• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt. L) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN WAKTU OLAH TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt. L) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN WAKTU OLAH TANAH"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt. L) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN WAKTU OLAH TANAH

SKRIPSI

Oleh :

EVY THYRIDA SILABAN 060301028

BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt. L) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN WAKTU OLAH TANAH

SKRIPSI

Oleh :

EVY THYRIDA SILABAN 060301028

BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

(3)

Judul Skripsi : Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays sacharata Sturt. L) pada Berbagai Jarak Tanam dan Waktu Olah Tanah

Nama : Evy Thyrida Silaban

NIM : 060301028

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D) (Ir. Jasmani Ginting, MP)

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Ir. T. Sabrina, M.Agr. Sc. PhD

Tanggal Lulus:

(4)

ABSTRAK

Evy Thyrida Silaban ”Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays sacharata Sturt. L) pada Berbagai Jarak Tanam dan Waktu Olah Tanah”. Dibimbing oleh Prof. Dr. Edison Purba, Ph.D dan Ir Jasmani Ginting, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) L.) pada berbagai waktu tanam dan jarak tanam yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan 2(dua) faktor perlakuan. Faktor 1 (Petak Utama) yaitu waktu tanam (W) terdiri dari : W1 : 1 hari setelah olah tanah, W2 : 7 hari setelah olah tanah. Faktor 2 (Anak Petak) yaitu jarak tanam(J) terdiri dari : J1 = 70cm x 10cm, J2 = 70cm x 20cm, J3

= 70cm x 30cm dan J4 = 70cm x 40cm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, umur berbunga, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, bobot tongkol per plot dan produksi per sampel. Perlakuan jarak tanam 70 cm x 40 cm nyata meningkatkan jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, , dan produksi per sampel, tetapi tidak nyata terhadap umur berbunga dan jumlah tongkol per plot.

Interaksi waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, bobot tongkol per plot dan produksi per sampel.

Pada umumnya lahan pertanaman jagung manis ditumbuhi oleh gulma jenis Eleusine indica, Digitaria adcendes, Pyllanthus niruri L., Amaranthus spinosus, Cyrtococum acresceus, Mimosa pudica¸ Ephorbia hirta, Euphorbhia prunifolia, Cyperus kylingia, Cleome rutidosperma dan cyperus rotundus dengan tingkat kerapatan yang berbeda-beda.

Kata kunci : jagung manis, jarak tanam dan waktu olah tanah

(5)

ABSTRACT

Evy Thyrida Silaban “The Growth and Production of Sweet Corn (Zea mays sacharata Sturt. L) Planted at Various Distance and Time Tillage.

Supervised by Prof. Dr. Edison Purba, Ph.D and Ir Jasmani Ginting, MP.

The aim of research was to evaluation the Growth and Production of Sweet Corn (Zea mays sacharata Sturt. L) Planted at Various Distance and Time Sports Land.

The design used split plot design with two factors, where the main plot plant is Time Tillage, consist of W1 : one day after tillage ; W2 : seven days after tillage. As sub plot is distance plant consist of J1 = 70cm x 10cm, J2 = 70cm x 20cm, J3 = 70cm x 30cm dan J4 = 70cm x 40cm.

The research shows that Time Tillage performs effect significant to the plant height and the number of leaves but not significant effect on stem diameter, flowering, cob diameter, number of cobs per plot, weight of cobs per plot and production per sample. The plant spacing consist of J4 = 70cm x 40cm performs effect significant number of leaves, stem diameter, cob diameter, and production per sample, but not significant effect on flowering and number of cobs per plot.

The interaction time of planting and spacing effect is not significant to plant height, number of leaves, stem diameter, days to flowering, cob diameter, number of cobs per plot, weight of cobs per plot and production per sample.

In general, sweet corn cropping land overgrown by weeds kind of Eleusine indica, Digitaria adcendes, Pyllanthus niruri L., Amaranthus spinosus, Cyrtococum acresceus, Mimosa pudica¸ Ephorbia hirta, Euphorbhia prunifolia, Cyperus kylingia, Cleome rutidosperma dan cyperus rotundus densities in different difference.

Keywords: sweet corn, plant spacing and time tillage

(6)

RIWAYAT HIDUP

Evy Thyrida Silaban lahir di Sidikalang pada tanggal 20 September 1988, dari pasangan Bapak Labuan Silaban (Alm) dan Ibu Magdalena Sinaga (Almh).

Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1994- 2000 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 030361 Gomit; pada tahun 2000- 2003 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Bunturaja; pada tahun 2003-2006 menempuh pendidikan di SMA Santo Petrus Sidikalang dan pada tahun 2006 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi HIMADITA dan penulis juga melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) di perkebunan kelapa sawit PTP.N IV unit Kebun Gunung Bayu pada bulan Juni-Juli 2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays sacharata Sturt.

L) pada Berbagai Jarak Tanam dan Waktu Olah Tanah”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua Komisis Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Jasmani Ginting, MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas segala arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua tercinta ayahanda dan Ibunda atas semua pengorbanan materi dan spritual kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Pertanian Universias Sumatera Utara, Medan dan juga kepada saudara-saudaraku tersayang serta kepada teman-teman yang telah banyak membantu hingga selesainya penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu penulisan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis ... 4

Sistem Jarak Tanam ... 6

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13

Pembuatan Plot ... 13

Penanaman ... 13

Pemupukan ... 13

Pemeliharaan Tanaman ... 13

Pengamatan Parameter ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ... 17

Pembahasan ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Kandungan Gizi Jagung Manis ... 5 2. Rataan Tinggi Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4, dan 6

MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam ... 21 3. Rataan Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4,

dan 6 MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam .... 20 4. Rataan Diameter Batang Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4,

dan 6 MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam .... 22 5. Rataan Umur Berbunga Tanaman Jagung Manis Akibat Pengaruh

Waktu Tanam dan Jarak Tanam ... 24 6. Rataan Diameter Tongkol Jagung Manis Akibat Pengaruh Waktu

Tanam dan Jarak Tanam ... 25 7. Rataan Jumlah Tongkol Tanaman Jagung Manis per Plot Akibat

Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam ... 27 8. Rataan Bobot Tongkol per Plot Akibat Pengaruh Waktu Tanam

dan Jarak Tanam ... 28 9. Rataan Produksi per Sampel Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan

Jarak Tanam ... 30 10. Jenis dan Rataan Kerapatan (%) Gulma pada Tanaman Jagung

dengan Waktu dan Jarak Tanam yang Berbeda Umur 3 MST ... 31 11. Jenis dan Rataan Kerapatan (%) Gulma pada Tanaman Jagung

dengan Waktu dan Jarak Tanam yang Berbeda pada Saat Panen 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Hubungan antara Waktu Tanam dengan Tinggi Tanaman Jagung

Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 18 2. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Tinggi Tanaman Jagung

Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 19 3. Hubungan antara Waktu Tanam dengan Jumlah Daun Tanaman

Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 20 4. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Jumlah Daun Tanaman

Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 21 5. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Diameter Batang Tanaman

Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 23 6. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Diameter Tongkol Jagung

Manis ... 26 7. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Jumlah Tongkol Jagung

Manis per Plot ... 27 8. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Bobot Tongkol per Plot ... 29 9. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Produksi per Sampel ... 30

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam ... 42 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu

Setelah Tanam ... 42 3. Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam ... 43 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu

Setelah Tanam ... 43 5. Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 44 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu

Setelah Tanam ... 44 7. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam .. 45 8. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 2

Minggu Setelah Tanam ... 45 9. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam . 46 10. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 4

Minggu Setelah Tanam ... 46 11. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam . 47 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Umur 6

Minggu Setelah Tanam ... 47 13. Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah

Tanam ... 48 14. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 2

Minggu Setelah Tanam ... 48 15. Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah

Tanam ... 49 16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 4

Minggu Setelah Tanam ... 49 17. Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah

Tanam ... 50

(12)

18. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Jagung pada Umur 2

Minggu Setelah Tanam ... 50

19. Umur Berbunga Tanaman Jagung ... 51

20. Daftar Sidik RagamUmur Berbunga Tanaman Jagung ... 51

21. Diameter Tongkol Jagung ... 52

22. Daftar Sidik RagamDiameter Tongkol Jagung ... 52

23. Jumlah Tongkol per Plot ... 53

24. Daftar Sidik RagamJumlah Tongkol per Plot ... 53

25. Bobot Tongkol per Plot ... 54

26. Daftar Sidik RagamBobot Tongkol per Plot ... 54

27. Produksi per Sampel ... 55

28. Daftar Sidik Ragam Produksi per Sampel ... 55

29. Identifikasi Gulma pada Umur 3 MST ... 56

30. Identifikasi Gulma pada Saat Panen ... 57

31 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 64

32. Bagan Percobaan ... 65

33. Denah Lahan ... 66

34. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza ... 67

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir diseluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar dan dapat menghasilkan genotipe baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik lingkungan. Dalam sejarah budidaya tanaman, jagung sudah ditanam sejak ribuan tahun yang lalu dan diduga kuat berasal dari Benua Amerika.

Selanjutnya jagung menyebar ke daratan Eropa dan bagian Utara Afrika. Pada abad ke- 16, jagung sampai ke India dan Cina (Akil, 2005).

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama sweet corn mulai dikembangkan di Indonesia pada awal 1980, diusahakan secara komersial dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran.

Sejalan dengan berkembangnya toko-toko swalayan dan meningkatnya daya beli masyarakat, meningkat pula permintaan akan jagung manis. Jagung manis dapat

tumbuh pada daerah beriklim sedang sampai berikilim tropik (Thompson dan Kelly, 1957). Hal ini berarti bahwa usaha pengembangan jagung

manis di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik. Jagung manis sebagai bahan pangan dipanen saat masih muda, biasanya dikonsumsi segar, dikalengkan dan dibekukan atau didinginkan (Klingman, 1965).

Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak, kandungan karbohidrat, protein, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah. Selain untuk sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau dibakar (Iskandar, 2008). Jagung manis (sweet corn) mempunyai rasa manis karena kadar gulanya 5-6 % yang lebih dari rasa jagung

(14)

biasa dengan kadar gula 2-3 % ( Sirajuddin, 2010). Rasa manis ini lebih disukai masyarakat yang dapat dikonsumsi secara segar atau dikalengkan.

Hampir semua bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomis. Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau/kompos, batang dan daun kering sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan berbagai macam olahan makanan lainnya (Purwono dan hartono, 2007).

Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah.

Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (http://pasca.unand.ac.id, 2012).

Penentuan jarak tanam yang tepat sangat penting artinya, karena hal ini berhubungan erat terhadap populasi tanaman per satuan luas areal. Populasi tanaman yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang

(15)

sangat ketat antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Faktor tingkat kesuburan tanah, kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanam semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan yang lainnya, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk, 1997).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) L.) pada berbagai waktu tanam dan jarak tanam yang berbeda.

Hipotesis Penelitian

Adanya perbedaan interaksi yang nyata pada pertumbuhan dan produksi Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.), akibat pengaruh dari beberapa jarak tanam dan waktu tanam jagung yang berbeda.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mengetahui efektifitas penggunaan pada pertanaman jagung manis dan untuk memperoleh data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.)

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.)

Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan.

Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat. Akar penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Batang jagung manis berbantuk padat (solid). Batang mempunyai jumlah ruas antara 8-21 ruas tetapi pada umumnya 14 ruas. Tinggi batang bergantung pada varietasnya, yang normal antara 2-3 meter. Penampang batang 2-3 cm, dimana kelopak daun membungkus batang (Tobing, dkk, 1995).

Daun memiliki lebar agak seragam dan tulang daunnya terlihat jelas dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Lembar

daun berselang-seling dan bentuknya seperti rumput (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jagung manis memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poaceae yang disebut floret. Pada jagung manis, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae. Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku diantara batang dan pelepah

(17)

daun. Bentuk biji ada yang bulat,berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Tobing, dkk, 1995).

Kandungan gizi jagung manis menurut Iskandar (2008) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung Manis

No Zat Gizi (Tiap 100 g bahan) Jagung manis 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Energi (cal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Air (g)

96.0 3.5 1.0 22.8 3.0 11.1 0.7 400 0.15 12.0 72.7

Tanaman jagung banyak kegunaannya : hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang muda digunakan untuk pakan ternak. Batang dan daun tanaman yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan sebagai pupuk hijau atau kompos. Di daerah sentra tanaman jagung yang kering digunakan untuk kayu bakar. Buah muda digunakan sebagi bahan sayuran, bergedel, bakwaan dan sambal goring. Biji

(18)

jagung yang tua digunakan sebagai pengganti nasi, dibuat marning, brondong, roti (roti jagung), tepung dan sebagainya. Kegunaan lain jagung adalah sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak dan industri bir, industri farmasi, dekstrin termasuk untuk perekat dan industri tekstil (Warisno, 1998).

Jagung manis (sweet corn) mempunyai rasa manis karena kadar gulanya 5 - 6 % yang lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula 2 – 3 % (Sirajuddin, 2010). Rasa manis ini lebih disukai masyarakat yang dapat dikonsumsi secara segar atau dikalengkan.

Walaupun memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun hasil jagung rata- rataan nasional masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi hasil jagung baik kultivar bersari bebas maupun hibrida (Febrina et al, 2008). Pada tahun 2005, Indonesia mengimpor jagung 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi nasional dipacu (Deptan, 2007).

Tanaman jagung manis dalam hal pertumbuhan dan produksinya juga membutuhkan unsur hara. Salah satunya adalah unsur hara nitrogen dalam batas tertentu dapat memperbaiki komponen pertumbuhan dan hasil jagung manis, seperti akar, batang, daun, bunga, tongkol, biji dan kadar gula. Sebaliknya bila terjadi kekurangan unsure nitrogen seluruh bagian tanaman menunjukkan gejala kekuningan, kuantitas dan kualitas hasil akan menurun (Koswara, 1986).

Sistem Jarak Tanam

Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi tanaman tersebut, viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95 % karena dalam budidaya tidak diperkenankan melakukan penyulaman tanaman yang tidak

(19)

tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya tongkol yang terbentuk tidak berisi biji ( Suryana, 2003).

Populasi jarak tanaman atau jarak tanam, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman. Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat kerapatan tanam. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman jagung salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Peningkatan tingkat kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanam akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).

Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsure hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi, 1977). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Resiworo, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.

(20)

Produsen terus mencari metode yang dapat meningkatkan hasil lahan, mengurangi biaya, ataupun kombinasi keduanya. Jumlah tanaman pada lahan sebagai akibat kerapatan tanaman ataupun jarak tanam masih menjadi perhatian selama beberapa decade. Dengan penambahan kerapatan, maka jarak tanam

menjadi lebih dekat dan meningkatkan persaingan antar tanaman (Farnham, 1999).

Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Harjadi (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanamn dalam mendapatkan air dan unsure hara, sehingga akan mempengaruhi hasilnya

Penyebab perbedaan hasil dari pengaruh jarak tanam terhadap

pertumbuhan dan produksi jagung belum diketahui pasti. Menurut Barbieri et al (2000), faktor ilkim mempengaruhi produksi jagung pada jarak

tanam yang berbeda. Dengan curah hujan yang lebih banyak akan menghasilkan produksi jagung lebih tinggi pada jarak yang lebih sempit. Namun berbeda halnya Westgate et al (1997) yaitu jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena tergantung pada interepsi radiasi sinar matahari.

Sistem jarak tanam mempengaruhi cahaya, CO2, angin dan unsur hara yang diperoleh tanaman sehingga akan berpengaruh pada proses fotosintesis yang pada akhirnya memberikan pengaruh yang berbeda pada parameter pertumbuhan dan produksi jagung (Barri, 2003). Jarak yang lebih sempit mampu meningkatkan

produksi per luas lahan dan jumlah biji namun menurunkan bobot biji (Maddoni et al. 2006). Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga

(21)

didapatkan ketika jarak antar tanaman berkurang, persentase peningkatan produksi perlahan secara nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi cahaya matahari.

Selain pengolahan tanah, variasi pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara pengendalian gulma secara kultur teknis, yang dapat meningkatkan daya saing tanamn budidaya terhadap gulma dan meningkatkan hasil. Menurut Mintarsih et al (1989), peningkatan kerapatan populasi tanaman persatuan luas pada suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji jagung. Namun penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi unsure hara, air, ruang tumbuh, dan sinar matahari.

Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahay ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Resiworo, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relaitif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitive terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995)

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST) akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 1, 3 dan 5, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 2, 4 dan 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 4 dan 6 MST, sedangkan interaksi perlakuan waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST.

