Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
OLEH :
DIANA PIMA NASUTION 040301017
BDP – AGR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH SISTEM JARAK TANAM DAN METODE
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI
JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS DK3
SKRIPSI
Oleh
DIANA PIMA NASUTION 040301017
BDP – AGR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Judul Skripsi : Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode
Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3
Nama : Diana Pima Nasution
NIM : 040301017
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Disetujui Oleh : Disetujui Oleh :
(Ir. Edison Purba, Ph.D) (Ir. Sabar Ginting, MS) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
NIP. 131 570 441 NIP. 130 535 855
Mengetahui,
(Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Departemen
i
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
This research is proposed to find out the influenced of row space system and method of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September 2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a
mainframe is row space system consist of three stages, those are single row (25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x
25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding, chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight, harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST, amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest index, percentage of maize damage and percentage of maize heal.
ii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode
pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai
pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x 25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual, pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung.
iii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Diana Pima Nasution, lahir pada tanggal 18 September 1986 di Medan, Kelurahan Pangkalan Mashur, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 5 bersaudara, puteri dari ayahanda Pijor Nasution dan ibunda Duma Sari Rambe.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 1998, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Swasta Al-Azhar Medan lulus tahun 2001, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 1 Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.
iv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Sistem Jarak Tanam dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.
2. Bapak Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Hj. Ir. Sabar Ginting, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah
v
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
3. Kepada Kakak Timah, Andi, Efrida, dan Dewi serta Danil dan Susi yang telah memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada teman-teman: Ophi, Sylvia, Toto, Gugun, Benget, Dinan, Papao, Wulan, Imong, Ati, Ani, Lia, Mono, Sony, Penger, Mamang, Difa, Eko dan seluruh keluarga besar HIMADITA atas semangat, doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2009
vi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ...i
ABSTRAK ...ii
RIWAYAT HIDUP...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN Latar Belakang ...1
Tujuan Percobaan ...2
Hipotesa Percobaan ...3
Kegunaan Percobaan ...3
TINJAUAN PUSTAKA Sistem Jarak Tanam ...4
Kompetisi ...6
Pengendalian Gulma ...8
Herbisida...10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ...13
vii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Metode Percobaan ...13
PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan ...16
Penanaman ...16
Pemeliharaan...17
Penyulaman ...17
Pemupukan ...17
Penyiraman ...17
Pengendalian Gulma ...17
Pengendalian Hama dan Penyakit ...18
Panen ...18
Pengeringan dan Pemipilan...18
Pengamatan Parameter ...18
Tinggi Tanaman ...18
Jumlah Klorofil Daun Jagung ...19
Umur Berbunga ...19
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Perplot...19
Bobot 100 Biji ...19
Nilai Indeks Panen...19
Produksi per Tanaman ...19
Produksi per Hektar ...20
Persentase Kerusakan Tanaman Jagung ...20
Persentase Pemulihan Tanaman Jagung ...20
Gulma dalam Barisan ...21
Gulma antar Barisan ...21
Bobot Kering Gulma dalam Barisan ...21
Bobot Kering Gulma antar Barisan ...22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...23
Pembahasan ...48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...55
Saran ...55
DAFTAR PUSTAKA
viii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
NO JUDUL TABEL HALAMAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST………. Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Jumlah Klorofil………… Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga………... Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji…………. Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Pertanaman…... Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot……… Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Perhektar……...
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Nilai Indeks Panen……..
23
25
26
27
28
30
32
ix
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Kerusakan Tanaman Jagung……….
Rataan Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Pemulihan Tanaman Jagung……….
Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan………
Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen……. Data Suksesi Identifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen………...
Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan……… Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen……... Data Suksesi Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen……….. Data Bobot Kering Gulma Dalam Barisan………. Data Bobot Kering Gulma Antar Barisan………
x
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL GAMBAR HALAMAN
1 2
3
4
5
6
7
8
Bagan Sistem Jarak Tanam………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST……… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman umur 8 MST……….. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga……… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman………
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman………. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot…………
16
24
25
26
28
29
29
xi
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot……… Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persetase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot………... Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar……… Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar……….. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi perhektar……….
Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST……… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST……… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST……… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST……… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST……… Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST……… Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……… Data Pengamatan Jumlah Klorofil………. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil……….
xii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009 Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga………. Data Pengamatan Bobot 100 Biji………... Daftar Sidik Ragam Bobot 100 Biji………... Data Pengamatan Produksi Per Tanaman……….. Daftar Sidik Ragam Produksi Per Tanaman……….. Data Pengamatan Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot………..
xiii
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
USU Repository © 2009
xiv
Diana Pima Nasution : Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya. Seiring pertambahan penduduk, mengakibatkan permintaan jagung di dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhinya, diperlukan langkah peningkatan produksi jagung.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008), produksi jagung di Indonesia tahun 2007 sebesar 13.279.794 ton pipilan kering atau naik sebesar 14,38% dibandingkan dengan produksi tahun 2006. Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh adanya perubahan varietas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varietas hibrida. Banyak jagung hibrida yang telah dikeluarkan dan salah satunya jagung hibrida Dekalb varietas DK3 oleh perusahaan Monsanto. Diharapkan, kehadiran varietas ini bisa membawa dampak positif terhadap peningkatan hasil panen petani jagung. Sesuai dengan hasil yang diperlihatkan dari demplot di Keltan Pantai Camin, yang mampu meningkatkan hasil panen dari 6 ton perhektar pada benih lokal menjadi 10,3 ton perhektar (Yun, 2008).
