• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Tinggi Tanaman

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Tabel 2. Tinggi jagung tidak berbeda nyata pada perlakuan waktu penyiangan dan jarak tanam diamati pada umur 4, 6, dan 8 MST.

Tabel 2. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Tinggi Tanaman JagungUmur 4, 6 dan 8 MST

Waktu Waktu Tinggi Tanaman

Penyiangan pengamatan J1 J2 J3 Rataan

--- cm --- S0 57.02 67.74 61.18 61.98 S1 53.24 57.95 57.98 56.39 S2 48.45 44.75 62.81 52.00 S3 63.41 56.09 51.99 57.16 S4 4 MST 61.66 59.00 54.09 58.25 Rataan 56.76 57.10 57.61 S0 99.29 126.65 126.43 117.46 S1 126.68 131.87 118.19 125.58 S2 119.29 107.92 134.09 120.44 S3 133.92 112.36 130.92 125.73 S4 6 MST 132.84 123.23 117.40 124.49 Rataan 122.41 120.41 125.41 S0 171.21 189.07 194.95 185.08 S1 210.03 205.42 203.36 206.27 S2 208.37 167.69 225.20 200.42 S3 205.67 220.32 203.72 209.90 S4 8 MST 216.04 204.26 222.18 214.16 Rataan 202.26 197.35 209.88

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Data pengamatan tinggi tanaman pada umur 4 sampai 8 MST terdapat pada Lampiran 1, 3 dan 5 dan Daftar Sidik Ragam terdapat pada Lampiran 2, 4

dan 6. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan dan jarak tanam tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6 dan 8 MST.

Jumlah Daun

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Tabel 3. Pada pengamatan 8 MST waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung. Jumlah daun terbanyak (13.18 helai) dijumpai pada jagung yang bebas gulma sepanjang musim tanam tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan 21 HST. Sebaliknya jarak tanam jagung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Tabel 3. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Daun Umur 4, 6 dan 8 MST

Waktu Wakru Jumlah Daun

Penyiangan Pwngamatan J1 J2 J3 Rataan

helai S0 4.40 4.80 4.33 4.51 S1 4.73 4.13 4.33 4.40 S2 4.60 3.80 5.13 4.51 S3 4.67 4.00 4.40 4.36 S4 4 MST 4.67 4.60 4.73 4.67 Rataan 4.61 4.27 4.59 S0 5.13 6.20 5.53 5.62 S1 5.73 5.67 5.27 5.56 S2 5.53 4.60 5.87 5.33 S3 6.47 5.13 5.53 5.71 S4 6 MST 5.87 5.73 4.80 5.47 Rataan 5.75 5.47 5.40 S0 9.60 10.33 10.93 10.29 c S1 11.00 11.87 11.13 11.33 c S2 11.27 11.53 12.07 11.62 c S3 13.27 12.93 13.07 13.09 ab S4 8 MST 12.53 13.53 13.47 13.18 a Rataan 11.53 12.04 12.13

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Data pengamatan jumlah daun pada umur 4 sampai 8 MST terdapat pada Lampiran 7, 9 dan 11 dan Daftar Sidik Ragam terdapat pada Lampiran 8, 10 dan 12. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST tetapi tidak nyata pada 4 dan 6 MST dan jarak tanam tidak nyata terhadap jumlah daun 4, 6 dan 8 MST.

9 10 11 12 13 14 S0 S1 S2 S3 S4 Waktu Penyiangan Ju m lah D a u n ( h elai )

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Gambar 1. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Jumlah Daun 8 MST

Luas Daun

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap luas daun ditampilkan pada Tabel 4. Luas daun terbesar (582.76 cm2) pada S4 berbeda tidak nyata dengan perlakuan S3, S1 dan S2 tetapi berbeda nyata dengan S0. Walaupun pengaruh jarak tanam tidak nyata tetapi ada kecendreungan luas daun terbesar pada perlakuan J3.

Data pengamatan luas daun terdapat Lampiran 13 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 14. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan nyata terhadap luas daun tetapi jarak tanam dan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap luas daun.

Tabel 4. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun 8 MST

Waktu Luas Daun

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan --- cm2 --- S0 443.22 437.78 427.50 436.17 b S1 527.11 494.40 635.13 552.21 a S2 517.45 528.27 587.23 544.32 a S3 587.45 568.85 559.32 571.87 a S4 559.03 597.72 591.53 582.76 a Rataan 526.85 525.40 560.14

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST 300.00 350.00 400.00 450.00 500.00 550.00 600.00 S0 S1 S2 S3 S4 Waktu Penyiangan Lua s D a un ( c m 2 )

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma

S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Gambar 2. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Luas Daun

Umur Berbunga

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap umur berbunga ditampilkan pada Tabel 5. Umur berbunga jagung yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm, 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm dan disiang atau tidak disiang berada antara 53 – 57 HST. Meskipun pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam tidak nyata terhadap umur berbunga, namun ada kecendreungan umur berbunga tercepat (53 HST) pada S3J3 dan S4J3.

