• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang berdiri tahun 1963. Jumlah mahasiswa strata satu (S1) IPB pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013-2014 adalah sebanyak 10 540 mahasiswa yang terbagi ke dalam sembilan fakultas di IPB. Kampus IPB untuk program mahasiswa S1 berlokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kampus IPB ini juga berada di sekitar lingkungan penduduk di daerah Dramaga. Lingkungan akademis yang terdiri dari banyaknya mahasiswa dan penduduk sekitar menjadikan lingkungan kampus IPB sebagai prospek yang cukup menjanjikan untuk membuat suatu usaha. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya toko-toko di sekitar kampus yang menjual kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan mahasiswa, seperti makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Makanan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mahasiswa yang didominasi dari mahasiswa yang berasal dari Kota Bogor, sehingga mengharuskan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kontrakan atau kos mahasiswa membeli makanan dari rumah makan yang banyak tersedia di sekitar kampus. Selain rumah makan, di lingkungan kampus juga terdapat beberapa minimarket yang menjual kebutuhan bagi mahasiswa, terutama produk pangan kemasan. Hal yang perlu diperhatikan mahasiswa ketika membeli produk pangan kemasan adalah label informasi yang tersedia pada produk tersebut.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu supermarket terbesar di Kota Bogor dengan memeriksa kelengkapan label terhadap 307 produk pangan ditemukan bahwa sebanyak 17.9 persen produk yang diperiksa tidak mencantumkan label informasi gizi pada produknya dan label informasi gizi menjadi label yang tidak dicantumkan pada produk dengan presentase terbesar. Selain banyaknya produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, masih terdapat pula produk dari luar Indonesia yang mencantumkan label tersebut dengan menggunakan bahasa asing dan huruf latin (tidak menggunakan bahasa Indonesia). Label pangan lainnya juga ditemukan tidak terdapat pada produk yang diperiksa, antara lain yaitu sebanyak 14.6 persen label halal ditambah dengan 3.9 persen produk mencantumkan label halal yang tidak sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), 1.9 persen label komposisi, dan 0.9 persen label kadaluarsa. Produk yang belum memenuhi ketentuan pelabelan meliputi produk makanan instan, minuman kemasan botol dan kaleng, makanan olahan (sosis, bakso, daging burger), biskuit, cokelat, es krim, dan makanan ringan.

Peneliti juga melakukan observasi pada salah satu minimarket di sekitar kampus IPB yang banyak dikunjungi oleh mahasiswa IPB untuk membeli keperluan. Hasil observasi pada 124 produk pangan di minimarket tersebut, terdapat 50 persen diantaranya yang tidak memenuhi ketentuan dalam pencantuman label informasi produk. Sebanyak 6.4 persen produk tidak mencantumkan label informasi gizi yang terdiri atas produk cokelat dan biskuit, serta sebanyak 1.6 persen mencantumkan label informasi gizi dalam bahasa asing. Selain itu, terdapat 12.9 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label halal yang meliputi produk bumbu dapur, makanan instan, makanan ringan,

18

cokelat, kopi bubuk, permen, minuman kemasan botol dan kaleng. Sebanyak 3.2 persen produk mencantumkan label halal yang bukan berdasarkan label halal yang sah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebanyak 20.9 persen produk pangan mencantumkan label kadaluarsa yang tidak sesuai posisinya yang meliputi produk biskuit dan makanan ringan. Label produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan juga terdapat pada label komposisi. Sebanyak 2.4 persen produk pangan tidak mencantumkan label komposisi dan 2.4 persen lainnya mencantumkan label komposisi dalam bahasa asing.

Hasil Faktor Internal Karakteristik Individu

Jenis Kelamin. Responden penelitian meliputi mahasiswa perempuan dan laki-laki. Lebih dari separuh (60.7%) responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 39.3 persen responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2).

Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 157 39.3

Perempuan 243 60.7

Total 400 100.0

Usia. Sebanyak 43.3 persen responden laki-laki berada pada usia di atas 20 tahun dengan rata-rata 20.34 tahun, sedangkan responden perempuan yang berusia di atas 20 tahun yaitu sebanyak 39.5 persen dengan rata-rata usia 20.20 tahun. Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.194) antara usia responden laki-laki dan perempuan.

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia

Kategori Usia Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) 18 tahun 3.2 2.9 3.0 19 tahun 16.6 23.0 20.5 20 tahun 36.9 34.6 35.5 > 20 tahun 43.3 39.5 41.0 Rata-rata ± SD 20.34 ± 1.04 20.20 ± 1.00 20.26 ± 1.02 Min-Max 18-24 18-23 18-24

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194

Uang Saku. Tujuh dari sepuluh (laki-laki=73.9% dan perempuan=70.0%) responden memiliki uang saku dengan kisaran antara Rp500 001 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata uang saku responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan tidak ada perbedaan nyata (p=0.221) uang saku antara kedua kelompok responden (Tabel 4).

19 Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan uang saku

Kategori Uang Saku (per bulan) Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ Rp500 000 5.1 4.5 4.8 Rp500 001 - Rp1 000 000 73.9 70.0 71.5 Rp1 000 001 - Rp1 500 000 17.2 18.1 17.7 > Rp1 500 000 3.8 7.4 6.0 Rata-rata ± SD Rp930 477.71 ± Rp328 115.14 Rp1 009 053.50 ± Rp444 549.56 Rp978 212.50 ± Rp404 265.62 Min-Max Rp350 000.00 - Rp2 500 000.00 Rp200 000.00 -Rp3 500 000.00 Rp200 000.00-Rp3 500 000.00 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.221

Pengeluaran Pangan. Lebih dari separuh (laki-laki=52.9% dan perempuan=50.6%) responden memiliki pengeluaran pangan pada kisaran antara Rp500 001 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata pengeluaran pangan responden laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Namun, tidak ada perbedaan nyata (p=0.678) pengeluaran pangan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 5).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan

Kategori Pengeluaran Pangan (per bulan) Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ Rp500 000 45.8 46.9 46.5 Rp500 001 - Rp1 000 000 52.9 50.6 51.5 > Rp1 000 000 1.3 2.5 2.0 Rata-rata ± SD Rp600 127.00 ± Rp213 262.17 Rp598 111.11± Rp249 248.74 Rp598 902.00 ± Rp235 505.21 Min-Max Rp60 000.00 - Rp1 500 000.00 Rp50 000.00 -Rp2 000 000.00 Rp50 000.00 - Rp2 000 000.00 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.678

Karakteristik Keluarga

Tingkat Pendidikan Orang Tua. Hampir separuh (laki-laki=43.3% dan perempuan=38.4%) ayah responden memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi (S1/S2/S3). Lebih dari satu per tiga (laki-laki=33.1% dan perempuan=34.8%) ibu responden memiliki pendidikan terakhir adalah tamat SMA/SMK. Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata (p=0.774) pendidikan terakhir ayah antara responden laki-laki dan perempuan, serta tidak berbeda nyata (p=0.729) pendidikan terakhir ibu antara responden laki-laki dan perempuan.

20

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu

Kategori Tingkat Pendidikan Ayah Ibu L (n=157) P (n=243) Total (n=400) L (n=157) P (n=243) Total (n=400) Tidak tamat SD 5.2 1.6 3.1 6.4 2.5 4.0 Tamat SD 7.6 7.6 7.8 9.6 11.1 10.5 Tamat SMP 5.7 4.9 5.2 9.6 10.7 10.2 Tamat SMA/SMK 30.6 38.3 35.2 33.1 35.8 34.8 Diploma (D1/D2/D3) 7.6 9.2 8.5 14.0 9.9 11.5 Sarjana (S1/S2/S3) 43.3 38.4 40.2 27.3 30.0 29.0 Uji beda jenis kelamin

