PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU
MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA
NENNY VINI MEDIANI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nenny Vini Mediani NIM I24100009
ABSTRAK
NENNY VINI MEDIANI. Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa. Dibimbing oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK.
Label informasi gizi merupakan label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi di dalam produk pangan yang menjadi media sangat penting untuk mentransfer informasi mengenai karakteristik dari suatu produk pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa Strata Satu (S1) Institut Pertanian Bogor. Disain penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan metode survei yang dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 400 mahasiswa IPB yang dipilih dengan menggunakan teknik multistage random sampling dengan lapis jenis kelamin. Terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal pengetahuan, sedangkan persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi tidak berbeda nyata. Sikap berpengaruh nyata terhadap perilaku membaca label informasi gizi.
Kata-kata kunci: label informasi gizi, pengetahuan, persepsi, perilaku membaca label, sikap
ABSTRACT
NENNY VINI MEDIANI. Knowledge, Perception, Attitude, and Reading Behavior of Nutrition Labels Among Undergraduate Students. Supervised by MEGAWATI SIMANJUNTAK.
Nutrition labels is a label that contains information about nutrition in a food product which become very important media to transferring information about characteristic in a food product. The aim of this research was to analyze the effect of individuals characteristics, family’s characteristics, knowledge, perception, and attitude on reading behavior of nutrition labels of undergraduate students of Bogor Agricultural University. The design of this research used cross sectional study with survey method which conducted in Bogor Agricultural University, Dramaga district, Bogor regency. This research involved 400 Bogor Agricultural University’s students selected by multistage random sampling based on gender. There was significant difference between male and female for knowledge, meanwhile the difference was not appear significant for perception, attitude, and reading behavior of nutrition labels. Attitude influenced on reading behavior of nutrition labels.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU
MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA
NENNY VINI MEDIANI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah perilaku konsumen, dengan judul “Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa”. Karya ilmiah ini juga akan dipresentasikan dalam Malaysia Indonesia International Conference on Economics, Management, and Accounting (MIICEMA) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 3-4 November 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Megawati Simanjuntak, SP MSi selaku pembimbing skripsi, Ibu Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku pembimbing akademik dan dosen penguji, Ibu Neti Hernawati, SP MSi selaku dosen pemandu seminar hasil dan dosen penguji, Wa Ode Sofia Zahrah A. dan Rheny Annisa selaku pembahas pada seminar hasil, serta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Alm. Muhammad Fauzi (ayah), Neneng R. Djubaedah, SPd (ibu), Nenna Vina Mediana (adik), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada Hilman Muttaqin Gunawan, Ardiyanto Suhendar Permana Putra, Yosita Fitria Marliani, Tria Komala Dewi, Dwi Puspita Sari, dan teman-teman satu bimbingan skripsi dan penelitian payung (Rola Nanda Widuri, Nita Neza Puspita, dan M. Mardi Dewantara), teman-teman IKK 47 atas seluruh bantuan dan dukungannya, serta kepada seluruh responden atas bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
KERANGKA PEMIKIRAN 6
METODE PENELITIAN 9
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 9
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 10
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 11
Pengolahan dan Analisis Data 13
Definisi Operasional 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 17
Hasil 18
Pembahasan 30
SIMPULAN DAN SARAN 34
Simpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 41
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian 12
2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 18
3 Sebaran responden berdasarkan usia 18
4 Sebaran responden berdasarkan uang saku 19
5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan 19 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu 20 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu 20 8 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga 21 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 21 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label
pada produk pangan 22
11 Sebaran responden yang pernah mengikuti kuliah tentang
konsumen dan label produk pangan 22
12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak
konsumen 23
13 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan kewajiban
konsumen 24
14 Sebaran responden yang menjawab tahu pengetahuan mengenai
lembaga dan UU perlindungan konsumen 24
15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang
label informasi gizi 25
16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi terhadap
label informasi gizi 25
17 Sebaran dan statistik responden berdasarkan sikap terhadap label
informasi gizi 26
18 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca
label informasi gizi 26
19 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk
pangan 27
20 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi,
sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan 29
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan
pada mahasiswa 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data
variabel-variabel penelitian 42
2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan nilai validitas
variabel penelitian 45
3 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi
data penelitian 45
4 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian 46 5 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk
pangan 49
6 Sebaran responden yang menjawab benar pernyataan pengetahuan
tentang label informasi gizi 50
7 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan persepsi
terhadap label informasi gizi 51
8 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan sikap
terhadap label informasi gizi 52
9 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan perilaku
membaca label informasi gizi 54
10 Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Label merupakan alat yang sangat penting untuk mentransfer informasi mengenai karakteristik produk kepada konsumen (Annunziata dan Vecchio 2012). Pencantuman label sudah menjadi salah satu kewajiban bagi pelaku usaha yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha diharuskan untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai produk yang diperdagangkannya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 97 menetapkan bahwa setiap produsen di dalam negeri atau orang yang memasukkan produk pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam atau di kemasan produknya.
Di dalam peraturan yang diputuskan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2005 Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi gizi pada Label Pangan, menyebutkan bahwa BPOM memberlakukan para pelaku usaha untuk mencantumkan informasi gizi pada label pangan (BPOM 2005). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pada Pasal 32 menyebutkan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pada label pangan kemasan wajib untuk pangan yang mengandung vitamin, mineral, atau zat gizi lain yang terkandung di dalam produk tersebut. The U.S. Food and Drugs Administration (FDA) menyatakan informasi yang dicantumkan pada label makanan sekurang-kurangnya meliputi: nama makanan, daftar bahan-bahan makanan, berat dari produk dan berat bersihnya, nama dan alamat produsen atau distibutor, serta informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam produk (Drummond dan Brefere 2007). Selain memberikan atau menetapkan aturan bagi para pelaku usaha, pemerintah juga melakukan hal yang sama kepada konsumen. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga terdapat peraturan bagi konsumen bahwa salah satu kewajiban konsumen adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan suatu produk dan merupakan suatu hak bagi konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur berkaitan dengan kondisi dan jaminan dari suatu produk. Dengan demikian, sudah seharusnya konsumen perlu memerhatikan berbagai macam hal atau keterangan terkait suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya.