Data pengamatan umur berbunga ditampilkan pada Lampiran 15, Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 16 dan tabel persentase bunga yang muncul per hari pada Lampiran 17. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu

penyiangan, jarak tanam serta interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap umur berbunga.

Tabel 5. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Umur Berbunga 75% dari populasi

Waktu Umur Berbunga

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan --- HST --- S0 56 55 54 55 S1 55 55 55 55 S2 56 57 54 55 S3 55 54 53 54 S4 55 54 53 54 Rataan 55 55 54

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64

Hari Setelah Tanam

P er sen tase B er bunga ( % ) S0J1 S1J1 S2J1 S3J1 S4J1 S0J2 S1J2 S2J2 S3J2 S4J2 S0J3 S0J3 S1J3 S3J3 S4J3

Produksi per Tanaman

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per tanaman ditampilkan pada Tabel 6. Produksi terbesar (181.54 gram) pada perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan penyiangan 7 HST, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan tidak disiangi, disiangi 14 HST dan 21 HST dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 44.03%, 14.93% dan 20.87%. Walaupun pengaruh jarak tanam tidak nyata tetapi ada kecendrungan produksi tertinggi (164.98 gram) pada perlakuan 90 cm x 25 cm.

Data pengamatan produksi per tanaman ditampilkan pada Lampiran 18 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 19. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan nyata terhadap produksi per tanaman sedangkan jarak tanam dan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi per tanaman.

Tabel 6. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi per Tanaman

Waktu Produksi per Tanaman

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan gram ---S0 92.09 102.67 110.00 101.59 d S1 167.65 159.33 178.44 168.48 ab S2 152.29 145.67 165.33 154.43 bc S3 137.08 131.00 162.89 143.65 c S4 161.73 174.67 208.22 181.54 a Rataan 142.17 142.67 164.98

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

60 80 100 120 140 160 180 S0 S1 S2 S3 S4 Waktu Penyiangan P rod uks i P e r Tanam a n (g ra m ) 0

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma

S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Gambar 4. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Tanaman.

Produksi per Plot

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per plot ditampilkan pada Tabel 7. Pada perlakuan waktu penyiangan produksi terbesar (3553.33 gram) pada perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan penyiangan 7 HST, tetapi berbeda nyata dengan S0, S2, dan S3 dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 43.95%, 14.26% dan 20.90%. Pada perlakuan jarak tanam produksi terbesar (3512.86 gram) pada jarak tanam 60 cm x 25 cm, berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 18.77% dan 29,55%.

Data pengamatan produksi per plot ditampilkan pada Lampiran 20 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 21. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan waktu penyiangan nyata terhadap produksi per plot dan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi per plot.

Tabel 7. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi Per Plot

Waktu Produksi per Plot

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan --- gram --- S0 2271.25 2053.33 1650.00 1991.53 d S1 4134.86 3186.67 2676.67 3332.73 ab S2 3746.25 2913.33 2480.00 3046.53 bc S3 3368.61 2620.00 2443.33 2810.65 c S4 4043.33 3493.33 3123.33 3553.33 a Rataan 3512.86 a 2853.33 b 2474.67 b

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST 0 50 100 150 200 S0 S1 S2 S3 S4 Waktu Penyiangan P rod uk s i P e r Ta n a m a n d e ng a n T ongk ol 2 ( gr a m ) c

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Gambar 5. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Plot

0 1000 2000 3000 4000 J1 J2 J3 Jarak Tanam P roduk P e r P lot (gr a m ) Keterangan : J1 = 60 x 25 cm J2 = 75 x 25 cm J3 = 90 x 25 cm Gambar 6. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi per Plot

Produksi Tongkol kedua per Plot

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi tongkol kedua per plot ditampilkan pada Tabel 8. Meskipun waktu penyiangan dan jarak tanam tidak nyata, namun ada kecendrungan produksi tongkol kedua per plot paling besar (285.56 gram) terdapat pada perlakuan penyiangan 7 MST dan (219.33 gram) pada jarak tanam 60 cm x 25 cm.

Data pengamatan produksi tongkol kedua per plot ditampilkan pada Lampiran 22 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 23. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam, waktu penyiangan dan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi tongkol kedua per plot.

