RESPON TANAMAN JAGUNG (Zea mays) TERHADAP JARAK TANAM DAN PUPUK ORGANIK
Oleh
Pantas Simanjuntak
Dosen Tetap Fakultas Pertanian UMI, Medan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk organik
(pupuk kandang ayam) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays,
L.). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu jarak tanam dan dosis pupuk kandang ayam yang diulang 3 kali. Faktor Jarak
Tanam (J) terdiri dari : J1 = Jarak tanam 80 cm x 40 cm; J2 = Jarak tanam 75 cm x 30 cm; J3 =
Jarak tanam 60 cm x 30 cm; J4 = Jarak tanam 50 cm x 40 cm. Faktor dosis pupuk kandang (K)
terdiri dari : K0 = 0 ton/ha (kontrol); K1 = 10 ton/ha (3,375 kg/plot); K2 = 20 ton/ha (6,750
kg/plot) dan K3 = 30 ton/ha (10,125 kg/plot). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan jarak
tanam 80 cm x 40 cm dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot, tetapi berbeda tidak nyata terhadap luas daun tanaman jagung. Dengan pemberian dosis pupuk organik 30 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot. Interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan bobot jagung pipil per plot, tetapi tidak nyata terhadap jumlah daun, luas daun, panjang tongkol, umur berbunga dan bobot 100 biji jagung.
Kata kunci : jagung, jarak tanam dan pupuk organik
Pendahuluan
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok
kedua setelah beras. Jagung juga
mempunyai arti penting dalam
pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula (Bakhri, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakkan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi
(peningkatan produktivitas). Program
peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan
melakukan perbaikan teknologi dan
manajemen pengelolaan. Usaha-usaha
tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif,
efisien dan berkualitas) telah dapat
menghasilkan jagung sebesar 7 – 9 ton/ha seperti ditemukannya varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu (Bakhri, 2007).
Dalam pertanaman jagung sering terjadi persaingan antar tanaman jagung maupun antara tanaman dengan gulma untuk
mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh indeks luas
daun (ILD) yang optimum dengan
pembentukan bahan kering yang maksimum. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.
Pemupukan berperan penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan atau mencukupi unsur hara yang berguna bagi tanaman. Salah satu hara yang penting dalam pertumbuhan
tanaman adalah nitrogen. Nitrogen
dibutuhkan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun tanaman (Hakim, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Go dan Bailey, 2005).
Pupuk kandang merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, karena di dalam pupuk kandang terkandung bahan organik yang dapat mempengaruhi struktur tanah, pH, daya pegang tanah terhadap air, serta dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah (Sutedjo, 1994). Pupuk kandang juga dapat memantapkan agregat tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah (Hakim dkk., 2005).
Dibandingkan dengan pupuk
kandang lainnya, pupuk kandang ayam
memiliki beberapa kelebihan, seperti:
mengandung unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi, tidak banyak mengandung biji gulma, dan menunjang produksi tahunan
yang konstan bila dinyatakan sebagai bahan kering (Soepardi, 1983).
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka penulis melakukan penelitian
pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis (Zea mays, L.).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk organik (pupuk kandang ayam)
terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis (Zea mays, L.).
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis (Zea mays L.).
2. Ada pengaruh dosis pupuk kandang
ayam terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis (Zea
mays L.)
3. Ada interaksi jarak tanam dan dosis
pupuk kandang ayam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung manis (Zea mays L.)
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian, Jl. Setia Budi Harmonika Baru Pasar II Tanjung Sari, Belakang Kampus III
Universitas Methodist, Medan dengan
ketinggian tempat 32 m di atas permukaan
laut (dpl).
