• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Getah P. merkusii

Hasil pengumpulan data di lapangan meliputi produktivitas getah P. merkusii yang diperoleh dengan cara melakukan penyadapan pada pohon P.

merkusii dengan menggunakan sadapan metode riil. Pohon yang disadap berumur ± 20 tahun dengan diameter 30-40 cm dan tinggi luka sadapan yang dibuat yaitu 10 cm di atas permukaan tanah. Menurut Martawijaya (1989) dalam Sasmuko, et. al. (2001), banyaknya getah yang dihasilkan oleh satu pohon sangat ditentukan oleh faktor umur dan diameternya. Penambahan umur dan diameter maka akan menyebabkan produktivitas getah akan semakin bertambah.

Penyadapan getah pinus dilakukan di hutan Pinus Siborong-borong yang merupakan hutan produksi seluas 30 hektar dimana status kepemilikan lahan adalah hutan milik Negara yang pengelolaannya diberikan kepada PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong, Tapanuli Utara. Tegakan pinus yang diuji coba adalah tegakan dengan jumlah sebanyak 36 pohon.

Penyadapan pohon P. merkusii dilakukan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan sebelumnya yakni 3 hari sekali, 5 hari sekali dan 7 hari sekali. Pada penyadapan pohon diperoleh hasil produktivitas getah getah selama 28 hari yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari hasil penyadapan tersebut diperoleh produktivitas getah yang terendah yaitu 64,2 gr/pohon dan yang tertinggi yaitu 191,1 gr/pohon. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman dan hasilnya tercantum pada Lampiran 4. Hasil analisis keragaman memperlihatkan bahwa besar konsentrasi stimulansia yang digunakan, jangka

waktu pelukaan serta interaksi dua perlakuan tersebut menunjukkan adanya pengaruh nyata pada taraf 5%. Kemudian dilakukan uji wilayah berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) yang hasil pengujiannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan konsentrasi stimulansia 30% menempati posisi pertama dalam memberikan hasil produksi getah pinus terbesar, walaupun melalui uji Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi 20% tidak berbeda nyata pengaruhnya dengan konsentrasi 10% dan 30%. Pada perlakuan jangka waktu pelukaan dapat dilihat bahwa perlakuan jangka waktu 3 hari sekali menempati posisi pertama dalam menghasilkan getah yang mana dari hasil uji Duncan masing-masing perlakuan berbeda nyata pengaruhnya.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka diperoleh pilihan perlakuan dengan perlakuan dengan produksi getah terbesar sebagai berikut : dari perlakuan pemberian stimulansia asam pada penyadapan pinus dipilih konsentrasi 30% karena melalui uji lanjut Duncan dapat dilihat bahwa konsentrasi 30% memberikan hasil produksi getah tertinggi. Mengingat bahwa stimulansia yang digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat dan dapat merusak pohon sesuai dengan pernyataan Sudrajat (2002) yang mengatakan bahwa bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah pinus banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak kulit manusia, kayu dan lingkungan. Oleh karena itu pemilihan penggunaan konsentrasi stimulansia sebesar 30% merupakan pemilihan konsentrasi yang tepat dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas getah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Yusnita et. al (2001) bahwa pemilihan konsentrasi stimulansia yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi getah dan menurunkan biaya stimulansia serta menurunkan resiko kesehatan pohon, penyadap dan lingkungan. Untuk perlakuan jangka waktu pelukaan dipilih pelukaan dengan jangka waktu tiga hari sekali sebab melalui uji lanjut Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Pengaruh Konsentrasi Stimulansia

Hasil produktivitas getah pada areal PT. Inhutani IV dengan perlakuan konsentrasi stimulansia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Konsentrasi Stimulansia Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa nilai produktivitas getah cenderung meningkat seiring dengan pertambahan konsentrasi stimulansia. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi stimulansia maka nilai produktivitas getah yang dihasilkan semakin besar. Kenaikan nilai produktivitas getah berbanding lurus dengan tinggi konsentrasi stimulansia. Penggunaan stimulansia asam menyebabkan getah yang keluar semakin banyak hal ini sesuai dengan pernyataan

698,8 959,3 1038,2 1064,4 0 200 400 600 800 1000 1200 0% 10% 20% 30% P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am ) Konsentrasi stimulansia 31