2
bagi konsumen untuk mengetahui zat-zat gizi apa saja yang terdapat di dalam pangan yang dikonsumsi dan pemenuhan tingkat kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuhnya.
Perilaku konsumen untuk membaca label informasi gizi seharusnya juga turut disertai dengan tindakan dan dukungan dari pihak pelaku usaha dalam memberikan informasi yang benar dan jelas dengan mencantumkan label informasi gizi pada produknya. Namun, masih banyak produsen yang melalaikan kewajibannya tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu supermarket terbesar di Kota Bogor dengan memeriksa kelengkapan label terhadap 307 produk pangan, ditemukan bahwa sebanyak 17.9 persen produk yang diperiksa tidak mencantumkan label informasi gizi pada produknya dan label informasi gizi menjadi label yang tidak dicantumkan pada produk dengan persentase terbesar. Selain banyaknya produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, masih terdapat pula produk dari luar Indonesia yang mencantumkan label dengan menggunakan bahasa asing dan bukan huruf latin (tidak menggunakan bahasa Indonesia). Hal tersebut telah melanggar peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 97 yang menyatakan bahwa keterangan pada label pangan yang diperdagangkan di wilayah Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia. Label pangan lainnya juga ditemukan tidak terdapat pada produk yang diperiksa, antara lain sebanyak 14.6 persen label halal ditambah dengan 3.9 persen produk mencantumkan label halal yang tidak sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), 1.9 persen label komposisi, dan 0.9 persen label kadaluarsa.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendefinisikan informasi gizi atau yang lebih dikenal di dalam bahasa Inggris sebagai Nutrition Fact merupakan contoh informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu. Pencantuman informasi gizi pada kemasan produk pangan tersebut yang kemudian dikenal dengan pelabelan gizi. Label informasi gizi adalah label yang berisi pernyataan atau deskripsi kuantitatif dengan suatu standarisasi yang tercetak pada suatu kemasan yang memberikan informasi mengenai nutrisi yang terdapat di dalam makanan, label ini dapat membantu konsumen untuk mengetahui jumlah kalori yang akan dikonsumsi (Sulaeman 2009). Informasi yang diperoleh konsumen dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan pembelian produk, artinya informasi dapat memengaruhi keputusan pembelian. Mtimet et al. (2011) menyatakan informasi yang dimiliki konsumen tentang atribut produk yang akan dibelinya akan memengaruhi pemilihan dan perilaku konsumsinya. Sebanyak 76.3 persen konsumen di Paris yang membaca label, menggunakannya untuk membandingkan informasi gizi antara dua produk yang membantu menentukan produk yang akan dibelinya (Mannel et al. 2006). Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Wills et al. (2009) bahwa konsumen menggunakan label untuk membandingkan dua produk yang akan dibelinya.
3 lebih memerhatikan informasi yang diperolehnya termasuk dalam hal produk yang digunakannya. Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan terus mencari informasi yang ingin diketahuinya, terutama berkaitan dengan kebutuhan dirinya sendiri, misalnya informasi gizi dari produk pangan yang dikonsumsinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting (2006) dan Al-Jannah (2010) bahwa pengetahuan berhubungan positif dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Jacobs, de Beer, dan Larney (2010) juga menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang pentingnya membaca label akan memengaruhi konsumen dalam membaca label. Konsumen yang memiliki pengetahuan tentang label gizi produk, kemungkinan besar menggunakan label ketika berbelanja (Shi, Pei, dan Zhigang 2011). Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen (Muflikhati, Yuliati, dan Maulanasari 2011).
Pengetahuan yang dimiliki konsumen akan memengaruhi persepsinya terhadap sesuatu, termasuk dalam penggunaan label informasi gizi. Grunert dan Wills (2007) menyatakan bahwa konsumen akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau pernah diketahui sebelumnya dan menggunakannya untuk menginterpretasikan makna. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen. Hasil penelitian Shi, Pei, dan Zhigang (2011) menunjukkan bahwa tingkat persepsi tentang label gizi memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap penggunaan label.
Sikap dan perilaku konsumen juga dapat turut berperan dalam kebiasaan atau kemauan untuk mencari informasi yang diperlukan dalam mengambil keputusan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Montazeri et al. (2013) bahwa sikap merupakan faktor yang penting dan efektif dalam perilaku konsumen. Menurut model Fishbein dan model Bentler-Speckart, sikap merupakan salah satu variabel yang menentukan kecenderungan perilaku konsumen (Susanta 2006). Hasil penelitian Al-Jannah (2010) menyatakan bahwa sikap dan perilaku yang baik tidak memiliki hubungan dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Zahara (2009) bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Hal serupa juga sesuai dengan hasil penelitian Petrovici et al. (2010) yang menemukan bahwa faktor sikap dan perilaku konsumen memiliki pengaruh yang nyata terhadap penggunaan informasi gizi pada label pangan.
4
Perumusan Masalah
Kandungan gizi yang dikonsumsi harus sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh manusia. Salah satu cara untuk mengetahui kandungan gizi dan tercukupinya gizi pada tubuh yaitu dengan cara membaca informasi yang tertera mengenai nilai gizi yang terkandung pada label pangan tersebut. Label membantu konsumen mengetahui keamanan, kebersihan, dan kualitas dari suatu produk (Osei, Lawer, dan Aidoo 2012). Informasi gizi yang terdapat pada produk yang dikonsumsi sangat penting untuk diamati dan memudahkan bagi konsumen untuk mengetahui tingkat kecukupan gizi dari produk yang dikonsumsinya, termasuk pada produk pangan kemasan. Konsumen yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang makanan bergizi dan tidak mempedulikannya, memiliki kemungkinan besar akan berisiko terserang penyakit. Respon demikian menjadi suatu kebutuhan bagi konsumen untuk peduli terhadap pentingnya menggunakan label gizi guna memelihara kesehatan tubuh (Aygen 2012). Borra (2006) menambahkan berdasarkan penelitiannya, bagi konsumen informasi gizi pada kemasan pangan merupakan alat untuk membantu mereka dalam meningkatkan kesehatan dan perilaku membaca label pangan menjadi salah satu strategi yang digunakan oleh konsumen. Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan kenyataan, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di bidang pangan terkait perlindungan konsumen telah melakukan kajian yang menemukan bahwa hanya 6.7 persen konsumen yang memerhatikan kelengkapan label pada produk pangan (BPKN 2007). Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM menyebutkan bahwa informasi gizi pada label produk pangan tidak mendapatkan perhatian dari konsumen dan bahkan konsumen cenderung mengabaikan hal tersebut (Kartika 2013). Perilaku membaca label informasi gizi dan komposisi lebih rendah dibandingkan label kadaluarsa (Zahara 2009).