(p-value) 0.774 0.729

Ket: L:laki-laki; P:perempuan

Pekerjaan Orang Tua. Sebanyak 29.3 persen ayah responden laki-laki bekerja sebagai PNS/ABRI/Polisi, sedangkan 28.0 persen ayah responden perempuan bekerja sebagai pegawai swasta. Tidak ada perbedaan nyata (p=0.185) pekerjaan ayah antara responden laki-laki dan perempuan. Tabel 7 juga menunjukkan sebanyak 46.1 persen ibu responden laki-laki dan lebih dari separuh (59.5%) ibu responden perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja di sektor publik. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p=0.003) pekerjaan ibu antara responden laki-laki dan perempuan.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu

Jenis Pekerjaan Ayah Ibu L P Total L P Total (n=147) (n=232) (n=379)1 (n=156) (n=242) (n=398)2 Tidak bekerja 4.8 1.3 2.6 46.2 59.5 54.3 Petani 6.8 6.5 6.6 5.1 2.5 3.5 Buruh 7.5 4.3 5.5 1.3 2.1 1.8 PNS/ABRI/Polisi 29.3 23.7 25.9 21.2 21.1 21.1 Pegawai swasta 15.6 28.0 23.2 5.1 3.7 4.3 Wiraswasta 21.8 25.4 24.0 16.7 9.1 12.1 Pensiunan 12.2 9.5 10.6 1.9 1.7 1.8 Guru 2.0 1.3 1.6 2.6 0.4 1.3

Ket: 1:21 orang meninggal; 2:2 orang meninggal; L:laki-laki; P:perempuan

Pendapatan Keluarga. Lebih dari separuh (laki-laki=60.5% dan perempuan=53.1%) responden memiliki pendapatan keluarga dengan kisaran Rp1 000 001 hingga Rp5 000 000 per bulan. Sebanyak 60.5 persen responden laki-laki memiliki pendapatan keluarga dengan rata-rata Rp4 421 182.80 per bulan, sedangkan 53.1 persen responden perempuan memiliki rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp5 284 156.61 per bulan. Tidak ada perbedaan nyata (p=0.071) pendapatan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 8).

21 Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga

Kategori Pendapatan Keluarga Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ Rp1 000 000 15.3 12.3 13.5 Rp1 000 001 - Rp5 000 000 60.5 53.1 56.0 Rp5 000 001 - Rp10 000 000 19.1 25.5 23.0 > 10000000 5.1 9.1 7.5 Rata-rata ± SD Rp4 421 182.80 ± Rp4 516 158.28 Rp5 284 156.61 ± Rp5 072 867.66 Rp4 945 439.39 ± Rp4 874 459.42 Min-Max Rp300 000.00-Rp35 000 000.00 Rp250 000.00-Rp30 000 000.00 Rp250 000.00-Rp35 000 000.00 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.071

Jumlah Tanggungan Keluarga. Lebih dari separuh (53.5%) orang tua keluarga responden laki-laki memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak kurang dari sama dengan 2 orang, sedangkan sebanyak 50.2 persen orang tua keluarga responden perempuan memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3-5 orang. Terdapat perbedaan nyata (p=0.004) jumlah tanggungan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Kategori Jumlah Tanggungan Keluarga Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) ≤ 2 orang 53.5 41.2 46.0 3-5 orang 40.8 50.2 46.5 6-8 orang 5.7 7.4 6.7 > 8 orang 0.0 1.2 0.8 Rata-rata ± SD 2.71 ± 1.43 3.22 ± 1.81 3.02 ± 1.69 Min-Max 1-7 1-14 1-14

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.004**

Ket: ** nyata pada p<0.01

Faktor Eksternal Sumber Informasi Label Produk Pangan

Sumber informasi label ini meliputi pernah tidaknya mendapatkan informasi mengenai label produk pangan, jenis sumber informasi, dan jumlah sumber informasi. Sebanyak 62.4 persen responden laki-laki dan 71.2 persen responden perempuan diketahui pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Sumber informasi dapat berupa internet, media cetak (koran, majalah, atau tabloid), media elektronik (televisi atau radio), teman, keluarga, atau kerabat, serta penyuluhan, seminar, atau ceramah. Lebih dari satu per tiga (37.0%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan hanya dari satu sumber di antara sumber-sumber informasi yang ada.

