• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rataan Berat Organ Dalam Itik Mojosari Alabio Jantan

Rataan berat organ dalam dipengaruhi oleh besarnya bobot badan akhir, karena semakin besar bobot badan akhir maka semakin besar pula berat organ dalam. Penyerapan zat-zat nutrisi dalam tubuh yang baik akan menyebabkan pertumbuhan bobot badan yang baik pula. Penyerapan zat-zat nutrisi dalam tubuh dipengaruhi oleh bahan baku pakan yang diberikan, sehingga akan mempengaruhi morfologi organ dalam. Organ dalam ternak terutama usus halus merupakan tempat terjadinya penyerapan zat-zat nutrisi. Rataan berat organ dalam dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rataan berat organ dalam Itik Mojosari Alabio Jantan (%)

Perlakuan Peubah Kontrol (S0) S1 S2 S3 S4 Hati 2,96±0.07B 2,67±0,22B 3,64±0,07A 3,19±0,31A 3,18±0,44A Rempela 5,94±0,30C 7,33±0,21B 7,75±0,77A 7,61±0,59A 8,08±0,37A Ginjal 1,05±0,09B 1.09±0.06B 1,46±0,20A 1,31±0,15A 1,29±0,13A Empedu 0,19±0,03B 0,25±0,01A 0,22±0,03A 0,19±0,02B 0,26±0,03A Pankreas 0,44±0,01 0,41±0,05 0,52±0,03 0,44±0,03 0,52±0,10 Jantung 1,15±0,03 1,12±0,10 1,20±0,09 1,24±0,12 1,34±0,14 Limfa 0,20±0,19 0,07±0,02 0,09±0,00 0,10±0,04 0,08±0,02

Keterangan: Kontrol (S0) = ransum komersil + dedak, S1 = silase dengan kadar air 30%, S2 = silase dengan kadar air 40%, S3 = silase dengan kadar air 50%, S4 = silase dengan kadar air 60%. Superskrip dengan huruf besar pada garis yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Persentase dari bobot hidup, dengan rataan bobot hidup kontrol (S0)=1064,00 g/ekor; S1=874,83 g/ekor; S2=807,17 g/ekor; S3=944,50 g/ekor; 4=890,50 g/ekor.

Rataan Berat Hati Itik Mojosari Alabio Jantan

Hati merupakan salah satu organ pelengkap sistem pencernaan selain pankreas dan kelenjar empedu (North dan Bell, 1991). Pengamatan pengaruh perlakuan terhadap berat hati itik dilakukan karena berkaitan dengan fungsi hati yang mempengaruhi produk akhir pencernaan. Besar rataan berat hati itik Mojosari Alabio jantan berumur 10 minggu yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Besar rataan berat hati yang diperoleh dari hasil penelitian ini berkisar antara 2,67-3,64% dari bobot hidup. Nilai tersebut berada di atas kisaran bobot hati yang dilaporkan oleh Sofyaningsih (2003) dan Sumirat (2002) dengan masing-masing nilai

rataan berat hati, yaitu 2,3-3,06% dan 2,81-3,31%. Menurut Putnam (1991), hasil rataan bobot hati itik umur 10 minggu yang normal rata-rata sebesar 2,7% dari bobot hidup. Menurut Nickel et al. (1977), peningkatan nilai rataan bobot hati dapat dipengaruhi oleh bangsa, umur dan jenis kandungan nutrisinya.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) lebih besar terhadap rataan berat organ hati. Uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan kadar air 30% memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, namun pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal dengan kadar air sebesar 40, 50, dan 60% memiliki nilai yang sangat berbeda nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yaitu sebesar 3,64; 3,19 dan 3,18%.