Populasi yang lebih banyak pada baris segitiga meningkatkan produksi berkisar 8,98% dibandingkan satu baris dan 4,59% dengan dua baris (Cox et al, 2006)
Pemakaian varietas hibrida serta penambahan populasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai pengendalian tanaman pengganggu
(gulma). Keberadaan gulma merupakan masalah yang terus menghadang dalam budidaya jagung. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan
dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48 % (Tanveer et al, 1999).
Untuk mengatasinya telah dilakukan berbagai metode pengendalian seperti secara mekanis dengan mencabut ataupun membabat, membakar, menggenangi, memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman dan penyemprotan herbisida (Fadhly dan Tabri, 2007). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, namun yang sering dilakukan para petani jagung adalah dengan mekanis serta penggunaan herbisida. Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti metode yang mampu memberikan produksi lebih optimal.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3.
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh sistem jarak tanam tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3
2. Ada pengaruh metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) varietas DK3
3. Interaksi sistem jarak tanam tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Jarak Tanam
Produsen jagung terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan, mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan, sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian selama beberapa dekade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam menjadi lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman (Farnham, 1999).
Tajuk tanaman, perakaran serta kondisi tanah menentukan jarak antar tanaman. Hal ini berkaitan dengan penyerapan sinar matahari dan penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman dengan jarak yang lebih sempit mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang cukup karena persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti yang didapatkan oleh Barbieri, et al (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi secara nyata. Namun, hasil yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pedersen and Lauer (2003) bahwa jarak yang lebih sempit menurunkan produksi hingga 11 % dibandingkan dengan jarak yang lebih lebar.
yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena tergantung pada intersepsi radiasi sinar matahari.
Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan populasi jagung yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan luas lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Setyati, 1983). Sehingga perlu diperhatikan ada kemungkinan akan terjadi penurunan hasil karena produksi per tanaman akan menurun. Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Liu et al (2004) menyatakan jika peningkatan populasi masih di bawah peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi yang lebih padat.
Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2,, angin dan unsur hara yang
ha. Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan oleh Andrade et al (2002) yaitu ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase
peningkatan produksi per lahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi cahaya matahari.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Simamora (2007), perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap hasil jagung perplot. Jarak tanam 60 cm x 25 cm (3512,86 g) memberikan hasil lebih besar dibandingkan 75 cm x 25 cm (2853,33 g) dan 90 cm x 25 cm (2474,67 g). Jarak tanam yang semakin renggang akan menyebabkan penurunan hasil sebesar 15% pada jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 29% pada jarak tanam 90 cm x 25 cm. Besarnya produksi dipengaruhi oleh jumlah populasi tanaman. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan hasil yang lebih besar per tanaman, namun pada jarak tanam yang lebih sempit sampai batas tertentu akan menghasilkan hasil lebih besar. Perlakuan 60 cm x 25 cm belum menimbulkan persaingan yang nyata antar tanaman jagung sehingga hasilnya lebih besar dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan 90 cm x 25 cm.
Kompetisi
terutama bila lahan pertanaman tersebut tidak dikendalikan. Sebagai tumbuhan, gulma juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain, membutuhkan cahaya, nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya serta ruang. Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman budidaya. Gulma yang berasosiasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman (Moenandir, 1993).
Gulma dan tanaman saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali (http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm, 2006).
menaungi dan menekan pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994).
Pengendalian Gulma
Tanaman memerlukan penyiangan sempurna untuk mencegah pertumbuhan gulma. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma menghambat penyerapan zat-zat makanan dari tanah. Penundaan penyiangan sampai gulma berbunga menyebabkan pembongkaran akar gulma tidak maksimum dan gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya. Kompetisi (Sukman dan Yakup, 1995). Hal ini diperlihatkan oleh Tanveer et al (1999) yaitu waktu kompetisi berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tongkol, bobot 1000 biji jagung serta produksi per ha tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tanaman bertongkol dua. Pengendalian gulma pada saat jagung masih muda (20 hari setelah tanam) memberikan hasil terbaik pada semua parameter tersebut.
pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 dari umur pertanaman.
Berbagai metode pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi penurunan produksi jagung akibat persaingan dengan gulma. Chikoye et al (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan metode jarak tanam serta peyemprotan glifosat dalam mengendalikan gulma. Dan hasilnya metode jarak tanam serta peyemprotan glifosat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan produksi jagung per luas lahan. Jarak tanam yang lebih dekat memberi tinggi tanaman dan produksi yang lebih besar dibandingkan jarak yang lebih lebar. Dan penyemprotan glifosat mampu menekan keberadaan gulma pada pertanaman jagung sehingga tinggi tanaman serta produksi jagung lebih besar dibandingkan pertanaman jagung tanpa penyemprotan glifosat.
Respon yang diberikan jagung terhadap metode pengendalian gulma yang diuji oleh Chikoye et al (2005) disebabkan oleh tanggapan gulma pada pertanaman tersebut. Pada jarak tanam yang lebih sempit didapatkan biomassa gulma lebih kecil dibandingkan biomassa pada jarak tanam yang lebih lebar. Hal yang sama juga diperlihatkan pada penyemprotan glifosat yang ternyata mampu menekan biomassa gulma hingga mencapai 18.7%.