Responden dapat memilih jenis sumber informasi lebih dari satu sumber. Berdasarkan hasil pada Tabel 10 diketahui bahwa internet merupakan jenis sumber yang paling banyak digunakan oleh responden baik laki-laki maupun perempuan untuk mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Tiga

22

dari sepuluh (laki-laki=35.7% dan perempuan=34.2%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan yang bersumber dari internet.

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label pada produk pangan

No. Variabel

Laki-laki Perempuan Total

(n=157) (n=243) (n=400)

1. Mendapat informasi mengenai label produk

pangan 62.4 71.2 67.8

2. Jenis sumber informasi:

Internet 35.7 34.2 34.8

Media cetak (koran, majalah, atau tabloid) 15.9 16.1 16.0 Media elektronik (televisi atau radio) 26.1 30.0 28.5 Teman, keluarga, atau kerabat 15.9 24.3 21.0 Penyuluhan, seminar, atau ceramah 18.5 25.9 23.0 3. Jumlah sumber informasi:

Mendapatkan informasi dari 1 sumber 36.9 37.0 37.0

Mendapatkan informasi dari 2 sumber 10.8 16.9 14.5 Mendapatkan informasi dari 3 sumber 7.6 9.5 8.8 Mendapatkan informasi dari 4 sumber 3.8 5.8 5.0 Mendapatkan informasi dari 5 sumber 3.8 2.1 2.8

Ket: dapat memilih lebih dari satu sumber

Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label Produk Pangan

Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label. Responden perempuan (32.1%) lebih banyak mengikuti kuliah konsumen dibandingkan laki-laki (27.4%). Responden perempuan juga lebih banyak (37.4%) yang pernah mengikuti kuliah tentang label, sedangkan responden laki-laki hanya 24.8 persen yang mengikuti kuliah tentang label (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran responden yang pernah mengikuti kuliah tentang konsumen dan label produk pangan

Variabel Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400)

Mengikuti kuliah konsumen 27.4 32.1 30.2

Mengikuti kuliah tentang label 24.8 37.4 32.5 Pengetahuan tentang Hak dan Kewajiban Konsumen

Pengetahuan tentang Hak Konsumen. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa masih rendahnya pengetahuan responden tentang hak konsumen dan kurangnya kepedulian responden sebagai konsumen terhadap dirinya sendiri ketika membeli produk atau jasa yang akan dikonsumsinya. Hal tersebut ditandai dari masih banyaknya responden yang belum atau kurang tepat dalam menyebutkan butir-butir hak konsumen. Hasil tersebut membuktikan bahwa hanya sedikit (8.5%) responden laki-laki dan perempuan yang menjawab benar mengenai hak konsumen untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan, dengan terdapat perbedaan nyata (p=0.027) antara responden laki-laki dan perempuan.

23 Selain hak tersebut, terdapat persentase terendah (2.5%) baik responden laki-laki maupun perempuan yang menjawab benar adalah dalam hal menyebutkan hak-hak yang diatur di dalam ketentuan perundang-undangan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.961) antara kedua kelompok yang menjawab benar hak tersebut.

Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak konsumen

No. Hak Konsumen Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji beda (L-P)

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

50.3 61.7 57.2 0.024* 2. Hak untuk memilih barang dan/atau

jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

15.9 24.7 21.2 0.037*

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

45.2 48.6 47.2 0.514 4. Hak untuk didengar pendapat dan

keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

12.1 21.4 17.8 0.018* 5. Hak untuk mendapatkan advokasi,

perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

9.6 9.5 9.5 0.976 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan

pendidikan konsumen. 2.5 7.8 8.5 0.027* 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani

secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

19.1 19.3 19.2 0.954 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi,

ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

11.5 18.1 15.2 0.073

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2.5 2.5 2.5 0.961

Ket: * nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Kewajiban Konsumen. Selain hak-hak yang dapat diperolehnya, responden pun sangat penting untuk mengetahui kewajiban-kewajibannya sebagai konsumen seperti pada Tabel 13. Hanya sedikit (8.8%) responden baik laki-laki maupun perempuan dalam menjawab dengan benar mengenai kewajiban konsumen adalah dalam beritikad baik ketika berbelanja, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini juga membuktikan bahwa masih rendahnya pengetahuan responden mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai konsumen.

24

Tabel 13 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan kewajiban konsumen

No. Kewajiban Konsumen Laki-laki

(n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji beda (L-P)

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan

31.2 36.6 34.5 0.267 2. Beritikad baik dalam melakukan

transaksi pembelian barang dan/atau jasa

4.5 11.5 8.8 0.015*

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar

yang disepakati 31.2 32.5 32.0 0.786

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut

14.0 17.7 16.2 0.330

Ket: * nyata pada p<0.05

Pelayanan Pelaku Usaha kepada Konsumen. Hampir seluruh (laki-laki=89.8% dan perempuan=91.4%) responden memiliki pendapat bahwa konsumen di Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang baik (konsumen dianggap sebagai raja) oleh para pelaku usaha. Hanya sedikit (laki-laki=4.5% dan perempuan=3.3%) responden yang menyatakan bahwa konsumen Indonesia sudah sepenuhnya dianggap sebagai raja oleh para pelaku usaha. Kemudian, sisanya (laki-laki=5.7% dan perempuan=5.3%) menyatakan bahwa konsumen Indonesia belum sedikit pun dianggap sebagai raja oleh pelaku usaha. Implikasinya adalah responden tidak bisa mendapatkan haknya secara penuh dari pelaku usaha, terutama dalam hal terkait dengan pelayanan.

Lembaga dan Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen. Hampir sebagian besar responden masih belum mengetahui lembaga dan UU perlindungan konsumen. Persentase terendah (7.5%) responden yang menjawab tahu adalah mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dengan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.491) antara responden laki-laki dan perempuan yang mengetahui pihak perlindungan konsumen tersebut (Tabel 14).

Tabel 14 Sebaran responden yang menjawab tahu pengetahuan mengenai lembaga dan UU perlindungan konsumen

No. Lembaga dan UU

Perlindungan Konsumen Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400) Uji beda (L-P) 1. BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) 6.4 8.2 7.5 0.491

2. YLKI (Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia) 65.0 58.8 61.2 0.220 3. LPKSM (Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat) 17.8 23.5 21.2 0.180 4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang

25 Pengetahuan tentang Label Informasi Gizi

Lebih dari separuh responden (laki-laki=67.5% dan perempuan=79.5%) memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik tentang label informasi gizi. Sebanyak 2.8 persen responden dengan 5.1 persen responden laki-laki dan 1.2 persen responden perempuan memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Sisanya, memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Rata-rata pengetahuan responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan ada perbedaan nyata (p=0.001) pengetahuan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label

informasi gizi

Kategori Tingkat Pengetahuan Laki-laki

(n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0 Kurang (25 < skor ≤ 50) 5.1 1.2 2.8 Baik (50 < skor ≤ 75) 27.4 19.3 22.5 Sangat baik ( skor > 75) 67.5 79.5 74.7

Min-Max 30.00-100.00 40.00-100.00 30.00-100.00 Rata-rata ± SD 78.09 ± 13.31 82.02 ± 10.89 80.48 ± 12.04 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.001**

Ket: ** nyata pada p<0.01

Persepsi terhadap Label Informasi Gizi

Sebanyak tujuh dari sepuluh (laki-laki=78.4% dan perempuan=75.7%) responden memiliki persepsi baik terhadap label informasi gizi. Sebanyak 19.1 persen responden laki-laki dan 23.5 persen responden perempuan memiliki persepsi yang sangat baik, serta sisanya memiliki persepsi dengan kategori kurang. Rata-rata persepsi responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, namun tidak berbeda nyata (p=0.067) persepsi antara responden laki-laki maupun perempuan (Tabel 16).

