• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum

Tempat penelitian berada di desa Tegal Waru yang memiliki ketinggian 219 m dpl. Luas lahan dari peternakan Mitra Tani Farm sekitar 800 m2 terdiri atas bangunan kandang, tempat pemotongan ternak dan rumah. Gambaran kondisi lingkungan ditempat penelitian mengenai curah hujan tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005

Bulan Curah Hujan Juli Agustus September Oktober

--- mm/m2 ---

Total 114 242 293 231

Harian 11 14 16 21

Min 2 1 2 3

Max 45 56 63 31

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga-Bogor, 2005

Curah hujan di Bogor semakin meningkat pada saat musim hujan, dimana musim hujan dimulai dari bulan September dan puncaknya terjadi pada bulan Januari (BMG-Dramaga, 2005). Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi ternak dan konsumsi pakan terutama konsumsi dari rumput lapang dan kadar air rumput lapang. Pada musim hujan menyebabkan rumput tumbuh lebih subur dan mengandung kadar air yang cukup tinggi. Menurut Martawidjaja (1985) ada perbedaan curah hujan, suhu dan kelembaban pada musim hujan dan musim kemarau, dimana pada saat musim hujan curah hujan, suhu dan kelembaban rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Suhu dan kelembababan yang tinggi akan menyebabkan rendahnya konsumsi pakan.

Curah hujan yang relatif tinggi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kadar air rumput lapang. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan konsumsi bahan kering lebih sedikit sehingga nutrisi yang dikonsumsi juga lebih sedikit.

Kondisi Ternak

Ternak yang digunakan adalah bakalan yang sehat, kurus dan normal. Selama penelitian berjalan ternak mengalami gangguan kesehatan. Tidak dilakukannya

penggantian domba yang sakit karena domba dapat disembuhkan, penyakit tersebut tidak tergolong akut (parah sekali) dan konsumsi pakan tidak terlalu terpengaruh. Pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian antibiotik dan pengobatan tradisional seperti pemberian kunyit untuk domba terkena keropeng pada mulut (orf).

Minggu pertama penggemukan sebagian besar domba terkena orf, hal ini disebabkan karena tidak dilakukan pemisahan ternak yang terinfeksi. Pada minggu- minggu tertentu beberapa ekor domba terkena kembung dan mencret, hal ini dapat diduga dipengaruhi oleh kondisi saluran pencernaan, lingkungan dan endoparasit pada tubuh ternak. Tenak yang banyak mengkonsumsi rumput segar dan muda (mengandung kadar air tinggi) akan menyebabkan kembung dan biasanya diikuti mencret hal ini disebabkan fermentasi kurang sempurna dalam rumen sehingga terkumpul gas atau pakan dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama.

Pakan Penelitian

Pakan yang diberikan selama pengemukan domba yaitu kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang dalam bentuk segar. Rataan konsumsi pakan yang diberikan tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang (RL) dalam Bentuk Segar

Perlakuan (P) Konsumsi P1 P2 P3 P4 ---kg/ekor/minggu --- KAK 10,40±1,43 18,13±5,40 21,66±3,00 26,01±2,68 RL 13,95±1,10 8,05±0,68 5,26±0,62 -

Keterangan : P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Konsumsi kulit ari kacang kedelai semua perlakuan meningkat pada minggu- minggu awal pemeliharaan (minggu ke 2 dan 3), pada minggu selanjutnya ada penurunan konsumsi kulit ari kacang kedelai dari P2, P3 dan P4 (Gambar 3). Penurunan konsumsi dari masing-masing perlakuan tersebut terjadi pada minggu yang berbeda, sedangkan P1 tidak terjadi penurunan konsumsi kulit ari kacang kedelai, karena kulit ari kacang kedelai yang diberikan per-hari selalu dikonsumsi semua. Hal ini menyebabkan domba P1 akan memenuhi kekurangan kebutuhan

nutrisi hidup pokok dan produksinya dengan mengkonsumsi rumput lapang yang lebih banyak. 0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 MInggu Ke- K ons um si K A K ( kg/ e kor /m ing gu ) P1 P2 P3 P4

Gambar 3. Grafik Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Ke- K ons um si R L ( kg/ e kor /m ingg u P1 P2 P3 P4

Gambar 4. Grafik Konsumsi Rumput Lapang

Konsumsi rumput lapang setiap perlakuan selama pemeliharaan terlihat pada Gambar 4. Konsumsi rumput lapang domba menurun pada minggu awal pemeliharaan (minggu ke 2), hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan ternak dimana sebagian besar domba terkena orf, sehingga terjadi penurunan nafsu makan terhadap rumput lapang yang diberikan, sedangkan konsumsi kulit ari kacang kedelai tidak terpengaruh, karena kulit ari kacang kedelai mempunyai tekstur yang lembut dan basah. Pada perlakuan 1 dan 2 sering terjadi penurunan konsumsi rumput lapang, hal ini dipengaruhi oleh curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan secara tidak langsung dapat mempengaruhi konsumsi rumput lapang, karena kadar air rumput lapang meningkat (tinggi) akibatnya domba cepat kenyang.