Perlakuan S1 dengan taraf kadar air 30% tidak terjadi penambahan persentase bobot hati, akan tetapi pada taraf kadar air 40%, 50%, dan 60% persentase berat hati lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan kontrol. Hal ini didukung oleh pernyataan Allaily (2006) bahwa pemberian silase dengan tingkat kadar air yang lebih tinggi akan menyebabkan laju alir pakan pada organ dalam itik menjadi semakin lambat. Semakin lambat laju alir pakan maka penyerapan zat nutrisi akan semakin besar, sehingga kerja organ dalam akan semakin besar. Fungsi hati adalah sebagai pusat metabolisme makanan diantaranya metabolisme protein, metabolisme lemak, metabolisme karbohidrat dan detoksifikasi zat-zat yang dapat membahayakan tubuh dan menyimpan beberapa vitamin (North dan Bell, 1990). Oleh karena itu, kerja hati yang lebih berat diduga memungkinkan terjadinya adaptasi fleksibilitas hati sehingga akan meningkatkan ukuran hati. Selanjutnya Subroto (1985) menambahkan bahwa jaringan hati memiliki kemampuan regenerasi dan adaptasi yang besar. Penelitian Sofyaningsih (2003) menyatakan bahwa peningkatan rataan bobot hati diduga karena peningkatan serat kasar pada ransum.

Rataan Berat Rempela

Rempela pada unggas berbentuk oval yang terletak antara proventrikulus dan batas usus halus atau disebut juga lambung otot, yang berfungsi dalam proses pencernaan untuk menggiling makanan hingga makanan tersebut menjadi lunak (Sturkie, 1976). Fungsi utama rempela sebagai alat penggiling atau pemecah partikel

makanan memiliki kesamaan fungsi dengan gigi pada mamalia yang dapat memperkecil ukuran partikel makanan yang masuk ke dalam mulut. Semakin besar partikel-partikel makanan, maka kontraksi otot akan semakin cepat dan partikel makanan akan semakin lama dalam rempela. Besar rataan berat rempela itik Mojosari Alabio jantan berumur 10 minggu yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Rataan bobot rempela itik Mojosari Alabio jantan umur 10 minggu yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 5,94-8,08% dari bobot hidup. Rataan bobot rempela pada perlakuan pemberiaan silase ransum komplit berbahan baku lokal ini lebih besar dari penelitian Sumirat (2002) yang berkisar antara 4,29-5,68% dan hasil penelitian Nugraha (2000) yang berkisar antara 4,55%-5,75%. Menurut Syamsuhaidin (1997), peningkatan bobot rempela disebabkan oleh fungsinya yang cukup berat untuk mencerna pakan yang mengandung serat kasar tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Ulupi (1990) yang menyatakan bahwa peningkatan persentase serat kasar dalam ransum itik secara nyata (P<0,05) meningkatkan persentase bobot rempela terhadap bobot hidup. Semakin tinggi kadar air ransum, maka laju alir pakan semakin lambat (Allaily, 2006). Lambatnya laju alir pakan akan meningkatkan kerja rempela dalam menghancurkan partikel pakan, sehingga bobot rempela akan semakin besar.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum silase komplit berbahan baku lokal memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) lebih besar terhadap rataan persentase bobot rempela itik Mojosari Alabio jantan. Uji kontras ortogonal menunjukkan persentase bobot rempela pada pemberian ransum silase berbahan baku lokal pada taraf 30%, 40%, 50%, dan 60% sangat berbeda nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan kontrol menghasilkan persentase bobot rempela yang paling rendah yaitu sebesar 5,29%, sedangkan persentase bobot rempela tertinggi yaitu pada perlakuan S4 sebesar 7,19%.

Terjadinya peningkatan persentase bobot rempela terhadap bobot hidup pada taraf pemberian kadar air sebesar 30% juga memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap pemberian kadar air sebesar 40%, 50%, dan 60%. Namun dalam penelitian ini penyebab peningkatan bobot rempela ransum penelitian terhadap ransum kontrol belum diketahui secara pasti.

Rataan Berat Ginjal

Salah satu fungsi ginjal adalah mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan mengeluarkan zat-zat yang berlebih seperti air, garam-garam anorganik dan zat-zat yang terlarut dalam darah (Ressang, 1984). Ginjal mempertahankan integritas dari volume cairan ekstraseluler, proses tersebut adalah konservasi air dan zat-zat lainnya, bahan yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikembalikan ke dalam cairan tubuh, sementara kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin. Selain itu, ginjal juga mengeliminasi nitrogen dari produk metabolis protein, ion, dan senyawa organik komplek, baik endogenous dan eksogenous (Swenson, 1977).

