• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogea L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogea L.)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

WAKTU DAN JARAK TANAM TANAMAN JAGUNG (Zea

mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)

SKRIPSI

OLEH :

IRWANTO 050301018 BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

WAKTU DAN JARAK TANAM TANAMAN JAGUNG (Zea

mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)

SKRIPSI

OLEH :

IRWANTO 050301018 BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian

(3)

Judul Skripsi : Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis

hypogea L.)

Nama : Irwanto

NIM : 050301018

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina . M AgrSc. PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi Ir. Asil Barus, MS

Ketua

(4)

ABSTRAK

IRWANTO: Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) dibimbing oleh ASIL BARUS dan NINI RAHMAWATI

Tumpangsari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan pasar 1 Tanjung Sari Medan, Sumatera Utara (± 25 m dpl.) pada Juli – Oktober 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda yaitu Waktu Tanam (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam, bersamaan jagung dan kacang tanah, 2 minggu setelah kacang tanah ditanam ), dan Jarak Tanam (100 cm x 50 cm, 100 cm x 100 cm, 100 cm x 150 cm), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5 %.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali produksi jagung pipil perplot. Jarak tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali umur berbunga.Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh yang nyata.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Irwanto, dilahirkan pada tanggal 1 November 1986 di Negeri Lama,

Rantauprapat yang merupakan anak keempat dari empat bersaudara, putra dari

ayahanda Sanijo dan Ibunda Wakiyem.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Rantau Utara, pada tahun

2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) dan memilih Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti praktek

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Waktu dan Jarak Tanam Tanaman

Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (

Arachis hypogea L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada bapak Ir. Asil Barus, MS selaku ketua dan ibu Nini Rahmawati,

SP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian serta dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Sanijo

dan Ibunda Wakiyem, kepada kakakku Murni, Ruslina dan Srinani, serta seluruh

anggota keluarga yang senantiasa banyak memberikan dukungan moril maupun

materil.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan

yang telah banyak membantu yaitu: Rahmat Ridwan, Pahala, Chaken, Okta, Acha,

Bedul, Didik Wilson, Aji, Bedul, Hotman, Syahril, Langgus, Jamilin, Ainul, Hery,

Eko, Janes, Pak Lurah, Baboy, Bang Deni, Bang Zhibur, Bang Rudi, Esra, Artha,

Herta, Tere, Astri, Amie, Maylindra, Junita adik-adik ’08 dan ‘011, serta semua

pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(7)

persaudaraan dan kebersamaan yang telah terjalin serta atas dukungan yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Medan, Mei 2011

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA

Penyiangan dan pembumbunan ... 18

Pengendalian hama dan penyakit ... 18

Panen ... 19

Peubah Amatan ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Jumlah cabang (cabang) ... 19

Umur Berbunga (hari) ... 19

(9)

Jumlah Polong Persampel (polong) ... 20

Bobot Biji Persampel (gram) ... 20

Produksi Jagung Pipil Perplot (gram)... 20

Bobot Kering 100 Biji (gram) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Tinggi tanaman (cm) pada perlakuan waktu tanam dan jarak

tanam jagung pada umur 2, 3, 4 MST ... 22

2. Jumlah cabang (cabang) pada perlakuan waktu tanam dan

jarak tanam jagung pada umur 2, 3, 4 MST ... 24

3. Umur berbunga (hari) pada perlakuan waktu tanam dan jarak

tanam jagung ... 26

4. Jumlah ginofor (ginofor) pada perlakuan waktu tanam dan

jarak tanam jagung ... 27

5. Bobot polong persampel (gram) pada perlakuan waktu tanam

dan jarak tanam jagung ... 29

6. Jumlah polong persampel (polong) pada perlakuan waktu

tanam dan jarak tanam jagung... 31

7. Bobot biji persampel (gram) pada perlakuan waktu tanam

dan jarak tanam jagung ... 33

8. Produksi jagung pipil perplot (gram) pada perlakuan waktu

tanam dan jarak tanam jagung... 34

9. Bobot kering 100 biji (gram) pada perlakuan waktu tanam

(11)

DAFTAR GAMBAR

5. Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam ... 26

6. Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam ... 27

7. Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam ... 28

8. Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam ... 29

9. Hubungan antara bobot polong persampel dengan waktu tanam ... 30

10.Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam ... 30

11.Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam ... 32

12.Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam ... 32

13.Hubungan antara bobot biji persampel dengan waktu tanam ... 33

(12)

15.Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak

tanam ... 35

16.Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan waktu tanam ... 36

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 43

2. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 43

3. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44

4. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 44

5. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45

6. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 45

7. Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 2 MST ... 46

8. Sidik ragam jumlah cabang 2 MST ... 46

9. Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 3 MST ... 47

10.Sidik ragam jumlah cabang 3 MST ... 47

11.Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 4 MST ... 48

12.Sidik ragam jumlah cabang 4 MST ... 48

13.Data pengamatan umur berbunga (hari) ... 49

14.Sidik ragam umur berbunga ... 49

15.Data pengamatan jumlah ginofor (ginofor) ... 50

16.Sidik ragam jumlah ginofor ... 50

17.Data pengamatan bobot polong persampel (gram) ... 51

18.Sidik Ragam bobot polong persampel ... 51

19.Data pengamatan jumlah polong persampel (polong) ... 52

20.Sidik ragam jumlah polong persampel ... 52

21.Data pengamatan bobot biji persampel (gram) ... 53

22.Sidik ragam bobot biji persampel ... 53

23.Data pengamatan produksi jagung pipil perplot (gram) ... 54

24.Sidik ragam produksi jagung pipil perplot ... 54

25.Data pengamatan bobot kering 100 biji (gram) ... 55

26.Sidik ragam bobot kering 100 biji ... 55

27.Deskripsi Jagung Varietas Pioner 12 ... 56

(14)