Konsumsi Zat Makanan

Biasanya untuk memperkirakan kebutuhan zat gizi yang diperlukan dalam penyusunan ransum atau pemberian pakan domba digunakan standar yang dikeluarkan NRC (1985), karena di Indonesia belum ada standar kebutuhan zat gizi yang baku untuk domba (Haryanto, 1992). Konsumsi bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients dari domba selama pemeliharaan tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK) dan Total Digestible Nutrient (TDN) Peubah Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 --- kg/ekor/minggu --- Konsumsi BK: KAK 1,38±0,191 2,42±0,721 2,89±0,41 3,47±0,358 RL 2,90±0,228 1,67±0,141 1,09±0,129 - Total 4,28±0,397a 4,09±0,813a 3,98±0,503a 3,47±0,358b Konsumsi PK: KAK 0,20±0,267 0,34±0,101 0,41±0,056 0,49±0,050 RL 0,24±0,019 0,14±0,012 0,09±0,011 - Total 0,44±0,044 0,48±0,109 0,50±0,065 0,49±0,050 Konsumsi TDN: KAK 0,89±0,123 1,56±0,465 1,87±0,259 2,24±0,231 RL 1,57±0,124 0,91±0,076 0,59±0,069 - Total 2,47±0,234 2,47±0,515 2,46±0,313 2,24±0,231

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0,05) KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL 4,28 4,09 3,98 3,47 0,44 0,48 0,5 0,49 2,47 2,47 2,46 2,24 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 P1 P2 P3 P4 Perlakuan K o ns um si Z a t M a k a na n ( k g /e k o r/m ingg u ) BK PK TDN

Konsumsi Bahan Kering

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering selama penggemukan (Tabel 4). Dimana konsumsi bahan kering P1, P2 dan P3 sama dan berbeda nyata dengan P4. Konsumsi bahan kering dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. dari diagram tersebut terlihat bahwa domba yang hanya diberi pakan kulit ari kacang kedelai saja (P4) mengkonsumsi bahan kering yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya.. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kering kulit ari kacang kedelai lebih rendah dari pada kulit ari kacang kedelai (Tabel 1).

Tabel 5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan

Perlakuan (P) Peubah P1 P2 P3 P4 --- %/ekor/minggu --- Konsumsi BK : Total (dari BT) 4,12 3,70 3,42 2,84 Rasio Konsumsi BK : KAK 32,24 59,17 72,61 100 RL 67,76 40,83 27,39 -

Keterangan : BK : Bahan Kering BT : Bobot Tubuh KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Hasil dari penelitian ini didapatkan konsumsi bahan kering berkisar antara 2,84-4,12 % dari bobot hidup domba (Tabel 5). Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan bahan kering 0,5-1 kg atau 5% dari bobot hidup, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200- 250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan bahan kering 3,1-3,4 % dari bobot hidup.

Kemampuan domba mengkonsumsi bahan kering masih dibawah pemberian bahan kering pakan sebesar 5% dari bobot tubuh (perlakuan). Hal ini mengakibatkan rasio konsumsi pakan P1, P2 dan P3 (Tabel 5) tidak sesuai dengan harapan dari

pemberian yaitu 25%:75% (P1), 50%:50% (P2), 75%:25% (P3). Sedangkan rasio konsumsi bahan kering domba P4 tidak dapat dijadikan patokan karena mengkonsumsi pakan tunggal.

Konsumsi Protein Kasar

Protein berfungsi sebagi zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya tahan tubuh. Kekurangan protein dalam tubuh dapat mengahambat pertumbuhan, sedangkan kelebihan protein dalam tubuh dapat dijadikan sebagi sumber energi dalam keadaan kekurangan energi dari karbohidrat dan lemak (Hardiansyah dan Martianto, 1989).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar selama penggemukan (Tabel 4). Diagram rataan konsumsi protein kasar dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai konsumsi protein kasar dari tiap perlakuan yaitu P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 0,44 , 0,48 , 0,50 dan 0,49 kg/ekor/minggu.

Rataan konsumsi protein kasar per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 62,76-71,03 g/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan protein 127-167 g/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan protein 73,7-135,8 g/hari. Konsumsi Total Digestible Nutrients

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) selama penggemukan (Tabel 4). Diagram rataan konsumsi TDN dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. dengan nilai konsumsi TDN tiap perlakuan yaitu P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 2,47 , 2,47, 2,46 dan 2,24 kg/ekor/minggu.