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa taraf perlakuan dengan kadar air 40%, 50%, dan 60% memiliki bobot ginjal yang sangat berbeda nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Sedangkan pemberian silase dengan taraf kadar air 30% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap bobot ginjal dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Perlakuan 40%, 50% dan 60% memiliki kadar air yang lebih besar dari kontrol, yaitu sebesar 1,46%; 1,31% dan 1,29% sehingga kerja dari fungsi ginjal pada perlakuan 40%, 50% dan 60% mengalami peningkatan rataan persentase bobot ginjal yang lebih besar daripada perlakuan kontrol. Proses tersebut terjadi karena peranan ginjal dalam mempertahankan keseimbangan susunan darah dan mempertahankan integritas dari volume cairan ekstraseluler, serta silase merupakan pakan dengan kandungan kadar air yang tinggi.

Rataan Berat Empedu

Saluran empedu berfungsi sebagai penyalur cairan empedu dari hati ke usus dimana saluran empedu membesar membentuk kantung empedu (Amrullah, 2004). Besar rataan berat rempela itik Mojosari Alabio jantan berumur 10 minggu yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) dalam meningkatkan rataan persentase bobot empedu itik Mojosari Alabio jantan. Uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit dengan taraf pemberian sebesar 30%, 40% dan 60% memiliki nilai yang lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan kontrol yaitu sebesar 0,19%, sedangkan perlakuan dengan

taraf kadar air sebesar 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol. Perlakuan S3 memiliki nilai persentase bobot empedu terendah yaitu sebesar 0,14%. Nilai persentase bobot empedu tertinggi diperoleh dari perlakuan S4 sebesar 0,26%.

Hasil perlakuan pada taraf kadar air 30%, 40% dan 60% memiliki persentase bobot empedu yang lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan ransum kontrol, meningkatnya kerja organ hati menyebabkan kebutuhan cairan empedu yang lebih banyak, hal tersebut memacu peningkatan bobot kantung empedu dari itik yang diberi silase ransum komplit dengan kadar air 30%, 40% dan 60% dibandingkan dengan bobot empedu pada pemberian ransum kontrol yaitu ransum komersil yang ditambah dedak.

Fungsi empedu yaitu sebagai penyalur cairan empedu dari hati ke usus dengan pembesaran saluran empedu membentuk kantung empedu (Amrullah, 2004). Besarnya persentase bobot empedu tergantung dari banyaknya cairan yang dikeluarkan empedu di hati. Semakin besar kerja hati maka cairan empedu yang dikeluarkan hati juga akan semakin banyak, sehingga ukuran empedu juga akan semakin besar. Allaily (2006) menyatakan bahwa pemberian silase dengan tingkat kadar air yang lebih tinggi akan menyebabkan laju alir pakan pada organ dalam itik menjadi semakin lambat. Semakin lambat laju alir pakan maka penyerapan zat nutrisi akan semakin besar, sehingga kerja organ dalam akan semakin besar. Hal ini dikarenakan fungsi hati sebagai pusat metabolisme makanan, diantaranya metabolisme protein, metabolisme lemak, metabolisme karbohidrat dan detoksifikasi zat-zat yang dapat membahayakan tubuh dan menyimpan beberapa vitamin (North dan Bell, 1991).

Rataan Berat Pankreas

Salah satu fungsi pankreas adalah sebagai penghasil enzim-enzim lipolitik, amilolitik dan proteolitik (Sturkie, 1976). Pankreas merupakan salah satu organ pelengkap sistem pencernaan selain hati dan kelenjar empedu (North dan Bell, 1991). Persentase bobot pankreas tertera pada Tabel 7.

Rataan persentase bobot pankreas tertinggi terdapat pada perlakuan 60% yaitu sebesar 0,52%, sedangkan nilai persentase bobot pankreas terendah yaitu sebesar 0,44% pada perlakuan kontrol. Akan tetapi hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa semua taraf perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) dalam meningkatkan bobot pankreas. Hal ini dikarenakan pankreas hanya merupakan salah satu organ pelengkap sistem pencernaan (North dan Bell, 1991), sehingga pengaruh pemberian silase dengan kadar air yang berbeda tidak terlalu berpengaruh nyata terhadap organ pankreas. Pankreas mensekresikan enzim amilase, tripsin, dan lipase untuk membantu proses pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta metabolisme gula yang diatur oleh produksi hormon insulin (Blackly dan Bade, 1991).