Tanveer et al (1999) mendapatkan hasil yang berbeda yaitu jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gulma. Dalam penelitiannya, waktu pengendalian gulma yang mampu memberi pengaruh nyata terhadap bobot kering gulma. Karena secara umum, bobot kering gulma akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan waktu kompetisi antara gulma dengan tanaman.
gulma antar barisan, pembabatan gulma secara keseluruhan, gulma dibiarkan tumbuh serta dengan aplikasi herbisida pada barisan. Didapatkan hasil tanaman lebih baik pada pembabatan gulma antar barisan dibandingkan metode lainnya. Keuntungan pembabatan antara lain karena mampu mencegah erosi akibat hujan. Penggunaan herbisida pada barisan juga memberikan hasil yang baik terhadap pengendalian gulma. Dengan herbisida gulma tahunan yang masih kecil dapat dikendalikan, tidak seperti metode pembabatan. Pengaplikasian herbisida pada barisan juga mampu mengurangi penggunaan herbisida mejadi 50 %. Dari hasil identifikasi gulma, didapatkan lebih banyak gulma yang tumbuh di antara barisan dibandingkan di dalam barisan. Karena dengan adanya cahaya yang mencapai tanah mampu mendukung perkecambahan bibit gulma. Karena dengan semakin lebarnya kanopi kedelai mampu menekan pertumbuhan gulma di bawahnya (Donald, 2000).
Herbisida
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang digunakan sebagai pengendalian gulma dikenal dengan nama herbisida. Penggunaan herbisida diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada tanaman budidaya, karena itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa yang bersifat selektif dan cara serta waktu pengaplikasian yang tepat (Sukman dan Yakup, 1995).
menyebabkan seluruh sel rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasi ke bagian lain ( Moenandir, 1988 ).
Herbisida bersifat kontak; berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok untuk mengendalikan gulma setahun karena bila terkena akan menyebabkan mati keseluruhan. Sedangkan gulma tahunan bila terkena herbisida ini hanya seperti dibabat bagian atasnya karena perakarannya tidak mati contoh : herbisida Paraquat ( Gromoxone ). Kerjanya mengahambat proses photosystem I pada fotosintesis. Herbisida kontak ada 2 yaitu : herbisida kontak selektif dan hebisida kontak non selektif. Bersifat sistemik; berarti herbisida yang diberikan pada tumbuhan ( gulma ) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tumbuhan tersebut misalnya titik tumbuh, akar, rimpang dan lain-lain sehingga tumbuhan / gulma tersebut akan mengalami kematian total. Contoh: Glyphosate ( Roundup ). Cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino ( Triharso, 1995 ).
Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yangdisemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracuna berkembang lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman, 1975).
herbisida ini bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ tanaman, sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk mengedalikan gulma golongan rumputan dan berdaun lebar. Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi tidak aktif bila bersentuha dengan tanah. Paraquat tidal ditranslokasikan ke titik tumbuh, residunya tidak
13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di desa Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang pada tanah dengan kandungan unsur hara Nitrogen (0.22 %), Posfor (39.15 ppm), Kalium (0.69 %), bahan organik (1.99 %) serta pH (6.10). Sebelum dilakukan penelitian, lahan tersebut digunakan sebagai peternakan ayam, lalu ditanami kedondong yang ditumpangsarikan dengan jagung manis. Penelitian dimulai akhir Juni 2008 sampai awal Oktober 2008 dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi (Lampiran 37 dan 38).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas DK3, glifosat (Round-Up), paraquat (Gromoxoe), Nitrogen (Urea), Posfor
(SP-36), Kalium (KCl), insektisida (Decis 2,5 EC).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, cangkul, sabit kecil, knapsack, meteran, beaker glass, timbangan analitik, tugal, pacak sampel, label, tali plastik, ember, pisau, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Metode Penelitian
Faktor I : Sistem Jarak Tanam (J) sebagai main plot dengan 3 perlakuan : J1 = Sistem satu baris (60 cm x 25 cm)
J2 = Sistem dua baris (25 cm x 25 cm, jarak Baris
berikutnya 60 cm)
J2 = Sistem baris segitiga ( 25 cm x 25 cmx 25 cm, jarak dengan
baris segitiga berikutnya 60 cm)
Faktor II : Metode pengendalian gulma (G) sebagai sub plot dengan 5 perlakuan yaitu :
G1 = tanpa pengendalian gulma (kontrol TP)
G2 = bebas gulma sepanjang musim tanam (kontrol BG)
G3 = pengendalian gulma secara manual umur 2 MST (manual)
G4 = disemprot dengan glifosat umur 4 MST (glifosat)
G5 = disemprot dengan paraquat umur 4 MST (paraquat)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :
J1G1 J1G2 J1G3 J1G4 J1G5
J2 G1 J2G2 J2G3 J2G4 J2G5
J3G1 J3G2 J2G3 J2G4 J2G5
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot utama : 9 plot
Jumlah sub plot : 45 plot
Ukuran plot utama : 275 cm x 1375 cm Ukuran sub plot : 275 cm x 275 cm Jarak antar plot utama : 70 cm
Jarak antar sub plot : 50 cm
Jumlah tanaman sampel per plot : 10 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier yaitu:
Yijk = + i + j + dij + k + ( )jk + ijk
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat sistem jarak tanam perlakuan ke-j dan metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
= Nilai tengah
i = Pengaruh blok Ke-i
j = Pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j
dij = Galat pengaruh sistem jarak tanam perlakuan ke-j k = Pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke -k
)jk = Pengaruh interaksi sistem jarak tanam perlakuan ke-j dengan metode
pengendalian gulma perlakuan ke -k
ijk = Galat percobaan pengaruh metode pengendalian gulma perlakuan ke-k
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian diolah dengan menggunakan traktor kecil dengan kedalaman olah tanah 15-25 cm. Pengolahan dilakukan hingga tanah menjadi gembur, rata dan bersih dari sisa-sisa gulma dan perakaran. Dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 275 cm x 275 cm dengan jarak antar plot 70 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam 3 – 5 cm. Jarak antar lubang ditentukan sesuai dengan perlakuan pola tanam. Pada sistem satu baris menggunakan jarak tanam 60 cm x 25 cm, sistem dua baris menggunakan jarak 25 cm x 25 cm, sedangkan pada sistem baris segitiga berjarak 25 cm x 25 x 25 cm (Gambar 1). Setiap lubang ditanam satu biji jagung lalu ditutup dengan tanah. Jagung ditanam dengan barisan tegak lurus dengan arah matahari terbit.