Rataan tinggi tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4, dan 6 MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST

Waktu Tanam

W1 = 1 HSOT 76.87 152.65b 179.67b

W2 = 7 HSOT 74.59 130.70a 154.90a

BNJ0,05 - 15.63 17.78

Jarak Tanam

J1 = 70 cm x 10 cm 82.34 158.70c 185.77d

J2 = 70 cm x 20 cm 77.19 143.73b 171.23c

J3 = 70 cm x 30 cm 72.03 136.13ab 162.03b

J4 = 70 cm x 40 cm 71.35 128.13a 150.10a

BNJ0,05 - 11.01 8.39

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur 2 MST, pengaruh perlakuan waktu tanam belum berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung manis. Pada

(23)

umur 4 dan 6 MST, tanaman tertinggi jagung manis terdapat pada perlakuan W1

berbeda nyata dengan W2.

Hubungan antara waktu tanam dengan tinggi tanaman jagung manis pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 1.

179.67

154.9

120 128 136 144 152 160 168 176 184

Tinggi Tanaman (cm)

W1 W2

Waktu Tanam (W)

Gambar 1. Hubungan antara Waktu Tanam dengan Tinggi Tanaman Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman jagung manis yang ditanam 1 hari setelah olah tanam memilik tanaman yang lebih tinggi dibandingkan jika ditanam 7 hari setelah olah tanah.

Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST. Pada umur 4 MST, tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan J1 berbeda nyata dengan J2, J3

dan J4. Tinggi tanaman pada perlakuan J2 berbeda nyata dengan J4 tetapi berbeda tidak nyata dengan J3, sedangkan perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan J4.

Hubungan antara jarak tanam dengan tinggi tanaman jagung manis pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 2.

(24)

100 120 140 160 180 200

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 2. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Tinggi Tanaman Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman jagung manis tertinggi terdapat pada jarak tanam J1 (70 x 10 cm) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam J4 (70 cm x 40 cm), J3 (70 cm x 30 cm) dan J2 (70 cm x 20 cm).

Jumlah Daun (helai)

Data jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST) akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 7, 9 dan 11, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 8, 10 dan 12. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 4 dan 6 MST, sedangkan interaksi perlakuan waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST.

Rataan jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST

Ŷ = 196.34 – 1.16 J; r = -0.99

(25)

Tabel 3. Rataan Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4, dan 6 MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

2 MST 4 MST 6 MST

Waktu Tanam

W1 = 1 HSOT 5.87 7.87b 8.92b

W2 = 7 HSOT 5.93 7.20a 8.20a

BNJ0,05 - 0.57 0.68

Jarak Tanam

J1 = 70 cm x 10 cm 5.67 7.07a 8.10a

J2 = 70 cm x 20 cm 5.87 7.43ab 8.43a

J3 = 70 cm x 30 cm 5.90 7.67bc 8.70bc

J4 = 70 cm x 40 cm 6.17 7.97c 9.00c

BNJ0,05 - 0.50 0.38

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umur 2 MST, pengaruh perlakuan waktu tanam belum berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman jagung manis.

Pada umur 4 dan 6 MST, jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan W1

berbeda nyata dengan W2.

Hubungan antara waktu tanam dengan jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 3.

8.92

8.2

7.6 7.8 8.0 8.2 8.4 8.6 8.8 9.0 9.2

Jumlah Daun (helai)

W1 W2

Waktu Tanam (W)

Gambar 3. Hubungan antara Waktu Tanam dengan Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

(26)

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun tanaman jagung manis yang ditanam 1 hari setelah olah tanam memilik jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan jika ditanam 7 hari setelah olah tanah.

Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2 MST. Pada umur 4 MST, jumlah daun ternbayak terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1 dan J2, tetapi berbeda tidak nyata dengan J3. Jumlah daun pada perlakuan J3 berbeda nyata dengan J1, tetapi berbeda tidak nyata dengan J2 Jumlah daun pada perlakuan J2 berbeda tidak nyata dengan J1. Pada umur 6 MST, jumlah daunt erbanyak terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1 dan J2, tetapi berbeda tidak nyata dengan J3. Jumlah daun pada perlakuan J3 berbeda nyata dengan J1 dan J2, sedangkan perlakuan J2 berbeda tidak nyata dengan J1.

Hubungan antara jarak tanam dengan jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 4.

7.1 7.6 8.1 8.6 9.1 9.6

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Jumlah Daun (helai)

Gambar 4. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Ŷ = 7.82 + 0.03 J; r = 0.99

(27)

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah daun tanaman jagung manis tertinggi terdapat pada jarak tanam J4 (70 cm x 40 cm) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam J3 (70 cm x 30 cm), J2 (70 cm x 20 cm) dan J1

(70 x 10 cm).

Diameter Batang (cm)

Data jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST) akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 13, 15 dan 17, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 14, 16 dan 18. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu tanam tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 4 dan 6 MST. Interaksi antara waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST. Rataan diameter batang tanaman jagung manis pada umur 2, 4 dan 6 MST akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Diameter Batang Tanaman Jagung Manis pada Umur 2, 4, dan 6 MST Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Diameter Batang (cm)

2 MST 4 MST 6 MST

Waktu Tanam

W1 = 1 HSOT 0.63 1.23 1.55

W2 = 7 HSOT 0.64 1.24 1.55

BNJ0,05 - - -

Jarak Tanam

J1 = 70 cm x 10 cm 0.63 1.21a 1.50a

J2 = 70 cm x 20 cm 0.62 1.22ab 1.52a

J3 = 70 cm x 30 cm 0.65 1.25ab 1.55ab

J4 = 70 cm x 40 cm 0.65 1.27b 1.62b

BNJ0,05 - 0.05 0.06

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

(28)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman jagung manis.

Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam belum berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada umur 2 MST. Pada umur 4 MST, diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1, tetapi berbeda tidak nyata dengan J2 dan J3. Pada umur 6 MST, diameter batang terbesar terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1 dan J2, tetapi berbeda tidak nyata dengan J3.

Hubungan antara jarak tanam dengan jumlah daun tanaman jagung manis pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 5.

1.38 1.43 1.48 1.53 1.58 1.63 1.68

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Diameter Batang (cm)

Gambar 5. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Diameter Batang Tanaman Jagung Manis pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa diameter batang tanaman jagung manis terbesar terdapat pada jarak tanam J4 (70 cm x 40 cm), diikuti oleh jarak tanam J3 (70 cm x 30 cm), J2 (70 cm x 20 cm) dan J1 (70 x 10 cm).

Ŷ = 1.45 + 0.004 J; r = 0.96

(29)

Umur Berbunga (hari)

Data umur berbunga tanaman jagung manis akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 19, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 20. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam dan jarak tanam, serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga tanaman jagung manis. Rataan umur berbunga tanaman jagung manis akibat pengaruh perlakuan waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Umur Berbunga Tanaman Jagung Manis Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Waktu Tanam

Rataan

W1 W2

Jarak Tanam ……… hari ………

J1 = 70 cm x 10 cm 52.00 50.00 51.00

J2 = 70 cm x 20 cm 50.00 49.67 49.83

J3 = 70 cm x 30 cm 49.33 50.33 49.83

J4 = 70 cm x 40 cm 49.00 49.33 49.17

Rataan 50.08 49.83

Tabel 5 menunjukkan bahwa waktu tanam dan jarak tanam tidak mempengaruhi umur berbunga tanaman jagung manis. Umur berbunga tanaman jagung manis berkisar antara 49 – 52 hari. Umur berbunga tercepat terdapat pada kombinasi perlakuan W1J4 yaitu 49 hari dan terendah pada kombinasi perlakuan W1J1 yaitu 52 hari.

Diameter Tongkol (cm)

Data diameter tongkol tanaman jagung manis akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 21, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 22. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu

(30)

tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol jagung manis.

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Rataan diameter tongkol jagung manis akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Diameter Tongkol Jagung Manis Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Waktu Tanam

Rataan W1= 1 HSOT W2 = 7 HSOT

Jarak Tanam ……… cm ………..

J1 = 70 cm x 10 cm 3.46 3.48 3.47a

J2 = 70 cm x 20 cm 3.83 3.63 3.73b

J3 = 70 cm x 30 cm 3.83 3.88 3.85bc

J4 = 70 cm x 40 cm 4.01 4.05 4.03c

Rataan 3.78 3.76

BNJ0.05(J) = 0.18

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol jagung manis. Pada perlakuan jarak tanam, diameter tongkol jagung manis terbesar terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1

dan J2, tetapi berbeda tidak nyata dengan J3. Diameter tongkol pada perlakuan J3

berbeda nyata dengan J1, tetapi berbeda tidak nyata dengan J2, sedangkan perlakuan J2 berbeda nyata dengan J1.

Hubungan antara jarak tanam dengan diameter tongkol jagung manis dapat dilihat pada Gambar 6.

(31)

2.8 3.1 3.4 3.7 4.0 4.3

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Diameter Tongkol (cm)

Gambar 6. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Diameter Tongkol Jagung Manis

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa diameter tongkol jagung manis terbesar terdapat pada jarak tanam J4 (70 cm x 40 cm), diikuti pada jarak tanam J3 (70 cm x 30 cm), J2 (70 cm x 20 cm) dan J1 (70 x 10 cm).

Jumlah Tongkol per Plot

Data jumlah tongkol tanaman jagung manis per plot akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 23, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 24. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol tanaman jagung manis per plot. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata berpengaruh nyata terhadap jumlah tongkol jagung manis per plot, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata. Rataan jumlah tongkol tanaman jagung manis per plot akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Ŷ = 3.32 + 0.02 J; r = 0.99

(32)

Tabel 7. Rataan Jumlah Tongkol Tanaman Jagung Manis per Plot Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Waktu Tanam

Rataan W1= 1 HSOT W2 = 7 HSOT

Jarak Tanam ……… buah ………..

J1 = 70 cm x 10 cm 20.67 26.00 23.33b

J2 = 70 cm x 20 cm 14.33 16.33 15.33a

J3 = 70 cm x 30 cm 14.00 15.67 14.83a

J4 = 70 cm x 40 cm 11.00 8.67 9.83a

Rataan 15.00 16.67

BNJ0.05(J) = 7.94

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 7 menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol jagung manis per plot. Pada perlakuan jarak tanam, jumlah tongkol terbanyak terdapat pada perlakuan J1 berbeda nyata dengan J2, J3

dan J4. Jumlah tongkol antara perlakuan J2, J3 dan J4 saling berbeda tidak nyata.

Hubungan antara jarak tanam dengan jumlah tongkol jagung manis per plot dapat dilihat pada Gambar 7.

0 6 12 18 24 30

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Jumlah Tongkol per Sampel (buah)

Gambar 7. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Jumlah Tongkol Jagung Manis per Plot

Ŷ = 26.08 - 0.41 J; r = -0.95

(33)

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa jumlah tongkol jagung manis per plot terbanyak terdapat pada jarak tanam J1 (70 x 10 cm), diikuti pada jarak tanam J2 (70 cm x 20 cm), J3 (70 cm x 30 cm) dan J4 (70 cm x 40 cm).

Bobot Tongkol per Plot

Data bobot tongkol per plot akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 25, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 26. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol per plot. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per plot, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata. Rataan bobot tongkol per plot akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Tongkol per Plot Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Waktu Tanam

Rataan W1= 1 HSOT W2 = 7 HSOT

Jarak Tanam ……… kg ………..