5 ingin melihat perilaku membaca label informasi gizi berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai konsumen. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya konsumen yang kurang mengetahui tentang hak dan kewajibannya sebagai konsumen, tidak menutup kemungkinan hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa yang lebih terpapar informasi dan dengan tingkat pendidikannya yang tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti ingin menganalisis pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca mahasiswa label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa. Berdasarkan permasalahan dan kajian empiris yang telah dilakukan, hal-hal yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku responden dalam membaca label informasi gizi produk pangan?
2. Bagaimana perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin?
3. Bagaimana pengaruh faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label) terhadap pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk menganalisis pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku responden dalam membaca label informasi gizi produk pangan.
2. Menganalisis perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin.
6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak, antara lain bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa khususnya sebagai konsumen mengenai perilaku membaca label informasi gizi produk pangan. Bagi pemasar, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pencantuman label informasi gizi produk pangan yang merupakan salah satu hak bagi konsumen dan digunakan sebagai acuan dalam menentukan keputusan pembelian. Bagi bidang keilmuan, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya literatur di bidang ilmu konsumen, terutama tentang label produk pangan dan dapat dijadikan informasi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, bagi pendidikan dan perlindungan konsumen penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran yang akan memberikan informasi mengenai pentingnya untuk mengetahui kewajiban yang harus dilakukan dan hak-hak yang bisa didapatkan oleh konsumen, sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya sehari-hari dan perlu diperjuangkan agar memperoleh perlindungan yang sesuai.
KERANGKA PEMIKIRAN
Perilaku konsumen adalah tindakan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan mereka. Perilaku konsumen fokus kepada individu dalam membuat keputusan untuk menghabiskan sumberdaya yang ada (waktu, uang, dan usaha) (Schiffman dan Kanuk 2004). Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor budaya (budaya, subbudaya, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor personal (usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, gaya hidup dan nilai, kepribadian dan konsep diri), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap). Selain itu, terdapat beberapa penelitian terkait faktor yang memengaruhi perilaku konsumen. Faktor eksternal konsumen memiliki pengaruh terhadap perhatian atau perilaku membaca konsumen, sedangkan faktor internal (usia, agama, jenis kelamin, tingkat pengeluaran, dan pengetahuan) tidak berpengaruh (Susanto 2008; Sulaeman 2009; Singla 2010). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa anggota keluarga bisa sangat memengaruhi perilaku seorang konsumen. Selain itu, peran dan status di dalam sebuah keluarga juga turut memengaruhi konsumen dalam memilih produk (Kotler dan Armstrong 2008). Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang menjelaskan bahwa faktor internal (usia, jenis kelamin, pendapatan) juga memiliki pengaruh terhadap konsumen dalam membaca label (Cowburn dan Stockley 2004; Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga 2006; Hamonangan 2006; Drichoutis et al. 2008; Ranilovic dan Baric 2011).
7 Menurut Sumarwan (2011), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan produk dan jasa tersebut dan yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan yang dimaksud adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai label informasi gizi produk pangan. Peter dan Olson (2010) menyatakan bahwa pengetahuan produk yang dimiliki setiap konsumen berbeda-beda satu sama lain. Pengetahuan tersebut akan digunakan konsumen untuk menginterpretasikan informasi baru yang diperolehnya dan untuk menentukan pilihan dalam pembelian.
Tingkat pengetahuan yang berbeda dapat digunakan konsumen untuk menerjemahkan informasi dan pemilihan produk yang berbeda (Retnaningsih, Utami, dan Muflikhati 2010). Hasil penelitian Al-Jannah (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan tentang label informasi gizi terhadap perilaku membaca informasi gizi produk pangan. Cowburn dan Stockley (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen dengan pengetahuan yang tinggi akan menemukan informasi yang lebih berguna dalam menilai suatu produk dibandingkan dengan konsumen yang pengetahuannya rendah. Hasil dari penilaian tersebut yang akan mengarahkan konsumen dalam memilih produk. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai suatu produk akan menjadi hambatan bagi konsumen untuk menggunakan produk tersebut (Signal et al. 2008). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa tingkat penggunaan dan pemahaman konsumen mengenai suatu produk mempunyai hubungan serta pengaruh yang positif dan nyata dengan keputusan pembelian konsumen.
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumen adalah persepsi. Penelitian Shi, Pei, dan Zhigang (2011) menyatakan bahwa tingkat persepsi mempunyai pengaruh terhadap penggunaan produk atau perilaku konsumen. Persepsi dipengaruhi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Prinsloo et al. (2012) bahwa pengetahuan produk konsumen memengaruhi kemampuannya dalam menginterpretasikan informasi dan menggunakannya. Konsumen akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menggunakannya untuk menginterpretasikan makna (Grunert dan Wills 2007). Pembentukan pengetahuan dan persepsi dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal dari konsumen. Faktor internal yang berpengaruh antara lain umur, jenis kelamin, dan uang saku konsumen. Faktor eksternal yang dapat memengaruhi adalah karakteristik keluarga yang meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga (Ardiansyah, Djamaludin, dan Herawati 2012). Ginting (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif nyata antara lama pendidikan dan pengetahuan dengan persepsi konsumen serta adanya hubungan negatif dan nyata terjadi antara pengeluaran per kapita per bulan yang digunakan untuk pangan dengan persepsi konsumen. Namun, penelitian lain menemukan bahwa karakteristik konsumen tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi (Septian 2013). Tingkat persepsi juga berkaitan dengan kepercayaan informasional yang diperoleh melalui informasi tidak langsung dari sumber yang dipercaya oleh konsumen (Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009).