Aboenawan (1991) menyatakan bahwa semakin tinggi TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Berdasarkan perhitungan Hartadi et al. (1990) nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dibandingkan rumput lapang, hal ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba yang digemukkan.

Rataan konsumsi TDN per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 0,32-0,0,35 kg/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan TDN 0,40-0,80 kg/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari.

Pertumbuhan

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al., 1989). Pertambahan bobot tubuh dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertambahan bobot tubuh merupakan salah satu tujuan dalam usaha penggemukan domba, dengan pertambahan bobot tubuh yang besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar juga. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot tubuh, panjang badan, dan lingkar dada selama penelitian tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan Lingkar Dada (PLD) Domba

Perlakuan (P) Peubah P1 P2 P3 P4 ---/ekor/8 minggu --- PBT (kg) 3,42±0,390B 6,14±1,795A 6,64±1,048A 6,86±1,337A PPB (cm) 7,44±2,366 8,16±2,405 9,60±1,617 6,56±2,875 PLD (cm) 6,78±1,279 8,60±2,308 9,82±1,333 7,70±2,581

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Pertambahan Bobot Tubuh

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh domba selama penggemukan (Tabel 5). Pertambahan bobot tubuh antara P2, P3 dan P4 sama tetapi berbeda sangat nyata dengan P1 meskipun dari ke empat taraf perlakuan tersebut mengkonsumsi jumlah protein kasar dan TDN yang sama (Tabel 4), dimana P1 lebih banyak mengkonsumsi rumput lapang. Hal ini menunjukkan adanya faktor dari kualitas pakan yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu protein tercerna dari kulit ari kacang kedelai berbeda dengan rumput lapang, dimana protein tercerna kulit ari kacang kedelai tersebut lebih tinggi dibandingkan rumput lapang (nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dari pada rumput lapang tercantum pada Tabel 1). Cheeke (1999) menyatakan kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot tubuh.

Pakan yang cukup kandungan protein dan strukturnya lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga laju pencernaan makanan didalam rumen akan lebih cepat pula dan dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan (palatabel) sehingga mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan (Martawidjaja, 1986). Dalam penelitian ini kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan memiliki struktur yang lebih halus dari pada rumput lapang sehingga menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang lebih baik, yaitu pada taraf pemberian kulit ari kacang kedelai 50-100% dalam bahan kering ransum (mengkonsumsi kulit ari kacang kedelai lebih banyak).

Menurut NRC (1981), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot tubuh, antara lain protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan, kondisi setiap individu dan tata laksana. Lebih lanjut Maynard dan Loosly (1979) menyatakan ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan oleh keturunan dan pengaruh lingkungan, terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya.

Bobot tubuh awal domba sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 10-18 kg dengan rataan 13,465 kg. Bobot tubuh akhir domba setelah digemukkan selama 8 minggu berkisar antara 15,5-25,4 kg dengan rataan 20,545 kg. Grafik bobot tubuh domba selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. dari

garafik dapat dilihat bahwa pertambahan bobot tubuh domba P1 setiap minggunya lebih rendah dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.

0 5 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Ke- B obot T ubu h ( k g/ e ko r/ m inggu ) P1 P2 P3 P4 Gambar 6. Grafik Bobot Tubuh Domba

3,42 6,14 6,64 6,86 7,44 8,16 9,6 6,56 6,78 8,6 9,82 7,7 0 2 4 6 8 10 12 P1 P2 P3 P4 Perlakuan P e rt a m b a ha n U ku ra n T u bu h (e ko r/ 8 m ing g u) PBT PPB PLD

Gambar 7. Diagram Rataan Pertambahan Bobot Tubuh/PBT (kg), Pertambahan Panjang Badan/PPB (cm) dan Pertambahan Lingkar Dada/PLD (cm) Domba

Diagram pertambahan bobot tubuh selama penggemukan domba 8 minggu dapat dilihat pada Gambar 7. Pertambahan bobot tubuh domba tiap minggunya berbeda dari tiap perlakuan (Gambar 8), hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan, potensi genetik, kondisi ternak dan respon terhadap pakan berbeda antara masing- masing ternak.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Ke- P e rt a m b a ha n B ob ot T ub uh ( kg /ekor /m ingg u P1 P2 P3 P4

Gambar 8. Grafik Pertambahan Bobot Tubuh Domba

Pertambahan bobot tubuh harian dapat diketahui dengan perhitungan pertambahan bobot tubuh total dibagi dengan 56 hari (8 minggu), dengan nilai dari P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 61,07 , 109,60 , 118,60 dan 122,50 g/hari. Perlakuan pakan P2, P3 dan P4 yang menghasilkan pertambahan bobot tubuh harian diatas 100 g/hari, dirasa cukup bagus di dalam usaha penggemukan domba tanpa pemberian pakan konsentrat. Martawidjaja (1986) mengemukakan bahwa pemberian konsentrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari. Hasil yang berbeda tersebut dapat diduga adanya pengaruh bangsa ternak, lingkungan dan manajemen pemeliharaan.

