• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Penyiangan Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Varietas DK3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Waktu Penyiangan Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Varietas DK3"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN JARAK TANAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG (

Zea mays

L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

Oleh

TOGU JULU LASNIROHA SIMAMORA 020301040 / BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN JARAK TANAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

JAGUNG (

Zea mays

L.) VARIETAS DK3

SKRIPSI

Oleh

TOGU JULU LASNIROHA SIMAMORA 020301040/BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung

(Zea mays L.) Varietas DK3

Nama : Togu Julu Lasniroha Simamora

NIM : 020301040

Departemen : Budidaya Pertanian

Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

(Ir. Gembira Sinuraya, MS.) (Ir. Edison Purba, Ph.D.)

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Edison Purba, Ph.D Ketua Departemen

(4)

ABSTRACT

This research is proposed to find out the influenced of weeding process and planting time on growth development of corn plant (Zea mays, L), DK3 variety. The research was held in corn farm belongs to Tanjung Selamat society, started from February 2007 until June 2007. The design use Factorial Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a mainframe is planting time sequence consist of three stages, those are J1 (60 cm x 25 cm), J2 (75 cm x 25 cm) and J3 ( 90 cm x 25 cm) and the second factor as subordinate frame is the weeding time consist of five (5) stages , S0 ( without weeding process), S1 ( weeding after 7 days planting), S2 ( weeded after 14 days planting), S3 ( weeded after 21 days planting) and S4 (clean weeding during research). The observation means are plant height, leaves, leaves wide, dried seed production per plot, dried seed per plan, dried seed production perhectare, dried seed production second stem. Planting time perform real effects to plot production, hectares production, plot second stem productions, but not gave any influenced to plan height 4,6 and 8 MST, total leaves 4,6 and 8 MST. The planting time really influenced on leaves of 8 MST old, to plan production, production with two stems, but not influenced on plant height 4, 6, and 8 MST, total leaves 4 and 6 MST. The interaction between planting time with weeding process do not give real effect on plant height 4,6 and 8 MST, total leaves 4,6, and 8 MST, planting production, production perhectare, production of two stems and production second stem per plot.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di areal ladang jagung milik rakyat di Desa Tanjung Selamat, dimulai pada bulan Februari 2007 dan selesai pada bulan Juni 2007. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu J1 (60 cm x 25 cm), J2 (75 cm x 25 cm) dan J3 (90 cm x 25 cm) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah waktu Penyiangan terdiri dari 5 taraf, yaitu S0 (tanpa penyiangan), S1 (disiangi 7 hari setelah tanam), S2 (disiangi 14 hari setelah tanam), S3 (disiangi 21 hari setelah tanam) dan S4 (penyiangan bersih selama penelitian). Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, umur berbung, produksi pipilan kering per plot, produksi pipilan kering per tanaman, produksi pipilan kering tongkol kedua per, produksi pipilan kering per hektar, dan jenis gulma yang tumbuh. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per plot, produksi tongkol kedua per plot dan produksi per hektar, Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, jumlah daun 4, 6, dan 8 MST, luas daun, umur berbunga dan produksi pertanaman. Waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 8 MST, luas daun, produksi pertanaman, produksi per plot, produksi tongkol kedua per plot dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, jumlah daun 4, dan 6 MST, umur berbunga dan produksi pertanaman. Interaksi antara jarak tanam dengan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6 dan 8 MST, jumlah daun4, 6 dan 8 MST, luas daun, umur berbunga, produksi pertanaman, produksi per plot, produksi per hektar, dan produksi tongkol kedua per plot.

Kata Kunci : Penyiangan, Jarak Tanam, pertumbuhan dan produksi.

(6)

Togu Julu Lasniroha Simamora, lahir pada tanggal 29 Mei 1982 di

Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara,

anak ke-2 dari 6 bersaudara, putera dari ayahanda L. Simamora dan ibunda

T. Tinambunan.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan

Dasar di SD Negeri 066652 Medan, lulus tahun 1996, Pendidikan Menengah

Pertama di SLTP Swasta Free Methodist Medan lulus tahun 1999, Pendidikan

Menengah Atas di SMU Negeri 12 Medan, lulus tahun 2002 dan terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun

2002 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Jurusan

Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juli sampai Agustus

2006 di PTP IV Unit Usaha Balimbingan Pematang Siantar, Kabupaten

Simalungun.

(7)

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat, hikmat dan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3.” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. Gembira Sinuraya, MS. dan kepada Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D. selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan kepada

penulis sejak persiapan penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada

ayahanda L. Simamora dan ibunda T. Tinambunan atas kasih saying, doa,

semangat, perhatian, dan dukungan moril dan materi kepada penulis. Terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada kakanda Yani, adinda Paniur, Pinondang, Juni,

Jhonatan, adinda Roida dan Neta, rekan-rekan stambuk 2002 (PETRODA’02),

keluarga besar saya Paduan Suara Consolatio Universitas Sumatera Utara atas

semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis

selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

(8)

Medan, September 2007

(9)

DAFTAR ISI

Pelaksanaan Penelitian ... 16

(10)

Produksi per Tanaman ... 19

Produksi per Plot ... 19

Produksi per Hektar ... 19

Jenis Gulma yang Tumbuh... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Data Produksi Jagung Nasional Periode 2000 – 2004 ... 2

2. PengaruhWaktu Penyiangan dan Jarak Tanam Terhadap Tinggi

Tanaman Jagung Umur 4, 6 dan 8 MST ... 21

3. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Terhadap Jumlah

Daun Umur 4, 6 dan 8 MST... 22

4. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Luas

Daun 8 MST... 24

5. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Umur

Berbunga ... 25

6. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi

Tanaman ... 26

7. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi

per Plot ... 27

8. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi

Tongkol ke-2 per Plot ... 28

9. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Jumlah Daun

8 MST... 23

2. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Luas Daun ... 24

3. Persentase Bunga yang Muncul per Hari ... 25

4. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Tanaman ... 26

5. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Plot... 27

6. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi per Plot ... 28

7. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Hektar ... 29

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 4 MST... 41

2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MST... 41

3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 6 MST... 42

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 6 MST... 42

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 8 MST... 43

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 8 MST... 43

7. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 4 MST... 44

8. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 4 MST... ... 44

9. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 6 MST... 45

10.Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 6 MST... ... 45

11.Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 8 MST... 46

12.Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 8 MST... ... 46

13.Data Pengamatan Luas Daun ... 47

14.Daftar Sidik Ragam Luas Daun... ... 47

15.Data Pengamatan Umur Berbunga... 48

16.Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga. ... 48

17.Persentase Bunga yang Muncul Per Hari... 49

18.Data Pengamatan Produksi per Tanaman ... 50

19.Daftar Sidik Ragam Produksi per Tanaman). ... 50

20.Data Pengamatan Produksi per Plot... 51

21.Daftar Sidik Ragam Produksi Per Plot... 51

(14)

23.Daftar Sidik Produksi Tongkol ke-2 per Plot... 52

24.Data Pengamatan Produksi per Hektar ... 53

25.Daftar Sidik Ragam Produksi per Hektar... 53

26.Rangkuman Uji Beda Rataan Perlakuan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam ... 54

27.Data Identifikasi Gulma yang Tumbuh Sebelum Dilakukan Penyiangan ... 55

28.Data Identifikasi Gulma Bersamaan dengan Waktu Panen ... 58

29.Bagan Lahan Penelitian ... 59

30.Jadwal Kegiatan Penelitian ... 60

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung dalam bahasa latin disebut Zea mays L., salah satu jenis

tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Graminaeae) yang sudah

populer di seluruh dunia (Warisno, 1998).

