WAKTU DAN JARAK TANAM TANAMAN JAGUNG (Zea
mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)
SKRIPSI
OLEH :
IRWANTO 050301018 BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
WAKTU DAN JARAK TANAM TANAMAN JAGUNG (Zea
mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)
SKRIPSI
OLEH :
IRWANTO 050301018 BDP-AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian
Judul Skripsi : Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah ( Arachis
hypogea L.)
Nama : Irwanto
NIM : 050301018
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Ir. T. Sabrina . M AgrSc. PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi Ir. Asil Barus, MS
Ketua
ABSTRAK
IRWANTO: Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) dibimbing oleh ASIL BARUS dan NINI RAHMAWATI
Tumpangsari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan pasar 1 Tanjung Sari Medan, Sumatera Utara (± 25 m dpl.) pada Juli – Oktober 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda yaitu Waktu Tanam (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam, bersamaan jagung dan kacang tanah, 2 minggu setelah kacang tanah ditanam ), dan Jarak Tanam (100 cm x 50 cm, 100 cm x 100 cm, 100 cm x 150 cm), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5 %.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali produksi jagung pipil perplot. Jarak tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali umur berbunga.Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh yang nyata.
RIWAYAT HIDUP
Irwanto, dilahirkan pada tanggal 1 November 1986 di Negeri Lama,
Rantauprapat yang merupakan anak keempat dari empat bersaudara, putra dari
ayahanda Sanijo dan Ibunda Wakiyem.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Rantau Utara, pada tahun
2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan memilih Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.
Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti praktek
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Waktu dan Jarak Tanam Tanaman
Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (
Arachis hypogea L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Ir. Asil Barus, MS selaku ketua dan ibu Nini Rahmawati,
SP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian serta dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Sanijo
dan Ibunda Wakiyem, kepada kakakku Murni, Ruslina dan Srinani, serta seluruh
anggota keluarga yang senantiasa banyak memberikan dukungan moril maupun
materil.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah banyak membantu yaitu: Rahmat Ridwan, Pahala, Chaken, Okta, Acha,
Bedul, Didik Wilson, Aji, Bedul, Hotman, Syahril, Langgus, Jamilin, Ainul, Hery,
Eko, Janes, Pak Lurah, Baboy, Bang Deni, Bang Zhibur, Bang Rudi, Esra, Artha,
Herta, Tere, Astri, Amie, Maylindra, Junita adik-adik ’08 dan ‘011, serta semua
pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
persaudaraan dan kebersamaan yang telah terjalin serta atas dukungan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Medan, Mei 2011
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian ... 6
TINJAUAN PUSTAKA
Penyiangan dan pembumbunan ... 18
Pengendalian hama dan penyakit ... 18
Panen ... 19
Peubah Amatan ... 19
Tinggi Tanaman (cm) ... 19
Jumlah cabang (cabang) ... 19
Umur Berbunga (hari) ... 19
Jumlah Polong Persampel (polong) ... 20
Bobot Biji Persampel (gram) ... 20
Produksi Jagung Pipil Perplot (gram)... 20
Bobot Kering 100 Biji (gram) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Tinggi tanaman (cm) pada perlakuan waktu tanam dan jarak
tanam jagung pada umur 2, 3, 4 MST ... 22
2. Jumlah cabang (cabang) pada perlakuan waktu tanam dan
jarak tanam jagung pada umur 2, 3, 4 MST ... 24
3. Umur berbunga (hari) pada perlakuan waktu tanam dan jarak
tanam jagung ... 26
4. Jumlah ginofor (ginofor) pada perlakuan waktu tanam dan
jarak tanam jagung ... 27
5. Bobot polong persampel (gram) pada perlakuan waktu tanam
dan jarak tanam jagung ... 29
6. Jumlah polong persampel (polong) pada perlakuan waktu
tanam dan jarak tanam jagung... 31
7. Bobot biji persampel (gram) pada perlakuan waktu tanam
dan jarak tanam jagung ... 33
8. Produksi jagung pipil perplot (gram) pada perlakuan waktu
tanam dan jarak tanam jagung... 34
9. Bobot kering 100 biji (gram) pada perlakuan waktu tanam
DAFTAR GAMBAR
5. Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam ... 26
6. Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam ... 27
7. Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam ... 28
8. Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam ... 29
9. Hubungan antara bobot polong persampel dengan waktu tanam ... 30
10.Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam ... 30
11.Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam ... 32
12.Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam ... 32
13.Hubungan antara bobot biji persampel dengan waktu tanam ... 33
15.Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak
tanam ... 35
16.Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan waktu tanam ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 43
2. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 43
3. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 44
4. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 44
5. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 45
6. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 45
7. Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 2 MST ... 46
8. Sidik ragam jumlah cabang 2 MST ... 46
9. Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 3 MST ... 47
10.Sidik ragam jumlah cabang 3 MST ... 47
11.Data pengamatan jumlah cabang (cabang) 4 MST ... 48
12.Sidik ragam jumlah cabang 4 MST ... 48
13.Data pengamatan umur berbunga (hari) ... 49
14.Sidik ragam umur berbunga ... 49
15.Data pengamatan jumlah ginofor (ginofor) ... 50
16.Sidik ragam jumlah ginofor ... 50
17.Data pengamatan bobot polong persampel (gram) ... 51
