlakuan dapat dilihat tertinggi pada A2U0 (4.09 mg/tanaman) dan terendah pada A0U3 (0.72 mg/tanaman). serapan N ini sangat dipengaruhi oleh berat kering tajuk dari masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil baik kombinasi maupun faktor Azospirillum, bahwa yang diberikan Azospirillum carrier kompos (A2) memiliki serapan N yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Pada hasil penelitian Pitriana (1999) juga telah menununjukkan bahwa pemberian inokulan Azospirillum memberikan hasil serapan N sebesar 187.96- 288.58% sedangkan dengan pupuk NP sebesar 150.98-189%. Pemberian Azospirillum dapat meningkatkan serapan N pada tanaman cabe merah, tomat dan padi sebesar 12.0- 26.7% (Kim et al., 2010).

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Dari hasil penelitian pada Tabel 4 faktor Azospirillum sp. berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman dan berpengaruh sangat nyata dalam menurunkan pada faktor urea. Pada faktor Azospirillum sp.tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan A2 yakni 37.97cm, dengan A1 (34.23 cm) dan A0 (27.80

U1 (28.03 cm), U2 (34.10 cm) dan U3 (27.19 cm). Pada perlakuan kombinasi tidak berpengaruh nyata, dimana tanaman tertinggi pada perlakuan kombinasi A2U0 yakni 49.04 cm dan terendah pada A0U1 (18.74 cm). Demikian juga pada parameter diameter batang masing-masing faktor berpengaruh sangat nyata. Pada faktor Azospirillum berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan dimana tertinggi A2 (1.39 cm), kemudian A1 (1.37 cm) dan terendah A0 (1.13 cm), sedangkan pada faktor urea sangat nyata dalam menurunkan diameter batang dibanding U0 (1.51 cm), dimana terendah pada U1 (1.14 cm), U3 (1.17 cm) dan U2 (1.14 cm). Pada kombinasi perlakuan tidak berpengaruh nyata dengan diameter tertinggi adalah A1U0 (1.58 cm) dan terendah A0U1 (0.92 cm). Untuk pertumbuhan dari tinggi tanaman dan diameter batang pada 4, 7 sampai 10 MST dapat dilihat (Gambar 4 dan 5) dengan data pertumbuhan tinggi tanaman 4, 7 dan 10 MST (Lampiran 7, 9 dan 11) dan data pertumbuhan diameter batang 4,7 dan 10 MST ( Lampiran 13, 15 dan 17).

Pada faktor Azospirillum sp memperlihatkan bahwa adanya peningkatan terhadap tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini disebabkan bahan organik yang digunakan sebagai carrier dapat menyediakan unsur hara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, mampu mempertahankan jalannya siklus hara dan dapat mengikat/mengadsorpsi kation dan anion serta sebagai sumber energi karbon dan mineral untuk mikrobia (Hanafiah et al., 2009). Dengan demikian pada perlakuan Azospirillum yang diberikan dapat berkembang lebih aktif sehingga mampu menambat nitrogen udara dan menyediakan untuk tanaman serta menghasilkan hormon pertumbuhan seperti IAA, sebagaimana dikatakan dalam Karti (2005) bahwa tanaman yang berasosiasi dengan Azospirillum akan memperoleh banyak

keuntungan, karena adanya suplai amonium dalam jumlah tidak berlebihan secara terus menerus, dan adanya hormon tumbuh seperti auksin, IAA dan giberelin.

