• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Formula media spesifik bakteri Azospirillum sp (Media Okon) ... 53 2. Hasil analisis awal tanah... 53 3. Hasil analisis C-organik dan N-total (%) sampel kompos ... 53 4. Hasil Analisi N-total tanah dan tanaman ... 53 5. Perhitungan Jumlah tanaman, dosis kompos dan perlakuan urea ... 54 6. Bagan Percobaan ... 55 7. Data Tinggi Tanaman 4 MST ... 56 8. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 56 9. Data Tinggi Tanaman 7 MST ... 57 10. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST ... 57 11. Data Tinggi Tanaman (cm) 10 MST ... 58 12. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 58 13. Data Diameter Batang (cm) 4 MST ... 59 14. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang (cm) 4 MST ... 59 15. Data Diameter Batang (cm) 7 MST ... 60 16. Tabel Sidik Ragam Diameter Tanaman 7 MST ... 60 17. Data Diameter Batang (cm) 10 MST ... 61 18. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang (cm) 10 MST ... 61 19. Data Berat Jumlah Anakan 4 MST ... 62 20. Tabel Sidik Ragam(transformasi √(x + 0,5)) Jumlah Anakan 4 MST ... 62 21. Jumlah Anakan 7 MST ... 63 22. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 7 MST ... 63 23. Data Jumlah Anakan 10 MST ... 64 24. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 10 MST ... 64 25. Data Berat Kering Tajuk (g) ... 65 26. Tabel Sidik Ragam (transformasi √(x + 0,5)) Berat Kering Tajuk (g)... 65 27. Data Berat Kering Akar (g) ... 66 28. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar(g) ... 66 29. Data pH Tanah ... 67 30. Tabel Sidik Ragam pH Tanah ... 67 31. Data C-Organik Tanah (%) ... 68 32. Tabel Sidik Ragam C-Organik Tanah (%) ... 68 33. Data N-Total Tanah (%) ... 69 34. Tabel Sidik Ragam N-Total Tanah (%)... 69 35. Data Rasio C/N Tanah ... 70 36. Tabel Sidik Ragam Rasio C/N tanah ... 70

38. Tabel Sidik Ragam N-Tanaman (%) ... 71 39. Data Serapan N (mg/ Tanaman)... 72 40. Tabel Sidik Ragam N-Tanaman (%) ... 72 41. Foto penelitian... 73

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nitrogen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan tanaman tebu terutama saat umur muda yang membantu pembentukan sel sel baru, tunas, klorofil. Nitrogen diserap pada awal penanaman tebu terutama pada umur 1 bulan dan serapannya bertambah dengan bertambahnya umur, namun N paling banyak diserap pada umur 3 – 4 bulan, kemudian menurun setelah umur 8 bulan (Schuylenborg dan Saryadi,1958 ; Marliani, 2011)

Efisiensi penggunaan pupuk N dari urea masih sangat rendah, masalahnya adalah kemungkinan kehilangan urea melalui penguapan, pelindian dan immobilisasi (Purwanto et al., 2010). Dengan demikian petani cenderung meningkatkan dosis urea sehingga biaya produksi meningkat dan kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas tanah (Saraswati, 2012) . Dengan demikian perlu membatasi penggunaan pupuk urea dengan cara mensubstitusi sumber N asal urea dengan sumber N yang lain seperti mikrobia fungsional penambat nitrogen bebas seperti Azospirillum.

Beberapa hasil penelitian seperti serapan N tanaman oleh bakteri Azospirillum 187.96- 288.58% sedangkan dengan pupuk NP sebesar 150.98-189% (Pitriana, 1999), serapan N pada cabai, tomat meningkat 26,7% (Kim et al., 2010). Nurmayulis dan Maryati (2008) menyatakan hasil bobot kentang dan N serapan lebih tinggi jika diaplikasi Azospirillum dari pada menggunakan pupuk N, produksi jagung dan gandum meningkat sebesar 27-31% (Hungria et al., 2010).

Umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa (carrier) dalam berbentuk padatan atau cairan. Sebagai bahan pembawa inokulan padat dapat digunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos (Danapriatna dan Simarmata, 2011). Konsentrasi N dan C pada media mempengaruhi metabolisme Azospirillum (Dubrovsky et al., 1994). Sehingga

perlu diketahui rasio C/N dari carrier yang tepat untuk pertumbuhan Azospirillum sp. yang ditandai dengan peningkatan N tanah-tanaman. Penelitian

ini mengevaluasi aplikasi inokulum Azospirillum yang menggunakan carrier kompos terpilih terhadap ketersediaan dalam tanah N dan pertumbuhan tanaman tebu.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan rasio C/N kompos terhadap perkembangan Azospirillum sp.