18.Sidik Ragam bobot polong persampel ... 51
19.Data pengamatan jumlah polong persampel (polong) ... 52
20.Sidik ragam jumlah polong persampel ... 52
21.Data pengamatan bobot biji persampel (gram) ... 53
22.Sidik ragam bobot biji persampel ... 53
23.Data pengamatan produksi jagung pipil perplot (gram) ... 54
24.Sidik ragam produksi jagung pipil perplot ... 54
25.Data pengamatan bobot kering 100 biji (gram) ... 55
26.Sidik ragam bobot kering 100 biji ... 55
27.Deskripsi Jagung Varietas Pioner 12 ... 56
29.Bagan penelitan ... 58
30.Rencana kegiatan penelitian ... 60
ABSTRAK
IRWANTO: Waktu dan Jarak Tanam Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) dibimbing oleh ASIL BARUS dan NINI RAHMAWATI
Tumpangsari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan pasar 1 Tanjung Sari Medan, Sumatera Utara (± 25 m dpl.) pada Juli – Oktober 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor ganda yaitu Waktu Tanam (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam, bersamaan jagung dan kacang tanah, 2 minggu setelah kacang tanah ditanam ), dan Jarak Tanam (100 cm x 50 cm, 100 cm x 100 cm, 100 cm x 150 cm), perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5 %.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali produksi jagung pipil perplot. Jarak tanam jagung berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali umur berbunga.Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh yang nyata.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomi cukup
tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk
Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, diversifikasi
pangan, serta meningkatnya kapasitas industri makanan di Indonesia.
(Adisarwanto, 2000).
Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara,
Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia. Dari data yang di peroleh
dari BPS (Badan Pusat Statistik) di tiap provinsi di Indonesa pada tahun 2009,
menunjukan bahwa di Indonesia luas areal pertanaman kacang tanah sekitar
628.660 ha dan produksinya sekitar 763.507 Ton. Dari tahun ke tahun luas areal
pertanaman kacang tanah di Indonesia semakin menyempit, pada tahun 2006
seluas 706.753 hektar menjadi 660.480 hektar pada tahun 2007 dan pada tahun
2009 luas areal pertanamannya sekitar 628.660 hektar. Produksi hasil kacang
tanah dari tahun ke tahun pun menurun seiring berkurangnya lahan pertanian
khususnya luas areal kacang tanah. Pada tahun 2006 produksi hasil sekitar
838.096 ton, pada tahun 2009 sekitar 763.507 ton selama tahun 2006 sampai 2009
produksi hasil kacang tanah berkurang 74.569 ton, tidak sebanding dengan makin
bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun di Indonesia yang mengakibatkan
Dalam mengatasi permasalahan ini diperlukan teknik produksi berupa
teknologi serta pengetahuan yang baik tentang kacang tanah dan penggunaan
benih unggul untuk memperbaiki tingkat hasil produksi kacang tanah. Dalam
pengadaan teknik produksi dan benih unggul pemerintah perlu ikut andil dalam
pendanaan serta tenaga penyuluh pertanian pada tiap daerah sehingga bangsa kita
tidak perlu lagi impor kacang tanah dari Negara lain (Badan Pusat Statistik, 2010).
Peningkatan produksi dapat juga diupayakan dengan memperbaiki kultur
teknis, seperti perawatan tanaman, pemupukan yang tepat dan sistem draenasi.
Salah satu penurunan produksi kacang tanah dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan ginofor sampai ke dalam tanah sehingga menyebabkan ginofor
gagal membentuk polong (Pitojo, 2005).
Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai
di tanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh
akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung diseluruh
dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara
berkembang ( Iriani dkk, 2009).
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena
merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Di
samping bijinya, biomassa hijauan jagung diperlukan dalam pengembangan ternak
sapi. Kebutuhan jagung dalam dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 44,9
juta ton padda tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2010.
Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti
Amerika, Argentina dan Cina mulai membatasi volume ekspor karena kebutuhan
Dari segi jenisnya, dikenal dua jenis jagung yakni hibrida dan komposit
( bersari bebas ). Dibanding jagung komposit, jagung hibrida pada umumnya
mempunyai kelebihan dalam hal potensi hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan
tanaman lebih seragam. Meskipun potensinya lebih rendah dibanding hibrida,
tetapi jagung komposit unggul yang dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Serelia
( Balitsereal ) berdaya hasil cukup tinggi, mencapai 7,6 - 8,4 ton/ha. Kelebihan
dari jagung komposit adalah produksi benihnya dapat dilakukan dengan mudah
oleh petani ( Akil dan Dahlan, 2009 ).
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman
pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam
barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih
jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa
juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda ( Warsana, 2009 ).
Waktu tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem
tumpangsari, terutama ada tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk
mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur
agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan
( Warsana, 2009 ).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok
besar,yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan
CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan
C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer
kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3 (Deptan,
2010).
Dalam fotosintesis C3 berbeda dengan C4, pada C3 karbon dioxida masuk
ke sikluscalvin secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen.