29.Bagan penelitan ... 58

30.Rencana kegiatan penelitian ... 60

(15)

ABSTRAK

IRWANTO: Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) dibimbing oleh ASIL BARUS dan NINI RAHMAWATI

Tumpangsari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan pasar 1 Tanjung Sari Medan, Sumatera Utara (± 25 m dpl.) pada Juli – Oktober 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda yaitu Waktu Tanam (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam, bersamaan jagung dan kacang tanah, 2 minggu setelah kacang tanah ditanam ), dan Jarak Tanam (100 cm x 50 cm, 100 cm x 100 cm, 100 cm x 150 cm), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5 %.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali produksi jagung pipil perplot. Jarak tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali umur berbunga.Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh yang nyata.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomi cukup

tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk

Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi

pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di Indonesia.

(Adisarwanto, 2000).

Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara,

Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia. Dari data yang di peroleh

dari BPS (Badan Pusat Statistik) di tiap provinsi di Indonesa pada tahun 2009,

menunjukan bahwa di Indonesia luas areal pertanaman kacang tanah sekitar

628.660 ha dan produksinya sekitar 763.507 Ton. Dari tahun ke tahun luas areal

pertanaman kacang tanah di Indonesia semakin menyempit, pada tahun 2006

seluas 706.753 hektar menjadi 660.480 hektar pada tahun 2007 dan pada tahun

2009 luas areal pertanamannya sekitar 628.660 hektar. Produksi hasil kacang

tanah dari tahun ke tahun pun menurun seiring berkurangnya lahan pertanian

khususnya luas areal kacang tanah. Pada tahun 2006 produksi hasil sekitar

838.096 ton, pada tahun 2009 sekitar 763.507 ton selama tahun 2006 sampai 2009

produksi hasil kacang tanah berkurang 74.569 ton, tidak sebanding dengan makin

bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun di Indonesia yang mengakibatkan

(17)

Dalam mengatasi permasalahan ini diperlukan teknik produksi berupa

teknologi serta pengetahuan yang baik tentang kacang tanah dan penggunaan

benih unggul untuk memperbaiki tingkat hasil produksi kacang tanah. Dalam

pengadaan teknik produksi dan benih unggul pemerintah perlu ikut andil dalam

pendanaan serta tenaga penyuluh pertanian pada tiap daerah sehingga bangsa kita

tidak perlu lagi impor kacang tanah dari Negara lain (Badan Pusat Statistik, 2010).

Peningkatan produksi dapat juga diupayakan dengan memperbaiki kultur

teknis, seperti perawatan tanaman, pemupukan yang tepat dan sistem draenasi.

Salah satu penurunan produksi kacang tanah dapat disebabkan oleh

ketidakmampuan ginofor sampai ke dalam tanah sehingga menyebabkan ginofor

gagal membentuk polong (Pitojo, 2005).

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai

di tanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh

akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung diseluruh

dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara

berkembang ( Iriani dkk, 2009).

Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena

merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Di

samping bijinya, biomassa hijauan jagung diperlukan dalam pengembangan ternak

sapi. Kebutuhan jagung dalam dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 44,9

juta ton padda tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2010.

Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti

Amerika, Argentina dan Cina mulai membatasi volume ekspor karena kebutuhan

(18)

Dari segi jenisnya, dikenal dua jenis jagung yakni hibrida dan komposit

( bersari bebas ). Dibanding jagung komposit, jagung hibrida pada umumnya

mempunyai kelebihan dalam hal potensi hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan

tanaman lebih seragam. Meskipun potensinya lebih rendah dibanding hibrida,

tetapi jagung komposit unggul yang dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Serelia

( Balitsereal ) berdaya hasil cukup tinggi, mencapai 7,6 - 8,4 ton/ha. Kelebihan

dari jagung komposit adalah produksi benihnya dapat dilakukan dengan mudah

oleh petani ( Akil dan Dahlan, 2009 ).

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam

barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih

jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa

juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda ( Warsana, 2009 ).

Waktu tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem

tumpangsari, terutama ada tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk

mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur

agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan

( Warsana, 2009 ).

Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok

besar,yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan

CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan

C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer

(19)

kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3 (Deptan,

2010).

Dalam fotosintesis C3 berbeda dengan C4, pada C3 karbon dioxida masuk

ke sikluscalvin secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen.