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
a b c
Gambar 1. Bagan Sistem Jarak Tanam: a. Satu baris, b. Dua baris, c. Baris segitiga
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman dilakukan dengan menanam benih jagung pada lubang tanam yang tanamannya tidak tumbuh atau pertumbuhanya tidak baik.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan yaitu 135 Kg N/Ha, 36 Kg P2O5 /Ha dan 25 Kg K2O/Ha (Warisno, 1998). Dosis pemupukan dikonversikan dalam 300 Kg Urea/Ha, 100 Kg SP-36/ Ha dan 50 Kg KCl. Pemberian Nitrogen dibagi atas tiga tahap, dimana diberikan 1/3 bagian dari dosis pada masing-masing tahap berturut-turut pada saat tanam, umur 4 MST dan 8 MST. Sedangkan pupuk P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pada lubang yang dibuat sedalam 5 cm dengan jarak 5 cm dari lubang tanam lalu ditutup dengan tanah.
Penyiraman
Selama penelitian tidak dilakukan penyiraman karena curah hujan yang cukup tinggi.
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dosis 0,5 cc/liter air saat malai tanaman jagung mulai mekar karena ada serangan kutu pada malai. Selama penelitian tidak terjadi serangan penyakit sehingga tidak dilakukan penyemprotan fungisida.
Panen
Jagung dipanen pada umur 14 MST saat warna kelobot telah berubah warna menjadi kuning dan biji telah keras. Cara panen jagung adalah dengan mematahkan tangkai tongkol jagung.
Pengeringan dan Pemipilan
Setelah panen, dilakukan pengeringan brangkasan dan tongkol jagung selama tiga hari di bawah sinar matahari langsung. Penjemuran dilakukan di atas seng yang dihamparkan di bawah sinar matahari. Kemudian dilakukan pemipilan tongkol dengan tangan.
Parameter
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan umur 2 MST dengan interval dua minggu sekali hingga muncul bunga jantan sebanyak 75 %.
Jumlah Klorofil Daun Jagung
paling tengah. Pengukuran dilakuan pada bagian pangkal, tengah dan ujung daun lalu diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga (7 MST).
Umur berbunga
Umur berbunga ditentukan pada saat bunga jantan setiap tanaman muncul. Dicatat umur berbunga setiap hari dimulai sejak bunga pertama keluar sampai dengan tanaman per plot berbunga sebanyak 75 %.
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol dua per plot
Tanaman yang dihitung adalah tanaman keseluruhan dalam plot kecuali tanaman pada barisan terluar. Tanaman yang dihitung adalah tanaman yang mengeluarkan dua tongkol.
Bobot 100 Biji per plot
Biji dikeringkan dan dipipil lalu secara acak diambil 100 biji per plot dan ditimbang.
Nilai Indeks Panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot biji pipilan kering per tanaman dengan bobot brangkasan kering per tanaman.
Produksi Per Tanaman
Biji dipipil setelah dikeringkan. Produksi pipilan kering per tanaman dihitung dengan menimbang biji pipilan masing-masing tanaman.
Produksi Per Hektar
Produksi pipilan kering per hektar merupakan proyeksi dari produksi pipilan kering per tanaman yaitu dengan mengalikan produksi per tanaman dengan populasi tanaman jagung per hektar dengan ketentuan:
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J2 = 93.600 tanaman
- Populasi tanaman per hektar pada sistem tanam J3 = 97.478 tanaman Persentase Kerusakan Jagung
Gejala pengamatan berupa adanya bercak kecoklatan seperti terbakar dan daun kekuningan. Gejala yang muncul diamati untuk mengetahui sejauh mana herbisida dapat mempengaruhi tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak dua tahap dan disesuaikan dengan jenis herbisida yang diaplikasikan. Tahap I, pengamatan satu minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan paraquat dan dua minggu setelah penyemprotan untuk perlakuan glifosat. Tahap II, pengamatan dilakukan dua minggu setelah penyemprotan untuk paraquat sedangkan untuk glifosat dilakukan pengamatan pada tiga minggu setelah penyemprotan. Persentase kerusakan dihitung dengan membagi jumlah daun yang rusak dengan jumlah seluruh daun tanaman tersebut lalu dikali 100 % seperti rumus berikut :
% 100 daun seluruh jumlah
rusak yang daun Kerusakan
% = ×
Persentase PemulihanTanaman Jagung (%)
Pemulihan tanaman dari kerusakan akibat herbisida diamati pada setiap tanaman. Pengamatan akibat paraquat dilakukan dua minggu setelah penyemprotan sedangkan pengamatan pemulihan dari kerusakan akibat glifosat dilakukan 3 minggu setelah penyemprotan. Persentase pemulihan dihitung dengan pengurangan persentase kerusakan tahap I dengan persentase kerusakan tahap II.