Menurut sejarahnya, Tanaman jagung berasal dari Amerika

(Warisno, 1998). Di Indonesia, tanaman jagung dikenal sekitar 400 tahun lalu,

didatangkan orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di

Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Madura. Tanaman jagung lambat laun meluas di luar Pulau Jawa. Areal

pertanaman jagung sekarang terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas

areal bervariasi (Rukmana, 1997).

Tanaman jagung banyak kegunanya; hampir seluruh bagian tanaman dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang

muda digunakan untuk pakan ternak. Batang dan daun tanaman yang tua (setelah

dipanen) dapat digunakan sebagai pupuk hijau atau kompos. Di daerah sentra

tanaman jagung, batang dan daun jagung yang kering digunakan untuk kayu

bakar. Buah muda digunakan sebagai bahan sayuran, bergedel, bakwan dan

sambal goreng. Biji jagung yang tua digunakan sebagai pengganti nasi, dibuat

marning, brondong, roti (roti jagung), tepung dan sebagainya. Kegunaan lain

jagung adalah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak dan industri

(16)

Produksi jagung di Indonesia masih sangat rendah. Data produksi jagung

tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Tabel 1. Masih rendahnya produksi tesebut

antaralain disebabkan belum meluasnya penggunaan varietas unggul, minimnya

permodalan petani serta pemakaian pupuk dan cara bercocok tanam yang belum

memenuhi anjuran. Termasuk didalamnya mengatur jarak tanam yang tepat untuk

produksi optimal dan menentukan waktu penyiangan yang tepat sesuai dengan

periode kritis tanaman jagung.

Tabel 1. Data Produksi Jagung Nasional Periode 2000 – 2004 (BPS SUMUT,2004)

Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi

Tahun

Sumber : Bada Pusat Statistik Sumatera Utara, 2004

Populasi tanaman atau jarak tanam, merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi produksi tanaman. Peningkatan produksi jagung dapat

dilakukan dengan cara perbaikan tingkat kerapatan tanam. Untuk meningkatkan

hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan dengan

penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Peningkatan tingkat

kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan

hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanam akan menurunkan hasil karena

terjadi kompetisi hara, air, radiasi mata hari dan ruang tumbuh sehingga akan

mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).

Persaingan antara gulma dengan tanaman terutama pengambilan

unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses

(17)

maupun kuantitas. Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok,

semakin banyak persaingannya sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan

hasilnya menurun (Anonomus, 2006).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh waktu penyiangan dan

jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.)

varietas DK3

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah

- Waktu penyiangan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3

- Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung (Zea mays L.) varietas DK3

- Ada interaksi jarak tanam dengan waktu penyiangan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah

- Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

(18)

TINJAUAN

PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi dan sistematika tanaman jagung (Rukmana, 2005) sebagai

berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (Graminae)

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Tanaman jagung berakar serabut, menyebar kesamping dan kebawah

sepanjang 25 cm (Tobing, 1991). Perakaran tanaman jagung terdiri dari akar-akar

seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang

tumbuh keatas dari jaringan batang setelah pulmula muncul dan akar udara

(brance) yang tumbuh dari buku-buku diatas permukaan tanah. Akar-akar seminal

terdiri dari akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar lateral

yang muncul sebagai akar adventitious pada dasar dari buku pertama diatas

pangkal batang. Akar udara berfungsi dalam asimilasi dan juga sebagai

pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan. Apabila masuk

kedalam tanah, akar ini akan berfungsi juga membantu penyerapan hara

(19)

Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti halnya

batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga

makin memperkuat berdirinya batang. Demikian juga jaringan kulit yang tipis dan

keras yang terdapat pada batang bagian luarnya (Warisno, 1998).

Batang tanaman jagung beruas-ruas dan pada bagian pangkal batang

beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Jumlah ruas tersebut

tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Pada umumnya

nodia (buku) setiap tanaman jagung jumlahnya berkisar 8-48 nodia. Demikian

juga tinggi tanaman sangat bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas yang

ditanam dan kesuburan tanahnya (Warisno, 1998).

Fungsi batang tanaman jagung yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah

sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas kebawah atau sebaliknya.

Unsur hara yang diserap oleh akar tanaman jagung diangkut ke atas melalui

berkas-berkas pembuluh menuju daun tanaman untuk diolah dengan bantuan sinar

mata hari dan CO2 (Warisno, 1998).

Daun jagung muncul pada setiap ruas batang dengan kedudukan

berlawanan antara daun yang satu dengan lainnya. Daun ini berbentuk pita,

panjangnya bervariasi antara 30 - 150 cm dan lebar 4 - 15 cm, didukung oleh

pelepah daun yang menyelubungi batang. Jagung mempunyai lidah daun yang

transparan dan tidak mempunyai telingan daun. Jumlah daun untuk setiap tanaman

bervariasi antara 12- 18 helai. Duduk daun bermacam-macam tergantung dari

genotip, mulai dari duduk daun hamper mendatar sampai vertical (Syofia, 1997).

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun

(20)

daun tidak berbulu dan umumnya mengandung stomata lebih banyak

dibandingkan dengan di permukaan atas. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi

antara 12-18 helai (Wahyudi, 1998).

Tanaman jagung menghasilkan bunga dalam bentuk spikelets. Bunga

jantan terbentuk dalam bentuk malai pada tangkai bunga utama. Sedangkan

spikelets betina dihasilkan dari suatu cabang yang dimodifikasi dari tunas sisi.

Bunga betina menghasilkan suatu poros yang menebal yang disebut derngan

tongkol dan ditutupi oleh sejumlah kelobot yang telah dimodifikasi (Singh, 1987).

Bagian yang terpenting dari bunga jantan adalah tepung sari, sekam kelopak

(gulame), sekjam tajuk atas (palea), sekam tajuk bawah (lemma) dan kantong sari

yang panjangnya ± 6 cm (Rukmana, 1997). Pada bunga betina terdapat sejumlah

rambut yang ujungnya membelah dua dan jumlahnya cukup banyak (sesuai

dengan jumlah biji yang ada dalam tongkol (Warisno, 1998).

Tanaman jagung berumah satu (monoceous), yaitu bunga jantan terbentuk

pada ujung batang dan bungan betina terletak di bagian tengah batang pada salah

satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang

terlebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina

terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang

(Rukmana,1997).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung

pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat

(21)

terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio

(Rukmana, 1997).

Syarat Tumbuh

Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah beriklim

sedang hingga beriklim subtropis/tropis yang basah. Jagung tumbuh di daerah

antara 00-500 Lintang Utara hingga 00-400 Lintang Selatan (Anonimus, 2006).