Tanaman C3 mempunyai suatu peran penting dalam metabolisme, tanaman C3

mempunyai kemampuan fotorespirasi yang rendah karena mereka tidak

memerlukan energi untuk fiksasi sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan 20%

carbon dalam siklus calvin karena radiasi, tanaman ini termasuk salah satu group

phylogenik. Konsep dasar reaksi gelap fotosintesis siklus Calvin (C3) adalah

sebagai berikut: CO2 diikat oleh RUDP untuk selanjutnya dirubah menjadi

senyawa organik C6 yang tidak stabil yang pada akhirnya dirubah menjadi

glukosa dengan menggunakan 18ATP dan 12 NADPH. Siklus ini terjadi dalam

kloroplas pada bagian stroma. Untuk menghasilkan satu molekul glukosa

diperlukan 6 siklus C3 (Deptan, 2010).

Merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya yang

terlalu tinggi. Pemberian naungan dilakukan pada budidaya tanaman yang

umumnya termasuk kelompok C3 maupun dalam fase pembibitan Pada fase bibit,

semua jenis tanaman tidak tahan IC penuh, butuh 30-40%, diatasi dengan

naungan. Pada tanaman kelompok C3, naungan tidak hanya diperlukan pada fase

bibit saja, tetapi sepanjang siklus hidup tanaman, dengan semakin dewasa umur

tanaman, intensitas naungan semakin dikurangi. Naungan selain diperlukan untuk

mengurangi intensitas cahaya yang sampai ketanaman pokok, juga dimanfaatkan

sebagai salah satu metode pengendalian gulma. Di bawah penaung, bersih dari

(20)

semakin cepat. Titik kompensasi gulma rumputan dapat ditentukan sama dengan

IC (Intensitas Cahaya) pada batas mulai ada pertumbuhan gulma. Tumbuhan

tumbuh ditempat dengan IC lebih tinggi dari titik kompensasi (sebelum tercapai

titik jenuh), hasil fotosintesis cukup untuk respirasi dan sisanya untuk

pertumbuhan. Manfaat pemberian naungan terhadap iklim mikro: Mengurangi IC

di sekitar sebesar 30-40%, mengurangi aliran udara disekitar tajuk, kelembaban

udara disekitar tajuk lebih stabil (60-70%), mengurangi laju evapotranspirasi,

terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dengan tingkat transpirasi tanaman

(Deptan, 2010).

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap

gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan

sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi

dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman

budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi

antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum

untuk memperoleh hasil yang maksimum (Dad Resiworo, 1992).

Tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), dan tumbuhan tertentu

lain tidak mengikat karbon dioksida secara langsung. Pada tumbuhan ini senyawa

pertama yang terbentuk setelah jangka waktu pelaksanaan fotosintesis yang sangat

pendek, bukanlah senyawa 3-C asam fosfogliserat (PGA), melainkan senyawa 4-C

asamoksaloasetat (OAA). Metode alternatif fiksasi karbon dioksida untuk

fotosintesis ini disebut jalur Hatch-Slack. Tumbuhan yang menggunakan jalur ini

(21)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu dan jarak tanam

tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pertumbuhan dan produksi

kacang tanah (Arachis hypogea L.).

Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan respon pada pertumbuhan dan produksi kacang tanah

akibat perbedaan waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung serta interaksi

kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan, dan diharapkan dapat pula berguna bagi

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

dalam taksonomi adalah:

Sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tetraploid.

Ada dua bentuk tanaman utama, yaitu tipe menjalar dengan pertumbuhan merayap

atau menyebar dan tipe semak dengan pertumbuhan agak lebih tegak dan kurang

menyebar (Tindal, 1983).

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut: yang

pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.

Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai

alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah

sepanjang + 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang)

yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar

(23)

bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya pengikat

zat nitrogen di udara (Deptan, 2006).

Kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai daun

terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi

sebagai penahan dan penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan gerakan

nyetittropic merupakan aktifitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat menyerap

cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir masa

pertumbuhan dan dimulai dari bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur

daun ada hubungannya dengan faktor penyakit (Asiamaya, 2000).

Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek.

Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral

dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm. Cabang lateral dekat

dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah

yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah

tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri

atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu.

Disebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan

bendera (vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang

disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga

adalah sebenarnya tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning

kemerah-merahan. Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada

(24)

Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi

pembuahan. Buah kacang tanah berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan

bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi polong. Mula-mula

ujung ginofor yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh mengarah ke

bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu

menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofor terhenti. Panjang ginofor ada

yang mencapai 18 cm. Tempat berhentinya ginofor masuk ke dalam tanah

tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang terbentuk di cabang

bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong

(Deptan, 2006).

Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan

penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang

ditanam tidak menunjukan perkecambahan epigeal atau hipogeal, tetapi kotiledon

terdorong ke permukaan tanah oleh hipokotil dan tetap pada permukaan tanah

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh

Tanah

Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir.

Kemasaman (pH) tanah optimal adalah 6,5-7,0. apabila pH tanah lebih besar dari

7,0 maka daun berwarna kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe,

Mn) dan sering kali timbul bercak hitam pada polong. Kacang tanah mjemberikan

hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan berdrainase baik, terutama

tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan

(25)

Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan

baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah dan lingkungan yang ideal untuk pertanaman kacang tanah adalah

tanah yang cukup mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro

antara lain karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrigen (N), Fosfor (F),

kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S); sedangkan unsur hara

mikro antara lain besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), seng (Zn), cuprum

(Cu), boron (B) dan klor (Cl) (pitojo, 2005).