J1 = 70 cm x 10 cm 6.07 6.20 6.13d

J2 = 70 cm x 20 cm 3.40 3.40 3.40c

J3 = 70 cm x 30 cm 2.53 2.33 2.43b

J4 = 70 cm x 40 cm 1.40 1.80 1.60a

Rataan 6.07 6.20 6.13d

BNJ0.05(J) = 0.44

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 8 menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol per plot. Pada perlakuan jarak tanam, bobot tongkol per plot terberat terdapat pada perlakuan J1 berbeda nyata dengan J2, J3 dan J4. Bobot tongkol per plot pada perlakuan J2 berbeda nyata dengan J3 dan J4, dan perlakuan J3 berbeda nyata dengan J4.

(34)

Hubungan antara jarak tanam dengan bobot tongkol per plot dapat dilihat pada Gambar 8.

0.0 0.9 1.8 2.7 3.6 4.5 5.4 6.3

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Bobot Tongkol per Plot (kg)

Gambar 8. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Bobot Tongkol per Plot

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa bobot tongkol jagung manis per plot terbanyak terdapat pada jarak tanam J1 (70 cm x 10 cm), diikuti pada jarak tanam (70 cm x 20 cm), J3 (70 cm x 30 cm) dan J4 (70 cm x 40 cm).

Produksi per Tanaman (g)

Data produksi per tanaman akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam disajikan pada Lampiran 27, sedangkan sidik ragam dicantumkan pada Lampiran 28. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per tanaman. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman, sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata. Rataan produksi per tanaman akibat pengaruh waktu tanam dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Ŷ = 7.03 - 0.15 J; r =-0.95

(35)

Tabel 9. Rataan Produksi per Tanaman Akibat Pengaruh Waktu Tanam dan Jarak Tanam

Perlakuan Waktu Tanam

Rataan W1= 1 HSOT W2 = 7 HSOT

Jarak Tanam ……… g ………..

J1 = 70 cm x 10 cm 159.67 159.33 159.50a

J2 = 70 cm x 20 cm 170.60 175.33 172.97a

J3 = 70 cm x 30 cm 194.73 189.00 191.87b

J4 = 70 cm x 40 cm 199.33 186.00 192.67b

Rataan 181.08 177.42

BNJ0.05(J) = 16.85

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda pada taraf uji 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per tanaman. Pada perlakuan jarak tanam, produksi per tanaman terberat terdapat pada perlakuan J4 berbeda nyata dengan J1 dan J2, tetapi berbeda tidak nyata dengan J3. Produksi per tanaman pada perlakuan J3 berbeda nyata dengan J1 dan J2, sedangkan perlakuan J2 berbeda tidak nyata dengan J1.

Hubungan antara jarak tanam dengan produksi per tanaman dapat dilihat pada Gambar 9.

120 138 156 174 192 210

0 10 20 30 40

Jarak Tanam (cm)

Produksi per Tanaman (g)

Gambar 9. Hubungan antara Jarak Tanam dengan Produksi per Tanaman

Ŷ = 149.65 + 1.18 J; r = 0.95

(36)

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa produksi per tanaman terberat terdapat pada jarak tanam J4 (70 cm x 40 cm), diikuti pada jarak tanam J3 (70 cm x 30 cm), J2 (70 cm x 20 cm) dan J1 (70 x 10 cm).

Jenis dan Kerapatan Gulma

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat jenis gulma yang berbeda pada setiap plot yang berbeda seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Data pengamatan identifikasi Gulma pada Tanaman Jagung dengan Waktu dan Jarak Tanam yang Berbeda Umur 3 MST

No. Jenis Gulma NJD ( Nilai Jumlah Dominasi %)

W1J1 W1J2 W1J3 W1J4 W2J1 W2J2 W2J3 W2J4

1 Eleusine indica 14.93 - 30.95 11.31 45.65 - 39.72 47.92 2 Digitaria adcendes 14.93 - 18,25 27.98 - 28.64 25.60 7.64 3 Pyllanthus niruri L. 29.17 10.99 38.10 22.62 - 14.09 9.48 17.36 4 Cyrtococum acresceus - 26.37 12.70 - 13.23 - - - 5 Amaranthus spinosus 11.81 - - - - 9.55 7.85 9.72 6 Ephorbia hirta - 25.82 - 38.10 - 19.09 - 17.36

7 Cleome rutidosperma - 14.82 - - - 9.55 - -

8 Ephorbia prunifolia - - - - 6.61 - 7.86 -

9 Cyperus kylingia - - - - 6.61 - - -

10 Mimosa pudica 29.17 - - - 21.29 - - -

11 Cyperus rotundus - 21,98 - - 6.61 19.09 9.48 - Total 100.01 99.99 100 100.01 100 100.01 99.99 100

Tabel 9 diketahui identifikasi gulma 3 MST menunjukkan bahwa gulma yang paling dominan adalah Eleusine indica (NJD = 47.92) yaitu pada perlakuan W2J4, dan gulma yang paling tidak dominan adalah Cyperus kylingia (NJD = 6.61) yang hanya tumbuh pada perlakuan W2J1.