Gulma dalam Barisan
dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma diidentifikasi lalu dihitung Nilai Jumlah Dominasi (NJD) dengan rumus sebagai berikut
3 BK FN KN
SDR = + +
Keterangan:
KN = Kerapatan Nisbi, diperoleh dengan membagikan Kerapatan Mutlak terhadap jumlah semua spesies dikali 100%
FN = Frekwensi Nisbi, diperoleh dengan membagikan Frekwensi Nisbi mutlak terhadap jumlah Nilai Frekwensi Mutlak semua jenis spesies dikali 100 % BK= Bobot kering gulma
Gulma antar Barisan
Jenis gulma antar barisan diidentifikasi dengan membuat petak contoh pada setiap plot ukuran 25 cm x 50 cm pada area antar barisan tersebut. Pengamatan dilakukan sebelum penyiangan dan bersamaan dengan panen. Jenis dan populasi gulma diidentifikasi dihitung Sum Dominan Ratio (SDR).
Bobot kering Gulma dalam Barisan
Jenis gulma diidentifikasi dengan membuat petak dalam barisan pada setiap plot dengan ukuran 25 cm x 50 cm (Gambar 1) kemudian dipotong pangkal batang gulma yang tumbuh pada petak tersebut. Kemudian gulma dikeringkan dan ditimbang tiap jenisnya. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman jagung dipanen.
Bobot kering Gulma antar Barisan (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman jagung umur 2, 4, 6, dan 8 MST pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung umur 2, 4, 6 dan 8 MST
Waktu Peng. Jarak Tanam
Rataan Pengamatan Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga
---cm---
2 MST
Kontrol TP 54.96 54.43 55.05 54.81
Kontrol BG 55.04 55.85 55.25 55.38
Manual 54.99 56.67 54.37 55.34
Glifosat 54.14 55.25 54.13 54.51
Paraquat 54.68 55.57 55.86 55.37
Rataan 54.76 55.56 54.93
4 MST
Kontrol TP 108.09 106.88 107.00 107.32 b Kontrol BG 112.25 109.98 110.27 110.83 a
Manual 109.65 107.97 108.50 108.71 ab
Glifosat 108.32 106.98 106.29 107.20 b
Paraquat 108.40 106.35 106.15 106.97 b
Rataan 109.34 107.63 107.64
6 MST
Kontrol TP 173.07 172.00 173.00 172.69 b Kontrol BG 186.63 186.43 186.03 186.37 a
Manual 186.47 185.40 185.90 185.92 a
Glifosat 185.87 184.03 184.07 184.66 a
Paraquat 185.30 183.77 183.63 184.23 a
Rataan 183.47 182.33 182.53
8 MST
Kontrol TP 262.26 259.43 259.6 260.43 b Kontrol BG 269.80 262.36 262.13 264.76 a
Manual 269.73 261.90 261.63 264.42 a
Glifosat 267.80 261.60 260.30 263.23 ab
Paraquat 267.23 261.90 259.70 262.94 ab
267.36
Satu baris Dua baris Baris segitiga
T
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada pengamatan 8 MST tetapi tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST. Berbeda halnya dengan pengendalian gulma yang berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung sejak umur 4, 6, hingga 8 MST.
Pada Tabel 1 diperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma terhadap tinggi jagung.
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi jagung 8 MST. Tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (60 cm x 25 cm) sebesar 267,36 cm yang berbeda nyata dengan sistem dua baris serta baris segitiga. Tidak ada perbedaan signifikan tinggi tanaman pada dua baris dengan baris segitiga. Tinggi tanaman pada kedua sistem jarak tanam tersebut berkisar antara 260.7 cm – 261.4 cm.
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap tinggi jagung umur 8 MST ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 3. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST
260.43
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
T
Gambar 3. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Tinggi Tanaman 8 MST Masing-masing metode pengendalian memperlihatkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tinggi tanaman pada pengendalian manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat memberikan peningkatan tinggi tanaman berkisar 1.49 cm - 3.99 cm jika dibandingkan dengan tinggi tanaman yang bebas gulma sepanjang musim.
Jumlah Klorofil Daun Jagung
Jumlah klorofil daun jagung pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Sistem jarak tanam, metode pengedalian gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun jagung.
Tabel 2. Rataan Jumlah klorofil daun jagung
50.19
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
U
Umur berbunga pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Namun, pengendalian gulma memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga jagung. Metode pengendalian manual memberikan umur berbunga tercepat ( 49.27 HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan metode disemprot paraquat (49.61 HST). Sedangkan umur berbunga terlama pada metode disemprot glifosat (49.81 HST). Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap umur berbunga ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Umur Berbunga Tabel 3. Rataan Umur Berbunga Jagung
Metode pengendalian manual dan disemprot paraquat memberikan umur berbunga yang tidak berbeda dengan umur berbunga pada jagung bebas gulma, namun berbeda dengan umur berbunga jagung tanpapengendalian gulma.
Bobot 100 Biji Perplot
Bobot 100 biji pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 4.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, namun pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap parameter ini. Bobot 100 biji pada masing-masing metode pengendalian berbeda tidak nyata terhadap bobot 100 biji perlakuan bebas gulma. Bobot 100 biji pada tanaman yang dilakukan pengendalian gulma berkisar 25.09 g – 25.80 g. Sedangkan bobot 100 biji pada jagung tanpa pengendalian gulma sebesar 24.51 g.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap bobot 100 biji ditampilkan pada Gambar 5.
Tabel 4. Rataan Bobot 100 Biji
Peng. Jarak Tanam Rataan
Gulma Satu baris Dua baris Baris segitiga ---g---
Kontrol TP 24.88 24.51 24.88 24.51 b
Kontrol BG 27.07 25.74 27.07 25.74 a
Manual 26.76 25.80 26.76 25.80 a
Glifosat 26.47 25.09 26.47 25.09 a
Paraquat 25.80 25.78 25.80 25.78 a
24.67
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
B
Gambar 5. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Bobot 100 Biji
Produksi Per Tanaman
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pegendalian gulma terhadap produksi per tanaman ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Produksi Pertanaman
Peng. Jarak Tanam Rataan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Sistem jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Produksi per tanaman pada satu baris (220.92 g) dan baris segitiga (214.08 g) berbeda nyata dengan dua baris (198.16 g).
