• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian yang telah dilakukan pengamatan dan pengukuran ikan patin yang dilaksanakan setiap sekali dalam 7 hari selama 56 hari dengan penelitian tentang pemberian pakan yang telah di fermentasi dengan dosis yang ditentukan, diperoleh data berupa pertambahan panjang (cm), pertumbuhan bobot (gr), kelangsungan hidup ikan serta hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan.

Pertumbuhan Panjang Ikan Patin

Ikan patin yang telah dipelihara selama 56 hari mengalami pertambahan panjang. Hasil yang didapat bahwa data pertambahan panjang yang tertinggi pada V2 mengalami peningkatan sebesar 7,4 cm dari 13,2 cm menjadi 20,7 kemudian pada V1 mengalami peningkatan sebesar 6,7 cm dari 13,0 cm menjadi 19,7, kemudian dan yang terendah terdapat pada, V3 mengalami peningkatan sebesar 6,0 dari 13,1 cm menjadi 18,9 cm. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Laju Pertambahan Panjang (cm) Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari

Hasil pengamatan akhir pertambahan panjang ikan patin yang diperlihara selama 56 hari didapat hasil akhir bahwa pertambahan paling tinggi didapat pada V2 sebesar 7,4 cm kemudian diikuti V1 sebesar 6,7 cm dan yang terendah pada perlakuan V3 sebesar 5,8 cm yang dapat dilihat pada Gambar 4. Rata-rata perumbuhan panjang dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 4. Pertambahan Panjang (cm) Rata-Rata Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari

Tabel 2. Rata-Rata Pertambahan Panjang Ikan Patin

Perlakuan Rata-Rata Pertumbuhan Panjang per Hari (cm)

7 14 21 28 35 42 49 56 Δp

V1 13,6 14,5 15,2 16,1 17,1 18 18,9 19,7 6,7 V2 13,6 14,6 15,5 16,3 17,3 18,5 19,8 20,7 7,4 V3 13,6 14,1 14,9 15,6 16,4 17,2 18,1 18,9 5,8

Setiap perlakuan yang dilakukan diperoleh data yang kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan panjang ikan patin. Analisis variansi (ANOVA) panjang ikan patin

24

dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan patin.

Tabel 3. Analisis Keragaman (ANOVA) Panjang Ikan Patin dengan Probiotik

Pada pertambahan panjang, didapatkan berpengaruh sangat nyata sehingga dilanjutkan uji BNT. Pada setiap perlakuan didapatkan notasi yang berbeda hal ini bahwa perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 4.

Tabel 4. Hasil Rata-Rata pada Panjang Ikan patin dengan Probiotik Viterna

Ikan patin yang telah dipelihara selama 56 hari mengalami peningkatan berat dari pemberian pakan yang telah di fermentasi dengan dosis yang ditentukan. Masing-masing perlakuan yang di dapat yang paling tinggi pada V2 mengalami peningkatan sebesar 23,33 gr dari 15,04 gr menjadi 38,37 gr, kemudian V1 mengalami peningkatan sebesar 18,36 dari 14,37 gr menjadi 32,73 gr dan V3 mengalami peningkatan rendah sebesar 15,53 gr dari 14,81 gr menjadi 30,34 gr. Hasil pengamatan dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Hasil Laju Peningkatan Berat Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari.

Ikan patin diperlihara selama 56 hari sehingga didapat peningkatan berat rata-rata pada masing-masing perlakuan berkisar dari 13,95 gr hingga 39,21 gr.

Pertumbuhan berat rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5. Pada hasil akhir penelitian, didapat bahwa pertambahan tertinggi pada V2 sebesar 25,17 gr kemudian diikuti V1 sebesar 23,66 gr dan terendah V3 sebesar 15,53 yang dapat dilihat pada Gambar 6.

26

Gambar 6. Rata-Rata Peningkatan Berat Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari

Tabel 5. Rata-Rata Peningkatan Berat Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari.