8
(2005) menyatakan bahwa sikap konsumen terhadap atribut produk menjadi salah satu dasar atau faktor konsumen dalam memilih produk. Sikap sangat penting dihubungkan dengan tingkat kepercayaan, karena kekuatan hubungan antara sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan. Berdasarkan penelitian Drichoutis et al. (2008) diketahui bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi memengaruhi konsumen untuk menggunakan suatu produk. Prinsloo et al. (2012) menyatakan bahwa penggunaan atribut produk pangan merupakan suatu bentuk kepercayaan dan perasaan konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Anic (2010), sikap merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan tindakan konsumen terhadap objek yang menjadikannya termasuk ke dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif, serta yang mewakili konsumen dalam bereaksi terhadap rangsangan. Sikap dapat dikembangkan sepanjang waktu melalui proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pengaruh dari keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman, dan kepribadian konsumen itu sendiri. Selain itu, faktor usia, jumlah sumber informasi, dan control believe juga memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk (Retnaningsih, Utami & Muflikhati 2010).
Pengetahuan dapat memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk (Retnaningsih, Utami, dan Muflikhati 2010). Pengetahuan dan persepsi tentang suatu produk (label informasi gizi produk pangan) yang ada dalam diri konsumen, selanjutnya akan membentuk sikap konsumen yang mengarahkannya dalam bertindak. Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu memerhatikan atau membaca label informasi gizi produk pangan yang akan dikonsumsinya. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan persepsi tentang label informasi gizi produk mempunyai pengaruh terhadap penggunaan label informasi gizi serta akan mempunyai kemungkinan besar untuk menggunakan label ketika berbelanja (Shi, Pei, dan Zhigang 2011). Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan nyata antara persepsi dan sikap terhadap lamanya penggunaan produk. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain persepsi konsumen, faktor sikap juga memengaruhi perilaku dan keputusan pembelian konsumen (Hamonangan 2006; Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009; Sulaeman 2009; Petrovici et al. 2010).
9
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa
METODE PENELITIAN
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Disain penelitian ini adalah cross-sectional study, yang berarti penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi hanya dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan salah satu institusi di Indonesia yang aktif berperan dalam perkembangan pertanian dan pangan, baik melalui penelitian dan penyebaran informasi, serta mata kuliah yang terkait dengan pangan, pendidikan dan perlindungan konsumen, dan label produk pangan. Pemilihan contoh penelitian adalah mahasiswa dikarenakan mahasiswa sebagai konsumen dengan tingkat pendidikan dan intelektual tinggi yang lebih mudah
Faktor eksternal:
Sumber informasi label
Mengikuti kuliah terkait konsumen Mengikuti kuliah tentang label Faktor internal:
Karakteristik individu − Usia
− Jenis kelamin − Uang saku
− Pengeluaran pangan Karakteristik keluarga
− Tingkat pendidikan orang tua − Pekerjaan orang tua
− Pendapatan keluarga − Jumlah tanggungan keluarga
Sikap terhadap Label Informasi Gizi
Perilaku membaca Label Informasi Gizi
Pengetahuan tentang Label Informasi Gizi
10
mengakses informasi serta lebih terpapar informasi. Selain itu, banyaknya mahasiswa IPB yang berasal dari luar kota Bogor yang memungkinkan lebih memilih produk pangan dalam bentuk kemasan untuk dikonsumsi dengan alasan kepraktisan. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2014.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata satu (S1) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berstatus aktif pada semester tiga, lima, dan tujuh pada tahun ajaran 2013-2014. Jumlah populasi adalah sebanyak 10 540 mahasiswa. Mahasiswa tersebut tersebar ke dalam sembilan fakultas yang ada di IPB, yakni Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Penarikan contoh penelitian dilakukan menggunakan teknik probability sampling dengan cara multistage random sampling dengan lapis jenis kelamin. Populasi mahasiswa IPB dikelaskan berdasarkan fakultas, selanjutnya populasi dari masing-masing fakultas dikelaskan kembali berdasarkan jenis kelamin. Jumlah contoh penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005).
=
= 385 ≈ 400
Keterangan:
n = jumlah mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh
N = jumlah populasi mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh S1 IPB e = batas kesalahan pengambilan contoh (5%)
Jumlah responden yang diperoleh untuk digunakan dalam penelitian berdasarkan rumus Slovin adalah 385 mahasiswa. Namun untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam penarikan contoh, maka mahasiswa yang akan dijadikan sebagai responden berjumlah 400 mahasiswa. Uji coba kuesioner juga dilakukan dengan melibatkan responden sebanyak 40 mahasiswa yang bukan contoh penelitian. Penentuan jumlah contoh setiap fakultas dilakukan secara proporsional dengan cara acak dan ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dari masing-masing fakultas yang ada di IPB. Sebaran contoh berdasarkan lapis jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.
x Keterangan:
ni = jumlah contoh tiap subpopulasi Ni = total subpopulasi
N = total populasi
11 lapis berdasarkan jenis kelamin
Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup faktor internal yaitu berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran pangan) dan karakteristik keluarga responden (tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label
12
informasi gizi. Informasi diperoleh dari hasil self report menggunakan alat bantu kuesioner yang terdiri dari pernyataan-pernyataan terstruktur terkait dengan variabel yang diteliti. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa penelitian terdahulu, antara lain penelitian Simanjuntak (2014), Ardiansyah (2011), dan Zahara (2009). Ada 79 pernyataan terkait variabel penelitian, yang meliputi: 15 pernyataan variabel inti pengetahuan tentang label informasi gizi, 15 pernyataan variabel persepsi terhadap label informasi gizi, 15 pernyataan variabel sikap terhadap label informasi gizi, dan 34 pernyataan variabel perilaku membaca label informasi gizi.