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu jarak tanam dan dosis pupuk kandang ayam yang diulang 3 kali. Faktor Jarak Tanam (J) terdiri
dari : J1 = Jarak tanam 80 cm x 40 cm; J2 =
Jarak tanam 75 cm x 30 cm; J3 = Jarak
tanam 60 cm x 30 cm; J4 = Jarak tanam 50
cm x 40 cm. Faktor dosis pupuk kandang
(K) terdiri dari : K0 = 0 ton/ha (kontrol); K1
= 10 ton/ha (3,375 kg/plot); K2 = 20 ton/ha
(6,750 kg/plot) dan K3 = 30 ton/ha (10,125
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah secara statistik dengan model linier sebagai berikut (Bangun, 1995) :
Yijk = μ + גi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Terhadap faktor yang berpengaruh nyata pada uji sidik ragam selanjutnya
dilakukan uji beda rataan dengan
menggunakan uji BNJ pada taraf 5% dan 1 % (Hanafiah, 2003). Pengaruh yang nyata pada uji sidik ragam pada taraf dosis pupuk kandang ayam selanjutnya dilakukan uji regresi.
Parameter yang diamati terdiri dari : tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot
Hasil Penelitian Tinggi Tanaman
Hubungan antara jarak tanam
dengan tinggi tanaman jagung pada berbagai dosis pupuk organik pada umur 8 MST, diperlihatkan pada Gambar 2.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 T ingg i T ana m an (c m ) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J) K0 K1 K2 K3
Gambar 2. Respon tinggi tanaman terhadap dosis pupuk organic dan jarak tanam pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam Diameter Batang
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan diameter batang tanaman jagung pada berbagai jarak tanam umur 8 MST diperlihatkan pada Gambar 3.
1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
D ia m et er B at ang (m m ) J1 J2 J3 J4
Gambar 3. Respon diameter batang terhadap dosis pupuk organic pada berbagai jarak tanam pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam
Hubungan antara jarak tanam
dengan diameter batang tanaman jagung pada berbagai dosis pupuk organik pada umur 8 MST, diperlihatkan pada Gambar 4.
0.0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 D ia m et er B at ang (m m ) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J) K0 K1 K2 K3
Gambar 4. Respon diameter batang terhadap dosis pupuk organic dan jarak tanam pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam
Jumlah Daun
Hubungan antara jarak tanam
dengan jumlah daun tanaman jagung pada umur 8 MST diperlihatkan pada Gambar 5.
7.05 6.90 6.88 6.78 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 Jum la h D aun (he la i) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J)
Gambar 5. Responj jumlah daun terhadap Jarak Tanam pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam
J1: Ŷ = 1,504 + 0,013 K; r = 0,98
J2: Ŷ = 1,534 + 0,008 K; r = 0,97
J3: Ŷ = 1,432 + 0,006 K; r = 0,99
Hubungan antara dosis pupuk organik dengan jumlah daun tanaman jagung pada umur 8 MST, diperlihatkan pada Gambar 6. 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
Jum la h D aun (he la i)
Gambar 6. Respon jumlah daun terhadap Dosis pupuk Organik pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam
Luas Daun
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan luas daun tanaman jagung diperlihatkan pada Gambar 7.
100 150 200 250 300 350 400 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
L ua s D aun (c m ²)
Gambar 7. Respon luas daun terhadap dosis pupuk organic
Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian dosis pupuk organik maka luas daun tanaman semakin meningkat. Peningkatan luas daun tanaman mengikuti kurva regresi linier positif.
Umur Berbunga
Hubungan antara jarak tanam
dengan umur berbunga tanaman jagung diperlihatkan pada Gambar 8.
48.83 49.00 49.67 49.75 48.0 48.2 48.4 48.6 48.8 49.0 49.2 49.4 49.6 49.8 50.0 U m ur B erbu nga (ha ri ) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J)
Gambar 8. Respon umur berbunga terhadap jarak tanam
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan umur berbunga tanaman jagung diperlihatkan pada Gambar 9.
48.0 48.4 48.8 49.2 49.6 50.0 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
U m ur B erbu nga (ha ri )
Gambar 9. Respon umur berbunga terhadap dosis pupuk organic
Panjang Tongkol
Hubungan antara jarak tanam
dengan panjang tongkol jagung
diperlihatkan pada Gambar 10.