Perlakuan Rata-Rata Pertumbuhan Berat per Hari (gr) Δb

0 7 14 21 28 35 42 49 56

V1 14,37 17,32 19,17 21,7 23,98 26,04 28,56 30,88 32,73 18,36 V2 15,04 19,36 22,62 25,52 27,71 30,24 32,63 35,32 38,37 23,33 V3 14,81 16,6 17,66 19,15 21,01 22,97 25,4 27,62 30,34 15,53 Setiap perlakuan yang dilakukan akan di peroleh data yang kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan berat ikan patin. Analisis variansi (ANOVA) panjang ikan patin dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan patin.

Tabel 6. Analisis Keragaman (ANOVA) Berat Ikan Patin dengan Probiotik

Pada pertambahan berat, didapatkan berpengaruh sangat nyata sehingga dilanjutkan uji BNT. Pada setiap perlakuan didapatkan notasi yang berbeda hal ini bahwa perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat dilihat pada Tabel 7 dan Lampiran 7.

Tabel 7. Hasil Rata-Rata pada Peningkatan Berat Ikan Patin

Hari ke-

Tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara dari tiap perlakuan menunjukkan bahwa nilai tertinggi di dapat pada V2 (86,67%), V1 (80,00%) dan V3 (76,67%) dapat dilihat Gambar 7.

28

Ikan patin diperlihara selama 56 hari sehingga didapat tingkat kelangsungan pada masing-masing perlakuan yang dihitung dari jumlah ikan yang hidup diawal dan diakhir penelitian. Tingkat kelangsungan rata-rata dapat dilihat pada Tabel 7.

Gambar 7. Kelangsungan Hidup Ikan Patin Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari

Tabel 8. Rata-Rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Patin dengan Probiotik Viterna dengan Dosis 20 ml (V1), 40 ml (V2) dan 60 (V3) Selama 56 Hari

Perlakuan Perlakuan Hari Ke- SR

(%)

0 7 14 21 28 35 42 49 56

V1 100 96,67 93,33 90,00 86,67 86,67 83,33 80,00 80,00 80,00 V2 100 100 100 93,33 93,33 93,33 93,33 90,00 86,67 86,67 V3 100 100 90,00 86,67 86,67 83,33 80,00 76,67 76,67 76,67 Data yang di peroleh setiap perlakuan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil analisis data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata (P<0,01) terhadap kelangsungan hidup ikan patin.

Kualitas Air

Pada penelitian ini, pengukuran kualitas air dilakukan dengan stabil.

Pengukuran ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air pada setiap perlakuan. Penelitian ini dilakukan secara intensif dan lebih terkontrol.

Tabel parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kisaran Nilai Kualitas Air Selama Penelitian

Waktu Perlakuan Data Parameter Kualitas Air

V1 V2 V3

Pada penelitian ini pakan yang telah di fermentasi dengan probitik viterna didapat pertambahan panjang pada setiap perlakuan yaitu V1 (20 ml) yaitu 6,7 cm, V2 (40 ml) yaitu 7,4 cm dan V3 (60 ml) yaitu 5,8 cm pertambahan panjang pada ikan patin mengalami peningkatan yang sangat baik karena dipengarihi oleh pemberian pakan dengan kualitas yang baik. Hal ini sesuai dengan Yanuar (2017) Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Apabila pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung maka dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai yang diharapkan.

30

Hasil akhir ikan patin yang dipelihara selama 56 hari mengalami pertambahan panjang rata-rata yang berbeda pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemberian pakan fermentasi yang berbeda juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang ikan patin. Didapatkan pertambahan panjang yang berbeda yang dapat dilihat dari pengukuran ikan yang dilakukan selama sekali dalam 7 hari. V2 mengalami peningkatan sebesar 7,4 cm dari 13,6 cm menjadi 20,7 kemudian pada V1 mengalami peningkatan sebesar 6,7 cm dari 13,0 cm menjadi 19,7, kemudian dan yang terendah terdapat pada, V3 mengalami peningkatan sebesar 5,8 dari 13,1 cm menjadi 18,9 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan fermentasi yang berbeda berpengaruh terhadap pertambahan panjang ikan patin.