Untuk pertumbuhannya tanaman jagung dapat hidup baik padda suhu

antara 26,5-29,50C. Bila suhu diatas 29,50C maka air tanah cepat menguap

sehingga mengganggu penyerapan unsure hara oleh akar tanaman. Sedangakan

suhu dibawah 16,50C akan mengurangi kegiatan respirasi (Irfan, 1999).

Jagung dapat tumbuh mulai dari datara rendah sampai dataran tinggi

(daerah pegunungan) dengan ketinggian 1.000 meter atau lebih dari permukaan air

laut (dpl). Jagung yang ditaman di di daerah ketinggian kurang dari 800 meter dari

permukaan air laut dapat memberikan hasil tinggi (Warisno, 1998).

Curah hujan ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200 mm

per bulan dengan distribusi merata. Tanaman jagung cocok ditanam di daerah

yang beriklim kering (Rukmana, 1997).

Pertumbuhan tanaman tanaman jagung sangat respon terhadap sinar

matahari (Irfan, 1999). Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman,

terutama dalam masa pertumbuhan. Tanaman jagung mendapatkan sinar matahari

langsung. Dengan demikian hasil yang diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung

yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat atau merana. Produkai biji yang

(22)

Tanaman jagung tumbuh baik hampir di semua jenis tanah. Tetapi

tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus, karena

tanaman jagung menghendaki aerase dan draenase yang baik. Tanah yang kuat

menahan air tidak baik untuk ditanami jagung karena pertumbuhan akarnya

kurang baik atau akar-akarnya akan busuk (Pinem, 1991).

Tanah berdebu kaya hara dan humus sesuai untuk tanam jagung. Tanaman

jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya, tanah andosol dan latosol.

Tanah-tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan

penambahan pupuk organik. Tanaman jagung membutuhkan tanah bertekstur

lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah,

aerasi dan draenasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah dapat memacu

pertumbuhan dan produksi jagung apabila tanah subur, gembur dan kaya akan

bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menurunkan penurunan

produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997).

Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH

5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang baik untuk tanaman jagung pada pH 6,8.

Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak

tersedia di dalamnya (Warisno, 1998).

Persaingan Tanaman Jagung dengan Gulma

Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar

sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari.

Persaingan (kompetisi) timbul dari tiga reaksi tanaman pada faktor fisik dan

pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman

(23)

diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan tersebut berkurang

maka persaingan akan timbul, sehingga istilah persaingan menerangkan kejadian

yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi

lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain (Moenandir, 1993).

Kehadiran gulma di sekitar tanaman budidaya tidak dapat di elakkan,

terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan,

gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain,

membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya dan ruang. Persyaratan

tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat

mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma

yang berasosiasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya,

bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).

Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah

pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum tajuk gulma

menghentikan penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan

sampai gulma berbunga menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak

maksimum dan gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga

memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya. Penyiangan

pada awal pertumbuhan tanaman, kesulitan membedakan bibit gulma dan bibit

tanaman serta kemungkinan kerusakan bibit tanaman, merupakan risiko tersendiri.

Kondisi iklim sangat menentukan praktek penyiangan di lapangan. Selama

hari-hari hujan penyiangan tak mungkin dilakukan dan barangkali terpaksa gulma

(24)

Gulma dengan tanaman budidaya yang tumbuh berdekatan dan bersamaan

akan saling mengadakan persaingan. Kehadiran gulma pada tanaman budidaya

memberikan dampak negatif hanya pada siklus hidup tertentu saja, disebut dengan

periode kritis. Peniadaan gulma di sekitar tanaman ialah pada saat periode kritis,

sehingga pengendalian gulma pada budidaya tanaman dapat lebih efektif dan

efisien. Tanaman jagung cendrung berproduksi tinggi bila bebas gulma selama

pertumbuhan dan masa produksi biji kering, hal ini dapat dicapai pada tanaman

bebas gulma 60 hari pertama. Periode kritis jagung antara hari ke-20 dan 45

(Moenandir, 1988).

Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan

yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada

saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi

pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut

dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga

dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi

meningkat(Anonimus, 2006).

Besar kecilnya (derajat) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan

berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada

gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok.

Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat,

pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.

Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat

persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya

(25)

Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana

tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya

gulma pada periode waktu tertentu dengan kepadatan yang tinggi yaitu tingkat

ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu

dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode

kritis. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus

dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan

hasil akhir tanaman. Persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 –

33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman. Salah satu

tindakan untuk mengendalikan gulma pada periode kritis dengan cara penyiangan

(Anonimus, 2006).

Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan/menghilangkan tumbuhan

pengganggu (gulma) yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jagung.

Penyiangan pertama kali dilakukan pada waktu tanaman jagung berumur kira-kira

15 hari setelah tanam. Pada umur tersebut biasanya sudah ada gulma yang dapat

merugikan tanaman jagung. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman

jagung berumur 3 – 4 minggi setelah tanam (Warisno, 1998).

Gulma yang lazim tumbuh di areal pertanian jagung digolongkan atas

golongan rumput seperti Digitaria ciliaris, Paspalum distichum, dan Eleucine

indica, golongan teki seperti Ciperus rotundus dan golongan berdaun lebar

Ageratum conozoides, Boreria latifolia dan Pylanthus niruri (Irfam, 1999).

Selanjutnya Sinuraya (1989) mengemukakan bahwa gulma yang tumbuh di areal

pertanaman jagung adalah Imperata cylindrica, Cyperus Rotundus, Ageratum

(26)

Jarak Tanam Jagung

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk

mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak

tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman

mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal

mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat,

ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kesuburan tanah dan jenis jagung

(Anonimus, 2006).

Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi

persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya

persaingan (Anonimus, 1991). Menurut Harjadi (1979), jarak tanam

mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya,

mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara,

dengan demikian akan mempengaruhi hasil.

Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman,

terutaman karena koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap

satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena tercapainya penggunaan

cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan

masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya

dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi

ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu

(Harjadi, 1979).

Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat

(27)

Penambahan jumlah tanaman akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi

hara, air, radiasi mata hari dan ruang tumbuh. Kerapatan tanaman per satuan luas

juga akan mengakibatnan perubahan iklim mikro yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil (Irfan, 1999).

Varietas yang berbeda umurnya mempunyai optimum populasi yang

berbeda. Varietas berumur dalam (± 100 hari), composite populasi optimum

adalah ± 50.000 tanaman/ha, ditaman dengan jarak tanam 75 x 25 dengan satu

tanaman per lobang. Varietas berumur tengah (80-90 hari) optimum populasi

adalah ± 70.000 tanaman/ha, ditaman dengan jarak tanam 75 x 20 cm6 70.000

tanaman/ha, ditaman dengan jarak tanam 75 x 20 cm. Varietas berumur genjah

(70 x 80 hari) populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan

pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman /ha dengan jarak tanam

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di desa Tanjung Selamat dengan ketinggian ± 25

meter diatas permukaan laut. Penelitian dimulai bulan Februari 2007 dan selesai

bulan Juni 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas

DK3 yang diperoleh dari PT. MONSANTO melalui bapak Askif Pasaribu, MP.,

Urea, SP-36 dan KCl.