(37)

Jumlah gulma dan kerapatan gulma pada setiap plot percobaan pada saat panen dari setiap plot percobaan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan Rataan Kerapatan (%) Gulma pada Tanaman Jagung dengan Waktu dan Jarak Tanam yang Berbeda pada Saat Panen

No. Jenis Gulma Kerapatan dari Setiap Jenis Gulma per m²

W1J1 W1J2 W1J3 W1J4 W2J1 W2J2 W2J3 W2J4

1 Eleusine indica 25.00 18.68 29.17 40.63 41.21 17.89 43.75 21.43 2 Digitaria adcendes 34.38 33.52 - 18.75 - 36.05 16.96 - 3 Phyllantus niruri L 9.38 10.99 9.58 21.88 - 10.26 - - 4 Cyrtococum acresceus 9.38 - - - 14.84 7.63 - 10.71 5 Amaranthus spinosus - - 12.92 - 21.98 10.26 9.82 - 6 Ephorbia hirta - 14.84 9.58 - - - 9.82 17.86 7 Cyperus kylingia - - - 9.38 21.98 - 9.82 21.43

8 Mimosa pudica - - 12.92 9.38 - - 9.82 17.86

9 Cyperus rotundus - - 12.92 - - 7.63 - -

10 Cleome rutidosperma 12.30 21.98 - - - - - - 11 Ephorbia prunifolia 9.38 - 12.92 - - 10.26 - 10.71 Total 99.82 100.01 100.01 100.02 100.01 99.98 99.99 100

.

Tabel 10 diketahui identifikasi gulma pada saat panen menunjukkan bahwa gulma yang paling dominan adalah Eleusine indica (NJD = 43.75) yaitu pada perlakuan W2J3, dan gulma yang paling tidak dominan adalah Cyperus rotundus (NJD = 7.63) yang hanya tumbuh pada perlakuan W2J2.

Pada jarak tanam sempit gulma sulit untuk berkecambah dan tumbuh dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena gulma membutuhkan ruang untuk berkecambah dan tumbuh. Hal ini terlihat pada pada tabel 9 dan 10 yang mendominasi gulma terdapat pada jarak tanam 70 x 40 dan 70 x 30.

(38)

Pembahasan

Pengaruh Olah Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis

Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, umur berbunga, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, berat tongkol per plot dan produksi per tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung terendah sebesar 134.93 cm terdapat pada waktu tanam W1 (7 hari) dan jarak tanam J4 (70cm x 40cm). Pada waktu tanam jagung 1 hari setelah olah tanah (W1) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung manis. Hal disebabkan dengan penanaman jagung setelah olah tanam, keadaan tanah lebih gembur dan tanah menjadi lebih lembab. Hal ini menyebabkan biji jagung akan lebih mudah untuk berkecambah. Setelah berkecambah, selanjutnya akan terbentuk akar. Dengan keadaan tanah yang masih gembur, maka akar tanaman jagung manis tumbuh lebih baik, sehingga akan meningkatkan serapan unsur hara ke fase pertumbuhan jagung berikutnya.

Pada waktu tanam 7 hari setelah olah tanah (W2), sudah terjadi sedikit pemadatan tanah, sehingga rongga-rongga yang terdapat dalam tanah sebagian akan tertutup. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar pada tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh pada fase pertumbuhan jagung berikutnya.

Disamping penanaman jagung yang semakin lama akan semakin meningkatkan peluang tumbuhnya gulma, sehingga pertumbuhan gulma pada lahan akan

meningkatkan pesaingan dalam memperebutkan unsur hara.

(39)

Menurut Nurjanah (2002) bahwa waktu tanam berhubungan dengan tumbuhnya gulma selama fase pertumbuhan tanaman jagung, sehingga dengan waktu tanam yang lama setelah olah tanah, dikhawatirkan gulma tumbuh bersama-sama dengan jagung, sehingga pada saat tanaman jagung berada pada fase pertumbuhan vegetatif, akan terjadi persaingan dalam memperebutkan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman tidak maksimal. Hal ini didukung oleh pendapat Mayadewi (2007) bahwa keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada lahan tanaman dapat menurunkan hasil jagung antara 20 – 80%.

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, bobot tongkol per plot dan produksi per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan dengan jarak tanam yang lebih rapat (J1 = 70cm x 10cm) dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi

tanaman. Hal ini disebabkan semakin rapat jarak tanam maka populasi tanaman semakin banyak, sehingga kompetisi antar tanaman dalam memperoleh air dan unsur hara akan semakin meningkat terutama cahaya. Peningkatan naungan antara tanaman akan mengakibatkan etiolasi atau pemanjangan ruas-ruas tanaman sehingga pertumbuhan tinggi akan semakin pesat.

Menurut Harris (1978) peningkatan kerapatan dan kepadatan batang berakibat tanaman lebih tinggi. Selanjutnya Aliudin (1995) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin rapat jarak tanam yang digunakan maka laju

(40)

pertumbuhan tinggi tanaman semakin besar. Pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh ruang tumbuh tanaman yang semakin sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu semakin besar. Sesuai dengan penelitian Gunawan (1999) yang menyatakan bahwa semakin rapat jarak tanam menyebabkan tajuk tanaman semakin tinggi karena jarak tanam yang semakin rapat dapat meningkatkan naungan antar tanaman sehingga terjadi proses etiolasi atau proses pemanjangan ruas-ruas tanaman.

Menurut Supriono (2000) bahwa penggunaan jarak tanam yang semakin rapat maka jumlah daun semakin sedikit. Hal ini disebabkan dengan jarak tanam yang rapat maka akan terjadi saling tumpang tindih pada daun tanaman.