Selain data primer, informasi yang juga digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa data yang meliputi jumlah mahasiswa yang berstatus aktif di IPB pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014. Data sekunder tersebut diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB. Informasi-informasi lain yang berkaitan dengan topik penelitian diperoleh dari buku, jurnal, atau literatur. Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian
Variabel Skala data Keterangan/kategori
Faktor internal:
Karakteristik individu
− Usia Rasio Tahun
− Jenis kelamin Nominal [1] Laki-laki [2] Perempuan − Uang saku Rasio Rupiah/bulan − Pengeluaran pangan Rasio Rupiah/bulan Karakteristik keluarga − Pekerjaan orang tua Nominal [1] Tidak bekerja
[2] Petani − Pendapatan keluarga Rasio Rupiah/bulan − Jumlah tanggungan keluarga Rasio Orang Faktor eksternal:
Sumber informasi label Nominal [1] Internet
13 Lanjutan Tabel 1
Variabel Skala data Keterangan/kategori
Mengikuti kuliah terkait
Pengetahuan hak konsumen Ordinal [0] Salah [1] Benar
Pengetahuan kewajiban konsumen Ordinal [0] Salah [1] Benar
Pengetahuan tentang label informasi gizi
Ordinal Skala Guttman dengan dua penilaian: [0] Salah
[1] Benar Persepsi terhadap label informasi
gizi
Ordinal Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Sangat tidak setuju
[2] Tidak setuju [3] Setuju [4] Sangat setuju
Sikap terhadap label informasi gizi Ordinal Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Sangat tidak setuju
Ordinal Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Tidak pernah
[2] Jarang [3] Sering [4] Selalu
Jumlah populasi mahasiswa IPB Rasio Orang
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah melakukan pengambilan data dan semua informasi yang dibutuhkan telah diperoleh, hal selanjutnya yang dilakukan antara lain proses mengedit, coding, memasukkan data, dan analisis data menggunakan program Microsoft Office Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi, rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan tabulasi silang. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran pangan) dan karakteristik keluarga responden (tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga) dan faktor eksternal yang meliputi sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah tentang label. Variabel sumber informasi label yang diuji dalam pengolahan data adalah jumlah sumber informasi yang digunakan oleh responden.
14
responden tentang label informasi gizi produk pangan diukur melalui pernyataan-pernyataan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban dengan skala penilaian yaitu “benar” atau “salah” yang menghasilkan data ordinal. Jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Variabel persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden juga diukur melalui pernyataan-pernyataan dengan hasil data ordinal. Skala yang digunakan untuk variabel persepsi dan sikap yaitu skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu “sangat tidak setuju” yang diberi skor penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Variabel perilaku membaca diukur dengan skala Likert dengan empat penilaian yaitu skor penilaian satu untuk pilihan jawaban “tidak pernah”, skor penilaian dua untuk pilihan jawaban “jarang”, pilihan jawaban “sering” diberi skor penilaian tiga, dan pilihan jawaban “selalu” diberi skor penilaian empat. Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masing-masing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100 dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
Indeks = skala nilai 0-100
Nilai aktual = nilai yang diperoleh responden
Nilai maksimal = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh responden Nilai minimal = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh responden
Indeks dari setiap variabel kemudian dikategorikan ke dalam empat kategori yakni sangat rendah (skor≤25), rendah (25<skor≤50), tinggi (50<skor≤75), dan sangat tinggi (skor>75). Selain analisis deskriptif, dalam pengolahan data ini juga digunakan analisis statistik inferensia. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi, uji regresi linear berganda, serta uji Independent Sample T-test dan uji Mann-Whitney yang dilakukan untuk membedakan variabel berdasarkan jenis kelamin. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, persepsi, dan sikap dengan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden. Uji regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Uji regresi yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, hal tersebut dikarenakan variabel bebas yang dianalisis terhadap variabel terikat berjumlah lebih dari satu variabel bebas.
15 dilakukan uji regresi, maka data penelitian yang tidak menyebar normal ditransformasikan dengan menggunakan cara Ln. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui data penelitian tidak terdistribusi normal kecuali variabel perilaku membaca label informasi gizi (Lampiran 3). Selain itu, kenormalan data dapat dilihat dari nilai Skewness dan Kurtosis. Apabila nilai Skewness dan Kurtosis berada pada kisaran -2 sampai +2, maka data dapat dikatakan terdistribusi normal. Nilai Skewness dan Kurtosis variabel penelitian telah memenuhi nilai ketentuan kecuali nilai Kurtosis untuk pengeluaran pangan dan pengetahuan tentang label informasi gizi.
Uji multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti. Variabel yang baik dan memenuhi syarat uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi yaitu dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance di bawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10, maka variabel tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali 2011). Setelah itu, untuk melihat multikolinearitas antarvariabel bebas untuk model regresi yaitu dengan melihat hubungan antarvariabel tersebut. Apabila nilai korelasi antarvariabel bebas tersebut lebih dari 0.60, maka terjadi multikolinearitas. Selanjutnya, variabel yang digunakan untuk dianalisis adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi yang paling kecil (paling mendekati nilai signifikansi 0.05). Pada penelitian ini terdapat multikolinearitas antara variabel uang saku, pengeluaran pangan, dan pendapatan keluarga. Variabel uang saku adalah variabel yang memiliki nilai signifikansi terendah, sehingga variabel yang dimasukkan ke dalam uji regresi adalah uang saku. Selain itu, terdapat multikolinearitas antara variabel mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label. Variabel mengikuti kuliah tentang label memiliki nilai signifikansi yang terendah, sehingga variabel tersebut yang dimasukkan ke dalam uji regresi. Model terbaik untuk uji regresi dipilih berdasarkan metode backward.
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. model regresi dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali 2011). Apabila model regresi tidak terjadi heterokedastisitas, maka dapat dilakukan uji regresi. Pada penelitian ini, variabel telah bebas dari heterokedastisitas, yang ditandai dari titik-titik pada scatterplot yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y (Lampiran 4). Selain itu, dilakukan pula uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali 2011). Caranya yaitu dengan melihat nilai Durbin Watson dari model regresi. Apabila nilai Durbin Watson mendekati +2, maka model regresi dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi, sehingga dapat dilakukan uji regresi. Variabel penelitian telah bebas dari autokorelasi, terlihat dari nilai Durbin-Watson yang mendekati nilai +2 (Tabel 22).