Alat yang digunakan adalah traktor, cangkul, tugal, meteran, tali plastik,

garuk, timbangan, ember, oven, pisau, amplop, pacak, pacak sampel, plakat nama,

karung goni, alat tulis, dan kalkulator.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT)

Faktorial dengan dua faktor, yaitu:

Petak Utama : Jarak Tanam terdiri dari 3 taraf, yaitu:

J1 : 60 cm x 25 cm

J2 : 75 cm x 25 cm

J3 : 90 cm x 25 cm

Anak Petak : Waktu Penyiangan terdiri dari 5 taraf, yaitu:

(29)

S1 : Disiangi 7 Hari Setelah Tanam

S2 : Disiangi 14 Hari Setelah Tanam

S3 : Disiangi 21 Hari Setelah Tanam

S4 : Penyiangan Bersih Selama Penelitian

Diperoleh 15 kombinasi perlakuan, yaitu:

J1S0 J2S0 J3S0

J1S1 J2S1 J3S1

J1S2 J2S2 J3S2

J1S3 J2S3 J3S3

J1S4 J2S4 J3S4

Jumlah ulangan : 3

Ukuran plot utama : 10 x 4 m

Ukuran sub plot : 2 x 4 m

Jumlah plot utama : 9

Jumlah sub plot : 45 plot

Jarak antar plot utama : 30 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model

linier yaitu:

Yijk = μ + ρi + αj + ij + βk + ( )jk + εijk

Yijk = Hasil pengamatan pada petak utama, yaitu jarak tanam pada taraf ke-j,

frekuensi penyiangan pada taraf ke-k pada blok ke-i

μ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok Ke-i

(30)

ij = Pengaruh eror yang disebabkan jarak tanam pada taraf ke-j pada blok

ke-i

βk = Pengaruh frekuensi penyiangan pada taraf ke-k

( )jk = Pengaruh interaksi jarak tanam pada taraf ke-j dengan frekuensi

penyiangan pada taraf ke-k

Σijk = Galat percobaan akibat dari pengaruh jarak tanam pada taraf ke-j

dengan frekuensi penyiangan pada taraf ke-k

Terhadap hasil sidik ragam nyata dan tinggi sangat nyata diuji dengan uji

beda rataan berdasarkan uji jarak duncen (DMRT) dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Lahan penelitian dibajak dengan menggunakan traktor besar dengan

kedalaman 15-20 cm. Setelah satu minggu dilakukan pengolahan kedua hingga

tanah menjadi gembur dan rata serta membuang sisa-sisa gulma. Dibuat plot-plot

percobaan sesuai dengan perlakuan dengan pembatas parit 30 cm dan berfungsi

juga sebagai saluran drainase.

Penanaman

Benih tanaman direndam terlebih dahulu selama 2 jam sebelum ditanam.

Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang

ditentukan sesuai dengan perlakuan jarak tanam. Setiap lubang ditanam dua biji

jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan barisan tegak luris

(31)

Pemupukan

Pupuk yang diberikan yaitu 90 Kg-120 Kg N/ha, 30 Kg- 45 Kg P2O5 /Ha

dan 0 Kg - 25 Kg K2O/Ha. Kebutuhan dan dosis pupuk tersedut dapat

dikonversikan dengan pupuk urea 300 Kg/ha, SP-36 100 Kg/ha dan KCl

100 Kg/ha. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga tahap, yaitu SP-36, KCl dan 100

Kg urea diberikan sebagai pupuk dasar, pemupukan susulan pertama yaitu

pemberian pupuk urea, dilakukan pada minggu ke-4 sambil melakukan

pembumbunan. Pemupukan susulan kedua yaitu sisa pupuk urea diberikan pada

minggu Ke-6. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang yang

dibuat sedalam 10 cm dengan jarak 10 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan

tanah (Rukmana, 1997).

Pemeliharaan Tanaman

Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman jagung dilakukan pemeliharaan

tanaman, yaitu

Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu dengan cara

memotong salah satu tanaman yang pertumbuhannya paling tidak baik dengan

pisau dan setiap lubang tanam ditinggalkan satu tanaman. Pada waktu yang sama

dilakukan transplanting sebagai pengganti tanaman yang tidak tumbuh.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan perlakuan, yaitu, tanpa penyiangan,

disiangi 7 Hari Setelah Tanam (HST), disiangi 14 HST, disiangi 21 HST, dan

penyiangan bersih. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan garuk. Gulma

yang disiangi dibuang dari areal pertanaman.

(32)

Panen

Panen dilakukan setelah biji pada tongkol mencapai kriteria panen dengan

tanda-tanda daun mengering, kelobot berwarna kuning, biji kering dan mengkilat

serta bila ditekan dengan kuku tidak meningalkan bekas. Panen dilakukan dengan

mengambil tongkol dari batangnya dengan cara mematahkan.

Peubah yang Diamati

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi

dengan menggunakan meteran. Pada tanaman sampel dipasang patok standard

sebagai pedoman pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan 4 Minggu Setelah

Tanam (MST dengan interval dua minggu sekali sampai populasi tanaman jagung

telah berbunga sebanyak 75% (8 MST).

Jumlah daun

Jumlah daun, dihitung daun yang telah terbuka sempurna. Penghitungan

pertama dilakukan 4 MST dengan interval dua minggu sekali sampai populasi

tanaman jagung telah berbunga sebanyak 75% (8 MST).

Luas Daun

Luas daun dihitung dengan menggunakan rumus

A = p x l x k

Dimana A : Luas daun (cm2) L : Lebar daun (cm)

(33)

Pengukuran dilakukan pada daun tanaman jagung yang telah mengalami masa

pembungaan (8 MST). Daun yang diukur luasnya adalah 3 daun paling tengah

(daun ke-7, ke-8 dan ke-9) lalu dihitung rata-ratanya.

Umur berbunga

Umur berbunga ditentukan setelah 75% atau lebih dari populasi tanaman

telah berbunga. Berbunganya tanaman ditandai dengan tanaman berubah dari fase

vegetatif ke fase generatif disusul dengan mekarnya bungan jantan sebanyak

besar sama dengan 75%.

Produksi per Tanaman

Produksi pipilan kering per tanaman dihitung dengan mebagikan produksi

per plot dengan jumlah tanaman per plot tanpa mengikutsertakan tanaman dan

hasil tanaman jagung pada barisan terluar dengan kadar air 13% - 14%.

Produksi per Plot

Produksi pipilan kering dihitung dengan menimbang bobot pipilan kering

dari plot tersebut tanpa mengikutsertakan hasil tanaman jagung pada barisan

terluar dengan kadar air 13% - 14%.