Tanaman C3 mempunyai suatu peran penting dalam metabolisme, tanaman C3
mempunyai kemampuan fotorespirasi yang rendah karena mereka tidak
memerlukan energi untuk fiksasi sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan 20%
carbon dalam siklus calvin karena radiasi, tanaman ini termasuk salah satu group
phylogenik. Konsep dasar reaksi gelap fotosintesis siklus Calvin (C3) adalah
sebagai berikut: CO2 diikat oleh RUDP untuk selanjutnya dirubah menjadi
senyawa organik C6 yang tidak stabil yang pada akhirnya dirubah menjadi
glukosa dengan menggunakan 18ATP dan 12 NADPH. Siklus ini terjadi dalam
kloroplas pada bagian stroma. Untuk menghasilkan satu molekul glukosa
diperlukan 6 siklus C3 (Deptan, 2010).
Merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya yang
terlalu tinggi. Pemberian naungan dilakukan pada budidaya tanaman yang
umumnya termasuk kelompok C3 maupun dalam fase pembibitan Pada fase bibit,
semua jenis tanaman tidak tahan IC penuh, butuh 30-40%, diatasi dengan
naungan. Pada tanaman kelompok C3, naungan tidak hanya diperlukan pada fase
bibit saja, tetapi sepanjang siklus hidup tanaman, dengan semakin dewasa umur
tanaman, intensitas naungan semakin dikurangi. Naungan selain diperlukan untuk
mengurangi intensitas cahaya yang sampai ketanaman pokok, juga dimanfaatkan
sebagai salah satu metode pengendalian gulma. Di bawah penaung, bersih dari
semakin cepat. Titik kompensasi gulma rumputan dapat ditentukan sama dengan
IC (Intensitas Cahaya) pada batas mulai ada pertumbuhan gulma. Tumbuhan
tumbuh ditempat dengan IC lebih tinggi dari titik kompensasi (sebelum tercapai
titik jenuh), hasil fotosintesis cukup untuk respirasi dan sisanya untuk
pertumbuhan. Manfaat pemberian naungan terhadap iklim mikro: Mengurangi IC
di sekitar sebesar 30-40%, mengurangi aliran udara disekitar tajuk, kelembaban
udara disekitar tajuk lebih stabil (60-70%), mengurangi laju evapotranspirasi,
terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dengan tingkat transpirasi tanaman
(Deptan, 2010).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi
dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman
budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi
antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum
untuk memperoleh hasil yang maksimum (Dad Resiworo, 1992).
Tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), dan tumbuhan tertentu
lain tidak mengikat karbon dioksida secara langsung. Pada tumbuhan ini senyawa
pertama yang terbentuk setelah jangka waktu pelaksanaan fotosintesis yang sangat
pendek, bukanlah senyawa 3-C asam fosfogliserat (PGA), melainkan senyawa 4-C
asamoksaloasetat (OAA). Metode alternatif fiksasi karbon dioksida untuk
fotosintesis ini disebut jalur Hatch-Slack. Tumbuhan yang menggunakan jalur ini
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu dan jarak tanam
tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pertumbuhan dan produksi
kacang tanah (Arachis hypogea L.).
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan respon pada pertumbuhan dan produksi kacang tanah
akibat perbedaan waktu tanam dan jarak tanam tanaman jagung serta interaksi
kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan, dan diharapkan dapat pula berguna bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah
dalam taksonomi adalah:
Sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tetraploid.
Ada dua bentuk tanaman utama, yaitu tipe menjalar dengan pertumbuhan merayap
atau menyebar dan tipe semak dengan pertumbuhan agak lebih tegak dan kurang
menyebar (Tindal, 1983).
Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut: yang
pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus.
Akar cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai
alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh ke bawah
sepanjang + 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang)
yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar
bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya pengikat
zat nitrogen di udara (Deptan, 2006).
Kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai daun
terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu, berfungsi
sebagai penahan dan penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan gerakan
nyetittropic merupakan aktifitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat menyerap
cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir masa
pertumbuhan dan dimulai dari bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur
daun ada hubungannya dengan faktor penyakit (Asiamaya, 2000).
Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek.
Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral
dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm. Cabang lateral dekat
dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah
yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur 80 hari setelah
tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil dan terdiri
atas lima daun tajuk. Dua di antara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu.
Disebelah atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan
bendera (vexillum), sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang
disebut sayap (ala). Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga
adalah sebenarnya tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning atau kuning
kemerah-merahan. Bendera dari mahkota bunga bergaris-garis merah pada
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi
pembuahan. Buah kacang tanah berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan
bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi polong. Mula-mula
ujung ginofor yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh mengarah ke
bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu
menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofor terhenti. Panjang ginofor ada
yang mencapai 18 cm. Tempat berhentinya ginofor masuk ke dalam tanah
tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang terbentuk di cabang
bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong
(Deptan, 2006).
Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan
penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang
ditanam tidak menunjukan perkecambahan epigeal atau hipogeal, tetapi kotiledon
terdorong ke permukaan tanah oleh hipokotil dan tetap pada permukaan tanah
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Tanah
Kacang tanah lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir.