16
informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Karakteristik keluarga responden tidak digunakan dalam uji regresi dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada keadaan mahasiswa yang ada saat ini (saat sudah tinggal di Bogor untuk kuliah di IPB dan sebagian besar tinggal terpisah dari orang tuanya). Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y = perilaku membaca label informasi gizi (skor) a = konstanta
b = koefisien regresi
x1 = pengetahuan tentang label informasi gizi (skor) x2 = persepsi terhadap label informasi gizi (skor) x3 = sikap terhadap label informasi gizi (skor)
= galat
Untuk menguji keabsahan instrumen penelitian dilakukan analisis validitas, sedangkan untuk menguji konsistensi instrumen penelitian dilakukan uji reliabilitas. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi lebih dari 0.30 dan dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien alpha lebih dari 0.60 (Puspitawati dan Herawati 2013). Nilai reliabilitas dan validitas instrumen penelitian antara lain: pengetahuan (0.631 dengan menghapus lima pernyataan; 15 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.185 (p<0.05) hingga 0.411 (p<0.01), persepsi (0.844; 14 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.259 (p<0.01) hingga 0.661 (p<0.01), sikap (0.728; 13 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.104 (p<0.05) hingga 0.564 (p<0.01), dan perilaku membaca label (0.918; 34 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.301 (p<0.01) hingga 0.673 (p<0.01).
Definisi Operasional
Label adalah keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk yang dikonsumsi oleh mahasiswa yang dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun keduanya.
Label informasi gizi adalah label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam suatu produk.
Pengetahuan label informasi gizi adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan.
Persepsi label informasi gizi adalah penilaian atau sudut pandang mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan berdasarkan rangsangan yang telah diperoleh sebelumnya.
Sikap label informasi gizi adalah kecenderungan mahasiswa dalam berperilaku terhadap label informasi gizi produk pangan.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang berdiri tahun 1963. Jumlah mahasiswa strata satu (S1) IPB pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013-2014 adalah sebanyak 10 540 mahasiswa yang terbagi ke dalam sembilan fakultas di IPB. Kampus IPB untuk program mahasiswa S1 berlokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kampus IPB ini juga berada di sekitar lingkungan penduduk di daerah Dramaga. Lingkungan akademis yang terdiri dari banyaknya mahasiswa dan penduduk sekitar menjadikan lingkungan kampus IPB sebagai prospek yang cukup menjanjikan untuk membuat suatu usaha. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya toko-toko di sekitar kampus yang menjual kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan mahasiswa, seperti makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Makanan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mahasiswa yang didominasi dari mahasiswa yang berasal dari Kota Bogor, sehingga mengharuskan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kontrakan atau kos mahasiswa membeli makanan dari rumah makan yang banyak tersedia di sekitar kampus. Selain rumah makan, di lingkungan kampus juga terdapat beberapa minimarket yang menjual kebutuhan bagi mahasiswa, terutama produk pangan kemasan. Hal yang perlu diperhatikan mahasiswa ketika membeli produk pangan kemasan adalah label informasi yang tersedia pada produk tersebut.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu supermarket terbesar di Kota Bogor dengan memeriksa kelengkapan label terhadap 307 produk pangan ditemukan bahwa sebanyak 17.9 persen produk yang diperiksa tidak mencantumkan label informasi gizi pada produknya dan label informasi gizi menjadi label yang tidak dicantumkan pada produk dengan presentase terbesar. Selain banyaknya produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, masih terdapat pula produk dari luar Indonesia yang mencantumkan label tersebut dengan menggunakan bahasa asing dan huruf latin (tidak menggunakan bahasa Indonesia). Label pangan lainnya juga ditemukan tidak terdapat pada produk yang diperiksa, antara lain yaitu sebanyak 14.6 persen label halal ditambah dengan 3.9 persen produk mencantumkan label halal yang tidak sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), 1.9 persen label komposisi, dan 0.9 persen label kadaluarsa. Produk yang belum memenuhi ketentuan pelabelan meliputi produk makanan instan, minuman kemasan botol dan kaleng, makanan olahan (sosis, bakso, daging burger), biskuit, cokelat, es krim, dan makanan ringan.
18
cokelat, kopi bubuk, permen, minuman kemasan botol dan kaleng. Sebanyak 3.2 persen produk mencantumkan label halal yang bukan berdasarkan label halal yang sah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebanyak 20.9 persen produk pangan mencantumkan label kadaluarsa yang tidak sesuai posisinya yang meliputi produk biskuit dan makanan ringan. Label produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan juga terdapat pada label komposisi. Sebanyak 2.4 persen produk pangan tidak mencantumkan label komposisi dan 2.4 persen lainnya mencantumkan label komposisi dalam bahasa asing.
Hasil
Faktor Internal Karakteristik Individu
Jenis Kelamin. Responden penelitian meliputi mahasiswa perempuan dan laki-laki. Lebih dari separuh (60.7%) responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 39.3 persen responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2).
Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 157 39.3
Perempuan 243 60.7
Total 400 100.0
Usia. Sebanyak 43.3 persen responden laki-laki berada pada usia di atas 20 tahun dengan rata-rata 20.34 tahun, sedangkan responden perempuan yang berusia di atas 20 tahun yaitu sebanyak 39.5 persen dengan rata-rata usia 20.20 tahun. Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.194) antara usia responden laki-laki dan perempuan.
Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia
Kategori Usia Laki-laki
(n=157)
Perempuan
(n=243)
Total
(n=400)
18 tahun 3.2 2.9 3.0
19 tahun 16.6 23.0 20.5
20 tahun 36.9 34.6 35.5
> 20 tahun 43.3 39.5 41.0
Rata-rata ± SD 20.34 ± 1.04 20.20 ± 1.00 20.26 ± 1.02
Min-Max 18-24 18-23 18-24
Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194
19 Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan uang saku
Kategori Uang Saku (per
Pengeluaran Pangan. Lebih dari separuh (laki-laki=52.9% dan perempuan=50.6%) responden memiliki pengeluaran pangan pada kisaran antara Rp500 001 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata pengeluaran pangan responden laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Namun, tidak ada perbedaan nyata (p=0.678) pengeluaran pangan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 5).