Produksi Tongkol Kedua per Plot

Produksi pipilan kering dihitung dengan menimbang bobot pipilan kering

tongkol kedua dari plot tersebut tanpa mengikutsertakan hasil tanaman jagung

(34)

Produksi per Hektar

Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi

pipilan kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman

dengan populasi tanaman jagung per hektar dengan ketentuan:

- Populasi tanaman per hektar pada jarak tanam 60 cm x 25 cm = 66.666

tanaman

- Populasi tanaman per hektar pada jarak tanam 75 cm x 25 cm = 53.333

tanaman

- Populasi tanaman per hektar pada jarak tanam 90 cm x 25 cm = 44.444

tanaman

Jenis Gulma yang tumbuh

Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak bujur sangakar pada

setiap plot dengan ukuran 0,5 x 0,5 m. Pengambilan sampel dilakukan sebelum

penyiangan dan bersamaan dengan panen dengan mencabut gulma sampai pada

akarnya. Dihitung populasi dan jenis gulma yang diperoleh berdasarkan

identifikasi tersebut lalu dilakukan pennghitungan Nilai Jumlah Dominasi (NJD)

dengan rumus sebagai berikut

KN + FN NJD =

2 Keterangan:

KN = Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak

terhadap jumlah semua spesies dikali 100%

FN = Frekwensi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi

Mutkak terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutkak semua jenis spesies

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman

umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Tabel 2. Tinggi jagung tidak berbeda

nyata pada perlakuan waktu penyiangan dan jarak tanam diamati pada umur 4, 6,

dan 8 MST.

Tabel 2. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Tinggi Tanaman JagungUmur 4, 6 dan 8 MST

Waktu Waktu Tinggi Tanaman

Penyiangan pengamatan J1 J2 J3 Rataan

--- cm ---

Data pengamatan tinggi tanaman pada umur 4 sampai 8 MST terdapat

(36)

dan 6. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan dan jarak tanam

tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6 dan 8 MST.

Jumlah Daun

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap jumlah daun pada

umur 4, 6 dan 8 MST ditampilkan pada Tabel 3. Pada pengamatan 8 MST waktu

penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung. Jumlah

daun terbanyak (13.18 helai) dijumpai pada jagung yang bebas gulma sepanjang

musim tanam tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan 21 HST.

Sebaliknya jarak tanam jagung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Tabel 3. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Daun Umur 4, 6 dan 8 MST

Waktu Wakru Jumlah Daun

Penyiangan Pwngamatan J1 J2 J3 Rataan

helai

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

(37)

Data pengamatan jumlah daun pada umur 4 sampai 8 MST terdapat pada

Lampiran 7, 9 dan 11 dan Daftar Sidik Ragam terdapat pada Lampiran 8, 10 dan

12. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu penyiangan nyata terhadap

tinggi tanaman 8 MST tetapi tidak nyata pada 4 dan 6 MST dan jarak tanam tidak

nyata terhadap jumlah daun 4, 6 dan 8 MST.

9

Gambar 1. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Jumlah Daun 8 MST

Luas Daun

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap luas daun

ditampilkan pada Tabel 4. Luas daun terbesar (582.76 cm2) pada S4 berbeda tidak

nyata dengan perlakuan S3, S1 dan S2 tetapi berbeda nyata dengan S0. Walaupun

pengaruh jarak tanam tidak nyata tetapi ada kecendreungan luas daun terbesar

pada perlakuan J3.

Data pengamatan luas daun terdapat Lampiran 13 dan Daftar Sidik

Ragamnya pada Lampiran 14. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa waktu

penyiangan nyata terhadap luas daun tetapi jarak tanam dan interaksi kedua

(38)

Tabel 4. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun 8

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma

Gambar 2. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Luas Daun

Umur Berbunga

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap umur berbunga

ditampilkan pada Tabel 5. Umur berbunga jagung yang ditanam dengan jarak

tanam 60 cm x 25 cm, 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm dan disiang atau tidak

disiang berada antara 53 – 57 HST. Meskipun pengaruh waktu penyiangan dan

jarak tanam tidak nyata terhadap umur berbunga, namun ada kecendreungan umur

berbunga tercepat (53 HST) pada S3J3 dan S4J3.

Data pengamatan umur berbunga ditampilkan pada Lampiran 15, Daftar

Sidik Ragamnya pada Lampiran 16 dan tabel persentase bunga yang muncul per

(39)

penyiangan, jarak tanam serta interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap

umur berbunga.

Tabel 5. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Umur Berbunga 75% dari populasi

S0J1 S1J1 S2J1 S3J1 S4J1 S0J2 S1J2 S2J2 S3J2 S4J2 S0J3 S0J3 S1J3 S3J3 S4J3

(40)

Produksi per Tanaman

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per

tanaman ditampilkan pada Tabel 6. Produksi terbesar (181.54 gram) pada

perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan penyiangan 7 HST, tetapi

berbeda nyata dengan perlakuan tidak disiangi, disiangi 14 HST dan 21 HST

dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 44.03%, 14.93% dan 20.87%.

Walaupun pengaruh jarak tanam tidak nyata tetapi ada kecendrungan produksi

tertinggi (164.98 gram) pada perlakuan 90 cm x 25 cm.

Data pengamatan produksi per tanaman ditampilkan pada Lampiran 18

dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 19. Daftar sidik ragam menunjukkan

bahwa waktu penyiangan nyata terhadap produksi per tanaman sedangkan jarak

tanam dan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi per tanaman.

Tabel 6. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi per Tanaman

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

(41)

60

Gambar 4. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Tanaman.

Produksi per Plot

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per plot

ditampilkan pada Tabel 7. Pada perlakuan waktu penyiangan produksi terbesar

(3553.33 gram) pada perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan

penyiangan 7 HST, tetapi berbeda nyata dengan S0, S2, dan S3 dengan persentase

kehilangan hasil masing-masing 43.95%, 14.26% dan 20.90%. Pada perlakuan

jarak tanam produksi terbesar (3512.86 gram) pada jarak tanam 60 cm x 25 cm,

berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm

dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 18.77% dan 29,55%.

Data pengamatan produksi per plot ditampilkan pada Lampiran 20 dan

Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 21. Daftar sidik ragam menunjukkan

bahwa jarak tanam dan waktu penyiangan nyata terhadap produksi per plot dan

(42)

Tabel 7. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi Per Plot

Waktu Produksi per Plot

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan

--- gram ---

S0 2271.25 2053.33 1650.00 1991.53 d

S1 4134.86 3186.67 2676.67 3332.73 ab

S2 3746.25 2913.33 2480.00 3046.53 bc

S3 3368.61 2620.00 2443.33 2810.65 c

S4 4043.33 3493.33 3123.33 3553.33 a

Rataan 3512.86 a 2853.33 b 2474.67 b

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma

Gambar 5. Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Produksi per Plot

0

(43)

Produksi Tongkol kedua per Plot

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi tongkol

kedua per plot ditampilkan pada Tabel 8. Meskipun waktu penyiangan dan jarak

tanam tidak nyata, namun ada kecendrungan produksi tongkol kedua per plot

paling besar (285.56 gram) terdapat pada perlakuan penyiangan 7 MST dan

(219.33 gram) pada jarak tanam 60 cm x 25 cm.

Data pengamatan produksi tongkol kedua per plot ditampilkan pada

Lampiran 22 dan Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 23. Daftar sidik ragam

menunjukkan bahwa jarak tanam, waktu penyiangan dan interaksi kedua

perlakuan tidak nyata terhadap produksi tongkol kedua per plot.