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per tanaman jagung ditampilkan pada Gambar 6.
.
220.92
Satu baris Dua baris Baris segitiga
P
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
P
Gambar 6. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Per Tanaman
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman. Metode pengendalian manual memberikan produksi per tanaman tertinggi (220.51 g) sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat memberikan produksi yang lebih rendah yaitu berkisar 204.35 g - 208.90 g. Keberadaan gulma sepanjang musim tanam mampu menurunkan produksi sebesar 14.38 %. Pengendalian gulma dengan metode manual, disemprot glifosat dan disemprot paraquat mampu menaikkan produksi per tanaman berturut-turut sebesar 11.83 %, 6.56% dan 4.86%.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per tanaman dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Tanaman
Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot
Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 6.
0
12.35
Satu baris Dua baris Baris segitiga
%
Tabel 6. Rataan Persentase Jumlah Tanaman bertongkol dua perplot
Peng. Jarak Tanam
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot tertinggi dijumpai pada perlakuan satu baris (12.35 %) dan berbeda nyata dengan perlakuan dua baris (4.00%) dan baris segitiga (5.26%).
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
1.7
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
%
namun masih memberikan persentase yang lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa pengendalian gulma yaitu berkisar 67.98% - 76.61%.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot ditampilkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Jagung Bertongkol dua perplot
Interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot. Dalam sistem satu baris pengendalian manual memberikan persentase tertinggi sedangkan terendah diberikan perlakuan glifosat serta paraquat yang berbeda tidak nyata. Pada sistem dua baris, pengendalian manual memberikan persentase yang berbeda tidak nyata dengan pengendalian paraquat sedangkan perlakuan glifosat memberikan persentase terendah. Sedangkan pada sistem baris segitiga, pengendalian manual, glifosat dan paraquat memberikan persentase yang berbeda tidak nyata satu sama lain. Dan kombinasi perlakuan yang memberikan persentase jumlah tanaman bertongkol dua tertinggi pada perlakuan J1G2 (18.52 %) dan terendah pada perlakuan J3G1 (0.64 %).
0 5 10 15 20
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
P
Gambar 10. Pengaruh Interaksi Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Persentase Jumlah Tanaman Bertongkol Dua Per Plot
Produksi Per Hektar
Produksi per hektar pada sistem jarak tanam dan pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 7.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Huruf diiukuti x,y, atau z dibandingkan pada main plot masing-masing. Huruf di dalam kurung dibandigkan secara umum.
Produksi per hektar tertinggi dijumpai pada perlakuan sistem baris segitiga (17.94 ton) dan terendah pada sistem satu baris (11.73 ton)
Pengaruh sistem jarak tanam terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 11.
Tabel 7. Rataan Produksi Perhektar
11.73
Satu baris Dua baris Baris segitiga
P
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
p
Gambar 11. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Produksi Perhektar
Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Pengendalian manual memberikan produksi tertinggi (15.94 ton) dan berbeda tidak nyata dibandingkan produksi per ton kontrol bebas gulma. Penyemprotan glifosat dan paraquat berbeda tidak nyata serta menghasilkan produksi per hektar yang lebih rendah namun masih memberikan peningkatan hasil berkisar 6% - 8.5% dibandingkan kontrol tanpa pengendalian gulma.
Pengaruh metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi Per Hektar
0 5 10 15 20
Kontrol TP Kontrol BG Manual Glifosat Paraquat
p
bebas gulma sedangkan penyemprotan glifosat dan paraquat belum mampu memberikan produksi per hektar lebih tinggi daripada control tanpa pengenndalian gulma.
Berbeda halnya dengan sistem baris segitiga, ketiga perlakuan memberikan produksi per hektar yang berbeda tidak nyata dengan kontrol bebas gulma sehingga ketiganya mampu mecegah kehilangan produksi per hektar berkisar 14.46 ton – 17.18 %. Pengaruh interaksi sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap produksi per hektar ditampilkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Pengaruh Sistem Jarak Tanam dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Produksi perhektar
Nilai Indeks Panen
Nilai indeks panen pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma yang berbeda ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Nilai Indeks Panen
Sistem jarak tanam dan metode pengendalia gulma berpegaruh tidak nyata terhadap nilai indeks panen jagung.
Persentase Kerusakan Jagung
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengendalian gulma terhadap persentase kerusakan tanaman jagung ditampilkan pada tabel 9.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sistem jarak tanam, metode pengendalian gulma serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata persentase kerusakan jagung
Persentase Pemulihan Jagung
Pengaruh sistem jarak tanam dan metode pengedalian gulma terhadap persentase pemulihan tanaman jagung ditampilkan pada Tabel 10.
Sistem jarak tanam, metode pegendalian gulma serta iteraksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase pemulihan jagung.
Tabel 9. Rataan Persentase Kerusakan Tanaman Jagung
Peng. Jarak Tanam (J)
Rataan Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga
---%---
Glifosat 49.03 34.34 32.68 38.69
Paraquat 49.21 48.80 51.44 49.82 Rataan 49.12 41.58 42.06
Tabel 10. Rataan Persentase Pemulihan Tanaman Jagung
Peng. Jarak Tanam (J)
Rataan Gulma (G) Satu baris Dua baris Baris segitiga
---%---
Glifosat 38.63 18.35 18.62 25.20
Paraquat 32.77 32.57 34.41 33.25
Gulma Dalam Barisan
Data gulma dalam barisan sebelum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Idetifikasi Gulma Dalam Barisan Sebelum Perlakuan
Dari Tabel 11, terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 10 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J1G4 (276 gulma) dengan didominasi Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan sebelum perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 121 gulma dengan didominasi Cyperus sp.