Tingginya pertambahan panjang pada perlakuan V2 dengan dosis 40 ml/kg diduga karena adanya pemberian pakan fermentasi dengan dosis yang berbeda.

Penambahan probiotik pada pakan dengan dosis 40 ml/kg dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain karena probiotik viterna yang telah dicampurkan kedalam pakan mempunyai kandungan seperti protein dan lemak yang akan dicerna oleh ikan patin untuk kebutuhan energi dan pertumbuhan sehingga pakan dapat dimanfaatkan dengan optimal. Menurut Subandiyono (2009) menyatakan bahwa Protein, dan lemak akan dicerna, diserap dan dimetabolisme setelah itu diubah menjadi energi yang bermanfaat. Nutrien yang dikonsumsi oleh ikan dicerna di dalam saluran pencernaan, diserap oleh dinding saluran pencernaan, dan muncul dalam aliran darah sebagai molekul-molekul komponennya. Protein dihidrolisis menjadi berbagai jenis asam amino, dan lemak akan diurai menjadi berbagai jenis asam lemak dan berbagai komponen

penyusun lainnya. Molekul-molekul tersebut mengalir dalam tubuh dan diambil oleh berbagai jenis jaringan untuk selanjutnya mengalami berbagai reaksi kimia, baik pemecahan molekul atau katabolisme maupun sintesis molekul atau anabolisme.

Berdasarkan hasil analisis ANOVA panjang ikan patin (Tabel 3.) menunjukkan bahwa pemberian pakan fermentasi pada pertambahan panjang ikan patin sangat nyata (Fhitung>Ftabel). Hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan V3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan V1 dan V3.

Perlakuan V1 juga berbeda sangat nyata terhadap perlakuan V3. Dapat dilihat pada Lampiran 3.

Peningkatan Berat Ikan

Pemeliharaan ikan patin yang dilakukan selama 56 hari dengan pemberian pakan fermentasi yang berbeda dosis mempengaruhi berat tubuh pada ikan. Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa peningkatan berat tiap minggunya semakin bertambah dan dapat dilihat juga pertambahan berat tertinggi pada V2 dengan penambahan berat 25,17 gr. Hal ini dikarenakan karena pada V2 di beri dosis probiotik yang tepat (40 ml/kg pakan). Penambahan probiotik dalam pakan dengan dosis yang tepat akan meningkatkan berat ikan yang optimal sehingga membantu mempercepat masa pemeliharaan dan ikan dapat lebih cepat dipanen.

Peningkatan berat paling tinggi terdapat pada V2, kemudian V1 dan V3.

Hal ini karena adanya pemberian pakan fermentasi dengan dosis yang berbeda.

Dapat dilihat pada Tabel 5, peningkatan berat pada setiap perlakuan tiap

32

minggunya mengalami peningkatan. Pada V1 (20 ml) yaitu sebesar 14,07 gr – 37,73 gr, V2 sebesar 4,03 gr – 39,21 gr dan V3 sebesar 13,95 gr – 35,02 gr.

Pada V3 didapat bahwa peningkatan berat nya lebih kecil dari perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena pemberian probiotik yang berlebihan sehingga mengurangi berat tubuhnya. Menurut Suzer, et al (2008), bahwa pemberian dosis probiotik dengan dosis yang berlebihan dapat mengurangi berat tubuh dibandingkan dengan pemberian probiotik dengan dosis yang tepat atau dosis probiotik yang lebih rendah. Hal ini diduga akibat dengan semakin meningkatnya jumlah populasi bakteri dapat menimbulkan persaingan sesama jenis bakteri dalam nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya aktivitas bakteri dalam dalam saluran pencernaan ikan menjadi terhambat dan sekresi enzim pun menurun.

Dari data penelitian, didapat hasil analisis ragam peningkatan berat ikan menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel pada uji F taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pemeberian pakan yang difermentasi dengan probiotik viterna pada dosis yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan berat ikan patin, sehingga dilanjutkan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pakan yang difermentasi dengan probiotik viterna akan meningkatkan kandungan seperti protein, mineral dan asam-asam amino yang akan dimanfaatkan oleh ikan sebagai nutrisi untuk peningkatan berat pada tubuhnya.