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan
Kategori Pengeluaran Pangan
20
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu
Kategori Tingkat
Pekerjaan Orang Tua. Sebanyak 29.3 persen ayah responden laki-laki bekerja sebagai PNS/ABRI/Polisi, sedangkan 28.0 persen ayah responden perempuan bekerja sebagai pegawai swasta. Tidak ada perbedaan nyata (p=0.185) pekerjaan ayah antara responden laki-laki dan perempuan. Tabel 7 juga menunjukkan sebanyak 46.1 persen ibu responden laki-laki dan lebih dari separuh (59.5%) ibu responden perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja di sektor publik. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p=0.003) pekerjaan ibu antara responden laki-laki dan perempuan.
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu
Jenis Pekerjaan
Ket: 1:21 orang meninggal; 2:2 orang meninggal; L:laki-laki; P:perempuan
21 Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga
Kategori Pendapatan Keluarga Laki-laki keluarga responden laki-laki memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak kurang dari sama dengan 2 orang, sedangkan sebanyak 50.2 persen orang tua keluarga responden perempuan memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3-5 orang. Terdapat perbedaan nyata (p=0.004) jumlah tanggungan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 9).
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Kategori Jumlah Tanggungan Keluarga Laki-laki (n=157) Sumber Informasi Label Produk Pangan
Sumber informasi label ini meliputi pernah tidaknya mendapatkan informasi mengenai label produk pangan, jenis sumber informasi, dan jumlah sumber informasi. Sebanyak 62.4 persen responden laki-laki dan 71.2 persen responden perempuan diketahui pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Sumber informasi dapat berupa internet, media cetak (koran, majalah, atau tabloid), media elektronik (televisi atau radio), teman, keluarga, atau kerabat, serta penyuluhan, seminar, atau ceramah. Lebih dari satu per tiga (37.0%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan hanya dari satu sumber di antara sumber-sumber informasi yang ada.
22
dari sepuluh (laki-laki=35.7% dan perempuan=34.2%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan yang bersumber dari internet.
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label pada produk pangan
No. Variabel
Laki-laki Perempuan Total
(n=157) (n=243) (n=400)
1. Mendapat informasi mengenai label produk
pangan 62.4 71.2 67.8
2. Jenis sumber informasi:
Internet 35.7 34.2 34.8
Media cetak (koran, majalah, atau tabloid) 15.9 16.1 16.0 Media elektronik (televisi atau radio) 26.1 30.0 28.5 Teman, keluarga, atau kerabat 15.9 24.3 21.0 Penyuluhan, seminar, atau ceramah 18.5 25.9 23.0 3. Jumlah sumber informasi:
Mendapatkan informasi dari 1 sumber 36.9 37.0 37.0
Mendapatkan informasi dari 2 sumber 10.8 16.9 14.5 Mendapatkan informasi dari 3 sumber 7.6 9.5 8.8 Mendapatkan informasi dari 4 sumber 3.8 5.8 5.0 Mendapatkan informasi dari 5 sumber 3.8 2.1 2.8
Ket: dapat memilih lebih dari satu sumber
Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label Produk Pangan
Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label. Responden perempuan (32.1%) lebih banyak mengikuti kuliah konsumen dibandingkan laki-laki (27.4%). Responden perempuan juga lebih banyak (37.4%) yang pernah mengikuti kuliah tentang label, sedangkan responden laki-laki hanya 24.8 persen yang mengikuti kuliah tentang label (Tabel 11).
Tabel 11 Sebaran responden yang pernah mengikuti kuliah tentang konsumen dan label produk pangan
Mengikuti kuliah konsumen 27.4 32.1 30.2
Mengikuti kuliah tentang label 24.8 37.4 32.5
Pengetahuan tentang Hak dan Kewajiban Konsumen
23 Selain hak tersebut, terdapat persentase terendah (2.5%) baik responden laki-laki maupun perempuan yang menjawab benar adalah dalam hal menyebutkan hak-hak yang diatur di dalam ketentuan perundang-undangan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.961) antara kedua kelompok yang menjawab benar hak tersebut.
Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak konsumen
No. Hak Konsumen Laki-laki
(n=157)
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
50.3 61.7 57.2 0.024*
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
15.9 24.7 21.2 0.037*
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
45.2 48.6 47.2 0.514
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.
12.1 21.4 17.8 0.018*
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
9.6 9.5 9.5 0.976
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan
pendidikan konsumen. 2.5 7.8 8.5 0.027* 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
19.1 19.3 19.2 0.954
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
11.5 18.1 15.2 0.073
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
2.5 2.5 2.5 0.961
Ket: * nyata pada p<0.05
24
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan
31.2 36.6 34.5 0.267
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa
4.5 11.5 8.8 0.015*
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar
yang disepakati 31.2 32.5 32.0 0.786
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
14.0 17.7 16.2 0.330
Ket: * nyata pada p<0.05
Pelayanan Pelaku Usaha kepada Konsumen. Hampir seluruh (laki-laki=89.8% dan perempuan=91.4%) responden memiliki pendapat bahwa konsumen di Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang baik (konsumen dianggap sebagai raja) oleh para pelaku usaha. Hanya sedikit (laki-laki=4.5% dan perempuan=3.3%) responden yang menyatakan bahwa konsumen Indonesia sudah sepenuhnya dianggap sebagai raja oleh para pelaku usaha. Kemudian, sisanya (laki-laki=5.7% dan perempuan=5.3%) menyatakan bahwa konsumen Indonesia belum sedikit pun dianggap sebagai raja oleh pelaku usaha. Implikasinya adalah responden tidak bisa mendapatkan haknya secara penuh dari pelaku usaha, terutama dalam hal terkait dengan pelayanan.
Lembaga dan Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen. Hampir sebagian besar responden masih belum mengetahui lembaga dan UU perlindungan konsumen. Persentase terendah (7.5%) responden yang menjawab tahu adalah mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dengan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.491) antara responden laki-laki dan perempuan yang mengetahui pihak perlindungan konsumen tersebut (Tabel 14).