Kasmudjo (1992) bahwa penggunaan stimulansia asam dapat menyebabkan terbukanya saluran getah yang menyempit atau tersumbat melalui proses penghangatan asam. Akibatnya, saluran getah dan sel-sel parenkim terhidrolisis, tekanan menurun, cairan sel keluar sehingga getah menjadi lebih encer dan lebih lama keluarnya. Secara umum, perbedaan konsentrasi stimulansia yang digunakan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas getah rata-rata yang dihasilkan, akan tetapi, Sudrajat (2002), mengemukakan bahwa pemakaian kadar stimulansia yang tinggi belum tentu memberikan hasil getah yang lebih besar. Dimana hasil produksi getah di KPH Sumedang yang menggunakan metode Riil dan pemakaian konsentrasi stimulansia sebesar 10% memiliki produksi getah yang lebih besar dibandingkan pemakaian stimulansia dengan konsentrasi 30%, demikian juga yang terjadi di Pekalongan, produksi getah dengan cara koakan dan pemakaian kadar stimulansia sebesar 10% memberi hasil sadap yang lebih tinggi dibandingkan kadar stimulansia 30%. Perbedaan hasil ini membuktikan bahwa keadaan tempat tumbuh pohon P. merkusii juga sangat mempengaruhi perlakuan pemberian stimulansia. Penggunaan stimulansia diperlukan pada areal percobaan di Siborong-borong ini, dikarenakan suhu di areal ini relatif rendah dan kelembaban tinggi, sehingga getah akan cepat menggumpal dan menyebabkan saluran menjadi sempit dan tersumbat maka dari itu aliran getah akan terhambat atau berhenti. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyoni, et. al., (2001) yang menyatakan bahwa agar permukaan luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak membeku dapat digunakan stimulansia.

Penelitian ini dilakukan dengan membagi kelas diameter pohon menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1 dengan kelas diameter 30-<32 cm, kelompok 2

dengan kelas diameter 32-<35 cm dan kelompok 3 dengan kelas diameter 35-<40 cm. Hasil produktivitas getah rata-rata berdasarkan pembagian kelompok dengan

perlakuan konsentrasi stimulansia dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata Berdasarkan Kelas Diameter dengan Perlakuan Konsentrasi Stimulansia

Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai produktivitas getah berbeda-beda pada masing-masing kelompok. Kelompok 1 dengan hasil getah rata-rata tertinggi sebesar 112,07 gram/pohon menggunakan konsentrasi stimulansia sebesar 30%, sedangkan untuk yang terendah didapat dengan menggunakan stimulansia sebesar 10% yakni 100,10 gram/pohon. Pada kelompok 2 hasil produksi getah tertinggi juga menggunakan konsentrasi stimulansia sebesar 30% dengan rata-rata hasil getah 130,93 gram/pohon, namun untuk yang terendah didapat dengan menggunakan stimulansia sebesar 20% dengan rata-rata hasil getah sebesar 112,43 gram/pohon. Pada kelompok 3 yang tertinggi didapat dengan menggunakan stimulansia 30% dengan produktivitas getah rata-rata sebesar 111,8 gram/pohon dan untuk yang terendah dengan menggunakan stimulansia sebesar 10% dengan rata-rata hasil getah sebesar 84,77. Hasil penelitian menunjukkan

69,93 82,47 80,53 100,10 114,83 84,77 109,17112,07 112,43 106,50 130,93 111,80 0 20 40 60 80 100 120 140

Diameter 30-<32 cm Diameter 32-<35 cm Diameter 35-<40 cm

P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am /p o ho n) Kelas diameter 0% 10% 20% 30% 33

bahwa pada masing-masing kelompok, produktivitas getah rata-rata tertinggi didapat dengan menggunakan konsentrasi stimulansia sebesar 30%.

Penelitian ini menggunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai stimulansia asam dalam bentuk cairan, sehingga penggunaannya dengan cara disemprotkan ke daerah yang dilukai. Setelah pohon dilukai stimulansia langsung disemprotkan ke bagian luka (dapat dilihat pada Gambar 4)

Gambar 4. Proses Pemberian Stimulansia Cair

Perbedaan jumlah stimulansia yang diberikan untuk setiap luka dapat mempengaruhi hasil produksi getah, namun dalam penelitian ini tidak ada ukuran yang pasti untuk setiap penyemprotan luka, akan tetapi diasumsikan bahwa banyak stimulansia yang dikeluarkan dari wadah penyemprot (sprayer) untuk sekali semprot adalah sama karena jenis wadah yang digunakan adalah sama dan besar lubang semprot juga sama. Jarak semprot dan angin juga mempengaruhi hasil getah sehingga dalam penelitian ini ketika kegiatan penyemprotan stimulansia berlangsung mata semprot diusahakan selalu dekat dengan luka dan mata semprot diatur agar arah semprotan terfokus. Jika semprotan menyebar maka

kemampuan stimulansia untuk menstimulir getah menjadi berkurang atau tidak seragam dan akan mempengaruhi getah yang diperoleh.