Gulma yang dominan adalah Cyperus sp (SDR = 64.33 %), Euphorbia
prunifolia (SDR = 31.87 %) dan Boreria latifolia (SDR = 25.74 %).
Identifikasi gulma dalam barisan setelah perlakuan dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Data Identifikasi Gulma Dalam Barisan Saat Panen
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan setelah perlakuan terdapat 13 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 3 spesies
dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma dalam barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J3G3 sebanyak 60 individu dengan didominasi gulma Boreria latifolia. Jumlah gulma dalam barisan terendah pada perlakuan J1G5 sebanyak 28 individu dengan didominasi gulma Ipomoea
triloba.
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah
Boreria laevis (SDR = 47.75 %), Echinochloa colonum (SDR = 46.43 %) dan
Boreria latifolia (SDR = 42.62 %).
J1G3
Euphorbia prunifolia 41 0 Cleome rutidospermae 27 0 Boreria latifolia 0 13 Echinochloa colonum 51 5
Lantana camara 10 0 Cleome rutidospermae 16 0 Ipomoea triloba 5 0 Euphorbia prunifolia 53 0 asam-asaman 1 0 Boreria latifolia 75 0 Erechtites sanchifolia 0 3
Boreria laevis 28 13
Total 276 31
J1G5
Lantana camara 23 0 17.67 Cleome rutidospermae 18 0
Euphorbia prunifolia 21 4 Ipomoea triloba 5 12 Boreria latifolia 69 10 Echinochloa colonum 38 0 Cyperus sp 8 0
Echinochloa colonum 0 31 Euphorbia prunifolia 37 0 Axonopus compressus 0 3 Centotheca lappacaea 0 1 Boreria laevis 0 21
Cleome rutidospermae 13 0
Total 141 56
J2G4
Euphorbia prunifolia 26 13 14.23 Cleome rutidospermae 11 0
Ipomoea triloba 5 0 Lantana camara 10 0 Boreria latifolia 88 0 Echinochloa colonum 48 6 Phillanthus niruri 5 0
Echinochloa colonum 24 5 Axonopus compressus 6 0 Ageratum conyzoides 4 0 Cleome rutidospermae 12 0 Ipomoea triloba 21 0 Echinochloa colonum 0 12
Ipomoea triloba 0 14 Euphorbia prunifolia 11 0 Cleome rutidospermae 12 0
Cyperus sp 139 0 Cleome rutidospermae 15 0 Lantana camara 17 0 Ipomoea triloba 5 17 Asam-asaman 1 0 Echinochloa colonum 31 0 Asysatasia intrusa 0 7 Cleome rutidospermae 23 0
Gulma Antar Barisan
Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan sebelum penyiangan terdapat 14 spesies gulma, yang terdiri dari 9 spesies dari golongan berdaun lebar, 4 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah gulma antar barisan sebelum perlakuan tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 303 individu dengan didominasi gulma Cyperus sp. Jumlah gulma antar barisan sebelum perlakuan terendah pada perlakuan J1G3 sebanyak 141 individu dengan didominasi gulma Euphorbia prunifolia. Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah Cyperus sp (SDR = 50.97 %), Euphorbia prunifolia (SDR = 45.94 %) dan Boreria latifolia (SDR = 43.36 %).
Identifikasi gulma antar barisan tanaman jagung sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Data Identifikasi Gulma Antar Barisan Saat Panen
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan saat panen terdapat 10 spesies gulma, yang terdiri dari 8 spesies dari golongan berdaun lebar, 1 spesies dari golongan berdaun sempit dan 1 spesies dari golongan teki. Jumlah
gulma antar barisan saat panen tertinggi pada perlakuan J2G3 sebanyak 88 individu dengan didominasi gulma Echinochloa colonum. Jumlah gulma antar
barisan terendah pada perlakuan J3G4 dan J3G5 sebanyak 44 individu dengan didominasi Boreria latifolia.
Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa gulma yang paling dominan adalah
Boreria laevis (SDR = 50.30 %), Boreria latifolia (SDR = 42.78 %) dan
Echinochloa colonum (SDR = 34.41 %).