Kemasaman (pH) tanah optimal adalah 6,5-7,0. apabila pH tanah lebih besar dari
7,0 maka daun berwarna kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe,
Mn) dan sering kali timbul bercak hitam pada polong. Kacang tanah mjemberikan
hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan berdrainase baik, terutama
tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan
Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan
baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah dan lingkungan yang ideal untuk pertanaman kacang tanah adalah
tanah yang cukup mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur hara mikro
antara lain karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrigen (N), Fosfor (F),
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S); sedangkan unsur hara
mikro antara lain besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), seng (Zn), cuprum
(Cu), boron (B) dan klor (Cl) (pitojo, 2005).
Iklim
Di Indonesia kacang tanah cocok di tanam didataran rendah yang
ketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan
tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi antara 250-320C. Sedikit lembab (rH
65%-75%). Curah hujan 800-1300mm per tahun dan tempat terbuka
Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar 250-300C di
bawah suhu 250C perkembangan akan terhambat dan suhu diatas 35o
Fotoperiode mempengaruhi jumlah relatif pertumbuhan vegetatif dan
reproduktif, tetapi keseimbangan juga tergantung pada suhu. Menguji interaksi
suhu / fotoperiode dalam suhu siang / suhu malam 26/22
C
berpengaruh terhadap produksi bunga (Weiss, 1983).
0
C dan 22/180C
disamping 30/260C. Mereka menguji bahwa tanaman pada suhu 30/260C
berbunga lebih awal, mereka juga lebih tinggi dan lebih berat dengan lebih banyak
lainnya, tanpa memperhatikan fotoperiode jumlah polong sangat dipengaruhi
oleh fotoperiode (Wynne dan Emery, 1973).
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak
dimiliki pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola
tumpangsari antara lain: 1) akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja dan
pemanfaatan lahan), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3)
dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap
mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal, 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan
stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (
Warsana, 2009 ).
Untuk mengurangi kompetisi sekaligus memaksimalisasi hasil dalam
sistem tumpang sari beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain : (1)
pemilihan jenis kombinasi tanaman sesuai dan bernilai ekonomis, (2) pengaturan
populasi atau jarak tanam, (3) penentuan waktu tanam (Kadekoh, 2007).
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak tanaman
jagung antar barisan tanaman 200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40
cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah
15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman jagung dalam 1 ha
lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan jarak tanaman kacang tanah adalah 30 x
20 cm, sehingga dalam setiap guludan terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris
tanaman kacang tanah. Populasi tanaman kacang tanah dalam 1 ha kurang lebih
kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung
adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam) ( Warsana, 2009 ).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hasil total tanaman tumpangsari
umumnya lebih tinggi dibandingakan dengan pola monokultur, namun hasil
individu tanaman menurun. Menurunnya hasil tanaman yang dikombinasikan
tersebut terutama karena adanya kompetisi (yakni suatu proses partisi sumberdaya
lingkungan yang terdapat dalam keadaan kurang yang disebabkan oleh kebutuhan
yang serentak dari individu-individu yang mengurangi pertumbuhan dan kapasitas
produksinya) diantara bagian tanaman atau diantara spesies tanaman. Untuk itu
teknologi budidaya tumpangsari yang dikembanagkan harus selalu mengacuh
kepada minimalisasi kompetisi terhadap berbagai faktor tumbuh, baik kompetisi
antara spesies tanaman yang sama (intra-spesific competition), kompetisi antara
bagian tanaman (inter-plant competition) dan kompetisi antara spesies tanaman
yang berbeda (inter-spesific competition) (Kadekoh, 2007).
Salah satu contoh sistem tumpangsari dengan pola annual adalah
kombinasi tanaman jagung dan kacang tanah. Kacang tanah dan jagung
merupakan dua komoditi yang biasa ditanam petani secara tumpangsari. Kedua
jenis tanaman tersebut sesuai untuk ditumpangsarikan karena habitus kedua
tanaman berbeda, sehingga kemampuan memanfaatkan faktor-faktor tumbuh
berbeda pula. Kacang tanah merupakan tanaman leguminosa yang mempunyai
sifat dapat memperbaiki kesuburan tanah karena adanya kerjasama akar tersebut
dengan bakteri Rhizobium. Nitrogen yang difiksasi bakteri tersebut selain untuk
memenuhi kebutuhan tanaman inangnya, juga dapat tersedia untuk tanaman
tinggi. Kacang tanah merupakan komoditas yang diperdagangkan (cash crop),
demikian pula tanaman jagung karena dapat memenuhi keperluan subtitusi impor
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Pasar 1 Tanjung Sari, Medan
Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan yakni mulai bulan juli sampai
oktober 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah
varietas Gajah dan benih jagung varietas Pioneer 12 sebagai objek pengamatan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk
membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram tanaman,
meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, handsprayer sebagai alat
aplikasi fungisida dan insektisida, guris untuk menyiangi gulma, timbangan
analitik untuk menimbang bobot polong, bobot biji, bobot 100 biji dan bobot
jagung pipil.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan,
yaitu:
Faktor I : Waktu Tanam (W) tanaman jagung dengan 3 taraf :
W0
W
= 2 minggu sebelum kacang tanah ditanam
1
W
= bersamaan ( jagung dan kacang tanah )
Faktor 2 : Jarak Tanam (J) Tanaman jagung dengan 3 taraf :
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu: = 100 cm x 150 cm
Jumlah ulangan : 3 ulangan
2
Jumlah kombinasi : 9 kombinasi
Jumlah plot : 27 plot
Jumlah tanaman per plot : 108 tanaman
Jumlah sampel per plot : 5 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 2.916 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 135 tanaman
Jarak antar blok : 50 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Ukuran plot : 320 cm x 320 cm
Jarak tanam kacang tanah : 20 cm x 30 cm
Model Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
sebagai berikut:
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan waktu tanam
pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah perlakuan
ρi = Pengaruh blok pada taraf ke-i
αj = Pengaruh waktu tanam pada taraf ke-j
βk = Pengaruh jarak tanam pada taraf ke-k
(αβ)jk = Pengaruh interaksi kedua perlakuan
Σijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan waktu
tanam pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k
Jika analisis data nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji
Duncan dengan taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1995).