Rataan Berat Jantung

Jantung merupakan organ yang berfungsi sebagai pemompa darah dalam sistem transportasi atau sirkulasi tubuh (Ressang, 1984). Persentase bobot jantung itik Mojosari Alabio jantan umur 10 minggu yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Nilai persentase bobot jantung terkecil dimiliki oleh perlakuan S1 sebesar 1,12% dan nilai persentase terbesar terdapat pada perlakuan S4 sebesar 1,34%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa semua taraf perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) meningkatkan rataan persentase bobot jantung. Jantung berfungsi sebagai pemompa darah ke bagian-bagian yang aktif dalam proses pencernaan (Ressang, 1984). Tingginya kadar air silase ransum komplit berbahan baku lokal menyebabkan kerja jantung dalam memompa darah ke usus halus lebih ringan. Hal ini terkait dengan penyerapan zat-zat nutrisi pada silase ransum komplit yang lebih mudah diserap oleh usus halus sehingga kerja usus menjadi semakin mudah dan darah yang dipompa ke usus lebih sedikit.

Rataan Berat Limpa

Nilai persentase bobot limpa tertinggi yaitu 0,20% pada perlakuan kontrol sedangkan nilai persentase bobot limfa terkecil terdapat pada perlakuan S1 yaitu sebesar 0,07%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) meningkatkan persentase bobot limpa. Limpa merupakan organ yang berperan dalam mendukung sistem kekebalan tubuh dan berperan dalam sistem sirkulasi yaitu sebagai daerah penampung darah (Frandson, 1996). Pada ransum yang mengandung zat toksik, antinutrisi maupun penyakit, maka limpa akan membentuk sel limfosit untuk membuat antibodi. Aktivitas limpa ini akan

mengakibatkan ukuran limpa menjadi semakin besar atau bahkan mengecil apabila limfa terserang penyakit.

Dalam proses pembuatan silase, bahan-bahan yang mengandung anti nutrisi telah direbus terlebih dahulu untuk menghilangkan zat-zat anti nutrisi sehingga diduga perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap kerja limfe sebagai organ yang berperan dalam mendukung sistem kekebalan tubuh dan berperan dalam sistem sirkulasi yaitu sebagai daerah penampung darah, sehingga tidak terjadi pembesaran ukuran limpa.

Rataan Panjang Usus Halus

Rataan persentase panjang usus halus itik Mojosari Alabio jantan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8.Rataan Panjang Usus Halus Itik Mojosari Alabio Jantan (cm/100 gram bobot hidup).

Perlakuan Peubah S0 S1 S2 S3 S4 Duodenum 2,46±0,15 3,01±0,33 3,26±0,41 2,28±0,15 2,28±0,26 Jejenum 5,82±0,39C 8,26±0,39B 8,26±0,63A 7,20±0,38A 7,43±0,88A Ileum 4,83±0,34C 5,85±0,24B 7,01±0,56A 5,94±0,34B 6,57±1,11A Seka 1,48±0,13C 1,81±0,17B 1,99±0,26A 1,63±0,06C 1,80±0,11B Usus besar 1,01±0,04 1,22±0,10 1,31±0,19 1,14±0,07 1,16±0,06

Keterangan: S0 = ransum komersil + dedak, S1 = silase dengan kadar air 30%, S2 = silase dengan kadar air 40%, S3 = silase dengan kadar air 50%, S4 = silase dengan kadar air 60%. Superskrip dengan huruf besar pada garis yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), sedangkan superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Fungsi usus halus yaitu sebagai tempat penyerapan zat-zat makanan, membran mukosa pada usus halus dan memproduksi mucin, α-amilase, maltase, sukrase dan juga enzim protealisis (McDonald et al., 1995). Usus halus pada unggas yang diberikan pakan hijauan akan lebih panjang jika dibandingkan dengan unggas yang diberi pakan biji-bijian (Sturkie, 1976).