Tabel 16. Data Suksesi Gulma Antar Barisan Sebelum Perlakuan dan Saat Panen
Cleome rutidospermae 10 0 Ageratum conyzoides 2 1
Cleome rutidospermae 40 0 Cyperus sp 18 0 Euphorbia prunifolia 93 14 Boreria latifolia 80 7 Echinochloa colonum 15 3 Asam-asaman 1 0
Cleome rutidospermae 12 0 Euphorbia prunifolia 56 0 Echinochloa colonum 0 15
Boreria laevis 0 11
Total 171 81
J2G3
Cyperus sp 218 0 6.65 Setaria plicata 6 0
Euphorbia prunifolia 63 13 Cleome rutidospermae 8 0 Ipomoea triloba 7 0 Erechtites sachifolia 0 3 Ageratum conyzoides 1 0
Cleome rutidospermae 21 0 Echinochloa colonum 13 17 Euphorbia prunifolia 25 0 Lantana camara 9 0
Euphorbia prunifolia 53 0 Cleome rutidospermae 14 0 Boreria latifolia 22 0 Echinochloa colonum 7 18 Lantana camara 4 0 Cleome rutidospermae 30 0
Echinochloa colonum 10 7 J3G3 Ipomoea triloba 6 8 Euphorbia prunifolia 27 9 Boreria latifolia 0 17
Erechtites sachifolia 0 3
Total 172 44
J3G4 Ipomoea triloba 16 16 29.24 Cyperus sp 58 0
Cleome rutidospermae 32 0 Clidemia hirta 5 0 Boreria latifolia 63 18 Echinochloa colonum 23 0 Lantana camara 22 0 Euphorbia prunifolia 36 4 Phillanthus niruri 2 0
Asystasia intrusa 0 6
Total 257 44
J3G5 Ipomoea triloba 14 19 28.17 Euphorbia prunifolia 68 10
Lantana camara 11 0 Boreria latifolia 16 16 Cleome rutidospermae 18 0 Cyperus sp 47 0 Echiochloa colonum 51 0 Asam-asaman 4 0
Asystasia intrusa 0 10
Bobot Kering Gulma Dalam Barisan
Bobot kering gulma dalam barisan setelah perlakuan pada sistem jarak tanam dan metode pengendalian yang berbeda ditampilkan pada Tabel 17.
Tabel 17. Rataan bobot kering gulma dalam barisan
Perlakuan Jenis Gulma Blok Rataan Total
1 2 3
J1G1
Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 135.57 g dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (126.99 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J3G2 sebesar 5.65 g yang didominasi gulma Boreria
latifolia (3.73 g).
Bobot Kering Gulma Antar Barisan
Rataan bobot gulma kering tertinggi pada perlakuan JIG1 sebesar 87.09 g dengan didominasi gulma Asystasia intrusa (47.13 g) dan rataan bobot kering gulma terendah pada perlakuan J2G2 sebesar 11.29 g yang didominasi gulma Boreria
latifolia (6.97 g). Bobot kering gulma antar barisan saat panen pada sistem jarak
Pembahasan
Pengaruh Sistem Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3
Jarak tanam yang lebih sempit meningkatkan persaingan antar jagung. Sistem satu baris memiliki persaingan yang lebih rendah sehingga mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada sistem satu baris yang dapat memberikan tinggi jagung tertinggi dibandingkan dua baris dan baris segitiga. Sedangkan antara sistem dua baris dan baris segitiga memperlihatkan tinggi tanaman yang tidak berbeda jauh karena populasi kedua sistem sistem jarak tanam tersebut hampir sama sehingga tingkat persaingan antar tanaman yang terjadi tidak jauh berbeda pula.
Produksi per tanaman pada satu baris tidak berbeda nyata dengan baris segitiga padahal tinggi tanaman antara kedua sistem tersebut berbeda nyata. Hal ini mungkin karena tanaman pada baris segitiga mampu memberikan hasil assimilat yang maksimal. Produksi ini mungkin disebabkan karena hasil assimilat lebih sedikit yang dipergunakan untuk pembentukan batang sehingga menambah produksi.
assimilasi dengan lebih baik yang pada akhirnya mampu membuat tanaman jagung mengeluarkan tongkol kedua walaupun hasil tongkol kedua tidak ada.
Jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan populasi yang bertujuan agar memberikan produksi per hektar yang lebih besar. Sistem baris segitiga memiliki populasi yang lebih besar dibandingkan satu baris serta dua baris. Walaupun produksi per tanaman lebih besar pada sistem satu baris, ternyata dengan populasi yang lebih banyak lebih mampu memberikan produksi per ha yang lebih maksimal. Hal ini juga diperlihatkan oleh Maddonni et al (2006) dimana jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan produksi per ha yang lebih besar.
Pada sistem baris segitiga mempunyai kepadatan populasi yang lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Namun ternyata memberikan bobot 100 biji, produksi per tanaman serta persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot yang lebih besar dibandingkan sistem dua baris. Diduga hal ini berkaitan dengan efisiensi cahaya matahari yang diterima pada jagung untuk kedua sistem jarak tanam tersebut. Dengan sistem dua baris, daun jagung yang berdekatan akan lebih banyak yang tumpang tindih sehingga penyerapan cahaya matahari lebih sedikit dibandingkan sistem baris segitiga. Karena pada baris segitiga, posisi jagung akan memberikan ruang yang lebih sehingga daun yang tunpang tindih lebih sedikit.
Pengaruh Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Varietas DK3
gulma tidak sampai memberikan pengaruh yang besar pada kemampuan tanaman dalam pertumbuhan batang.
Umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air serta cahaya matahari. Didapatkan umur berbunga yang berbeda pada pengendalian gulma yag berbeda pula. Pengendalian mekanik memberikan umur berbunga tercepat dibandingkan penyemprotan glifosat. Sedangkan penyemprotan paraquat walaupun tidak berbeda nyata dengan glifosat tetap lebih mampu memberikan umur berbunga yang lebih cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu bereaksi tanaman akibat paraquat lebih cepat sehingga pemulihannya juga lebih cepat yang akhirnya tanaman dapat kembali melakukan metabolismenya.
Pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Tetapi metode pengendalian yang diuji tidak memberikan perbedaan yang nyata satu sama lain bahkan dibandingkan dengan bobot 100 biji tanaman bebas gulma. Namun hasil yang berbeda didapatkan pada produksi per tanaman dimana hanya pengendalian mekanik memberikan produksi per tanaman tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan produksi per tanaman bebas gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena pengendalian mekanik memberikan jumlah biji yang lebih banyak sehingga produksi per tanamannya lebih besar dibandingkan penyemprotan glifosat dan paraquat.