• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Februari hingga Mei 2006.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 45 ekor itik Mojosari Alabio jantan yang dipelihara mulai dari umur tiga hari hingga 10 minggu. Itik tersebut diperoleh dari Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem baterai sebanyak 15 petak berukuran 1 x 1 m dan masing-masing petak berisi lima ekor itik. Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, lampu pijar 40 Watt. Peralatan lain yang digunakan antara lain karung, plastik ransum, silo, timbangan digital, gunting, gelas ukur, ember, sendok, nampan plastik, sekam, koran, gayung, label, dan masker. Setiap kandang diberi alas kandang agar itik tidak besentuhan dengan lantai kandang yang basah.

Ransum

Bahan pakan yang digunakan untuk penyusunan ransum terdiri atas jagung kuning, dedak padi, singkong, daun singkong, bungkil inti sawit, tepung ikan, kacang kedelai, minyak kelapa, DCP, CaCO3, L-lysin, dan DL-methionin. Dari campuran

ransum tersebut, kemudian dibuat silase dengan taraf kandungan kadar air yang berbeda, yaitu 30 %, 40 %, 50 %, dan 60 % dan disimpan selama empat minggu.

Formulasi ransum disusun berdasarkan rekomendasi dari Hardjosworo dan Rukmiasih (1999) dengan kadar protein kasar 16 % dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Susunan ransum yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 dan kandungan nutrisi ransum dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 2. Komposisi Ransum untuk Pembuatan Silase Bahan Komposisi (%) Jagung kuning 41,70 Dedak padi 20,00 Singkong 12,20 Daun singkong 1,00

Bungkil inti sawit 5,00

Tepung ikan 7,00 Kacang kedelai 8,00 Minyak 3,00 DCP 0,30 CaCO3 1,00 L-lysin 0,55 DL-methionin 0,25 Jumlah 100,00

Tabel 3. Kandungan Zat Nutrisi Ransum Penelitian dengan Kadar Air 30 %, 40 %, 50 %, dan 60 % KA 30 % KA 40 % KA 50 % KA 60 % Zat Nutrisi Jumlah (%) Protein kasar 17,49 16,83 16,63 17,14 Abu 6,17 3,08 2,57 2,13 Serat kasar 6,01 Lemak kasar 6,73 Beta-N 51,95

* : Hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan IPB (2006) Tabel 4. Kandungan Zat Nutrisi Ransum Kontrol (komersil + dedak 50 %)

Zat Nutrisi Jumlah (%)

Protein kasar 21,50

Abu 8,5

Serat kasar 4,00

Lemak kasar 4,00

Uji lanjut alir pakan pada itik dengan memberikan silase berkadar air berbeda ditunjukan pada table 5. Pengamatan dilakukan jam ke-4 setelah pencekokan.

Tabel 5. Persentase Pakan pada Saluran Pencernaan Itik

Perkakuan Rempela Duodenum Illeum Jejenum

S0 25,38 6,31 19,40 23,35 S1 33,95 8,98 28,16 25,08 S2 19,70 4,80 19,56 23,36 S3 29,03 5,89 29,79 27,04 S4 14,19 3,76 38,18 29,60 Sumber: Allaily (2006)

Tabel 6.Nilai pH Silase Perlakuan

Perlakuan pH silase

S1 4,46 S2 4,33 S3 4,22 S4 4,14 Sumber : Hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan IPB (2006)

Metode Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 5 taraf perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri atas 3 ekor itik Mojosari Alabio jantan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

S0 : Ransum komersil + dedak (kontrol) S1 : Ransum silase dengan kadar air 30 % S2 : Ransum silase dengan kadar air 40 % S3 : Ransum silase dengan kadar air 50 % S4 : Ransum silase dengan kadar air 60 %

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model matematis menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut :

Yij = μ + αi + εij Keterangan:

Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ : nilai rata-rata sesungguhnya

αi : pengaruh perlakuan ke-i

εij : galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) menurut Steel dan Torrie (1995) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah berat organ dalam dan panjang usus itik Mojosari Alabio jantan :

1. Bobot Hati (%)

Bobot hati diperoleh dengan cara membagi bobot hati dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

2. Bobot Rempela (%)

Bobot rempela bersih diperoleh dengan cara membagi bobot rempela bersih dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

3. Bobot Ginjal (%)

Bobot ginjal diperoleh dengan cara membagi bobot ginjal dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

4. Bobot Empedu (%)

Bobot empedu diperoleh dengan cara membagi bobot empedu dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

5. Bobot Pankreas (%)

Bobot pankreas diperoleh dengan cara membagi bobot pankreas dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

Bobot jantung diperoleh dengan cara membagi bobot jantung dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

7. Bobot Limfa (%)

Bobot limfa diperoleh dengan cara membagi bobot limfa dengan bobot badan kemudian dikali 100 %.