2. Untuk mengetahui pengaruh Azospirillum sp. terhadap serapan N dan pertumbuhan tanaman tebu

3. Untuk mendapatkan jumlah pupuk N yang perlu diberikan dari pemberian Azospirillum sp. menggunakan carrier kompos terhadap serapan N dan pertumbuhan tanaman tebu

4. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian bakteri Azospirillum sp. menggunakan carrier kompos dan penambahan N pupuk Urea terhadap serapan dan pertumbuhan tanaman tebu

Hipotesis Penelitian

1. Inokulasi bakteri Azospirillum sp. pada carrier kompos berbeda rasio C/N memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan bakteri Azospirillum sp.

2. Aplikasi Azospirillum sp. menggunakan carrier kompos mampu meningkatkan serapan nitrogen serta pertumbuhan tanaman tebu.

3. Aplikasi pupuk urea pada dosis 10g/tanaman mampu meningkatkan serapan nitrogen serta pertumbuhan tanaman tebu.

4. Adanya interaksi nyata antara bakteri Azospirillum sp. pada carrier kompos dan urea terhadap peningkatan serapan nitrogen serta pertumbuhan tanaman tebu.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi untuk kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah cukup banyak, unsur ini penting artinya dalam pembentukan klorofil daun, sintesa protein dan lain-lain. Sebagian besar nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, karena itu jika kandungan bahan organik di dalam tanah rendah biasanya diikuti oleh rendahnya kandungan nitrogen ( Purwanti, 2008).

Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang paling penting. Kebutuhan tanaman akan N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, selain itu N merupakan faktor pembatas bagi produktivitas tanaman. Kekurangan N akan menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimum, sedangkan kelebihan N selain menghambat pertumbuhan tanaman juga akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan (Duan et al., 2007).

Nitrogen bebas di atmosfir menempati 78% volume atmosfir. Cara utama nitrogen bebas masuk ke tanah melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang bersimbiosis dengan tanaman. Sumber kedua nitrogen dalam tanh adalah dari hasil dekomposisi bahan organik. Bahan organik mengandung protein, selanjutnya dalam dekomposisi akan dilapuki oleh jasad renik menjadi asam amino, kemudian amonia dan nitrat. Suber ketiga nitrogen berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfir yang akhirnya turun ke bumi melalui hujan ( Damanik et al., 2011).

Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah. Sumber nitrogen di dalam tanah adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak, perombakan bahan organik, dan pemupukan. Nitrogen di dalam tanah mempunyai dua bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium (NH4), amoniak (NH3), nitrit (NO2), dan nitrat ( NO3) (Stevenson, 1982).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3 dan NH4.

Pupuk Urea [CO(NH

Nitrogen dalam bentuk anorganik dijumpai dalam bentuk ion-ion yang berada di dalam larutan tanah, yang berada di kompleks adsorpsi, atau dalam bentuk ion amonium yang terfiksasi pada kisi mineral liat ( Hanafiah et al., 2009). Pemberian nitrogen pada tanaman tebu akan meningkatkan populasi batang tebu, peningkatan pupuk nitrogen akan selalu meningkatkan jumlah tunas hingga tercapai suatu optimum, sehingga penambahan nitrogen berikutnya tidak akan memberikan pengaruh lagi (Pawirosemadi, 1996).

2)2

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia CO(NH

]

2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat

mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46%

dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen (Damanik et al ., 2011). Beberapa tuntutan yang bersifat menekan sebagai

kenyataan bahwa efisiensi serapan kembali (recovery efficiency) pupuk N jarang melebihi 50% ( Mukhlis et al., 2011).

Pemberian urea pada tanah berpH kurang dari 6.3, amonium hilang melalui volatilisasi dan terdekomposisi sebagai berikut :

CO(NH2)2 + 2H+ + 2H2O → 2NH4+ + H2CO

Dikonsumsi 2 H

3 +

untuk setiap molekul urea, sehingga reaksi ini cenderung menaikkan pH diawal, tetapi ion amonium diubah menjadi nitrat dengan membebaskan empat ion H+

Biologi Azospirillum sp

sehingga pH akan menurun lebih besar, scara keseluruhan urea akan mengasamkan tanah ( Mukhlis et al., 2011).

Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan perakaran (Nurosid et al., 2008). Azospirillum mempunyai ciri berupa sel yang berbentuk setengah spiral yang padat dan bergetar dengan sebuah flagel polar, sehingga bergerak secara berputar. Pertumbuhan genus Azospirillum pada media semi padat dicirikan dengan pembentukan pellicle berwarna putih di permukaan media dengan diameter 2-4 mm. Koloni berbentuk irregular berwarna putih dan berukuran besar (Nurhayati, 2006). Spesies Azospirillum berbentuk polimorf, motil, dan termasuk gram negatif (Pitriana, 1999).

Bakteri Azospirillum merupakan endofit, endofit didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan efek negatif . Meskipun pada perkembangannya saat ini yang dikategorikan endofit adalah semua mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman baik bersifat netral, menguntungkan maupun merugikan yang mampu mempertahankan dan

meningkatkan kesuburan tanah melalui penyediaan P dan fiksasi N2. Bakteri

pemfiksasi N2

Azospirillum sp. dikenal juga sebagai mikroorganisme diazotrof yang simbiotik, artinya Azospirillum sp. mampu menambat N

seperti Azospirillum, Enterobactercloacae, Alcaligenes,

Acetobacter diazotrophicus, Herbaspirillum seropedicae, Ideonella dechlorantans (Yulianti, 2012).

2 dan mengadakan

asosiasi yang erat dengan tanaman inang tertentu. Azospirillum sp. mampu tumbuh pada tanaman tebu dan membentuk seperti kapsul yang mampu menambat N2

Spesies dari Azospirillum yang dikenal adalah A. brasilense, A. lipoferum dan A. amazone. Keduanya adalah bakteri gram negatif, memiliki sel berbentuk batang, diameter 1 ηm, sangat motile dan memiliki flagellum panjang dan polar untuk dapat berenang dan kadang-kadang peritrichous flagella untuk berkumpul dipermukaan. Sel dari Azospirillum berubah bentuk dan ukuran tergantung pada umur kultur, dan memproduksi cysts (Hanafiah et al., 2009).

(Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Pertumbuhan Bakteri Azospirillum sp.

Azospirillum dapat tumbuh pada glukosa, fruktosa, serta pada garam dan asam organik seperti malat, suksinat, laktat atau piruvat. Beberapa galur membutuhkan biotin. Azospirillum mampu menambat nitrogen bebas pada medium agar dibawah kondisi aerob ataupun dalam medium cair bebas nitrogen. Pada medium semi solid bebas nitrogen berlangsung aktivitas penambatan nitrogen oleh Azospirillum (Pitriana, 1999). Dari hasil penelitian maka diketahui bahwa pada umumnya Azospirillum banyak dijumpai pada tanaman C4 yang

mana pada tanaman ini bakteri berkembang dengan baik (Okon et al., 1976 ; Purushotman et al.,1980).

Beberapa spesies hidup bebas dalam tanah atau berasosiasi dengan akar tanaman rumput-rumputan, sayur-sayuran dan legum. Penambatan nitrogen maksimum terjadi pada pH 6-7 (Pitriana, 1999). Azospirillum tumbuh baik pada kultur yang bersumber C dan energi berasal dari malate, succinat, laktat maupun pyruvat (Hanafiah et al., 2009). Azospirillum sp terdapat di tanah sekitar akar, permukaan akar dan didalam akar, asosiasi antara Azospirillum dengan tanaman diduga bersifat simbiosis karena Azospirillum menggunakan senyawa malat sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya. Dugaan ini diperkuat dengan

adanya aktivitas nitrogenase Azospirillum dalam kalus tebu ( Berg et al., 1980 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994). Inokulasi campuran

Azospirillum sp. dengan mikroorganisme yang menguntungkan memungkinkan terjadinya keseimbangan nutrisi untuk meningkatkan kandungan hara N, P, dan hara lainnya pada tanaman ( Bashan dan Holguin, 1997)

Azospirillum sp. diisolasi pertama kali dari permukaan akar rumput- rumputan makanan ternak dan beberapa tanaman serealia. Selain pada Gramineae Azospirillum dapat juga diisolasi dari non Gramineae (Gamo dan Ahn, 1991; Rusmana dan Hadijaya, 1994). Azospirillum sp. terdapat di sekitar akar, permukaan akar dan di dalam akar. Pertumbuhan Azospirillum sp. sangat baik pada medium yang mengandung asam malat, asam suksinat dan asam piruvat dan akan cukup baik pada medium yang mengandung galaktosa dan asetat sedangkan pada medium yang mengandung glukosa dan asam sitrat pertumbuhannya kurang baik (Konde dan Mahandale, 1984; Rusmana dan Hadijaya, 1994).