Iklim

Di Indonesia kacang tanah cocok di tanam didataran rendah yang

ketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan

tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi antara 250-320C. Sedikit lembab (rH

65%-75%). Curah hujan 800-1300mm per tahun dan tempat terbuka

Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar 250-300C di

bawah suhu 250C perkembangan akan terhambat dan suhu diatas 35o

Fotoperiode mempengaruhi jumlah relatif pertumbuhan vegetatif dan

reproduktif, tetapi keseimbangan juga tergantung pada suhu. Menguji interaksi

suhu / fotoperiode dalam suhu siang / suhu malam 26/22

C

berpengaruh terhadap produksi bunga (Weiss, 1983).

0

C dan 22/180C

disamping 30/260C. Mereka menguji bahwa tanaman pada suhu 30/260C

berbunga lebih awal, mereka juga lebih tinggi dan lebih berat dengan lebih banyak

(26)

lainnya, tanpa memperhatikan fotoperiode jumlah polong sangat dipengaruhi

oleh fotoperiode (Wynne dan Emery, 1973).

Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak

dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola

tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja dan

pemanfaatan lahan), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3)

dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap

mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang

diusahakan gagal, 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan

stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta

mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (

Warsana, 2009 ).

Untuk mengurangi kompetisi sekaligus memaksimalisasi hasil dalam

sistem tumpang sari beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain : (1)

pemilihan jenis kombinasi tanaman sesuai dan bernilai ekonomis, (2) pengaturan

populasi atau jarak tanam, (3) penentuan waktu tanam (Kadekoh, 2007).

Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak tanaman

jagung antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40

cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah

15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha

lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan jarak tanaman kacang tanah adalah 30 x

20 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris

tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah dalam 1 ha kurang lebih

(27)

kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung

adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam) ( Warsana, 2009 ).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil total tanaman tumpangsari

umumnya lebih tinggi dibandingakan dengan pola monokultur, namun hasil

individu tanaman menurun. Menurunnya hasil tanaman yang dikombinasikan

tersebut terutama karena adanya kompetisi (yakni suatu proses partisi sumberdaya

lingkungan yang terdapat dalam keadaan kurang yang disebabkan oleh kebutuhan

yang serentak dari individu-individu yang mengurangi pertumbuhan dan kapasitas

produksinya) diantara bagian tanaman atau diantara spesies tanaman. Untuk itu

teknologi budidaya tumpangsari yang dikembanagkan harus selalu mengacuh

kepada minimalisasi kompetisi terhadap berbagai faktor tumbuh, baik kompetisi

antara spesies tanaman yang sama (intra-spesific competition), kompetisi antara

bagian tanaman (inter-plant competition) dan kompetisi antara spesies tanaman

yang berbeda (inter-spesific competition) (Kadekoh, 2007).

Salah satu contoh sistem tumpangsari dengan pola annual adalah

kombinasi tanaman jagung dan kacang tanah. Kacang tanah dan jagung

merupakan dua komoditi yang biasa ditanam petani secara tumpangsari. Kedua

jenis tanaman tersebut sesuai untuk ditumpangsarikan karena habitus kedua

tanaman berbeda, sehingga kemampuan memanfaatkan faktor-faktor tumbuh

berbeda pula. Kacang tanah merupakan tanaman leguminosa yang mempunyai

sifat dapat memperbaiki kesuburan tanah karena adanya kerjasama akar tersebut

dengan bakteri Rhizobium. Nitrogen yang difiksasi bakteri tersebut selain untuk

memenuhi kebutuhan tanaman inangnya, juga dapat tersedia untuk tanaman

(28)

tinggi. Kacang tanah merupakan komoditas yang diperdagangkan (cash crop),

demikian pula tanaman jagung karena dapat memenuhi keperluan subtitusi impor

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Pasar 1 Tanjung Sari, Medan

Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yakni mulai bulan juli sampai

oktober 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah

varietas Gajah dan benih jagung varietas Pioneer 12 sebagai objek pengamatan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman,

meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, handsprayer sebagai alat

aplikasi fungisida dan insektisida, guris untuk menyiangi gulma, timbangan

analitik untuk menimbang bobot polong, bobot biji, bobot 100 biji dan bobot

jagung pipil.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan,

yaitu:

Faktor I : Waktu Tanam (W) tanaman jagung dengan 3 taraf :

W0

W

= 2 minggu sebelum kacang tanah ditanam

1

W

= bersamaan ( jagung dan kacang tanah )

(30)

Faktor 2 : Jarak Tanam (J) Tanaman jagung dengan 3 taraf :

Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu: = 100 cm x 150 cm

Jumlah ulangan : 3 ulangan

2

Jumlah kombinasi : 9 kombinasi

Jumlah plot : 27 plot

Jumlah tanaman per plot : 108 tanaman

Jumlah sampel per plot : 5 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 2.916 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 135 tanaman

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Ukuran plot : 320 cm x 320 cm

Jarak tanam kacang tanah : 20 cm x 30 cm

Model Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier

sebagai berikut:

(31)

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan waktu tanam

pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah perlakuan

ρi = Pengaruh blok pada taraf ke-i

αj = Pengaruh waktu tanam pada taraf ke-j

βk = Pengaruh jarak tanam pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi kedua perlakuan

Σijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan waktu

tanam pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k

Jika analisis data nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji

Duncan dengan taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Sebelum lahan diolah, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma,

sisa-sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat petak-petak percobaan

dengan ukuran 320 cm x 320 cm. Dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak

antar plot 30 cm.