Tabel 8. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi Tongkol kedua per Plot

Waktu Produksi Tongkol kedua per Plot

Keterangan : - Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

- Angka - angka di dalam kurung menyatakan persentase jumlah tanaman bertongkol 2 per plot (%).

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma S1 = Disiangi 1 MST S3 = Disiangi 3 MST

Produksi per Hektar

Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap produksi per hektar

ditampilkan pada Tabel 9. Pada perlakuan waktu penyiangan produksi terbesar

(9.78 ton/ha) pada perlakuan bebas gulma, tidak berbeda nyata dengan perlakuan

(44)

dengan persentase kehilangan hasil masing-masing 47.76%, 13,39% dan 20,34% .

Pada perlakuan jarak tanam produksi terbesar (9.48 Ton/ha) pada perlakuan jarak

tanam 60 cm x 25 cm, berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25

cm dan 90 cm x 25 cm dengan persentase kehilangan hasil masing-masing

19.72% dan 22.67%.

Data pengamatan produksi per hektar ditampilkan pada Lampiran 24 dan

Daftar Sidik Ragamnya pada Lampiran 25. Daftar sidik ragam menunjukkan

bahwa waktu penyiangan dan jarak tanam nyata terhadap produksi per hektar

sedangkan interaksi kedua perlakuan tidak nyata terhadap produksi per hektar.

Tabel 9. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Produksi per Hektar

Waktu Produksi per Hektar

Penyiangan J1 J2 J3 Rataan

Keterangan : Angka - angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

S0 = Tanpa Disiangi S2 = Disiangi 2 MST S4 = Bebas Gulma

(45)

0

Gambar 8. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi per Hektar

Gulma yang Tumbuh

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan

terdapat 19 spesies gulma, yang terdiri dari 15 spesies dari golongan berdaun

lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki

(Lampiran 27) sedangkan hasil identifikasi yang dilakukan bersamaan dengan

waktu panen terdapat 16 spesies gulma yang terdiri dari 13 spesies dari golongan

berdaun lebar dan 3 spesies dari golongan berdaun sempit (Lampiran 28)

Lampiran 27 menunjukkan bahwa spesies gulma pada identifikasi sebelum

penyiangan didominasi oleh S. anthelmia (NJD = 20.28%), C. rutidosperma (NJD

= 17.16%), M. pudica (NJD = 12.21%), B. mutica (NJD = 10.05%) dan P. niruri

(NJD = 6.81%). Urutan dominasi ini mengalami pergeseran berdasarkan

idenifikasi yang dilakukan bersamaan dengan panen (Lampiran 27), dimana

gulma terbanyak adalah gulma jenis B. alata (NJD = 36.67%), disusul oleh

M. pudica (NJD = 13.67%), S. anthelmia (NJD = 11.52%), I. purpurae (NJD =

(46)

Pembahasan

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung Varietas DK3

Data hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jarak

tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun

dan umur berbunga. Jarak tanam mengakibatkan adanya kompetisi pada

pertumbuhan tanaman jagung. Semakin tinggi tingkat kerapatan antar tanaman

menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman (Anonimus,2006).

Perlakuan berbagai jarak tanam yang dilakukan diduga belum mengakibatkan

persaingan pada periode pertumbuhan tanaman jagung sehingga tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman.

Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Jagung Varietas DK3

Waktu penyiangan responsif terhadap jumlah daun 8 MST dan luas daun.

Kehadiran gulma diantara tanaman jagung mengakibatkan persaingan yang dapat

menghambat proses pertumbuhan tanaman jagung. Perbedaan waktu penyiangan

menyebabkan pertambahan jumlah daun berbeda. Perlakuan penyiangan 21 hari

menyebabkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain

meskipun tidak sebaik perlakuan bebas gulma (Tabel 3). Pertumbuhan jagung

tidak terganggu bila tidak ada gulma pada masa pertumbuhannya, terutaman pada

masa pertumbuhan tercepat atau periode kritis. Menurut Moenandir (1988)

periode kritis jagung berada antara hari ke-20 dan ke-45. Penyiangan 21 HST

menyebabkab kehadiran gulma pada periode kritis tidak menimbulkan persaingan

yang berarti sehingga pertumbuhan tanaman terutama pertambahan jumlah daun

(47)

Kehadiran gulma pada pertumbuhan jagung mempengaruhi luas daun.

Penyiangan 7, 14 dan 21 HST menyebabkan luas daun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan S4 (bebas gulma selama penelitian). Hal ini menunjukkan bahwa

penyiangan menyebabkan pembentukan luas daun tidak terganggu, namun bila

tidak disiangi pertumbuhan daun akan terhambat.

Pengaruh Waktu Penyiangan Penyiangan Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3

Dalam pertanaman jagung, waktu penyiangan sangat menentukan

besarnya produksi. Tabel 6 menunjukkan hasil produksi per tanaman yang

berbeda pada perlakuan berbagai waktu penyiangan. Penyiangan lebih cepat

(7 HST) menunjukkan kehilangan hasil lebih kecil dengan produksi yang tidak

berbeda dengan perlakuan bersih gulma. Pertumbuhan gulma akan terhambat

setelah dilakukan penyiangan pada 7 HST, dimana tajuk tanaman jagung telah

semakin lebar sehingga gulma tidak memiliki ruang yang cukup untuk menyerap

sinar mata hari. Keterlambatan penyiangan dapat menyebabkan kehilangan hasil

mencapai 15% (21 HST) dan mencapai 40% (tidal disiangi) dibandingkan dengan

disiangi 7 HST. Waktu penyiangan yang tepat akan mengurangi kehilangan hasil

produksi jagung pertanaman akibat persaingan dengan gulma. Pada saat tertentu

penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman jagung akan meningkat dengan

pesat, dimana tanaman harus bebas dari gulma. Perlu diketahui kapan sebaiknya

diadakan penyiangan. Dalam periode kritis, gulma yang tumbuh di sekitar

tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil akhir tanaman (Anonimus, 2006). Produksi akibat

(48)

dibawah perlakuan bebas gulma. Data menunjukkan bahwa penyiangan 7 dan 14

HST menyebabkan kehadiran gulma pada periode kritis tidak menimbulkan

persaingan yang cukup berarti dengan tanaman jagung dibandingkan dengan

penyiangan 21 HST. Dengan kata lain penyiangan 7 HST lebih efektif dari pada

penyiangan 21 HST.

Waktu penyiangan juga menyebabkan pengaruh nyata terhadap produksi

per plot. Tabel 7 menunjukkan bahwa penyiangan lebih cepat dapat menekan

kehilangan produksi jagung secara kelompok. Waktu penyiangan 7 dan 14 HST

menunjukkan hasil produksi relatif sama, sedangkan penyiangan 21 HST

menyebabkan hasil yang sangat rendah. Perkauan S3 menyebabkan penurunan

produksi jagung per plot secara drastis dibanding perlakuan S1 dan S2. Menurut

Anonimus (2006) persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan nyata 25 –

33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman.