Tabel 16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi terhadap label informasi gizi

Kategori Tingkat Persepsi Laki-laki

(n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0 Kurang (25 < skor ≤ 50) 2.5 0.8 1.5 Baik (50 < skor ≤ 75) 78.4 75.7 76.7

Sangat baik ( skor > 75) 19.1 23.5 21.8 Rata-rata ± SD 66.60 ± 10.27 68.51 ± 10.14 67.76 ± 10.22 Min-Max 44.44-97.78 33.33-93.33 33.33-97.78 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.067

Sikap terhadap Label Informasi Gizi

Lebih dari dua per tiga (79.6%) responden laki-laki dan sebagian besar responden perempuan (83.5%) memiliki sikap baik terhadap label informasi gizi. Selanjutnya, 15.3 persen responden laki-laki dan 10.3 persen responden perempuan memiliki sikap yang kurang baik terhadap label informasi gizi.

26

Sisanya, sebanyak 5.1 persen responden laki-laki dan 6.2 persen responden perempuan memiliki sikap yang sangat baik. Sikap antara responden laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.252) dengan rata-rata sikap perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran dan statistik responden berdasarkan sikap terhadap label informasi gizi

Kategori Tingkat Sikap Laki-laki

(n=157)

Perempuan (n=243)

Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 0.0 0.0 0.0 Kurang (25 < skor ≤ 50) 15.3 10.3 12.2 Baik (50 < skor ≤ 75) 79.6 83.5 82.0

Sangat baik ( skor > 75) 5.1 6.2 5.8 Rata-rata ± SD 59.35 ± 9.02 60.39 ± 8.81 59.98 ± 8.90 Min-Max 40.00-95.56 42.22-95.56 40.00-95.56 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.252

Perilaku Membaca Label Informasi Gizi

Lebih dari separuh (laki-laki=65.5% dan perempuan=70.0%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi dalam kategori kurang. Lebih dari satu per empat (laki-laki=28.7% dan perempuan=25.1%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang baik. Sebanyak 4.5 persen responden baik laki-laki dan perempuan tergolong dalam kategori sangat kurang, serta sisanya memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang sangat baik. Rata-rata perilaku membaca responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.483) perilaku membaca antara kedua kelompok responden (Tabel 18).

Tabel 18 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label informasi gizi

Kategori Tingkat Perilaku Membaca Laki-laki (n=157) Perempuan (n=243) Total (n=400)

Sangat kurang (skor ≤ 25) 4.5 4.5 4.5 Kurang (25 < skor ≤ 50) 65.5 70.0 68.2

Baik (50 < skor ≤ 75) 28.7 25.1 26.5 Sangat baik ( skor > 75) 1.3 0.4 0.8 Rata-rata ± SD 44.17 ± 11.29 43.35 ± 11.42 43.67 ± 11.36 Min-Max 18.63-79.41 5.88-87.25 5.88-87.25 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.483

Peringkat Prioritas Membaca Label Produk Pangan. Tiga item label produk pangan yang terlebih dahulu dibaca oleh responden adalah nama produk, jenis produk, dan label kadaluarsa. Lebih dari separuh (61.2%) responden memilih nama produk sebagai item label yang pertama dibaca saat membeli produk pangan, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.001) antara responden laki-laki dan perempuan. Setelah nama produk, item kedua yang dibaca hampir separuh (39.8%) responden adalah item jenis produk. Namun, tidak ada perbedaan nyata