Tabel 8. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi Tongkol kedua per Plot

Waktu Produksi Tongkol kedua per Plot

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan --- gram --- S0 90.00 (8.0) 63.33 (5.3) 190.00 (16.0) 114.44 (9.8) S1 226.67 (24.0) 146.67 (12.0) 243.33 (21.3) 205.56 (11.1) S2 70.00 (5.3) 220.00 (14.7) 106.67 (6.7) 132.22 (8.9) S3 536.67 (13.3) 106.67 (8.0) 213.33 (12.0) 285.56 (19.1) S4 173.33 (9.3) 40.00 (2.7) 206.67 (14.7) 140.00 (8.9) Rataan 219.33 (12.0) 115.30 (8.53) 192.00 (14.1)

Keterangan : - Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

- Angka - angka di dalam kurung menyatakan persentase jumlah tanaman bertongkol 2 per plot (%).

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Produksi per Hektar

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Tabel 9. Pada perlakuan waktu penyiangan produksi terbesar (9.78 ton/ha) pada perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan 7 HST (9,20 ton/ha), tetapi berbeda nyata dengan S0, S2, dan S3

dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 47.76%, 13,39% dan 20,34% . Pada perlakuan jarak tanam produksi terbesar (9.48 Ton/ha) pada perlakuan jarak tanam 60 cm x 25 cm, berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 19.72% dan 22.67%.

Data pengamatan produksi per hektar ditampilkan pada Lampiran 24 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 25. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan dan jarak tanam nyata terhadap produksi per hektar sedangkan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi per hektar.

Tabel 9. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi per Hektar

Waktu Produksi per Hektar

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan --- Ton / Ha --- S0 6.14 5.48 4.89 5.50 d S1 11.18 8.50 7.93 9.20 ab S2 10.15 7.77 7.35 8.42 bc S3 9.14 6.99 7.24 7.79 c S4 10.78 9.32 9.25 9.78 a Rataan 9.48 a 7.61 b 7.33 b

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST 0 2 4 6 8 10 12 S0 S1 S2 S3 S4 Waktu Penyiangan Pr oduk Pe r H e k ta r ( T on/ h a )

Keterangan : S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST D4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

0 2 4 6 8 10 J1 J2 J3 Jarak Tanam P ro d uksi P e r H ekt ar (T o n /h a ) Keterangan J1 = 60 x 25 cm J2 = 75 x 25 cm J3 = 90 x 25 cm Gambar 8. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi per Hektar

Gulma yang Tumbuh

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat 19 spesies gulma, yang terdiri dari 15 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki (Lampiran 27) sedangkan hasil identifikasi yang dilakukan bersamaan dengan waktu panen terdapat 16 spesies gulma yang terdiri dari 13 spesies dari golongan berdaun lebar dan 3 spesies dari golongan berdaun sempit (Lampiran 28)

Lampiran 27 menunjukkan bahwa spesies gulma pada identifikasi sebelum penyiangan didominasi oleh S. anthelmia (NJD = 20.28%), C. rutidosperma (NJD = 17.16%), M. pudica (NJD = 12.21%), B. mutica (NJD = 10.05%) dan P. niruri (NJD = 6.81%). Urutan dominasi ini mengalami pergeseran berdasarkan idenifikasi yang dilakukan bersamaan dengan panen (Lampiran 27), dimana gulma terbanyak adalah gulma jenis B. alata (NJD = 36.67%), disusul oleh M. pudica (NJD = 13.67%), S. anthelmia (NJD = 11.52%), I. purpurae (NJD = 9.15%) dan S. nodiflora ( NJD = 6.09%).

Pembahasan

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung Varietas DK3

Data hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan umur berbunga. Jarak tanam mengakibatkan adanya kompetisi pada pertumbuhan tanaman jagung. Semakin tinggi tingkat kerapatan antar tanaman menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman (Anonimus,2006). Perlakuan berbagai jarak tanam yang dilakukan diduga belum mengakibatkan persaingan pada periode pertumbuhan tanaman jagung sehingga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman.

Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Jagung Varietas DK3

Waktu penyiangan responsif terhadap jumlah daun 8 MST dan luas daun. Kehadiran gulma diantara tanaman jagung mengakibatkan persaingan yang dapat menghambat proses pertumbuhan tanaman jagung. Perbedaan waktu penyiangan menyebabkan pertambahan jumlah daun berbeda. Perlakuan penyiangan 21 hari menyebabkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain meskipun tidak sebaik perlakuan bebas gulma (Tabel 3). Pertumbuhan jagung tidak terganggu bila tidak ada gulma pada masa pertumbuhannya, terutaman pada masa pertumbuhan tercepat atau periode kritis. Menurut Moenandir (1988) periode kritis jagung berada antara hari ke-20 dan ke-45. Penyiangan 21 HST menyebabkab kehadiran gulma pada periode kritis tidak menimbulkan persaingan yang berarti sehingga pertumbuhan tanaman terutama pertambahan jumlah daun tidak terganggu.