Pengaruh Jangka Waktu Pelukaan

Produktivitas getah hasil penelitan dengan perlakuan jangka waktu pelukaan tercantum pada Gambar 5.

Gambar 5. Hasil Produktivitas Getah dengan Perlakuan Jangka Waktu Pelukaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jangka waktu pelukaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas getah, dapat dilihat bahwa untuk setiap jangka waktu pelukaan, jumlah produksi getah pinus tidak sama. Secara berturut-turut jumlah produksi getah pinus selama 28 hari adalah 1504,9 gram, 1141,7 gram, dan 1000 gram untuk penyadapan setiap 3, 5 dan 7 hari sekali.

Semakin lama jangka waktu pelukaan maka semakin berkurang produksi getah yang dihasilkan, sebaliknya semakin cepat jangka waktu pelukaan dilakukan maka semakin besar produksi getah yang dihasilkan, atau dengan kata lain, semakin sering pohon dilukai maka getah yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan Gambar 5 yang menunjukkan bahwa jangka

1504,9 1141,7 1000 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali

P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am )

Jangka waktu pelukaan

waktu pelukaan 3 hari sekali memberikan hasil produktivitas getah tertinggi dibandingkan dengan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali dan 7 hari sekali. Sejalan dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer (1989), bahwa produksi getah pinus dapat dirangsang dengan adanya pelukaan. Oleh karena pinus merupakan pohon yang sangat sensitif terhadap pelukaan maka apabila terjadi luka, segera akan dibentuk lebih banyak lagi saluran resin atau getah yang akan berfungsi menutup luka dan mencegah infeksi.

Berdasarkan pembagian kelas diameter yang dilakukan maka didapat hasil produktivitas getah rata-rata yang dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 6. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata Berdasarkan Kelas Diameter dengan Perlakuan Jangka Waktu Pelukaan

Berdasarkan Gambar 6 perlakuan jangka waktu pada kelompok 1 hasil produktivitas getah rata-rata tertinggi didapat dengan pelukaan 3 hari sekali sebesar 117,67 gram/pohon, sedangkan untuk pelukaan 5 hari sekali sebesar 95,3 gram/pohon dan yang terendah adalah pelukaan 7 hari sekali dengan hasil produktivitas getah rata-rata sebesar 80,47 gram/pohon. Perlakuan jangka waktu untuk kelompok 2 menghasilkan produktivitas getah rata-rata tertinggi dengan

117,67 141,73 116,83 95,3 101,23 88,9 80,47 87,55 81,97 0 20 40 60 80 100 120 140 160

Diameter 30-<32 cm Diameter 32-<35 cm Diameter 35-<40 cm

P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am /p o ho n) Kelas diameter 3 hari sekali 5 hari sekali 7 hari sekali 36

jangka waktu pelukaan 3 hari sekali sebesar 141,73 gram/pohon. Pelukaan 5 hari sekali sebesar 101,23 gram/pohon dan yang terendah produktivitas getah rata-rata dengan pelukaan 7 hari sekali sebesar 87,55 gram/pohon. Kelompok 3 produktivitas getah rata-rata tertinggi dihasilkan dengan perlakuan jangka waktu pelukaan 3 hari sekali yakni sebesar 116,83 gram/pohon dan terendah dihasilkan dengan perlakuan jangka waktu pelukaan 7 hari sekali sebesar 81,97 gram/pohon, sedangkan untuk perlakuan jangka waktu pelukaan 5 hari sekali menghasilkan getah rata-rata sebesar 88,9 gram/pohon. Hal ini menunjukkan pada setiap kelompok jangka waktu pelukaan 3 hari sekali memberikan produktivitas getah tertinggi dibandingkan jangka waktu lainnya atau dengan kata lain, produktivitas getah tertinggi diperoleh pada jangka waktu terkecil.

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Stimulansia dengan Jangka Waktu Pelukaan

Selama satu bulan penelitan pelukaan untuk perlakuan jangka waktu 3 hari sekali dilakukan sebanyak 10 kali, sedangkan untuk 5 hari sekali sebanyak 6 kali dan untuk 7 hari sekali sebanyak 4 kali. Untuk pemberian stimulansia didasarkan pada jangka waktu pelukaan sehingga pemberian stimulansia untuk pelukaan 3 hari sekali dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing konsentrasi, pelukaan 5 hari sekali sebanyak 6 kali dan pelukaan 7 hari sekali sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan yang memberikan produktivitas getah rata-rata tertinggi adalah konsentrasi stimulansia 30% dan jangka waktu pelukaan 3 hari sekali yakni sebesar 157,13 gram/pohon, sedangkan yang terkecil adalah interaksi antara perlakuan tanpa stimulansia dan