Selanjutnya Moenandir (1988) menyatakan periode kritis jagung antara hari ke-20

dan 45. Dengan demikian perlakuan S3 menyebabkan penyiangan terlambat

selama 8 hari, dimana poeriode kritis tanaman jagung dimulai dari 20 HST. Hal

ini juga berdampak kepada penurunan produksi per plot hingga 16%. Menyiangi

pada 7 HST menunjukkan hasil yang lebih baik dan relatif sama dengan perlakuan

bebas gulma. Hal ini menunjukkan bahwa penyiangan 7 HST dapat menekan

persaingan dengan gulma pada periode kritis meskipun gulma telah tumbuh

kembali setelah 20 MST.

Data menunjukkan bahwa waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap

produksi tanaman jagung per hektar (Tabel 9). Penyiangan 21 MST menurunhan

(49)

penyiangan 7 MST (9.20 Ton/ha). Waktu penyiangan yang tepat akan

menye-lamatkan produksi secara nyata. Waktu penyiangan yang tepat meskipun dilakuan

hanya sekali, akan menghasilhan produksi yang tidak berbeda nyata dengan

perlakauan bebas gulma selama pertumbuhan tanaman. Penyiangan yang tepat

dilakukan sebelum tajuk gulma menghentikan penyerapan zat-zat makanan dari

tanah (Sukman dan Yakup, 1995). Bila penyerapan terhambat atau terganggu,

proses pembentukan biji akan terganggu sehingga hasil produksi menurun secara

nyata. Penyiangan akan lebih efektif dan efisien meskipun hanya dilakuan sekali,

yaitu pada periode kritis tanaman jagung. Hal ini juga didukung oleh literatur

Anonimus (2006) bahwa frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena

terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus

hidupnya sehingga tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan

efektifitas kerja menjadi meningkat.

Pengaruh Jarak Tanama Terhadap Produksi Jagung Varietas DK3

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi jagung per

plot (Tabel 7). Jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan produksi lebih besar

(3258.67 gram). Jarak tanam yang semakin renggang akan menyebabkan

penurunan produksi sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 29% pada

jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah populasi

tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah

dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas

(Irfan, 1999). Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan produksi yang lebih

besar per tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas

(50)

x 25 cm belum menimbulkan persaingan yang nyata antar tanaman jagung

sehingga produksinya masih lebih besar dibandingkan dengan perlakuan jarak

tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.

Produksi tanaman jagung per hektar akan meningkat berbanding lurus

dengan pertambahan populasi per hektar sampai pada batas tertentu (Tabel 9).

Semakin tinggi populasi per hektar menyebabkan produksi meningkat. Jarak

tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan produksi terbesar, yaitu 9.48 Ton/ha.

Produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm (7.61

Ton/ha) dan Jarak tanman 90 cm x 25 cm (7.33 Ton/ha). Pengaturan jarak tanam

yang tepat untuk populasi yang besar sangat penting untuk mendapatkan produksi

optimum. Meskipun jumlah populasi besar, namun bila proses penyerapan unsur

hara dan sinar mata hari tidak terganggu pada masa pertumbuhan, maka produksi

akan tetap besar. Hal ini sesuai dengan literatur Harjadi (1979), bahwa umunya

produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi karena tercapainya

penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan.

Hasil peleitian didapat adanya tongkol kedua pada tanaman jagung tetapi

tidak muncul secara merata pada setiap tanaman. Perlakuan jarak tanam

menyebabkan perbedaan terhadap jumlah produksi tongkol kedua per plot.

Adanya tongkol kedua meskipun tidak sebaik tongkol pertama, juga memberikan

pengaruh terhadap produksi per plot meskipun tidak nyata. Pertumbuhan tongkol

kedua tidak sebaik tongkol pertama diduga terhambat oleh kurangnya unsur hara

dan sinar mata hari yang terserap akibat adanya persaingan antar tanaman jagung.

Persaingan antar tanaman terhadap unsur hara dan sinar mata hari mengakibatkan

(51)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1979) bahwa tanaman memberikan

respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada

bagian-bagian tertentu.

Pengaruh Interaksi Waktu penyiangan dengan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3

Interaksi waktu penyiangan dengan jarak tanam tidak nyata terhadap

berbagai parameter. Ini menujukkan waktu penyiangan tidak berkorelasi dengan

jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Gulma yang Tumbuh

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan

terdapat 19 spesies gulma, yang terdiri dari 15 spesies dari golongan berdaun

lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki

(Lampiran 27) sedangkan hasil identifikasi yang dilakukan bersamaan dengan

waktu panen terdapat 16 spesies gulma yang terdiri dari 13 spesies dari golongan

berdaun lebar dan 3 spesies dari golongan berdaun sempit (Lampiran 28).

Berdasarkan hasil identifikasi, dominasi gulma sebelum sebelum

dilaksanakan penyiangan dan yang dilakukan bersamaan dengan

panen mengalami pergeseran, baik jenis gulmanya maupun persentase

dominannya. Lampiran 27 menunjukkan bahwa spesies gulma pada identifikasi

sebelum penyiangan didominasi oleh S. anthelmia (NJD = 20.28%),

C. rutidosperma (NJD = 17.16%), M. pudica (NJD = 12.21%), B. mutica (NJD =

10.05%) dan P. niruri( NJD = 6.81%). Urutan dominasi ini mengalami pergeseran

berdasarkan idenifikasi yang dilakukan bersamaan dengan panen, dimana gulma

(52)

(NJD = 13.67%), S. anthelmia (NJD = 11.52%), I. purpurae (NJD = 9.15%) dan

S. nodiflora ( NJD = 6.09%). Seiring dengan pertumbuhan jagung, kondisi gulma

yang ada pada lahan jagung mengalami perubahan yang sangat besar. S. anthelmia

yang lebih dominan pada identifikasi sebelum dilaksanakan penyiangan

mengalami pergeseran dengan bertambah banyaknya spesies gulma B. Alata

(NJD = 36.67%). Pergeseran ini diduga karena adanya persaingan dengan

tanaman jagung maupun dengan gulma yang lain terhadap ruang tumbuh,

penyerapan air, zat hara maupun sinar mata hari. Pada kondisi adanya persaingan

tersebut, beberapa gulma tidak mampu bertahan hidup sedangkan gulma lain tetap

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada perlakuan waktu penyiangan, produksi terbesar (9.78 ton/ha) terdapat

pada perlakuan bebas gulma, hampir sama dengan perlakuan penyiangan

7 HST (9,20 ton/ha), sedangkan penyiangan 14 HST, 21 HST dan tanpa

disiangi menyebabkan kehilangan produksi dengan persentase kehilangan

hasil masing-masing 13,39%, 20,34% dan 47.76%.

2. Waktu penyiangan 21 HST menyebabkan jumlah daun terbanyak (13.09 helai)

dan luas daun terluas (571.87 cm2) pada umur 8 MST.

3. Dari ketiga jarak tanam, produksi terbesar (9.48 Ton/ha) terdapat pada

perlakuan 60 cm x 25 cm sedangkan produksi pada jarak tanam yang lain

7,61 Ton/ha dan 7.33 Ton/ha atau masing-masing lebih kecil 19% dan 22%

dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 60 cm x 25 cm.