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak mempengaruhi persentase panjang doudenum. Persentase panjang jejenum perlakuan silase dengan kadar air 40%, 50% dan 60% sangat nyata lebih besar (P<0,01) dibandingkan kontrol, sedangkan pada silase dengan kadar air sebesar 30% memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) lebih besar terhadap kontrol.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit dengan taraf pemberian sebesar 40% dan 60% memiliki nilai yang lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan dengan taraf kadar air sebesar 30% dan 50% memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol.

Allaily (2006) menyatakan bahwa pemberian silase dengan tingkat kadar air yang lebih tinggi akan menyebabkan laju alir pakan pada organ dalam itik menjadi semakin lambat. Semakin lambat laju alir pakan maka penyerapan zat nutrisi akan semakin besar, maka kerja usus sebagai tempat terjadinya penyerapan zat-zat makanan akan semakin besar. Sudaryani dan Santoso (1994) menambahkan bahwa fungsi usus halus adalah sebagai tempat terjadinya penyerapan zat-zat makanan termasuk vitamin dan mineral serta sisa-sisa atau ampas-ampas makanan yang akan disalurkan ke usus besar. Peningkatan panjang usus halus seperti jejenum pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4 dibandingkan dengan kontrol diduga karena adanya adaptasi sehingga usus halus lebih fleksibel dalam ukuran. Panjang usus halus pada unggas bervariasi dan dipengaruhi oleh umur, ras dan jenis makanan. Usus halus pada unggas yang diberikan pakan hijauan akan lebih panjang jika dibandingkan dengan unggas yang diberi pakan biji-bijian (Sturkie, 1976). Karena itu perlakuan 30%, 40%, 50% dan 60% memiliki rataan jejenum dan illeum yang lebih panjang dibandingkan kontrol.

Rataan Panjang Seka

Seka adalah dua buah kantong buntu yang terletak di persimpangan usus halus dengan usus besar (Sturkie, 1976) dan akan mengalami perubahan jika diberi pakan berupa hijauan dibandingkan unggas yang diberikan pakan bijian (Stevens,1988). Secara histologi, seka hampir sama dengan usus halus, tetapi seka mempunyai vili yang lebih pendek dan lebar (Soesanto, 2003). Rataan persentase panjang seka itik Mojosari Alabio jantan umur 10 minggu yang didapat dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Besar rataan panjang seka itik umur 10 minggu yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 1,48-1,99 cm/100 gram bobot hidup, sedangkan menurut hasil penelitian Sofyaningsih (2003), berkisar antara 0,8-1,9 cm/100 gram bobot hidup. Peningkatan panjang seka itik yang diberi ransum silase diduga karena meningkatnya kadar serat kasar pada ransum.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan taraf pemberian kadar air 30%, 40% dan 60% memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) dalam meningkatkan rataan persentase panjang seka. Sedangkan pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal pada pemberian taraf kadar air 50% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.

Menurut Allaily (2006) pemberian silase dengan tingkat kadar air yang lebih tinggi akan menyebabkan laju alir pakan pada organ dalam itik menjadi semakin lambat. Semakin lambat laju alir pakan maka penyerapan zat nutrisi akan semakin besar, sehingga kerja organ dalam akan semakin besar. Sehingga semakin besar kadar air silase yang diberikan akan meningkatkan kerja organ usus dalam mencerna makanan yang menyebabkan perkembangan panjang maupun berat usus.

Rataan Panjang Usus Besar

Pada unggas dewasa, usus besar relatif pendek jika dibandingkan dengan usus halus, tetapi mempunyai diameter yang lebih besar. Usus besar memanjang dari persimpangan usus halus dan seka sampai kloaka. Fungsi dari usus besar adalah sebagai tempat penyerapan air dan memelihara keseimbangan air dalam tubuh ungggas (North dan Bell, 1991). Rataan persentase panjang kolon itik Mojosari Alabio jantan umur 10 minggu yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian silase ransum komplit berbahan baku lokal tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) dalam meningkatkan rataan persentase panjang usus besar.

Dokumen terkait