Pada penelitian ini peningkatan dosis urea yang diberikan menurunkan tinggi tanaman serta diameter batang tanaman tebu nyata secara statistik. Pada hasil penelitian lain juga memperlihatkan penurunan yakni Parto et al., (2011) yang meneliti pengaruh pemberian urea terhadap pertumbuhan karet menunjukkan bahwa pemberian urea menurunkan diameter batang tanpa urea 1.46 cm menurun menjadi 1.41 cm dengan dosis 2 g/tanaman dan pada dosis 4 g/tanaman menjadi 1.37 cm. Pada Tabel 4 jumlah anakan tidak berpengaruh nyata, namun jumlah anakan terbanyak pada pemberian urea 10 g/tanaman (5.22 tunas). Ganguan pertumbuhan tanaman tebu akibat penambahan dosis pupuk urea kemungkinan disebabkan terganggunya keseimbangan hara dalam tanah. Hal ini bertentanga dengan pernyataan Pawirosemadi (1996) dimana pemberian nitrogen pada tanaman tebu akan meningkatkan populasi batang tebu, peningkatan pupuk nitrogen akan selalu meningkatkan jumlah tunas hingga tercapai suatu optimum, dan penambahan nitrogen berikutnya tidak akan memberikan pengaruh lagi.

Dari Tabel 4. juga dapat dilihat bahwa pemberian Azospirillum sp. berpengaruh nyata dalam meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar . Berat kering tajuk pada faktor Azospirillum meningkat dari A0 (120 g) dan tertinggi A2 (414.44 g) sedangkan berat kering akar meningkat dari A0 (21.15 g) dan tertinggi A2 (40.33 g). pada kombinasi perlakuan tidak berpengaruh nyata, kombinasi perlakuan tertinggi untuk berat kering tajuk adalah A2U0 (470.93 g) dan terendah A0U3 (46.57 g) sedangkan pada berat kering akar tertinggi pada A2U0 (56.3 g) dan terendah pada A0U3 (12.6 g). Hal ini akibat adanya pengaruh

bahan organik dan Azospirillum yang diberikan dalam memberikan hara yang seimbang yang berpengaruh meningkatkan bobot tajuk dan akar. Hal ini sejalan dengan Bashan dan Holguin (1997) inokulasi campuran Azospirillum sp. dengan mikroorganisme yang menguntungkan memungkinkan terjadinya keseimbangan nutrisi untuk meningkatkan kandungan hara N, P, dan hara lainnya pada tanaman.

Pada faktor urea untuk parameter berat kering tajuk dan berat kering akar tidak berpengaruh nyata namun relatif menurunkan bobot. Hal ini sejalan dengan tinggi tanaman dan diameter batang, pendugaan yang sama bahwa adanya ketidak seimbangan hara dan pertumbuhan terhambat sehingga mempengaruhi pada produksi. Nurmayulis dan Maryati (2008) mengatakan bahwa dengan pemberian pupuk N, selain digunakan untuk kebutuhan tanaman, dekomposisi bahan organik juga sangat ditentukan oleh ketersediaan N tanah, terutama N-NO3 - yang

berfungsi sebagai substrat jasad renik. Azospirillum sp. juga memerlukan N sebagai sumber energi untuk kehidupannya sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan N melalui aktivitasnya dalam memfiksasi N2.

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Perkembangan populasi Azospirillum sp. terbanyak pada kompos A3 (kompos umur 1 hari) dengan rasio C/N kompos 53 yakni sebesar 140 x 109 2. Perlakuan tunggal pemberian Azospirillum sp. carrier kompos berpengaruh

nyata dalam meningkatkan Tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tajuk, berat kering akar tanaman tebu, C-organik, Rasio C/N dan serapan N.

.

3. Pemberian Azospirillum sp tidak berpengaruh nyata secara statistik dalam meningkatkan pH, N-total tanah, jumlah anakan tanaman tebu dan kadar N tanaman.

4. Perlakuan tunggal pemberian urea tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan N-total tanah, N tanaman, serapan N, berat kering tajuk, berat kering akar, C-organik, rasio C/N, jumlah anakan namun berpengaruh nyata dalam menurunkan tinggi tanaman, diameter batang serta pH tanah secara statistik.

5. Interaksi dari urea dan bakteri tidak berpengaruh nyata pada semua parameter yang diukur

Saran

Untuk mengetahui pengaruh yang lebih jelas terhadap N yang dapat di fiksasi dan disediakan ke tanaman oleh pemberian Azospirillum perlu adanya pengujian N-fikasi dan sifat biologis tanah.

Dokumen terkait