Penanaman

Benih yang akan ditanam terlebih dahulu diseleksi. Kemudian direndam

dengan air selama 10 menit. Lalu benih ditanam dengan cara menugal sedalam

2-3 cm sebanyak 2 benih/lubang tanam dengan jarak tanam untuk kacang tanah

25 cm x 30 cm, sedangkan untuk jagung 100 cm x 50 cm (W0), 100 cm x 100 cm

(W1), 100 cm x 150 cm (W2).

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 0,3 g, TSP 0,3 g dan

KCl 0,3 g per larikan sebagai pupuk dasar. Pupuk diaplikasikan pada 2 MST

secara larikan.S

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari terutama pada saat perkecambahan

dan pembentukan polong. Sewaktu jalannya penelitian hujan turun hampir setiap

2 hari sekali, oleh karena itu penyiraman dilakukan hanya pada waktu sore hari

(33)

Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 (satu) minggu setelah

tanam dimana hanya 1 tanaman sehat yang dibiarkan pada setiap lubang tanam.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau

pertumbuhannya tidak normal. Dan penyisipan ini dilakukan 1 minggu setelah

tanam. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama

pertumbuhannya dengan tanaman utama.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan setiap 5 hari sekali, karena sering hujan jadi harus

sering dilakukan penyiangan di lahan, dan penyiangan pertama dilakukan pada

saat tanaman berumur 1-2 minggu. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu

dengan mencabut seluruh gulma yang tumbuh di areal pertanaman dengan tangan

dan guris, serta membersihkan gulma-gulma di sekitar parit drainase dengan

cangkul. Bersamaan dengan hal tersebut dilakukan pembumbunan yang

dimaksudkan untuk memudahkan ginofora menembus tanah agar polong dapat

terbentuk dengan sempurna. Pembumbunan kacang tanah dilakukan pada waktu

ginofor terbentuk. Sedangkan pembumbunan jagung dilakukan pada umur 3 MST

dan selanjutnya jika ada tanaman jagung yang akarnya terlihat maka dilakukan

(34)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan

fungisida dengan konsentrasi 2 g/liter dan insektisida dengan konsentrasi 2 g/liter

air di sesuaikan dengan kondisi lahan.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut dan mendongkel, dimana

terlebih dahulu areal pertanaman disiram agar mempermudah pemanenan

tanaman. Umur panen kacang tanah yaitu + 100 hari, dan pemanenan dilakukan

tepat pada hari tersebut.

Peubah Amatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur setiap minggu mulai umur 2 minggu setelah tanam

sampai kacang tanah memasuki fase awal berbunga. Tinggi tanaman diukur mulai

dari pangkal batang sampai titik tumbuh terakhir.

Jumlah Cabang (cabang)

Jumlah cabang dihitung setiap minggu, mulai umur 2 minggu setelah

tanam dan berakhir sampai masa vegetataif (awal berbunga) berakhir, jumlah

cabang yang diukur adalah jumlah cabang primer.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga ditentukan dengan menghitung jumlah hari yang

dibutuhkan tanaman sampai 75 % tanaman berbunga. Dalam 1 plot terdapat 108

tanaman kacang tanah, jadi 75% dari 108 tanaman adalah 81 tanaman kacang

(35)

Jumlah Ginofor Terbentuk Per Sampel (Ginofor)

Jumlah ginofor per sampel dihitung pada minggu terakhir pengamatan

(saat panen).

Bobot Polong per sampel (g)

Bobot polong per sampel ditimbang untuk semua polong pada seluruh

tanaman sampel disetiap plot baik berisi maupun yang kosong dan dihitung pada

saat panen.

Jumlah Polong Per Sampel (polong)

Jumlah polong per sampel dihitung untuk semua polong pada seluruh

sampel tanaman baik polong berisi maupun polong yang kosong dan dihitung

pada saat panen.

Bobot Biji Per Sampel (g)

Ditimbang bobot semua biji pada tanaman sampel pada saat panen, yang

sebelumnya dikeringkan selama 3 hari.

Produksi Jagung Pipil Per Plot (g)

Ditimbang bobot semua semua biji tanaman jagung dalam 1 plot yang

telah dikeringkan dan dipipil.

Bobot Kering 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kacang tanah yang

telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing

perlakuan. Untuk memperoleh 100 biji kacang tanah dilakukan pengambilan biji

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa waktu tanam berpengaruh nyata

terhadap parameter: tinggi tanaman 2, 3 4 MST, jumlah cabang 2, 3, 4 MST, umur

berbunga, jumlah ginofor, bobot polong persampel, jumlah polong persampel,

bobot biji persampel, bobot kering 100 biji. Jarak tanam berpengaruh nyata

terhadap parameter: tinggi tanaman 2, 3, 4 MST, jumlah cabang 2, 3, 4 MST,

jumlah ginofor, bobot polong persampel, jumlah polong persampel, bobot biji

persampel, produksi jagung pipil perplot dan bobot kering 100 biji. Interaksi

berpengaruh nyata terhadap parameter : tinggi tanaman 2 MST.