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Sebelum lahan diolah, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma,
sisa-sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat petak-petak percobaan
dengan ukuran 320 cm x 320 cm. Dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak
antar plot 30 cm.
Penanaman
Benih yang akan ditanam terlebih dahulu diseleksi. Kemudian direndam
dengan air selama 10 menit. Lalu benih ditanam dengan cara menugal sedalam
2-3 cm sebanyak 2 benih/lubang tanam dengan jarak tanam untuk kacang tanah
25 cm x 30 cm, sedangkan untuk jagung 100 cm x 50 cm (W0), 100 cm x 100 cm
(W1), 100 cm x 150 cm (W2).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 0,3 g, TSP 0,3 g dan
KCl 0,3 g per larikan sebagai pupuk dasar. Pupuk diaplikasikan pada 2 MST
secara larikan.S
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari terutama pada saat perkecambahan
dan pembentukan polong. Sewaktu jalannya penelitian hujan turun hampir setiap
2 hari sekali, oleh karena itu penyiraman dilakukan hanya pada waktu sore hari
Penjarangan
Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 (satu) minggu setelah
tanam dimana hanya 1 tanaman sehat yang dibiarkan pada setiap lubang tanam.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya tidak normal. Dan penyisipan ini dilakukan 1 minggu setelah
tanam. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama
pertumbuhannya dengan tanaman utama.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan setiap 5 hari sekali, karena sering hujan jadi harus
sering dilakukan penyiangan di lahan, dan penyiangan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 1-2 minggu. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu
dengan mencabut seluruh gulma yang tumbuh di areal pertanaman dengan tangan
dan guris, serta membersihkan gulma-gulma di sekitar parit drainase dengan
cangkul. Bersamaan dengan hal tersebut dilakukan pembumbunan yang
dimaksudkan untuk memudahkan ginofora menembus tanah agar polong dapat
terbentuk dengan sempurna. Pembumbunan kacang tanah dilakukan pada waktu
ginofor terbentuk. Sedangkan pembumbunan jagung dilakukan pada umur 3 MST
dan selanjutnya jika ada tanaman jagung yang akarnya terlihat maka dilakukan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan
fungisida dengan konsentrasi 2 g/liter dan insektisida dengan konsentrasi 2 g/liter
air di sesuaikan dengan kondisi lahan.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut dan mendongkel, dimana
terlebih dahulu areal pertanaman disiram agar mempermudah pemanenan
tanaman. Umur panen kacang tanah yaitu + 100 hari, dan pemanenan dilakukan
tepat pada hari tersebut.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur setiap minggu mulai umur 2 minggu setelah tanam
sampai kacang tanah memasuki fase awal berbunga. Tinggi tanaman diukur mulai
dari pangkal batang sampai titik tumbuh terakhir.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah cabang dihitung setiap minggu, mulai umur 2 minggu setelah
tanam dan berakhir sampai masa vegetataif (awal berbunga) berakhir, jumlah
cabang yang diukur adalah jumlah cabang primer.
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga ditentukan dengan menghitung jumlah hari yang
dibutuhkan tanaman sampai 75 % tanaman berbunga. Dalam 1 plot terdapat 108
tanaman kacang tanah, jadi 75% dari 108 tanaman adalah 81 tanaman kacang
Jumlah Ginofor Terbentuk Per Sampel (Ginofor)
Jumlah ginofor per sampel dihitung pada minggu terakhir pengamatan
(saat panen).
Bobot Polong per sampel (g)
Bobot polong per sampel ditimbang untuk semua polong pada seluruh
tanaman sampel disetiap plot baik berisi maupun yang kosong dan dihitung pada
saat panen.
Jumlah Polong Per Sampel (polong)
Jumlah polong per sampel dihitung untuk semua polong pada seluruh
sampel tanaman baik polong berisi maupun polong yang kosong dan dihitung
pada saat panen.
Bobot Biji Per Sampel (g)
Ditimbang bobot semua biji pada tanaman sampel pada saat panen, yang
sebelumnya dikeringkan selama 3 hari.
