Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, tepatnya di Siborong-borong, Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penyadapan getah pinus adalah : H2SO4
teknis 97%, H2O, es batu, garam dan pohon Pinus merkusii. Alat yang digunakan di laboratorium adalah pipet tetes, labu ukur, gelas ukur, ruang asam, sarung tangan karet, masker, baskom, dan botol kaca. Sedangkan alat untuk di lapangan adalah parang, mal sadap (blaze frame), pisau sadap (freshening knife), tempurung, talang sadap (lips) berupa lempengan seng, alat semprot (sprayer), palu, paku, plastik, ember plastik, sendok kayu, timbangan, alat tulis dan spidol.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian a. Pembuatan stimulansia
Stimulan yang dipakai dalam penelitian ini dibuat dari jenis asam kuat dengan pelarut air. Asam yang dipakai adalah asam sulfat (H2SO4 teknis 97%). Konsentrasi stimulansia yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas tiga macam, yakni : 10%, 20%, 30%.
Komposisi H2SO4 yang terdapat pada masing-masing konsentrasi stimulansia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Stimulansia yang Dipakai
Stimulansia Volume yang dibutuhkan
Konsentrasi (%) Volume (ml) H2SO4 (ml) H2O (ml) 10 1000 100 900 20 1000 200 800 30 1000 300 700 b. Persiapan lapangan
Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu dilakukan pekerjaan persiapan lapangan yang terdiri atas rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pemilihan pohon contoh dimana pohon yang diambil sebanyak 36 pohon dengan kriteria pohon yang disadap adalah pohon yang sehat dengan kelas umur 25 tahun dan diameter pohon sebesar 30 – 40 cm.
2. Pembersihan lapangan untuk memudahkan kegiatan penyadapan 3. Penomoran pohon dan pemasangan plat nomor pohon
4. Pembersihan kulit pohon 5. Penyediaan bahan dan alat
2. Penyadapan
a. Pembersihan kulit
Pohon yang akan disadap dibersihkan kulitnya terlebih dahulu dengan menggunakan alat pembersih kulit, sampai benar-benar rata dan halus tanpa adanya alur kulit dan tidak mengenai bagian kayunya. Pembersihan kulit yang kurang baik akan menyulitkan pembuatan luka sadap.
b. Pembuatan pola sadap
Pola sadap dibuat di bagian tengah kulit yang sudah dibersihkan dengan menggunakan mal sadap. Pola sadap ini dibuat untuk menetapkan letak saluran tengah dan letak dimana luka sadap harus dibuat.
c. Pembuatan luka sadap
Luka sadap dibuat dengan menggunakan pisau sadap (freshening knife), sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Luka sadap dibuat dengan arah miring ke atas, dengan membentuk sudut kemiringan 40°. Cara pembuatan luka sadap dengan menarik pisau sadap ke arah atas.
d. Pemasangan talang
Pemasangan talang dilakukan setelah pembuatan pola sadap. Talang sadap dipasang pada pohon, kemudian ditekuk ke atas dan bagian tengahnya ditekan dengan menggunakan palu agar masuk ke dalam saluran tengah, dengan demikian getah dapat tertampung melalui talang.
e. Pemasangan batok penampung
Setelah pohon dilukai maka diletakkan batok penampung getah, diletakkan dengan baik agar penampungan getah tidak terganggu.
f. Pemberian stimulansia
Pada kombinasi perlakuan dengan pemberian stimulansia, luka sadap yang baru dibuat segera disemprot dengan stimulansia. Penyemprotan stimulansia dilakukan pada luka sadapan baru (di kiri dan kanan saluran). Pemberian stimulansia tergantung pada waktu pelukaan yang telah ditetapkan.
3. Pemungutan Getah dan Pembaharuan Luka
Pemungutan getah dan waktu pelukaan dilakukan dalam tiga periode yaitu tiga, lima dan tujuh hari sekali. Urutan pekerjaan pemanenan getah dan waktu pelukaan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan tempat getah
Disiapkan plastik dan ember plastik sebagai tempat getah yang akan dipanen sebanyak 36 buah sesuai dengan jumlah pohon yang akan disadap. Plastik dan ember plastik tersebut diberi tanda. Pemberian tanda pada plastik dan ember tersebut dilakukan sesuai dengan besar konsentrasi.
b. Pengambilan getah
Getah hasil luka sadap yang akan diambil terdapat pada batok penampung. Getah diambil kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Untuk getah yang masih menempel di luka sadap diambil menggunakan alat pengerok (sendok kayu) sampai tidak tersisa dan dimasukkan ke dalam plastik.