Hal ini sesuai Subandiyono (2009), bahwa protein, lemak akan dicerna dan diserap dan dimetabolisme setelah itu diubah menjadi energi yang bermanfaat.

Nutrien yang yang dikonsumsi oleh ikan dicerna di dalam saluran pencernaan.

Kelangsungan Hidup Ikan Patin

Menurut Effendi (2003), bahwa kelangsungan hidup yang biasa disebut Survival rate (SR) adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada

akhir pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan.

Pada penelitian yang dilakukan, bahwa dosis probiotik yang dicampurkan pada pakan akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dan didapat hasil bahwa pada V2 memiliki kelangsungan hidup lebih tinggi yaitu 86,67% kemudian V1 (80,00%) dan V3 (76,67%).

Dari uji F yang dilakukan pada penelitian yang dilakukan dengan pemeliharaan ikan patin selama 56 hari menunjukkan bahwa penambahan probiotik memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan yang dapat dilihat pada Lampiran 8.

Kelangsungan hidup ikan patin dapat kita lihat dari pengamatan setiap hari dimana semakin lama semakin berkurangnya ikan yang diuji pada perlakuan selama penelitian. Pada penelitan di dapat kelangsungan hidup pada V1 dengan dosis 20 ml sebesar 80,00 7%, V2 dosis 40 ml sebesar 86,67% dan V3 dosis 60 ml sebesar 76,67 % dapat dikatakan tergolong baik. Hal ini sesuai Arsyadana et al., (2017) bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik.

Pada penelitian, tingkat kelangsungan hidup ikan baik karena ikan telah beradaptasi dengan lingkungan media pemeliharaan, dan kualitas air yang diukur dapat mepengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan tersebut. Menurut Effendi (2004), bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan disebabkan oleh faktor lingkungan yang sesuai seperti pH, suhu dan tersedianya pakan.

34

Kualitas Air

Suhu sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.Beberapa pengaruh suhu terhadap ikan diantaranya yaitu apabila suhu pada media budidaya rendah, berkurangnya oksigen pada ikan shingga menyebabkan ikan stress, proses metabolisme ikan akan terhambat dan nafsu makan ikan akan menurun, sehingga dapat menyebabkan beberapa faktor yang akan terjadi diantaranya yaitu laju pertumbuhan ikan yang lambat sehingga pertambahan bobot ikan pun akan rendah dan banyak pakan yang tidak termanfaatkan. Pada Tabel 9 didapat suhu 27,1-28,4 °C, yang dapat dikatakan sebagai suhu ideal. Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan patin berkisar antara 25 33 (Minggawati dan Suptono, 2012)

DO merupakan faktor yang sangat penting untuk pernafasan. Pada Tabel 9 didapat bahwa DO pada perlakuan antara 6,5-6,7. DO tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin dan dapat dikatakan sangat baik. Jika DO rendah dalam air maka nafsu makan ikan akan menurun menurut Syahputra (2015), mengatakan bahwa kandungan oksigen terlarut pada ikan budidaya > 5 sangat baik untuk pertumbuhan. Bila kandungan oksigen sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya akan terhambat.

Pada penelitian yang dilakukan, hasil pengukuran pada pH yaitu 7,1-7,4.

Nilai tersebut masih dapat dikatakan mendukung kelangungan hidup dan pertumbuhan ikan Patin. Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI, 2000), bahwa pH yang produktif untuk ikan patin berkisar 6,5 - 8,5.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pemberian fermentasi pakan dengan dosis berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan panjang, peningkatan berat dan berpengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup ikan patin..

2. Pada pertumbuhan panjang, pertambahan bobot dan pada kelangsungan hidup jumlah yang dosis yang efektif pada perlakuan 2 (40 ml).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah penambahan probiotik viterna dengan jumlah tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin dengan baik.

36

Dokumen terkait