27 (p=0.459) antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 33.2 persen responden memilih item ketiga yang dibaca yaitu waktu kadaluarsa, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.038) antara responden laki-laki dan perempuan. Label informasi gizi menjadi item ketujuh yang dibaca oleh 22.2 persen responden ketika berbelanja produk pangan. Tabel 19 menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p=0.048) prioritas membaca label informasi gizi antara responden laki-laki dan perempuan, responden laki-laki memilih sebagai prioritas keenam dan responden perempuan memilih sebagai prioritas ketujuh (Lampiran 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa label informasi gizi bukan merupakan label yang diutamakan untuk dibaca oleh responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa label informasi gizi merupakan label keempat (tidak diutamakan) yang diperhatikan responden ketika membeli produk pangan.

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan

No. Item Label

Peringkat label ke- Uji

beda (L-P) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Nama produk 61.2 18.5 7.2 3.0 2.5 2.5 1.0 1.2 2.8 0.001** 2. Jenis produk 18.5 39.8 14.5 11.0 3.8 3.0 3.2 4.5 1.8 0.459 3. Waktu kadaluarsa 8.8 21.8 33.2 21.0 3.5 4.2 3.8 2.8 1.0 0.038* 4. Keterangan Halal 8.2 11.0 19.8 25.5 9.0 6.2 8.0 5.8 6.5 0.804 5. Berat bersih 0.5 3.5 6.0 7.5 14.0 12.2 14.8 26.5 15.0 0.455 6. Produsen/ alamat produksi 1.5 0.8 1.5 3.0 7.5 6.2 8.2 20.5 50.8 0.002** 7. Komposisi 0.2 2.2 7.8 9.8 21.5 24.5 20.2 11.0 2.8 0.709 8. Informasi gizi 0.8 2.0 4.2 12.0 20.2 21.5 22.2 10.8 6.2 0.048* 9. Cara pemakaian/ penggunaan 0.2 1.0 5.8 7.5 17.8 19.5 18.8 16.5 13.0 0.114

Ket: *nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01

Hubungan antarvariabel Penelitian

Variabel-variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden dianalisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungannya dengan variabel pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Terdapat beberapa uji korelasi yang digunakan, antara lain uji korelasi Pearson yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala rasio, uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan variabel dengan skala ordinal, dan uji hubungan Chi-square untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala nominal. Variabel dengan skala nominal yang digunakan adalah variabel yang sudah dikategorikan menjadi variabel dummy (variabel dengan kategori 0 dan 1) berdasarkan sebaran data penelitian.

Pada Lampiran 10 dapat terlihat bahwa jenis kelamin responden mempunyai hubungan positif dan nyata dengan pengetahuan tentang label informasi gizi yang dianalisis menggunakan uji korelasi Chi-square (r=9.724; p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden laki-laki sebesar 9.724 poin. Selain itu, dengan menggunakan analisis korelasi Pearson diketahui bahwa uang saku responden juga mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan pengetahuan responden

28

tentang label informasi gizi (r=0.109; p<0.05). Artinya, semakin besar uang saku responden, maka semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan pengetahuan responden tentang label informasi gizi (r=0.117; p<0.05). Hal tersebut berarti semakin banyaknya jumlah sumber informasi yang digunakan, maka semakin baik pula pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan persepsi (r=0.116; p<0.05) dan sikap (r=0.142; p<0.01) terhadap label informasi gizi. Artinya, semakin banyak jumlah sumber informasi responden, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi.

Selain melakukan analisis hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden terhadap variabel, penelitian ini juga menguji hubungan antarvariabel yang diteliti. Variabel pengetahuan tentang label informasi gizi memiliki hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap label informasi gizi (r=0.123; p<0.05). Pengetahuan tentang label informasi gizi juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap label informasi gizi (r=0.188; p<0.01). Artinya, semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap

Dokumen terkait