c. Menimbang getah yang telah diperoleh
Setiap pengambilan getah dilakukan pengukuran berat dengan menimbang getah yang telah di panen. Penimbangan dilakukan setiap pengambilan getah dari pohon.
d. Memasukkan getah ke dalam ember plastik
Getah yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ember plastik yang telah diberi tanda. Adapun tanda tersebut diberikan berdasarkan besar konsentrasi stimulansia.
e. Pembaharuan luka sadap
Pohon yang telah dipanen getahnya kemudian diperbaharui luka sadapnya. Sebelum luka sadap diperbaharui batok penampung dilepas terlebih dahulu. Luka sadap tersebut diperbaharui dengan menggunakan pisau sadap sesuai dengan luka sadap sebelumnya.
f. Pemasangan batok penampung
Pemasangan batok penampung dilakukan setelah pembaharuan luka sadap. Dilakukan demikian bertujuan agar batok penampung tidak kotor oleh sisa-sisa pembaharuan luka sadap.
g. Pemberian stimulansia pada penyadapan dengan perlakuan asam
Setelah pembaharuan luka sadap dan pemasangan batok penampung maka pohon diberi perlakuan pemberian stimulansia asam dengan cara penyemprotan. Pohon diberi perlakuan sesuai konsentrasi yang ditetapkan. Pada setiap pohon diberikan 25 ml stimulansia selama 1 bulan penelitian.
4. Pengukuran Produksi
Menurut Soenarno, et.al., (2000), perhitungan produksi getah rata-rata yang dinyatakan dalam satuan gr/pohon/hari dihitung sebagai berikut :
Y = � �
Dimana : Y = Produksi getah (gr/pohon/hari) V = Volume getah yang dipungut (gr) I = Intensitas pemungutan (hari)
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu : faktor konsentrasi stimulansia (K) sebanyak 4 taraf, yakni (a) K0 = Tidak diberi stimulansia (0%), (b) K1 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 10%, (c) K2 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 20%, (d) K3 = Pemberian stimulansia dengan konsentrasi 30% dan faktor jangka waktu pelukaan (J) sebanyak 3 taraf, yakni (a) J1 = Waktu pelukaan setiap 3 hari sekali, (b) J2 = Waktu pelukaan setiap 5 hari sekali, (c) J3 = Waktu pelukaan setiap 7 hari sekali.
Dimana setiap kombinasi perlakuan dilakukan pada tiga kelompok. Yang dijadikan kelompok adalah diameter pohon, yaitu dalam tiap tingkat (30 - < 32 cm; 32 - < 35 cm; dan 35 - < 40 cm), sehingga jumlah keseluruhan pohon yang diukur sebanyak 36 pohon.
Model matematis untuk percobaan ini adalah :
�
ijk= � + �
i+ �
j+ (��)
ij+ Tk +�
ijkDimana :
Yijk = Produksi getah pada petak percobaan karena perlakuan konsentrasi stimulansia asam ke-i dan jangka waktu pelukaan ke-j dan kelompok ke-k
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh pemberian stimulansia asam dengan konsentrasi ke-i (i = 0,1,2,3)
βj = Pengaruh jangka waktu pelukaan ke-j (j = 1,2,3)
(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara pemberian stimulansia asam dengan konsentrasi ke-i dan jangka waktu pelukaan ke-j
Tk = Pengaruh kelompok ke-k (k = 1,2,3)
Ɛijk = Pengaruh galat percobaan karena adanya pemberian stimulansia asam dengan konsetrasi ke-i, jangka waktu pelukaan ke-j, dan kelompok ke-k
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
I. Pengaruh Interaksi Perlakuan Konsentrasi Stimulansia Asam dan Jangka Waktu Pelukaan
H0 = Interaksi perlakuan konsentrasi stimulansia asam dan jangka waktu pelukaan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus H1 = Interaksi perlakuan konsentrasi stimulansia asam dan jangka waktu
pelukaan berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus II. Pengaruh Utama Konsentrasi Stimulansia
H0 = Besarnya konsentrasi stimulansia asam berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus
H1 = Besarnya konsentrasi stimulansia asam berpengaruh nyata terhadap produksi getah pinus
III. Pengaruh Utama Jangka Waktu Pelukaan
H0 = Jangka waktu pelukaan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi getah pinus
H1 = Jangka waktu pelukaan berpengaruh nyata terhadap produsi getah pinus
Untuk mengetahui adanya pengaruh besarnya konsentrasi stimulansia dan jangka waktu pelukaan, dilakukan analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan jika F hitung < F tabel maka H0 diterima. Untuk mengetahui taraf perlakuan (besar konsentrasi dan jangka waktu pembaharuan luka) maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test).