Tinggi tanaman (cm)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat diketahui bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2, 3, 4 MST

sedangkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2, 3, 4

MST. Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap

parameter tinggi tanaman pada 2 MST

Perbedaan tinggi tanaman dari waktu tanam dan jarak tanam pada 2, 3, 4

(37)

Tabel 1. Rataan perbedaan tinggi tanaman (cm) dari Waktu Tanam dan Jarak

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 1.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST

terdapat pada perlakuan W0 (127,81 cm) dan terendah pada perlakuan W2

(113,43 cm).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan rataan

tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan J0 (122,31 cm) dan

terendah pada perlakuan J2 (118,30 cm )

Hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu tanam pada 4 MST dalam

(38)

Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu tanam pada 4 MST

Hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak tanam pada 4 MST dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak tanam pada 4 MST

Jumlah cabang (cabang)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang pada 2, 3, 4 MST,

sedangkan jarak tanam bepengaruh nyata terhadap jumlah daun cabang pada 2, 3,

(39)

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah cabang. Perbedaan jumlah cabang dari waktu tanam dan jarak

tanam pada 2, 3, 4 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan perbedaan jumlah cabang (cabang) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 2.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap jumlah cabang. Rataan jumlah cabang tertinggi pada 4 MST

terdapat pada perlakuan W2 (21,44 cabang) dan terendah pada perlakuan W0

(14,44 cabang).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap cumlah cabang dengan rataan

jumlah cabang tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan J2 (18,89 cabang)

dan terendah pada perlakuan J0 (16,89 cabang )

Hubungan antara jumlah cabang dengan waktu tanam pada 4 MST dalam

(40)

Gambar 3. Hubungan antara jumlah cabang dengan waktu tanam pada 4 MST

Hubungan antara jumlah cabang dengan jarak tanam pada 4 MST dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hubungan antara jumlah cabang dengan jarak tanam pada 4 MST

Umur Berbunga (hari)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, sedangkan jarak tanam

tidak bepengaruh nyata terhadap umur berbunga.

(41)

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap umur berbunga. Perbedaan umur berbunga dari waktu tanam dan jarak

tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan perbedaan umur berbunga (hari) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 3.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap umur berbunga. Rataan umur berbunga tercepat terdapat pada

perlakuan W2 (148,78 hari ) dan terlama terdapat pada perlakuan

W0 (153,23 hari).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dengan rataan

umur berbunga tercepat terdapat pada perlakuan J2 (150,44 hari) dan terlama

terdapat pada perlakuan J0 (151,33 hari )

Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 5

(42)

Gambar 5. Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam

Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 6

.

Gambar 6. Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam

Jumlah Ginofor (ginofor)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor, sedangkan jarak tanam

bepengaruh nyata terhadap jumlah ginofor.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah ginofor. Perbedaan jumlah ginofor dari waktu tanam dan jarak

tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan perbedaan jumlah ginofor (ginofor) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

(43)

Dari Tabel 4.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap jumlah ginofor. Rataan jumlah ginofor tertinggi terdapat pada

perlakuan W2 (140,9 ginofor) dan terendah terdapat pada perlakuan W0 (136,89

ginofor).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah ginofor dengan rataan

jumlah ginofor tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (142,56 ginofor) dan terendah

terdapat pada perlakuan J0 (133,11 ginofor)

Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam

Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 8.

(44)

Gambar 8. Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam

Bobot polong persampel (g)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot polong persampel, sedangkan jarak

tanam bepengaruh nyata terhadap bobot polong persampel.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot polong persampel. Perbedaan bobot polong persampel dari waktu

tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan perbedaan bobot polong persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 5.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap bobot polong persampel. Rataan bobot polong persampel

tertinggi terdapat pada perlakuan W2 (290,07 gram) dan terendah terdapat pada

(45)

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot polong persampel dengan

rataan bobot polong persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (292,19 gram)

dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (280,64 gram)

Hubungan antara bobot polong persampl dengan waktu tanam dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 8

.

Gambar 8. Hubungan antara bobot polong persampel dengan waktu tanam

Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 9

.

Gambar 9. Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam

(46)

Jumlah polong persampel (g)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong persampel, sedangkan jarak

tanam bepengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah polong persampel. Perbedaan jumlah polong persampel dari

waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan perbedaan jumlah polong persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap jumlah polong persampel. Rataan jumlah polong persampel

tertinggi terdapat pada perlakuan W2 (134,00 gram) dan terendah terdapat pada

perlakuan W0 (129,33 gram).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel dengan

rataan jumlah polong persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (135,11

gram) dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (126,00 gram)

Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam dalam

(47)

Gambar 9. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam

Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam

Bobot biji persampel (g)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji persampel, sedangkan jarak

tanam bepengaruh nyata terhadap bobot biji persampel.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot biji persampel. Perbedaan bobot biji persampel dari waktu tanam

dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

(48)

Tabel 7. Rataan perbedaan bobot biji persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 7.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap bobot biji persampel. Rataan bobot biji persampel tertinggi

terdapat pada perlakuan W2 (138,19 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan

W0 (134,49 gram).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot biji persampel dengan

rataan bobot biji persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (140,52 gram)

dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (131,47 gram)

Hubungan antara bobot biji persampel dengan waktu tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 11.