15.23 14.80 13.94 14.00 13.0 13.5 14.0 14.5 15.0 15.5 16.0 P anj ang T ong kol (c m ) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J)
Gambar 10. Respon panjang tongkol terhadap jarak tanam
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan panjang tongkol tanaman jagung diperlihatkan pada Gambar 11.
Ŷ = 6,75 + 0,01 K; r = 0,95
Ŷ = 49,75 - 0,03 K; r = -0,95 Ŷ = 231,29 + 3,23 K; r = 0,98
12.0 12.8 13.6 14.4 15.2 16.0 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
P anj ang T ong kol (c m )
Gambar 11. Respon panjang tongkol terhadap dosis pupuk organic
Bobot 100 Biji
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan jarak tanam, bobot 100 biji
jagung terberat terdapat pada perlakuan J1
berbeda sangat nyata dengan J4, berbeda
nyata dengan J3, tetapi berbeda tidak nyata
dengan J2.
Hubungan antara jarak tanam
dengan
bobot
100
biji
jagung
diperlihatkan pada Gambar 12.
27.87 27.66 27.43 27.15 26.5 26.8 27.1 27.4 27.7 28.0 Bo bot 10 0 B iji (g) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J)
Gambar 12. Respon bobot 100 biji terhadap jarak tanam
Dari Gambar 12 terlihat bahwa bobot 100 biji jagung terberat terdapat pada
perlakuan jarak tanam J1 (80 cm x 40 cm),
diikuti pada jarak tanam J2 (75 cm x 30 cm),
sedangkan bobot 100 biji jagung teringan
terdapat pada jarak tanam J3 (60 cm x 30
cm).
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan bobot 100 biji jagung diperlihatkan pada Gambar 13.
26.0 26.7 27.4 28.1 28.8 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
Bo bot 10 0 B ij i J agun g (g )
Gambar 13. Respon bobot 100 biji terhadap dosis pupuk organic
Bobot Jagung Pipil per Plot
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa, bobot jagung pipil per plot terberat terdapat
pada kombinasi perlakuan J1K3 sebesar 2,8
kg, sedangkan teringan terdapat pada
kombinasi perlakuan J4K0 sebesar 1,84 kg.
Hubungan antara dosis pupuk
organik dengan bobot jagung pipil per plot diperlihatkan pada Gambar 14.
1.3 1.7 2.1 2.5 2.9 0 10 20 30
Dosis Pupuk Organik (ton/ha)
Bo bot J agun g P ipi l pe r P lot (kg ) J1 J2 J3 J4
Gambar 14. Respon bobot jagung pipil per plot terhadap pupuk organic pada berbagai jarak tanam
Dari Gambar 14 terlihat bahwa bobot jagung pipil terberat diperoleh pada
perlakuan J1 dan J2 yang dikombinasikan
dengan pemberian pupuk organik dengan dosis 20 ton dan 30 ton/ha. Semakin tinggi dosis pemberian pupuk organik, bobot jagung pipil semakin meningkat mengikuti kurva regresi linier.
Hubungan antara jarak tanam
dengan bobot jagung pipil pada berbagai dosis pupuk organik, diperlihatkan pada Gambar 15. Ŷ = 13,79 + 0,05 K; r = 0,98
Ŷ = 27,01 + 0,03 K; r =
0,95
J1: Ŷ = 2,53 + 0,008 K; r = 0,97 J2: Ŷ = 2,51 + 0,006 K; r = 0,99 J3: Ŷ = 2,30 + 0,008 K; r = 0,98 J4: Ŷ = 1,85 + 0,021 K; r = 0,980 1 1 2 2 3 3 Bo bot J agun g P ipi l pe r P lot (kg ) J1 J2 J3 J4 Jarak Tanam (J) K0 K1 K2 K3
Gambar 15. Respon bobot jagung pipil per plot terhadap jarak tanam pada berbagai dosis pupuk organic
Gambar 15 menunjukkan bahwa peningkatan bobot jagung pipil per plot semakin meningkat dengan pemberian pupuk organik. Peningkatan bobot jagung pipil akan lebih baik jika jarak tanam yang digunakan lebih renggang.