8. Panjang Duodenum (cm/100 gram bobot badan)

Panjang duodenum diperoleh dengan cara membagi panjang duodenum dengan gram bobot hidup kemudian dikali 100 gram.

9. Panjang Jejenum (cm/100 gram bobot badan)

Panjang jejenum diperoleh dengan cara membagi panjang jejenum dengan gram bobot hidup kemudian dikali 100 gram.

10. Panjang Ileum (cm/100 gram bobot badan)

Panjang ileum diperoleh dengan cara membagi panjang ileum dengan gram bobot hidup kemudian dikali 100 gram.

11. Panjang Seka (cm/100 gram bobot badan)

Panjang seka diperoleh dengan cara membagi panjang seka dengan gram bobot hidup kemudian dikali 100 gram.

12. Panjang Kolon (cm/100 gram bobot badan)

Panjang kolon diperoleh dengan cara membagi panjang kolon dengan gram bobot hidup kemudian dikali 100 gram.

Prosedur Pelaksanaan

Sebelum digunakan, terlebih dahulu kandang dibersihkan dan disterilkan dengan desinfektan agar tidak ada lagi bibit penyakit di dalam kandang, kemudian kandang diberi kapur secara merata. Kandang diberi alas sekam dan disemprot dengan desinfektan sebelum itik dimasukkan ke kandang dan didiamkan selama sehari. Tempat pakan dan tempat minum dipersiapkan lebih awal serta dibersihkan dan dicuci sebelum itik dimasukkan ke dalam kandang.

Anak itik yang baru datang ditimbang untuk mengetahui berat badannya dan untuk pengacakan serta pembagian dalam kandang. Anak itik kemudian diberi air gula untuk mengurangi stres akibat pengangkutan dan untuk menambah energi. Itik dipelihara mulai dari umur tiga hari hingga berumur 10 minggu. Pemeliharaan anak itik dari umur tiga hari hingga berumur lima minggu diberi ransum komersial yang

ditambah dedak. Pada saat berumur lima minggu, itik ditimbang kembali untuk pengacakan dan pembagian dalam kandang. Pemberian silase mulai diberikan pada saat itik berumur lima minggu dan diteruskan hingga itik berumur 10 minggu. Penimbangan bobot badan itik dilakukan setiap minggu. Ransum ditimbang setiap hari dan dihitung pula sisa pakan. Pakan dan air minum diberikan ad libitum.

Pembuatan Silase

Formulasi ransum disusun dengan kadar protein kasar 16 % dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Bahan-bahan seperti singkong, daun singkong dan kacang kedelai dicuci dan direbus lalu digiling. Bahan-bahan tersebut melewati proses pemanasan untuk menghilangkan anti-nutrisi yang terkandung di dalamnya. Bahan- bahan yang jumlahnya kecil (CaCO3, L-lysin, DL-methionin, dan DCP) dicampur

terlebih dahulu. Bahan-bahan yang jumlahnya besar dan dalam keadaan kering (dedak padi, jagung kuning, tepung ikan, dan bungkil inti sawit) juga dicampur hingga homogen. Kemudian bahan yang jumlahnya kecil dan bahan yang jumlahnya besar serta kering dicampurkan hingga homogen. Setelah bahan tercampur merata, bahan tersebut dicampur kembali dengan minyak kelapa. Sedangkan bahan-bahan yang masih dalam keadaan segar (singkong, daun singkong, dan kacang kedelai) dicampur pada tahap terakhir setelah minyak kelapa dan bahan-bahan lain tercampur.

Ransum dibuat menjadi empat jenis dengan perlakuan kadar air yang berbeda, yaitu ransum silase dengan kadar air 30 %, 40 %, 50 %, dan 60 %. Dalam pembuatan silase, ditambahkan starter Lactobacillus plantarum dengan dosis 105 CFU/gram silase. Starter tersebut dilarutkan dalam air kemudian dicampur dengan ransum hingga homogen. Kadar air dalam silase diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh kadar air sesuai dengan perlakuan. Kemudian bahan dimasukkan ke dalam plastik kedap udara, lalu dipadatkan, diikat dengan karet, dan disimpan dalam silo yang ditutup rapat agar didapatkan suasana anaerob selama empat minggu.

Dokumen terkait