(49)

Hubungan antara bobot biji persampel dengan jarak tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam

Produksi jagung pipil perplot (g)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

tidak berpengaruh nyata terhadap parameter produksi jagung pipil perplot,

sedangkan jarak tanam bepengaruh nyata terhadap produksi jagung pipil perplot.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi jagung pipil perplot. Perbedaan produksi jagung pipil perplot

dari waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Rataan perbedaan produksi jagung pipil perplot (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

(50)

Dari Tabel 7.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang tidak nyata terhadap produksi jagung pipil perplot. Rataan produksi jagung

pipil perplot tertinggi terdapat pada perlakuan W1 (937,30 gram) dan terendah

terdapat pada perlakuan W0 (906,28 gram).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pipil perplot

dengan rataan produksi jagung pipil perplot tertinggi terdapat pada perlakuan J0

(1366,06 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan J2 (574,78 gram)

Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak tanam dalam

bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak tanam

Bobot kering 100 biji (g)

Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, sedangkan jarak

tanam bepengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji.

Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot kering 100 biji. Perbedaan bobot kering 100 biji dari waktu tanam

dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

(51)

Tabel 9. Rataan perbedaan bobot kering 100 biji (g) dari Waktu Tanam dan Jarak

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 9.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap bobot kering 100 biji. Rataan bobot kering 100 biji tertinggi

terdapat pada perlakuan W1 (52,45 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan

W0 (50,50 gram).

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji dengan

rataan bobot kering 100 biji tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (52,34 gram) dan

terendah terdapat pada perlakuan J0 (49,52 gram)

Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 14

.

Gambar 14. Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan waktu tanam

(52)

Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam dalam bentuk

histogram dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam

Pembahasan

Pengaruh waktu tanam tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap

pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)

Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh waktu tanam

tanaman jagung menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua perameter kecuali

parameter produksi jagung pipil perplot.

Hasil analisis data statistik juga menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari

semua parameter adalah perlakuan W2 (2 minggu setelah kacang tanah ditanam)

dan terendah pada perlakuan W0 (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam).

Waktu tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem tumpang sari,

terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh

tersebut, waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur agar pada periode

kritis dari suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan (Warsana, 2009) yang menyatakan bahwa Waktu tanam

(53)

tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh tersebut,

waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur agar pada periode kritis dari

suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan.

Pengaruh jarak tanam tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap

pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)

Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh jarak tanam

tanaman jagung menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua perameter kecuali

parameter umur berbunga. Hasil analisis data statistik juga menunjukkan bahwa

jarak tanam mampu meningkatkan nilai tertinggi hampir dari semua parameter.

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap

gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan

sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi

dapat ditekan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Dad Resiworo, 1992) yang

menyatakan bahwa Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing

tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke

permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping

juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit

mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena

adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah dari perlakuan waktu tanam tanaman

jagung yang di uji menunjukkan pengaruh yang nyata yaitu: W2 (2 minggu

setelah kacang tanah di tanam) menghasilkan jumlah cabang tertinggi (21,44

cabang), umur berbunga tercepat (148,78 hari ), jumlah ginofor tertinggi

(140,9 ginofor), bobot polong persampel tertinggi (290,07 gram), jumlah

polong persampel tertinggi (134,00), bobot biji persampel tertinggi (138,19

gram). W1 (bersamaam jagung dan kacang tanah) menghasilkan bobot kering

100 biji tertinggi (52,45 gram). W0 (2 minggu sebelum kacang tanah

ditanam) menghasilkan tanaman tertinggi (127,81 cm).

2. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah dari perlakuan jarak tanm tanaman

jagung yang di uji menunjukkan pengaruh yang nyata yaitu : J2 (100 cm x

150 cm) menghasilkan jumlah cabang tertinggi (18,89 cabang), bobot polong

persampel tertinggi (292,19 gram), jumlah polong persampel tertinggi

(135,11 gram), J1 (100 cm x 100 cm) menghasilkan jumlah ginofor tertinggi

(142,56 gram), bobot biji persampel tertinggi (140,52 gram), bobot 100 biji

tertinggi (52,34 gram). J0 (100 cm x 50 cm) menghasilkan tanaman tertinggi

(122,31 cm), produksi jagung pipil perplot tertinggi (1366,06 gram).

3. Interaksi dari waktu tanam dan jarak tanam tanman jagung terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah belum menunjukkan

(55)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan interval waktu tanam dan jarak

tanam yang berbeda.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta.

Adisarwanto, T. dan Widyastuti, Y.E. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Akil, M dan A. H. Dahlan. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai penelitian Tanaman Serelia, Maros,. Bogor.

Asiamaya, 2000. Kebutuhan Unsur Hara Pada Budidaya Kacang Tanah.

Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara all right reserved, 2008. http://www.Sumut.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010. Produksi Kacang Tanah 2006-201

Barea, J., M.J. Pozo, R. Azcon dan C Azconbaguilar, 2005. Microbial co-operation in the rhizosphere. J Exp. Bot., 56, 1761-1778.

Dad Resiworo J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai. Prosiding Konferensi

Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang.

Decoteau, D. R. 2000. Vegetable Crop. Prentice Hall. New York.

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2008. Permasalahan Kacang Tanah di Lahan Kerin

Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, availableat;http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm

[21 agustus 2009].

Deptan, 2010. Tanaman C3, C4 dan CAM.

(57)

Kadekoh, 2007. Komponen Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang Didefoliasi Pada Musim Kemarau Dan Musim Hujan. J. Agroland : 11-17.

Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.

Rukmana, R. H. 1999. Budidaya Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung. Hal: 262.

Sadjadi, M dan Supriyati. 2008. Perbaikan Teknologi Kacang Tanah Di Indonesia. http://www.Anekaplanta.wordpress.com.id/

Tindal, H.D.1983. Vegetables in The Tropics. Macmillan Press, London.

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. SinarTani, Yogyakarta.

Weiss, E.A. 1983. Oil Seed Crops. Logman Inc. New Cork. USA.

(58)

Lampiran 1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST

(59)

Lampiran 3. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST

(60)

Lampiran 5. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST

(61)

Lampiran 7. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 2 MST

(62)

Lampiran 9. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 3 MST

(63)

Lampiran 11. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 4 MST

(64)

Lampiran 13. Tabel Rataan Umur Berbunga (hari)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga (hari)

(65)

Lampiran 15. Tabel Rataan Jumlah Ginofor (ginofor)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Ginofor (ginofor)

(66)

Lampiran 17. Tabel Rataan Bobot Polong Persampel (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Persampel (g)

(67)

Lampiran 19. Tabel Rataan Jumlah Polong Persampel (polong)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Persampel (polong)

(68)

Lampiran 21. Tabel Rataan Bobot Biji Persampel (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Bobot Biji Persampel (g)

(69)

Lampiran 23. Tabel Rataan Produksi Jagung Pipil Perplot (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Produksi Jagung Pipil Perplot (g)

(70)

Lampiran 25. Tabel Rataan Bobot Kering 100 Biji (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering 100 Biji (g)

(71)

Lampiran 1: Deskripsi Kacang Tanah Varietas Gajah

Nomor Seleksi : 63

Asal : Seleksi Keturunan Persilangan Schwarz-

21/Spanis 18-38

Mulai Berbunga : + 30 hari

Masak : + 100 hari

Bentuk Tanaman : Tegak

Warna

Batang : Hijau

Daun : Hijau

Bunga : Kuning

Ginofora : Ungu

Kulit Biji : Merah Muda

Kadar Protein : 30%

Kadar Lemak : 50%

Potensi Hasil : 1,5-1,8 ton/ha

Rendemen (g) : 60-70%

Bobot 100 Biji (g) : 53g

Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas solanacearum).

Tahun Dilepas : 1950

(72)
(73)

Keterangan Bagan :

O : Tanaman Jagung X : Kacang Tanah

O X X X O X X X O X X X O

X X X X X X X X X O O O O

X X X X X X X X X

O X X X O X X X O X X X O

O X X X O X X X O X X X O

X X X X X X X X X O O O O

X X X X X X X X X O O O O

X X X X X X X X X

O X X X O X X X O X X X O 100 cm

(74)

Jadwal Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan Percobaan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Penyiangan dan Pembumbunan Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Pengendalian Hama dan Penyakit

7 Pengamatan Parameter

(75)

Foto Penelitian

(76)
(77)

(78)

(79)

Gambar

Tabel 1. Rataan perbedaan tinggi tanaman (cm)  dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam Perlakuan MST
Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak tanam pada 4 MST
Tabel 2. Rataan perbedaan jumlah cabang (cabang)  dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam Perlakuan MST
Gambar 3. Hubungan antara jumlah cabang dengan waktu tanam pada 4 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

5elain perbesaran uterus yang lebih menon!ol, pada MH# ditemukan pula dua hal lain yang berbeda dengan kehamilan normal, yaitu kadar hCG dan kista lutein. #adar hCG pada

Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke

dalam perencanaan sistem transportasi kota. KA komutcr mcrupakan sa lah sa tu program pemerintah da l am upayanya guna meningkatkan kualitas transportasi dalam

berupa aspal baru (Pen 60/70) dan polimer yang bersifat elastomerik, dalam hal ini polimer SBS, proporsi elastis dalam campuran akan meningkat. Kondisi ini terlihat pada nilai sudut

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pemeranan Tokoh Jane dalam Naskah Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam saduran Yussak Anugerah adalah

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa wartawan harian Pekanbaru Pos menunjukkan adanya dua pendapat tentang pengutipan berita dari media lain. Pengutipan

Salah satu kasus penodaan terhadap martabat agama yang sering mencuat adalah yang dilakukan oleh media massa, baik media cetak maupun media elektronik.. Beberapa waktu yang

Dengan peran dan kapasitas yang dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan bisa membangun budaya organisasi yang positif di sekolah sehingga bisa meningkatkan