Kehadiran gulma pada pertumbuhan jagung mempengaruhi luas daun. Penyiangan 7, 14 dan 21 HST menyebabkan luas daun tidak berbeda nyata dengan perlakuan S4 (bebas gulma selama penelitian). Hal ini menunjukkan bahwa penyiangan menyebabkan pembentukan luas daun tidak terganggu, namun bila tidak disiangi pertumbuhan daun akan terhambat.

Pengaruh Waktu Penyiangan Penyiangan Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3

Dalam pertanaman jagung, waktu penyiangan sangat menentukan besarnya produksi. Tabel 6 menunjukkan hasil produksi per tanaman yang berbeda pada perlakuan berbagai waktu penyiangan. Penyiangan lebih cepat (7 HST) menunjukkan kehilangan hasil lebih kecil dengan produksi yang tidak berbeda dengan perlakuan bersih gulma. Pertumbuhan gulma akan terhambat setelah dilakukan penyiangan pada 7 HST, dimana tajuk tanaman jagung telah semakin lebar sehingga gulma tidak memiliki ruang yang cukup untuk menyerap sinar mata hari. Keterlambatan penyiangan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 15% (21 HST) dan mencapai 40% (tidal disiangi) dibandingkan dengan disiangi 7 HST. Waktu penyiangan yang tepat akan mengurangi kehilangan hasil produksi jagung pertanaman akibat persaingan dengan gulma. Pada saat tertentu penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman jagung akan meningkat dengan pesat, dimana tanaman harus bebas dari gulma. Perlu diketahui kapan sebaiknya diadakan penyiangan. Dalam periode kritis, gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman (Anonimus, 2006). Produksi akibat penyiangan 7 HST menunjukan hasil yang tinggi, meskipun hasilnya jauh

dibawah perlakuan bebas gulma. Data menunjukkan bahwa penyiangan 7 dan 14 HST menyebabkan kehadiran gulma pada periode kritis tidak menimbulkan persaingan yang cukup berarti dengan tanaman jagung dibandingkan dengan penyiangan 21 HST. Dengan kata lain penyiangan 7 HST lebih efektif dari pada penyiangan 21 HST.

Waktu penyiangan juga menyebabkan pengaruh nyata terhadap produksi per plot. Tabel 7 menunjukkan bahwa penyiangan lebih cepat dapat menekan kehilangan produksi jagung secara kelompok. Waktu penyiangan 7 dan 14 HST menunjukkan hasil produksi relatif sama, sedangkan penyiangan 21 HST menyebabkan hasil yang sangat rendah. Perkauan S3 menyebabkan penurunan produksi jagung per plot secara drastis dibanding perlakuan S1 dan S2. Menurut Anonimus (2006) persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman. Selanjutnya Moenandir (1988) menyatakan periode kritis jagung antara hari ke-20 dan 45. Dengan demikian perlakuan S3 menyebabkan penyiangan terlambat selama 8 hari, dimana poeriode kritis tanaman jagung dimulai dari 20 HST. Hal ini juga berdampak kepada penurunan produksi per plot hingga 16%. Menyiangi pada 7 HST menunjukkan hasil yang lebih baik dan relatif sama dengan perlakuan bebas gulma. Hal ini menunjukkan bahwa penyiangan 7 HST dapat menekan persaingan dengan gulma pada periode kritis meskipun gulma telah tumbuh kembali setelah 20 MST.

Data menunjukkan bahwa waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung per hektar (Tabel 9). Penyiangan 21 MST menurunhan hasil produksi mencapai 15% atau 1.14 Ton/ha bila dibandingkan dengan

penyiangan 7 MST (9.20 Ton/ha). Waktu penyiangan yang tepat akan menye-lamatkan produksi secara nyata. Waktu penyiangan yang tepat meskipun dilakuan hanya sekali, akan menghasilhan produksi yang tidak berbeda nyata dengan perlakauan bebas gulma selama pertumbuhan tanaman. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum tajuk gulma menghentikan penyerapan zat-zat makanan dari tanah (Sukman dan Yakup, 1995). Bila penyerapan terhambat atau terganggu, proses pembentukan biji akan terganggu sehingga hasil produksi menurun secara nyata. Penyiangan akan lebih efektif dan efisien meskipun hanya dilakuan sekali, yaitu pada periode kritis tanaman jagung. Hal ini juga didukung oleh literatur Anonimus (2006) bahwa frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya sehingga tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.