Produksi Jagung Pipil Per Plot (g)
Ditimbang bobot semua semua biji tanaman jagung dalam 1 plot yang
telah dikeringkan dan dipipil.
Bobot Kering 100 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kacang tanah yang
telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing
perlakuan. Untuk memperoleh 100 biji kacang tanah dilakukan pengambilan biji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari analisis sidik ragam diketahui bahwa waktu tanam berpengaruh nyata
terhadap parameter: tinggi tanaman 2, 3 4 MST, jumlah cabang 2, 3, 4 MST, umur
berbunga, jumlah ginofor, bobot polong persampel, jumlah polong persampel,
bobot biji persampel, bobot kering 100 biji. Jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap parameter: tinggi tanaman 2, 3, 4 MST, jumlah cabang 2, 3, 4 MST,
jumlah ginofor, bobot polong persampel, jumlah polong persampel, bobot biji
persampel, produksi jagung pipil perplot dan bobot kering 100 biji. Interaksi
berpengaruh nyata terhadap parameter : tinggi tanaman 2 MST.
Tinggi tanaman (cm)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat diketahui bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2, 3, 4 MST
sedangkan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2, 3, 4
MST. Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman pada 2 MST
Perbedaan tinggi tanaman dari waktu tanam dan jarak tanam pada 2, 3, 4
Tabel 1. Rataan perbedaan tinggi tanaman (cm) dari Waktu Tanam dan Jarak
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 1.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST
terdapat pada perlakuan W0 (127,81 cm) dan terendah pada perlakuan W2
(113,43 cm).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan rataan
tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan J0 (122,31 cm) dan
terendah pada perlakuan J2 (118,30 cm )
Hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu tanam pada 4 MST dalam
Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu tanam pada 4 MST
Hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak tanam pada 4 MST dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara tinggi tanaman dengan jarak tanam pada 4 MST
Jumlah cabang (cabang)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang pada 2, 3, 4 MST,
sedangkan jarak tanam bepengaruh nyata terhadap jumlah daun cabang pada 2, 3,
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah cabang. Perbedaan jumlah cabang dari waktu tanam dan jarak
tanam pada 2, 3, 4 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan perbedaan jumlah cabang (cabang) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 2.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap jumlah cabang. Rataan jumlah cabang tertinggi pada 4 MST
terdapat pada perlakuan W2 (21,44 cabang) dan terendah pada perlakuan W0
(14,44 cabang).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap cumlah cabang dengan rataan
jumlah cabang tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan J2 (18,89 cabang)
dan terendah pada perlakuan J0 (16,89 cabang )
Hubungan antara jumlah cabang dengan waktu tanam pada 4 MST dalam
Gambar 3. Hubungan antara jumlah cabang dengan waktu tanam pada 4 MST
Hubungan antara jumlah cabang dengan jarak tanam pada 4 MST dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara jumlah cabang dengan jarak tanam pada 4 MST
Umur Berbunga (hari)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, sedangkan jarak tanam
tidak bepengaruh nyata terhadap umur berbunga.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap umur berbunga. Perbedaan umur berbunga dari waktu tanam dan jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan perbedaan umur berbunga (hari) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 3.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap umur berbunga. Rataan umur berbunga tercepat terdapat pada
perlakuan W2 (148,78 hari ) dan terlama terdapat pada perlakuan
W0 (153,23 hari).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dengan rataan
umur berbunga tercepat terdapat pada perlakuan J2 (150,44 hari) dan terlama
terdapat pada perlakuan J0 (151,33 hari )
Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 5
Gambar 5. Hubungan antara umur berbunga dengan waktu tanam
Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 6
.
Gambar 6. Hubungan antara umur berbunga dengan jarak tanam
Jumlah Ginofor (ginofor)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor, sedangkan jarak tanam
bepengaruh nyata terhadap jumlah ginofor.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah ginofor. Perbedaan jumlah ginofor dari waktu tanam dan jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan perbedaan jumlah ginofor (ginofor) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 4.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap jumlah ginofor. Rataan jumlah ginofor tertinggi terdapat pada
perlakuan W2 (140,9 ginofor) dan terendah terdapat pada perlakuan W0 (136,89
ginofor).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah ginofor dengan rataan
jumlah ginofor tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (142,56 ginofor) dan terendah
terdapat pada perlakuan J0 (133,11 ginofor)
Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Hubungan antara jumlah ginofor dengan waktu tanam
Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara jumlah ginofor dengan jarak tanam
Bobot polong persampel (g)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter bobot polong persampel, sedangkan jarak
tanam bepengaruh nyata terhadap bobot polong persampel.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot polong persampel. Perbedaan bobot polong persampel dari waktu
tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan perbedaan bobot polong persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 5.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap bobot polong persampel. Rataan bobot polong persampel
tertinggi terdapat pada perlakuan W2 (290,07 gram) dan terendah terdapat pada
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot polong persampel dengan
rataan bobot polong persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (292,19 gram)
dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (280,64 gram)
Hubungan antara bobot polong persampl dengan waktu tanam dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 8
.
Gambar 8. Hubungan antara bobot polong persampel dengan waktu tanam
Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 9
.