Dua komponen dalam medium untuk pertumbuhan yang dapat mempengaruhi pembentukan asosiasi tanaman-bakteri, yaitu N dan C . Konsentrasi N di media mempengaruhi metabolisme Azospirillum (Pedrosa, 1988; Dubrovsky et al., 1994) serta pertumbuhan tanaman. Glukosa atau sukrosa biasanya digunakan sebagai sumber C untuk media pertumbuhannya (Wilson et al., 1990 ; Dubrovsky et al., 1994) Azospirillum tumbuh-aktif pada akar dalam media tersebut yang mengeluarkan berbagai sumber C di eksudat akar dan dimetabolisme oleh bakteri rizosfir (Curl and Truelove, 1986; Dubrovsky et al., 1994

Pemberian pupuk N, selain digunakan untuk kebutuhan tanaman, dekomposisi bahan organik juga sangat ditentukan oleh ketersediaan N tanah, terutama N-NO

) yang dapat mempengaruhi fungsi yang efisiensi dari asosiasi akar-bakteri. Karena itu, penting untuk menemukan C dan N kombinasi yang tidak mengganggu asosiasi dan optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme.

3 - yang berfungsi sebagai substrat jasad renik. Azospirillum sp.

juga memerlukan N sebagai sumber energi untuk kehidupannya sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan N melalui aktivitasnya dalam memfiksasi N2

Peran Azospirillum sp.

( Nurmayulis dan Maryati, 2008).

Tanaman yang berasosiasi dengan Azospirillum akan mempeioleh banyak keuntungan, antara lain karena adanyasuplai: amonium dalam jumlah yang tidakberlebihan atau sesuai kebutuhan secara terus menerus dan adanya hormon tumbuh seperti auksin IAA dan giberelin yang diproduksi pada kondisi tertentu.Auksin ini berfungsi memacu pembentukan akardan rambut-rambut akar, sehingga daerah serapanakar terhadap unsur hara dan air diperluas serta

menghasilkan vitamin berupa tiamin, niasindan pantotenin, yangbersamadenganhormon tumbuh berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman (Karti, 2005).

Salah satu organisme yang terlibat dalam mekanisme fiksasi N2 adalah Azozpirilum.

Bakteri Azospirillum mampu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman, serta sekaligus sebagai bakteri pemantap agregat tanahyang juga dapat merombak bahan organik kelompok karbohidrat, seperti selulosa dan amilosa, serta bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein di dalam tanah. Hidupnya dalam habitat rhizosfer tanaman dapat berasosiasi dan berinteraksi dengan perakaran sehingga berperan dalam mengubah morfologi akar. Seperti bertambahnya jumlah akar rambut, akar semakin panjang dan permukaan akr yang semakin luas (Widiawati dan Muharam , 2012).

Meskipun peran bakteri ini dalam memfikasi sedikit, namun berpotensi menyumbangkan nitrogen yang lebih besar dari pada pemfikasi lainnya tergantung pada kelangsungan hidup dalam tanah dan interaksi Azospirillum dengan bakteri di rizosfer lainnya (Holguin and Bashan, 1996). Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan merombak bahan oganik di dalam tanah. Bahan organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari kelompok karbohidrat seperti selulosa, amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan (Nurosid et al., 2008).

Nitrogen tanaman pada kentang meningkat dengan diberikannya inokulan Azospirillum. N tanaman meningkat karena aktivitas Azospirillum membentuk koloni pada perakaran tanaman yang membantu sistem perakaran tanaman, ini tergantung pada ketersediaan N pada tanah (Nurmayulis dan Maryati, 2008).