4. Interaksi waktu penyiangan dengan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung varietas DK3

5. Spesies gulma yang diidentifikasi sebelum penyiangan didominasi oleh

S. anthelmia (NJD = 20.28%), sedangkan hasil identifikasi bersamaan dengan

waktu panen mengalami pergeseran dengan bertambah banyaknya spesies

(54)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jarak tanam tanaman yang

lebih sempit untuk memperoleh produksi optimum jagung varietas DK3 yang

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1991. Dasar Agronomi. Badan kerja sama Universitas Wilayah Barat,

Palembang. Hal. III-65.

, 2006, http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Hal. 11

, 2006, Jagung. hhtp//warintek.progressio.or.id/pertanian/jagung.htm. Hal. 2-3.

Harjadi, S.S., 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.

Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Saejana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13.

Moenandir, H. J., 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers, Jakarta. Hal. 83

, H. J., 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Pinem, M.I., 1991. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Jumlah Biji Perlubang Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Sayur (baby corn), Thesis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 3.

Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kansius, Yogyakarta. Hal. 20, 22, 45-46, 55, 61.

Sinuraya, G., 1989. Komprtisi Gulma Terhadap Petrtumbuhan Jagung (Zea mays L.). Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Singh, J., 1987. Field Manual of maize Breeding Procedures. Indian Agricultural Research Institute, New Delhi-india. Hal. 9.

Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Syofia, I., 1997. Analisis Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada berbagai Kerapatan dan Waktu Infestasi Alang-alang (Imperata cylindrical L. Beauv). Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 5.

(56)

Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 3.

Tobing, M.P.L., dan B.O.P. Tampubolon, 1983. Bercocok tanam Umum – Tanaman Pangan / Sela. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 145.

Wahyudi, E., 1998. Analisis Pertumbuhan dan Indeks Panen Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Berbagai Jenis dan Kerapatan Gulma. Progran Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 1.

(57)

Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 4 MST

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 4 MST

(58)

Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 6 MST

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 6 MST

(59)

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 8 MST

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 8 MST

(60)

Lampiran 7. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 4 MST

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 4 MST

(61)

Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 6 MST

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 6 MST

(62)

Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Daun Umur 8 MST

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 8 MST

(63)

Lampiran 13. Data Pengamatan Luas Daun

J1 S2 540.44 530.22 481.69 1552.35 517.45

S3 503.71 636.06 622.57 1762.34 587.45

S4 538.80 585.94 552.35 1677.09 559.03

2523.82 2734.30 2644.67 7902.79 2634.26

S0 488.45 368.31 456.58 1313.34 437.78

S1 564.23 501.12 417.84 1483.19 494.40

J2 S2 540.83 563.66 480.33 1584.82 528.27

S3 642.57 531.84 532.14 1706.55 568.85

S4 673.90 569.70 549.57 1793.17 597.72

2909.98 2534.63 2436.46 7881.07 2627.02

S0 480.86 365.78 435.87 1282.51 427.50

S1 508.85 496.14 900.40 1905.39 635.13

J3 S2 609.03 559.11 593.56 1761.70 587.23

S3 522.03 574.17 581.75 1677.95 559.32

S4 633.20 561.38 580.01 1774.59 591.53

2753.97 2556.58 3091.59 8402.14 2800.71

TOTAL 8187.77 7825.51 8172.72 24186.00

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Luas Daun

(64)

Lampiran 15. Data Pengamatan Umur Berbunga.

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga.

(65)

Lampiran 18. Data Pengamatan Produksi Per Tanaman

Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman

(66)

Lampiran 20. Data Pengamatan Produksi Per Plot

Petak Anak Produksi per Plot

Utama Petak I II III Total Rataan

( gram )

S0 2560.00 2233.75 2020.00 6813.75 2271.25

S1 4220.00 4064.58 4120.00 12404.58 4134.86

J1 S2 3650.00 3200.00 4388.75 11238.75 3746.25

S3 2890.00 4195.83 3020.00 10105.83 3368.61

S4 4180.00 4040.00 3910.00 12130.00 4043.33

17500.00 17734.17 17458.75 52692.92 17564.31

S0 2360.00 1920.00 1880.00 6160.00 2053.33

S1 3820.00 2670.00 3070.00 9560.00 3186.67

J2 S2 3280.00 2820.00 2640.00 8740.00 2913.33

S3 3300.00 2380.00 2180.00 7860.00 2620.00

S4 3790.00 3250.00 3440.00 10480.00 3493.33

16550.00 13040.00 13210.00 42800.00 14266.67

S0 1910.00 1510.00 1530.00 4950.00 1650.00

S1 2740.00 2510.00 2780.00 8030.00 2676.67

J3 S2 2290.00 2480.00 2670.00 7440.00 2480.00

S3 2560.00 2670.00 2100.00 7330.00 2443.33

S4 2950.00 2780.00 3640.00 9370.00 3123.33

12450 11950 12720 37120.00 12373.33

TOTAL 46500.00 42724.17 43388.75 132612.92

Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Plot

(67)

Lampiran 22. Data Pengamatan Produksi Tongkol ke-2 Per Plot

Petak Anak Produksi Tongkol Ke-2

Utama Petak I II III

S1 290.00 150.00 0.00 440.00 146.67

J2 S2 310.00 90.00 260.00 660.00 220.00

S3 200.00 0.00 120.00 320.00 106.67

S4 90.00 30.00 0.00 120.00 40.00

890.00 460.00 380.00 1730.00

S0 220.00 120.00 230.00 570.00 190.00

S1 230.00 200.00 300.00 730.00 243.33

J3 S2 190.00 0.00 130.00 320.00 106.67

S3 420.00 170.00 50.00 640.00 213.33

S4 150.00 0.00 470.00 620.00 206.67

1210.00 490.00 1180.00 2880.00

TOTAL 2810.00 2670.00 2420.00 7900.00

Lampiran 23. Daftar Sidik Produksi Tongkol ke-2 Per Plot

(68)

Lampiran 24. Data Pengamatan Produksi Per Hektar

Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Per Hektar

(69)

Gambar

Tabel 2. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Tinggi Tanaman Jagung Umur 4, 6 dan 8 MST
Tabel 3. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Daun Umur 4, 6 dan 8 MST
Tabel 4. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun 8 MST
Tabel 5. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Umur Berbunga 75% dari populasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan defoliasi terhadap peubah tinggi tanaman, luas daun, bobot kering total tanaman,

Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap luas daun, indeks luas daun, umur berbunga, jumlah cabang, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, jumlah polong per

Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya interaksi antara perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma, Pada pengamatan 42,49,56 dan 63 hari setelah

terdapat interaksi antara perlakuan macam pupuk organik dan jarak tanam pada parameter pengamatan tinggi tanaman umur 28, 42, dan 56 hst dengan perlakuan pupuk

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun bawang sabrang pada 6 MST dan 7 MST, jumlah umbi

Dari Gambar 6 Grafik interaksi berat basah buah berkelobot tanaman menunjukkan pemangkasan 50 hari setelah tanam pada jarak tanam 50 cm x 60 cm merupakan berat kering

Hasil: terjadi interaksi bobot segar, bobot kering, dan umur muncul bunga, Pada jarak tanam 20x20 cm, perlakuan penyiangan tidak berpengaruh nyata, tetapi pada jarak tanam 20x25 cm dan