Pembahasan
Pengaruh Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
paling baik pada jarak tanam J1 (80 cm x 40
cm) dan J2 (75 cm x 30 cm). Jarak tanam
yang lebih renggang memiliki pertumbuhan
dan produksi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan pada jarak tanam yang lebih rapat. Hal ini disebabkan pada jarak tanam ini dapat mengurangi/meminimalkan tumpang tindih tanaman, sehingga intersepsi cahaya yang masuk ke dalam daun tanaman
menjadi lebih banyak. Peningkatan
intensitas cahaya yang masuk pada daun tanaman akan semakin meningkatkan proses fotosintesis pada tanaman. Peningkatan laju fotosintesis akan menghasilkan fotosintat
yang digunakan dalam pertumbuhan
tanaman. Dengan pertumbuhan tanaman yang baik akan diikuti oleh pembentukan buah dan pengisian biji jagung yang lebih baik, sehingga diperoleh produksi jagung yang lebih baik.
Menurut Sastrahidajat dan
Soemarno (1991), tanaman yang hidup
menggunakan karbohidrat untuk
respirasinya. Pertumbuhan tanaman
tergantung pada imbangan fotosintesis, yang membangun karbohidrat dan bahan tanaman dan respirasi yang menguraikan karbohidrat. Kalau fotosintesis melebihi respirasi, seperti yang lazim terjadi pada tanaman yang sedang tumbuh, akan terjadi pertumbuhan. Akan tetapi pada kondisi yang kurang cahaya, respirasi mungkin sama dengan
fotosintesis dan pertumbuhan akan
terhambat.
Menurut (Soemarno, 1991) bahwa, penggunaan jarak tanam harus disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan, sedangkan pada tanah yang kurang subur lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat. Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan akan kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat.
Pengaruh Dosis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung
Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot. Peningkatan ini diduga berhubungan erat
dengan besarnya fotosintat yang
ditranslokasikan ke bagian tongkol. Semakin besar fotosintat yang ditranslokasikan ke tongkol maka semakin meningkat pula pembentukan tongkol dan biji tanaman jagung.
Peningkatan dosis pupuk kandang berbanding lurus dengan peningkatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot. Semakin besar dosis pupuk kandang, maka tinggi tanaman dan jumlah daun semakin besar pula. Respon tersebut diduga berkaitan dengan kelebihan dari pupuk kandungan yang dapat menaikan bahan serap tanah terhadap air dan membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan. Pupuk kandang
menunjukan tingkat dekomposisi yang sangat tinggi sehingga laju produksi nitrat
cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk
kandang berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air, dan kation-kation tanah (Hardjowigeno, 2003). Unsur hara N pada urea berperan dalam pembentukan daun, namun unsur ini mudah tercuci sehingga diperlukan bahan organik untuk meningkatkan daya menahan air dan kation-kation tanah.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang dan tanah yang diserap tanaman akan ditranslokasikan pada
bagian-bagian vegetatif tanaman. Saat
memasuki pertumbuhan generatif unsur hara tersebut lebih diperlukan untuk pembungaan dan pembentukan biji. Menurut Soepardi (1983), pupuk kandang merupakan sumber nitrogen yang memberikan pengaruh paling cepat dan menyolok pada pertumbuhan tanaman dibandingkan unsur lainnya.
Tinggi tanaman mempengaruhi
jumlah daun. Semakin besar tinggi tanaman, maka jumlah daun semakin besar pula. Jumlah daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman. Tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter batang. Semakin besar tinggi tanaman, maka
diameter batang semakin besar dan
sebaliknya.
Diameter batang berpengaruh
terhadap kekokohan tanaman agar tidak mudah roboh ketika menghasilkan tongkol. Diameter batang jagung yang besar biasanya menghasilkan tongkol yang besar pula dan
sebaliknya. Diameter batang juga
berpengaruh terhadap bobot brangkasan dan tinggi tanaman, semakin besar diameter
batang maka semakin tinggi bobot
brangkasan dan tinggi tanaman.