Tabel 14 Sebaran responden yang menjawab tahu pengetahuan mengenai
Konsumen Swadaya Masyarakat) 17.8 23.5 21.2 0.180 4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
25 Pengetahuan tentang Label Informasi Gizi
Lebih dari separuh responden (laki-laki=67.5% dan perempuan=79.5%) memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik tentang label informasi gizi. Sebanyak 2.8 persen responden dengan 5.1 persen responden laki-laki dan 1.2 persen responden perempuan memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Sisanya, memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Rata-rata pengetahuan responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan ada perbedaan nyata (p=0.001) pengetahuan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label
informasi gizi
Min-Max 30.00-100.00 40.00-100.00 30.00-100.00 Rata-rata ± SD 78.09 ± 13.31 82.02 ± 10.89 80.48 ± 12.04 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.001**
Ket: ** nyata pada p<0.01
Persepsi terhadap Label Informasi Gizi
Sebanyak tujuh dari sepuluh (laki-laki=78.4% dan perempuan=75.7%) responden memiliki persepsi baik terhadap label informasi gizi. Sebanyak 19.1 persen responden laki-laki dan 23.5 persen responden perempuan memiliki persepsi yang sangat baik, serta sisanya memiliki persepsi dengan kategori kurang. Rata-rata persepsi responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, namun tidak berbeda nyata (p=0.067) persepsi antara responden laki-laki maupun perempuan (Tabel 16). Min-Max 44.44-97.78 33.33-93.33 33.33-97.78 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.067
Sikap terhadap Label Informasi Gizi
26
Sisanya, sebanyak 5.1 persen responden laki-laki dan 6.2 persen responden perempuan memiliki sikap yang sangat baik. Sikap antara responden laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.252) dengan rata-rata sikap perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tabel 17).
Tabel 17 Sebaran dan statistik responden berdasarkan sikap terhadap label Min-Max 40.00-95.56 42.22-95.56 40.00-95.56 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.252
Perilaku Membaca Label Informasi Gizi
Lebih dari separuh (laki-laki=65.5% dan perempuan=70.0%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi dalam kategori kurang. Lebih dari satu per empat (laki-laki=28.7% dan perempuan=25.1%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang baik. Sebanyak 4.5 persen responden baik laki-laki dan perempuan tergolong dalam kategori sangat kurang, serta sisanya memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang sangat baik. Rata-rata perilaku membaca responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.483) perilaku membaca antara kedua kelompok responden (Tabel 18). Min-Max 18.63-79.41 5.88-87.25 5.88-87.25 Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.483
27 (p=0.459) antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 33.2 persen responden memilih item ketiga yang dibaca yaitu waktu kadaluarsa, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.038) antara responden laki-laki dan perempuan. Label informasi gizi menjadi item ketujuh yang dibaca oleh 22.2 persen responden ketika berbelanja produk pangan. Tabel 19 menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p=0.048) prioritas membaca label informasi gizi antara responden laki-laki dan perempuan, responden laki-laki memilih sebagai prioritas keenam dan responden perempuan memilih sebagai prioritas ketujuh (Lampiran 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa label informasi gizi bukan merupakan label yang diutamakan untuk dibaca oleh responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa label informasi gizi merupakan label keempat (tidak diutamakan) yang diperhatikan responden ketika membeli produk pangan.
Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan
No. Item Label
Ket: *nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
Hubungan antarvariabel Penelitian
Variabel-variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden dianalisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungannya dengan variabel pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Terdapat beberapa uji korelasi yang digunakan, antara lain uji korelasi Pearson yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala rasio, uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan variabel dengan skala ordinal, dan uji hubungan Chi-square untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala nominal. Variabel dengan skala nominal yang digunakan adalah variabel yang sudah dikategorikan menjadi variabel dummy (variabel dengan kategori 0 dan 1) berdasarkan sebaran data penelitian.
28
tentang label informasi gizi (r=0.109; p<0.05). Artinya, semakin besar uang saku responden, maka semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan pengetahuan responden tentang label informasi gizi (r=0.117; p<0.05). Hal tersebut berarti semakin banyaknya jumlah sumber informasi yang digunakan, maka semakin baik pula pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan persepsi (r=0.116; p<0.05) dan sikap (r=0.142; p<0.01) terhadap label informasi gizi. Artinya, semakin banyak jumlah sumber informasi responden, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi.
Selain melakukan analisis hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden terhadap variabel, penelitian ini juga menguji hubungan antarvariabel yang diteliti. Variabel pengetahuan tentang label informasi gizi memiliki hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap label informasi gizi (r=0.123; p<0.05). Pengetahuan tentang label informasi gizi juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap label informasi gizi (r=0.188; p<0.01). Artinya, semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi. Uji korelasi Pearson juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap label informasi gizi memiliki hubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap label informasi gizi (r=0.663; p<0.01), serta persepsi terhadap label informasi gizi dengan perilaku membaca label informasi gizi (r=0.350; p<0.01). Hal ini berarti semakin baik persepsi responden terhadap label informasi gizi, maka semakin baik pula sikap dan perilaku membaca label informasi gizi yang dimilikinya. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan sikap terhadap label informasi gizi berhubungan positif dan nyata dengan perilaku membaca label informasi gizi (r=0.472; p<0.01). Hal tersebut berarti semakin baik sikap terhadap label informasi gizi, maka semakin baik perilaku membaca label informasi gizi. Pengaruh Pengetahuan, Persepsi, dan
Sikap terhadap Perilaku Membaca Label Informasi Gizi Produk Pangan
Secara parsial jenis kelamin berpengaruh positif dan nyata terhadap pengetahuan tentang label informasi gizi sebesar 15.1 persen (β=0.151; p<0.01), serta pengetahuan tentang label informasi gizi juga dipengaruhi secara positif dan nyata oleh jumlah sumber informasi dengan pengaruh sebesar 11.0 persen (β=0.110; p<0.05). Pengetahuan tentang label informasi gizi memengaruhi persepsi terhadap label informasi gizi secara positif dan nyata dengan pengaruh sebesar 11.0 persen (β=0.110; p<0.05), serta memengaruhi sikap terhadap label informasi gizi sebesar 10.9 persen (β=0.109; p>0.01). Sikap terhadap label informasi gizi juga dipengaruhi secara positif dan nyata oleh persepsi terhadap label informasi gizi sebesar 63.6 persen (β=0.636; p<0.01). Pada model 1 variabel terikat perilaku membaca label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi berpengaruh positif dan nyata terhadap perilaku membaca label informasi gizi sebesar 43.1 persen (β=0.431; p<0.01).