Selanjutnya tanaman akan merespon dengan mengurangi pembentukan daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi per tanaman tertinggi diperoleh pada jarak tanam 70 cm x 40 cm, hal ini disebabkan jarak tanam tersebut lebih besar sehingga tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup untuk melakukan proses assimilasi dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Barri, 2003) dimana sistim jarak tanam mempengaruhi unsur hara dan ruang tumbuh yang diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pada jarak tanam yang lebih sempit penyerapan unsur hara kurang maksimal diakibatkan adanya persaingan antar tanaman itu sendiri sehingga proses assimilasi menjadi tidak maksimal dan menghasilkan produksi yang kurang baik. Pada hasil penelitian dapat dilihat pada jarak tanam 70 x 10 yang memiliki produksi per tanaman terkecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dad Resiworo (1992) dimana jarak tanam sempit tanaman budidaya akan memberikan

(41)

antar tanaman itu sendiri. Pengaturan jarak tanam yang tepat untuk populasi yang besar sangat penting untuk mendapatkan produksi optimum.

Menurut Sastrahidajat dan Soemarno (1991), tanaman yang hidup menggunakan karbohidrat untuk respirasinya. Pertumbuhan tanaman tergantung pada imbangan fotosintesis, yang membangun karbohidrat dan bahan tanaman dan respirasi yang menguraikan karbohidrat. Kalau fotosintesis melebihi respirasi, seperti yang lazim terjadi pada tanaman yang sedang tumbuh, akan terjadi pertumbuhan. Akan tetapi pada kondisi yang kurang cahaya, respirasi mungkin sama dengan fotosintesis dan pertumbuhan akan terhambat. Hal ini terlihat pada hasil penelitian dimana jarak tanam yang lebih sempit (70 x 10) mengakibatkan ukuran diameter batang lebih kecil demikian juga diameter tongkol, dimana jarak tanam yang lebih renggang (70 x 40) dapat menghasilkan ukuran batang dan tongkol jagung yang lebih besar dan baik.

Jumlah tongkol per plot terbanyak terdapat pada jarak tanam 70 cm x 10 cm Hal ini berhubungan dengan semakin meningkatnya jumlah populasi jagung per satuan luas lahan. Dengan jarak tanam yang semakin rapat maka populasi tanaman lebih banyak dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang.

Peningkatan jumlah tanaman per satuan luas akan semakin meningkatkan jumlah tongkol jagung yang dihasilkan pada setiap plot. Hal ini didukung oleh pernyataan Mintarsih et al (1989) yang menyatakan bahwa peningkatan kerapatan populasi tanaman persatuan luas pada suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil pada jagung.

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, umur berbunga, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, bobot tongkol per plot dan produksi per tanaman.

2. Jarak tanam menyebakan hasil tanaman jagung juga berbeda. Jarak tanam 70 x 40 (192.67) memberikan produksi pertanaman lebih besar dibandingkan

produksi dengan jarak tanam 70 x 10 (159.50) sedangkan pada produksi per plot jarak tanam 70 x 10 (6,13) memberikan produksi lebih besar daripada produksi pada jarak tanam 70 x 10 (1. 60)

3. Interaksi waktu tanam dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, diameter tongkol, jumlah tongkol per plot, bobot tongkol per plot dan produksi per tanaman.

4. Pada umumnya lahan pertanaman jagung manis didominasi oleh gulma eleusine indica dengan NJD tertinggi 43.75 dengan jarak tanam jagung yang

lebih renggang.

Saran

Dengan hasil penelitian ini disarankan dalam pembudidayaan tanaman jagung manis sebaiknya menggunakan jarak tanam sebanyak 70 cm x 10 cm.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A.

Kamaruddin. 2005. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, p.15-23.

Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Desember 2003.

Barbieri, P. A., H. R. S. Rozas, F. H. Andrade and H. E. Echeverria. 2000. Soil Management; Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron J. 92.283-288

Dad Resiworo J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara penyiangan pada pertanaman kedelai. Prosiding konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Ujung Pandang. Hal 247-250

Departemen pertanian, 2007. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Jagung, kedelai, Kacang Tanah, Sorgum, Ubi Kayu, sagu, Talas. Departemen Pertanian, Derektoral Jendral Tanaman pangan dan Hortikultura.

Effendi, S. 1997. Bercocok Tanam jagung. CV yasaguna, Jakarta. Hal 95

Farnham, D. E. 2001. Row Spacing, Plant Destiny, and Hybrid Effects on Corn Grain Yield and Moisture. Agron J. 93:1049-1053.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Harjadi, S, S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

http://pasca.unand.ac.id, 2012. Jarak Tanam Ubi Jalar. Diakses dari http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/KAJIAN-VARIASI -JARAK-DAN-WAKTU-TANAM.pdf pada tanggal 20 Januari 2012.

Iskandar, D., 2008. Pengaruh Dosis Pupuk N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering Dikutip dari http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=15. Tanggal Diakses 10 Oktober 2008. 2 pages.

Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pengolahan Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal 7, 13.

Referensi

Dokumen terkait

Angota tersebut diklasifikasikan menjadi 9 kelompok (Tabel 13). Tabel 13 menunjukkan bahwa anggota Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta tahun 2008 didominasi oleh anggota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan masker gel basis CMC-Na ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L. ) dengan

Besarnya tingkat self regulated learning dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penetapan hasil belajar matematika, menyusun strategi yang efektif dalam belajar matematika,

diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan target dan realisasi dari penerimaan atas hasil pemeriksaan sebagai berikut: Pada tahun 2011 yang

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam

Ketercapaian proses evaluasi atau penilaian pembelajaran IPA berbasis pendidikan karakter kelas VIII di SMP Alam Lam- pung dilakukan dengan optimal oleh guru bidang

Tekolabbua dukungan tokoh masyarakat dalam kategori sedang dengan rataan skor 61,0 sedangkan di Kelurahan Pundata Baji dalam kategori rendah dengan rataan skor 31,8.

Teralienasinya perempuan dalam kehidupan politik nampaknya berimplikasi pada tingkat pemahamannya terhadap persoalan politik sebagaimana ditunjukkan oleh hasil