Gambar 9. Hubungan antara bobot polong persampel dengan jarak tanam
Jumlah polong persampel (g)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong persampel, sedangkan jarak
tanam bepengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong persampel. Perbedaan jumlah polong persampel dari
waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan perbedaan jumlah polong persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 6.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap jumlah polong persampel. Rataan jumlah polong persampel
tertinggi terdapat pada perlakuan W2 (134,00 gram) dan terendah terdapat pada
perlakuan W0 (129,33 gram).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah polong persampel dengan
rataan jumlah polong persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J2 (135,11
gram) dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (126,00 gram)
Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam dalam
Gambar 9. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan waktu tanam
Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam
Bobot biji persampel (g)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji persampel, sedangkan jarak
tanam bepengaruh nyata terhadap bobot biji persampel.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot biji persampel. Perbedaan bobot biji persampel dari waktu tanam
dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan perbedaan bobot biji persampel (g) dari Waktu Tanam dan Jarak
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 7.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap bobot biji persampel. Rataan bobot biji persampel tertinggi
terdapat pada perlakuan W2 (138,19 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan
W0 (134,49 gram).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot biji persampel dengan
rataan bobot biji persampel tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (140,52 gram)
dan terendah terdapat pada perlakuan J0 (131,47 gram)
Hubungan antara bobot biji persampel dengan waktu tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 11.
Hubungan antara bobot biji persampel dengan jarak tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Hubungan antara jumlah polong persampel dengan jarak tanam
Produksi jagung pipil perplot (g)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter produksi jagung pipil perplot,
sedangkan jarak tanam bepengaruh nyata terhadap produksi jagung pipil perplot.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi jagung pipil perplot. Perbedaan produksi jagung pipil perplot
dari waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Rataan perbedaan produksi jagung pipil perplot (g) dari Waktu Tanam dan Jarak Tanam
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 7.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata terhadap produksi jagung pipil perplot. Rataan produksi jagung
pipil perplot tertinggi terdapat pada perlakuan W1 (937,30 gram) dan terendah
terdapat pada perlakuan W0 (906,28 gram).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pipil perplot
dengan rataan produksi jagung pipil perplot tertinggi terdapat pada perlakuan J0
(1366,06 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan J2 (574,78 gram)
Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak tanam dalam
bentuk histogram dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Hubungan antara produksi jagung pipil perplot dengan jarak tanam
Bobot kering 100 biji (g)
Dari analisis sidik ragam (lampiran ) dapat dilihat bahwa waktu tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, sedangkan jarak
tanam bepengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji.
Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering 100 biji. Perbedaan bobot kering 100 biji dari waktu tanam
dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan perbedaan bobot kering 100 biji (g) dari Waktu Tanam dan Jarak
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 9.dapat dilihat bahwa waktu tanam menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap bobot kering 100 biji. Rataan bobot kering 100 biji tertinggi
terdapat pada perlakuan W1 (52,45 gram) dan terendah terdapat pada perlakuan
W0 (50,50 gram).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering 100 biji dengan
rataan bobot kering 100 biji tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (52,34 gram) dan
terendah terdapat pada perlakuan J0 (49,52 gram)
Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 14
.
Gambar 14. Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan waktu tanam
Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam dalam bentuk
histogram dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Hubungan antara bobot kering 100 biji dengan jarak tanam
Pembahasan
Pengaruh waktu tanam tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap
pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh waktu tanam
tanaman jagung menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua perameter kecuali
parameter produksi jagung pipil perplot.
Hasil analisis data statistik juga menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari
semua parameter adalah perlakuan W2 (2 minggu setelah kacang tanah ditanam)
dan terendah pada perlakuan W0 (2 minggu sebelum kacang tanah ditanam).
Waktu tanam mempunyai peranan yang penting dalam sistem tumpang sari,
terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh
tersebut, waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur agar pada periode
kritis dari suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Warsana, 2009) yang menyatakan bahwa Waktu tanam
tanaman yang peka terhadap naungan. Untuk mengurangi pengaruh tersebut,
waktu tanam jagung dan kacang tanah harus diatur agar pada periode kritis dari
suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan.
Pengaruh jarak tanam tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap
pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)
Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa pengaruh jarak tanam
tanaman jagung menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua perameter kecuali
parameter umur berbunga. Hasil analisis data statistik juga menunjukkan bahwa
jarak tanam mampu meningkatkan nilai tertinggi hampir dari semua parameter.
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap
gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi
dapat ditekan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Dad Resiworo, 1992) yang
menyatakan bahwa Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing
tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke
permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping
juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit
mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena
adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah dari perlakuan waktu tanam tanaman
jagung yang di uji menunjukkan pengaruh yang nyata yaitu: W2 (2 minggu
setelah kacang tanah di tanam) menghasilkan jumlah cabang tertinggi (21,44
cabang), umur berbunga tercepat (148,78 hari ), jumlah ginofor tertinggi
(140,9 ginofor), bobot polong persampel tertinggi (290,07 gram), jumlah
polong persampel tertinggi (134,00), bobot biji persampel tertinggi (138,19
gram). W1 (bersamaam jagung dan kacang tanah) menghasilkan bobot kering
100 biji tertinggi (52,45 gram). W0 (2 minggu sebelum kacang tanah
ditanam) menghasilkan tanaman tertinggi (127,81 cm).
2. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah dari perlakuan jarak tanm tanaman
jagung yang di uji menunjukkan pengaruh yang nyata yaitu : J2 (100 cm x
150 cm) menghasilkan jumlah cabang tertinggi (18,89 cabang), bobot polong
persampel tertinggi (292,19 gram), jumlah polong persampel tertinggi
(135,11 gram), J1 (100 cm x 100 cm) menghasilkan jumlah ginofor tertinggi
(142,56 gram), bobot biji persampel tertinggi (140,52 gram), bobot 100 biji
tertinggi (52,34 gram). J0 (100 cm x 50 cm) menghasilkan tanaman tertinggi
(122,31 cm), produksi jagung pipil perplot tertinggi (1366,06 gram).
3. Interaksi dari waktu tanam dan jarak tanam tanman jagung terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah belum menunjukkan
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan interval waktu tanam dan jarak
tanam yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta.
Adisarwanto, T. dan Widyastuti, Y.E. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Akil, M dan A. H. Dahlan. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Balai penelitian Tanaman Serelia, Maros,. Bogor.
Asiamaya, 2000. Kebutuhan Unsur Hara Pada Budidaya Kacang Tanah.
Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara all right reserved, 2008. http://www.Sumut.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010. Produksi Kacang Tanah 2006-201
Barea, J., M.J. Pozo, R. Azcon dan C Azconbaguilar, 2005. Microbial co-operation in the rhizosphere. J Exp. Bot., 56, 1761-1778.
Dad Resiworo J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai. Prosiding Konferensi
Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang.
Decoteau, D. R. 2000. Vegetable Crop. Prentice Hall. New York.
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2008. Permasalahan Kacang Tanah di Lahan Kerin
Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, availableat;http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm
[21 agustus 2009].
Deptan, 2010. Tanaman C3, C4 dan CAM.
Kadekoh, 2007. Komponen Hasil Kacang Tanah Berbeda Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Dengan Jagung Yang Didefoliasi Pada Musim Kemarau Dan Musim Hujan. J. Agroland : 11-17.
Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta.
Rukmana, R. H. 1999. Budidaya Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Penerjemah Catur Herison. ITB Press, Bandung. Hal: 262.
Sadjadi, M dan Supriyati. 2008. Perbaikan Teknologi Kacang Tanah Di Indonesia. http://www.Anekaplanta.wordpress.com.id/
Tindal, H.D.1983. Vegetables in The Tropics. Macmillan Press, London.
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah. SinarTani, Yogyakarta.
Weiss, E.A. 1983. Oil Seed Crops. Logman Inc. New Cork. USA.
Lampiran 1. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
Lampiran 3. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 3 MST
Lampiran 5. Tabel Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) 4 MST
Lampiran 7. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 2 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 2 MST
Lampiran 9. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 3 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 3 MST
Lampiran 11. Tabel Rataan Jumlah Cabang (buah) 4 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang (buah) 4 MST
Lampiran 13. Tabel Rataan Umur Berbunga (hari)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga (hari)
Lampiran 15. Tabel Rataan Jumlah Ginofor (ginofor)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Ginofor (ginofor)
Lampiran 17. Tabel Rataan Bobot Polong Persampel (g)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Persampel (g)
Lampiran 19. Tabel Rataan Jumlah Polong Persampel (polong)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Persampel (polong)
Lampiran 21. Tabel Rataan Bobot Biji Persampel (g)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Bobot Biji Persampel (g)
Lampiran 23. Tabel Rataan Produksi Jagung Pipil Perplot (g)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Produksi Jagung Pipil Perplot (g)
Lampiran 25. Tabel Rataan Bobot Kering 100 Biji (g)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering 100 Biji (g)
Lampiran 1: Deskripsi Kacang Tanah Varietas Gajah
Nomor Seleksi : 63
Asal : Seleksi Keturunan Persilangan Schwarz-
21/Spanis 18-38
Mulai Berbunga : + 30 hari
Masak : + 100 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Warna
Batang : Hijau
Daun : Hijau
Bunga : Kuning
Ginofora : Ungu
Kulit Biji : Merah Muda
Kadar Protein : 30%
Kadar Lemak : 50%
Potensi Hasil : 1,5-1,8 ton/ha
Rendemen (g) : 60-70%
Bobot 100 Biji (g) : 53g
Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas solanacearum).
Tahun Dilepas : 1950
Keterangan Bagan :
O : Tanaman Jagung X : Kacang Tanah
O X X X O X X X O X X X O
X X X X X X X X X O O O O
X X X X X X X X X
O X X X O X X X O X X X O
O X X X O X X X O X X X O
X X X X X X X X X O O O O
X X X X X X X X X O O O O
X X X X X X X X X
O X X X O X X X O X X X O 100 cm
Jadwal Kegiatan Penelitian
Pelaksanaan Percobaan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyiangan dan Pembumbunan Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Pengendalian Hama dan Penyakit
7 Pengamatan Parameter
Foto Penelitian