Pengaruh Jarak Tanama Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi jagung per plot (Tabel 7). Jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan produksi lebih besar (3258.67 gram). Jarak tanam yang semakin renggang akan menyebabkan penurunan produksi sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas (Irfan, 1999). Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan produksi yang lebih besar per tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan menghasilkan produksi lebih besar. Diduga perlakuan 60 cm

x 25 cm belum menimbulkan persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga produksinya masih lebih besar dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.

Produksi tanaman jagung per hektar akan meningkat berbanding lurus dengan pertambahan populasi per hektar sampai pada batas tertentu (Tabel 9). Semakin tinggi populasi per hektar menyebabkan produksi meningkat. Jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan produksi terbesar, yaitu 9.48 Ton/ha. Produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm (7.61 Ton/ha) dan Jarak tanman 90 cm x 25 cm (7.33 Ton/ha). Pengaturan jarak tanam yang tepat untuk populasi yang besar sangat penting untuk mendapatkan produksi optimum. Meskipun jumlah populasi besar, namun bila proses penyerapan unsur hara dan sinar mata hari tidak terganggu pada masa pertumbuhan, maka produksi akan tetap besar. Hal ini sesuai dengan literatur Harjadi (1979), bahwa umunya produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan.

Hasil peleitian didapat adanya tongkol kedua pada tanaman jagung tetapi tidak muncul secara merata pada setiap tanaman. Perlakuan jarak tanam menyebabkan perbedaan terhadap jumlah produksi tongkol kedua per plot. Adanya tongkol kedua meskipun tidak sebaik tongkol pertama, juga memberikan pengaruh terhadap produksi per plot meskipun tidak nyata. Pertumbuhan tongkol kedua tidak sebaik tongkol pertama diduga terhambat oleh kurangnya unsur hara dan sinar mata hari yang terserap akibat adanya persaingan antar tanaman jagung. Persaingan antar tanaman terhadap unsur hara dan sinar mata hari mengakibatkan turunnya penampilan baik pada bagian tertentu maupun seluruh tanaman tersebut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1979) bahwa tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu.

Pengaruh Interaksi Waktu penyiangan dengan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3

Interaksi waktu penyiangan dengan jarak tanam tidak nyata terhadap berbagai parameter. Ini menujukkan waktu penyiangan tidak berkorelasi dengan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Gulma yang Tumbuh

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat 19 spesies gulma, yang terdiri dari 15 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki (Lampiran 27) sedangkan hasil identifikasi yang dilakukan bersamaan dengan waktu panen terdapat 16 spesies gulma yang terdiri dari 13 spesies dari golongan berdaun lebar dan 3 spesies dari golongan berdaun sempit (Lampiran 28).

Berdasarkan hasil identifikasi, dominasi gulma sebelum sebelum

dilaksanakan penyiangan dan yang dilakukan bersamaan dengan panen mengalami pergeseran, baik jenis gulmanya maupun persentase

dominannya. Lampiran 27 menunjukkan bahwa spesies gulma pada identifikasi

sebelum penyiangan didominasi oleh S. anthelmia (NJD = 20.28%), C. rutidosperma (NJD = 17.16%), M. pudica (NJD = 12.21%), B. mutica (NJD =

10.05%) dan P. niruri( NJD = 6.81%). Urutan dominasi ini mengalami pergeseran berdasarkan idenifikasi yang dilakukan bersamaan dengan panen, dimana gulma terbanyak adalah gulma jenis B. alata (NJD = 36.67%), disusul oleh M. pudica

(NJD = 13.67%), S. anthelmia (NJD = 11.52%), I. purpurae (NJD = 9.15%) dan S. nodiflora ( NJD = 6.09%). Seiring dengan pertumbuhan jagung, kondisi gulma

yang ada pada lahan jagung mengalami perubahan yang sangat besar. S. anthelmia yang lebih dominan pada identifikasi sebelum dilaksanakan penyiangan mengalami pergeseran dengan bertambah banyaknya spesies gulma B. Alata (NJD = 36.67%). Pergeseran ini diduga karena adanya persaingan dengan tanaman jagung maupun dengan gulma yang lain terhadap ruang tumbuh, penyerapan air, zat hara maupun sinar mata hari. Pada kondisi adanya persaingan tersebut, beberapa gulma tidak mampu bertahan hidup sedangkan gulma lain tetap tumbuh dan mendominasi aral pertanaman jagung tersebut.

Dokumen terkait