jangka waktu pelukaan 7 hari sekali yakni sebesar 72,93 gram/pohon. Hasil produktivitas getah yang dihasilkan dari interaksi antara kedua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Produktivitas Getah Rata-rata dengan Perlakuan Interaksi Hal ini berarti bahwa penggunaan konsentrasi stimulansia tertinggi dan waktu pelukaan tercepat dapat memberikan produktivitas getah tertinggi, sedangkan yang memberikan produktivitas getah terendah adalah perlakuan tanpa stimulansia dan waktu pelukaan paling lama jangka waktu pelukaannya yaitu 7 hari sekali. Perbedaan respon produksi getah pinus akibat berbedanya konsentrasi stimulansia bergantung pada lamanya jangka waktu pelukaan ataupun sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak perlakuan jangka waktu yang diterapkan maka semakin besar produksi getah pinus yang dihasilkan. Namun, hasil produksi getah dengan jangka waktu pelukaan juga bergantung kepada tingginya konsentrasi stimulansia yang digunakan. Sehingga didapat kesimpulan bahwa pemberian konsentrasi stimulansia tergantung pada jangka waktu pelukaan yang dilakukan dan sebaliknya.

86,23 119,1 139,17 157,13 73,77 97,2 103,47 106,13 72,93 83,4 85,47 91,53 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0% 10% 20% 30% P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am /p o ho n) Konsentrasi stimulansia 3 Hari Sekali 5 Hari Sekali 7 Hari Sekali 38

Pengaruh Pengelompokan Diameter Pohon

Perlakuan lain yang memberikan pengaruh nyata dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) adalah pengelompokan diameter pohon. Hasil produktivitas getah pada setiap kelompok terdapat pada Gambar 8.

Gambar 8. Produktivitas Getah Total Setiap Kelompok

Diameter pohon dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 30 - < 32 cm sebagai kelompok 1, 32 - < 35 cm sebagai kelompok 2 dan 35 - < 40 cm sebagai kelompok 3. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan keadaan yang ada di areal penelitian, yang mana pohon pinus yang ada diameternya berkisar antara 30 – 40 cm. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 8, kelompok 2 memiliki nilai produktivitas getah yang paling tinggi yaitu sebesar 1322 gram selama 1 bulan penelitian, sedangkan kelompok 3 memiliki nilai produktivitas getah yang paling rendah yaitu sebesar 1150,8 gram, dan untuk kelompok 1 sebesar 1173,8 gram. Hal ini berarti bahwa besarnya diameter pohon pinus belum tentu menghasilkan getah yang banyak, terbukti dari hasil penelitian ini kelompok 2 dengan diameter berkisar antara 32 - <35 cm lah yang menghasilkan produktivitas

1173,8 1322 1150,8 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

P ro d ukt ivi ta s ge ta h (gr am ) Pengelompokan diameter 39

getah tertinggi dibandingkan dengan kelompok 3 yang diameternya lebih besar. Hal ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Tarigan (2006) bahwa kelas diameter yang memberikan produktivitas getah tertinggi adalah kelas diameter sebesar 32 - <35 cm (kelompok 2) yakni sebesar 371,135 gram/hari sedangkan yang terendah adalah kelas diameter 35 - <40 cm (kelompok 3) yakni sebesar 354,953 gram/hari. Hal ini berarti penggunaan stimulansia sebesar 30% dan jangka waktu pelukaan 3 hari sekali memberikan hasil yang optimal pada kelas diameter 32 - <35 cm (kelompok 2), selain itu pohon yang menghasilkan getah yang banyak dipengaruhi oleh banyak faktor bukan hanya diameter pohon saja. Sesuai dengan pernyataan Sugiyono et. al., (2001) mengatakan bahwa pohon-pohon dengan diameter kurang dari 25 cm pada setinggi dada menghasilkan getah sedikit. Pohon dengan hasil getah yang banyak dicirikan dengan lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata atau penuh dan bentuk kerucut serta mempunyai tinggi tajuk sampai setengah dari pohonnya. Kelompok 3 menghasilkan getah lebih sedikit dibandingkan kelompok 2 dan kelompok 1 dikarenakan tidak didukung oleh faktor lain tersebut. Pada areal penelitian pohon yang berada dalam kelompok 3 memiliki tajuk yang sedikit dan tidak rata antara kedua sisinya, tinggi tajuknya tidak sampai setengah dari pohonnya, bila dibandingkan dengan kelompok 2 yang memiliki tajuk yang banyak dan tinggi tajuknya sampai setengah dari pohonnya.

Dokumen terkait