Azospirillum sp menambat nitrogen pada kondisi mikroaerofil. Nitrogen yang dihambat tersebut akan diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+

(Rao, 1982 ; Rusmana dan Hadijaya, 1994) kemudian diubah menjadi glutamin dan alanin menggunakan enzim nitrogenase (Widiawati dan Muharam, 2012). Azospirillum sp. memfiksasi N dengan kemampuannya menghasilkan nitrogenase dengan memutuskan ikatan rangkap N2 dan menggabungkannya dengan fotosintat

untuk membentuk NH3. Selanjutnya di sitoplasme sel mikroba tersebut NH3 yang

terbentuk segera dirubah menjadi bentuk amonium (NH4+) yang digunakan

sebagai komponen untuk mensintesa berbagai molekul biologi penting lainnya seperti asam amino, protein, vitamin, asam nukleat dan material genetik seperti DNA. Secara umum reaksinya adalah : N2 + 16 ATP + 8 e- + 8H+→ 2NH3 + 16

ADP + 16 Pi + H2

Aplikasi Azospirillum sp. pada berbagai Tanaman (Hanafiah et al., 2009)

Dari hasil penelitian Gadagi et al. (2003) yang membandingkan pengaruh inokulasi Azospirillum sp. dengan pemupukan urea terhadap serapan nitrogen pada tanaman bunga Gaillardia pulchella menunjukkan bahwa serapan nitrogen tertinggi dari seluruh perlakuan adalah pemberian Azospirillum yang diisolasi dari bunga hias. Sedangkan pada penelitian Ferriera et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa Azospirillum memberikan hasil yang nyata dengan berat kering tajuk dan berat kering akar tertinggi pada tanah liat. Dengan demikian dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa inokulasi Azospirillum dilapangan lebih baik pada tanah liat.

Kemampuan Azospirillum dalam memfiksasi nitrogen sebanyak 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30% dari total nitrogen tanaman jagung

(Eckert et, al. 2001; Widiawati dan Muharam, 2012).

Kim et al.(2010) pada penelitiannya menunjukkan bahwa Azospirillum sp. dapat meningkatkan serapan N pada tanaman cabe merah, tomat dan padi sebesar 12.0- 26.7%. Nurmayulis da Maryati (2008) juga menunjukkan bahwa hasil bobot kentang dan serapan N lebih tinggi pada aplikasi Azospirillum dari pada pemupukan N, Hungria et al.(2010) produksi jagung dan gandum meningkat 27-

31%. Pada hasil penelitian Karti (2005) penambahan isolat bakteri Azospirillum sp. pada tanah podsolik merah kuning pada rumput yang toleran ( S. splendida) meningkatkan produksi dan kadar N tajuk, akar serta serapan N

total

beberapa hasil penelitian seperti Pitriana (1999) juga telah menununjukkan bahwa pemberian inokulan Azospirillum memberikan hasil serapan N sebesar 187.96- 288.58% sedangkan dengan pupuk NP sebesar 150.98-189%

Menurut Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum sp. dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Akar tanaman tertentu dan tanah rhizosfer diambil dari lapangan di mana tanaman tersebut telah tumbuh lama di sana. Akar-akar tanaman dicuci dengan air steril dan kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4% dengan menggunakan mortar dan pastel. Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang mengandung 5 ml medium NFb semi-solid bebas nitrogen diinokulasi dengan larutan berseri dari gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.

Inokulan Azospirillum sp menggunakan carrier Kompos

Kultur murni bakteri Azozpirilum dapat dilarutkan pada media cair okon sebagai nutirisi pertumbuhan dan perkembangan bakteri yang akan diaplikasikan

pada media pembawa seperti, gambut, kompos, dan lain-lain,. Adapun komposisi okon (Lampiran 1.) (Danapriatna dan Simarmata, 2011)

Inokulan bakteri adalah suatu formulasi yang mengandung satu atau beberapa strain bakteri bermanfaat di dalam suatu material bahan pembawa yang mudah digunakan dan ekonomis. Bahan pembawa merupakan medium yang digunakanuntuk memindahkan mikroorganisme hidup darilaboratorium atau pabrik ke lapang. Bahan pembawa harus mampu menopang pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroorganisme targetselama periode penyimpanan dan pengirimannya kelapang (Larasati et al., 2012).

Umumnya mikroba dalam pupuk hayati dikemas dalam bahan pembawa berbentuk serbuk atau bentuk cairan. Sebagai bahan pembawa inokulan serbuk, dapatdigunakan bahan organik seperti gambut, arang, sekam, dan kompos (Danapriatna dan Simarmata, 2011). Pada penelitian Widiawati et al. (2012) menggunakan gambut sebagai inokulan pembawa untuk bakteri Azospirillum dimana gambut perlu di sterilkan terlebih dahulu. Gambut halus steril sebagai bahan pembawa dicampur dengan inokulan cair dengan perbandingan 100 g

gambut dan 60 ml inokulan cair. Inokulan padat tersebut digunakan sebanyak 10 g per pot.

Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehinga dapat dimanfatkan untuk memperbaiki sifat tanah. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai sumber

kompos dapat berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian (Setyorini et al., 2006). Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa

3-5%, bahan larut panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea, garam, aonium) sebanyak 2-30% dan 1-5% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lain laun (Barat, 2006).

Disamping CO2, pengomposan juga mengakibatkan lepasnya N dalam

bentuk NH3 dan N2O. NH3 terbentuk jika kompos terlalu kering, sementara N2

Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok hara yang dibutuhkan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen untuk membentuk protein (Sutanto, 2002). Karbon dibutuhkan oleh mikroba sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein (Setyorini et al., 2006).. Hubungan antara C dan N yang hilang dalam proses pengomposan menunjukkan bahwa 85% dari total awal N kompos tersedia bagi mikrobia untuk tumbuh dan 70% dari C tersedia hilang sebagai CO

O terbentuk jika proses nitrifikasi dan denitrifikasi terjadi pada tumpukan kompos (Fukumoto et al., 2003). Lepasnya N akan menyebabkan ketersediaannya berkurang, sehingga perlu adanya mikroorganisme penambat N dari udara seperti Azozpirilum.

2

Pada proses dekomposisi bahan organik terutama yang mengandung kadar nitrogen rendah, nitrogen tersebut digunakan untuk menyusun jaringan-jaringan jasad renik (mikroorganisme tanah) ( Damanik et al., 2011). Azospirillum dapat mengunakan NH

selama proses immobilisasi(Sabrina et al., 2011).

4+, NO3-, N2 sebagai sumber N untuk pertumbuhannya (

bergantung pada ketersediaan N sebagai sumber nutrisi dan C sebagai sumber energi dalam rizosfer ( Nurmayulis dan Maryati, 2008)

Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisne untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (nisbah C/N >40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga merupakan faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme (Sutanto, 2002).

Bahan organik yang diberikan pada tanah dapat menyediakan unsur hara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, mampu mempertahankan jalannya siklus hara dan dapat mengikat/mengadsorpsi kation dan anion serta sebagai sumber energi karbon dan mineral untuk mikrobia (Hanafiah et al., 2009). pemberian kompos dapat meningkatkan C-organik tanah, semakin banyak

kompos yang diberikan C-organik tanah akan semakin meningkat ( Zulkarnain et al., 2013).

Tanaman Tebu ( Sacharum officinarum L)

Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal tersebut terbukti pada tahun 2010 - 2011 produksi gula dalam negeri hanya mencapai 3.159 juta ton dengan luas wilayah 473.923 Ha. Penyebab rendahnya produksi gula dalam negeri salah satunya dapat dilihat dari sisi on farm,

diantaranya penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu serta media tanam (Putri et al., 2013).

Tanaman tebu termasuk ke dalam tanaman Monocotyledone, ordo Glumaceae, famili Graminae, Kelompok Andropogonae dan genus Saccharum dan species yang paling banyak dibudidayakan adalah Saccharum officinarum L. Spesies ini termasuk spesies yang diusahakan karena sebagai penghasil gula utama sedangkan yang lainnya haya memiliki kandungan gula rendah hingga sedang (Setyamidjaja dan Azhami, 1992 ; Musarofah, 2002).

Menurut James (2004 dalam Leovici 2012), tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder. Tebu memiliki batang yang beruas-ruas dibatasi oleh buku sebagai tempat duduk daun.. Bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, lapisan lilin tipis, retakan tumbuh ada, tetapi tidak di semua ruas, cincin tumbuh melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna kuning kecoklatan, teras dan lubang masif dengan penampang melintang agak pipih, bentuk buku ruas : konis terbalik, dengan 3-4 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata alur mata tidak ada (Purwanti, 2008).

Daun tanaman tebu merupakan jenis daun tidak lengkap, karena terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja. Sendi segitiga terdapat di antara pelepah daun dan helaian daun. Pada bagian sisi dalamnya, terdapat lidah daun yang membatasi antara helaian daun dan pelepah daun. dalamnya terdapat lidah daun

Dokumen terkait