Interaksi antara Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung
Pengaturan jarak tanam jagung dan
pemberian pupuk organik akan
meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan bobot jagung pipil per plot.
Menurut Salisbury & Ross (1992)
menyatakan bahwa luas daun tanaman merupakan suatu faktor yang menentukan jumlah energi matahari yang dapat diserap oleh daun dan akan menentukan besarnya
fotosintat yang dihasilkan. Dengan
pemberian pupuk kandang sebagai bahan organik penyedia unsur hara dan mengatur jarak tanam sedemikian rupa sehingga
cahaya dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin maka akan diperoleh hasil
fotosintesis yang semakin besar. Fotosintat tersebut sangat menentukan hasil biji karena sebagian fotosintat ditimbun dalam biji. Selama periode pengisian biji terjadi peningkatan akumulasi bahan kering dan kekurangan hara pada periode ini akan menyebabkan biji tidak berkembang penuh. Tersedianya hara yang cukup sepanjang pertumbuhan tanaman, dalam hal ini dengan pemberian pupuk kandang memberikan kemungkinan tanaman menimbun bahan kering yang lebih banyak, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Dalam penelitian ini ternyata
dengan memberikan pupuk kandang ayam pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung menampakkan hasil terbaik yang akhirnya menghasilkan berat tongkol layak jual terbaik, hal ini disebabkan kandungan hara yang terdapat dalam pupuk kandang ayam cukup tinggi.
Selama pengisian biji, pengangkutan nitrogen dan fotosintat dari bagian daun sangat besar, nitrogen mengatur penggunaan fosfor yang merangsang pembungaan dan pembentukan buah. Selama pertumbuhan tersebut, diduga pupuk kandang terus
mengalami dekomposisi dan nitrogen
pada saat tanaman memasuki fase pembungaan dan pengisian biji. Menurut Soepardi (1983), nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan, memperbesar biji, dan meningkatkan kandungan protein pada tanaman serelia; mengatur penggunaan fosfor, kalium, dan penyusun lainnya. Sedangkan menurut Lingga dan Marsono (2008), nitrogen berperan dalam dalam
merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan dan pembentukan hijauan daun
yang sangat berguna dalam proses
fotosintesis. Selain itu, nitrogen berperan dalam membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Dengan jarak tanam 80 cm x 40 cm
dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot, tetapi berbeda tidak nyata terhadap luas daun tanaman jagung.
Dengan pemberian dosis pupuk organik
30 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot 100 biji dan bobot jagung pipil per plot.
Interaksi antara jarak tanam dan dosis
pupuk organik berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, diameter
batang dan bobot jagung pipil per plot, tetapi tidak nyata terhadap jumlah daun, luas daun, panjang tongkol, umur berbunga dan bobot 100 biji jagung.
Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung disarankan menggunakan jarak tanam 80 cm x 40 cm dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang 30 ton/ha.
Daftar Pustaka
Anonimus, 2006. Budidaya Jagung Sweet Corn dan Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta.
Bakhri, S. 2007. Budidaya Jagung dengan
Konsep Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT). Badan Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP)
Sulawesi Tengah.
Bangun, M.K., 1995. Perancangan
Percobaan. Fakultas Pertanian,
USU-Medan.
Buckman, H. and N. C. Brady. 1986 Ilmu
Tanah. Terjemahan. Oleh
Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Hakim, N; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis; S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.A. Diha; Go B. H. dan H. Balley, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan
Percobaan Teori dan Aplikasi.
Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Isnani, M. 2006. Pertanian Organik, untuk
Menunjang Ekonomi dan
Kelestarian Bumi. Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Jumin, H. B. 1988. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Muhadji, D. M., 1985. Pembuatan dan Produksi Benih Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Cetakan II, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwono, M. S. dan R. Hartono, 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1992. Plant
Physiology. 4th Ed. Wadsworth
Publishing Company Bellmount, California.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Sutanto, R, 2002. Penerapan Pertanian
Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius,
Yogyakarta.
Sutedjo, M.M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Suprapto, H. S., 1988. Bertanam Jagung.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Warisno, 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.