Pertambahan Panjang Badan

Pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan tinggi dan panjang badannya. Soeparno (1992) menyatakan rasio otot dan tulang selalu meningkat selama pertumbuhan.

Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan panjang badan tercantum pada Tabel 5. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan panjang badan domba selama penggemukan. Pertambahan panjang badan dari tiap perlakuan yaitu ; P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 7,44 , 8,16 , 9,60 dan 6,56 cm/ekor/8 minggu (Gambar 7).

0 10 20 30 40 50 60 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Ke- P a nj a n g B a dan ( c m /eko r/ m ing g u P1 P2 P3 P4

Gambar 9. Grafik Panjang Badan Domba

Grafik panjang badan domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan panjang badan dimana kenaikan panjang badan setiap minggunya relatif konstan untuk setiap perlakuan.

Pertambahan Lingkar Dada

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan lingkar dada domba selama penggemukan (Tabel 6). Pertambahan lingkar dada dari tiap perlakuan yaitu ; P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 6,78 , 8,60 , 9,82 dan 7,70 cm/ekor/8 minggu (Gambar 7). 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu Ke- L ing ka r D a da ( c m /e ko r/ m in gg u P1 P2 P3 P4

Grafik lingkar dada domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan ukuran lingkar dada. Jika grafik lingkar dada domba (Gambar 10) dibandingkan dengan grafik panjang badan domba (Gambar 9) dapat dikatakan pertumbuhan otot lebih cepat dibandingkan tulang. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan bahwa selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan otot.

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu satuan bobot tubuh. Penghitungan nilai konversi pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat keefisienan penggunaan pakan, semakin kecil angka konversi pakan, maka semakin efisien dimanfaatkan untuk menghasilkan bobot tubuh. Rataan dari konversi pakan dari masing-masing perlakuan selama penelitian tercantum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Konversi Pakan

Perlakuan (P) Peubah

P1 P2 P3 P4 Konversi Pakan 10,195±1,921B 5,334±1,030A 4,800±0,257A 4,050±0,607A

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan selama penggemukan, dimana perlakuan pakan P2, P3 dan P4 memiliki konversi pakan yang sama dan berbeda sangat nyata dengan P1. Dari diagram rataan konversi pakan dapat dilihat bahwa domba yang mengkonsumsi kulit ari kacang kedelai dibawah taraf 50% menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih tinggi (Gambar 12) dengan kata lain semakin tidak efisien untuk menghasilkan bobot tubuh. Hal ini disebabkan karena P1 mengkonsumsi rumput lapang lebih banyak dan nilai kecernaan rumput lapang tersebut lebih rendah dibandingkan kulit ari kacang kedelai (Tabel 1), sehingga nutrisi tercernanya juga lebih rendah. Haryanto et al. (1992), menyatakan nilai kecernaan yang rendah menyebabkan pakan menjadi tidak efisien.

Hasil yang diperoleh sesuai dengan pendapat Garret (1979) yang menyatakan pemberian hijauan yang lebih banyak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot tubuh dan konversi pakan. Dimana pemberian H:K (hijauan : konsentrat) sebesar 76:24 dan 90:10 memberikan hasil konsumsi bahan kering yang lebih tinggi , pertambahan bobot tubuh lebih rendah dan konversi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pemberian H:K dibawah 76:24.

10,19 5,334 4,8 4,05 0 2 4 6 8 10 12 1 Perlakuan K onve rs i P a ka n P1 P2 P3 P4

Gambar 11. Diagram Rataan Konversi Pakan

Perlakuan 4 yang diberi 100% kulit ari kacang kedelai + 0% rumput lapang memiliki nilai konversi yang sama dengan P2 dan P3. Tetapi diantara ke tiga perlakuan tersebut P4 mendekati nilai konversi pakan yang baik berdasarkan NRC (1985) yaitu angka konversi pakan yang baik untuk pertumbuhan ternak domba adalah sebesar empat. Sehingga dari ke tiga perlakuan tersebut P4 memiliki efisiensi pakan yang lebih baik.

Income Over Feed Cost

Keuntungan ekonomis merupakan tujuan dari usaha penggemukan domba untuk mendapatkan efisiensi usaha yang lebih baik. Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penggemukan domba adalah biaya pakan yang dapat mencapai sekitar 70% dari biaya produksi. Efisiensi produksi penggemukan domba tergantung dari efisiensi pakan. Pakan yang efisien akan memberikan keuntungan ekonomis yang besar. Analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ekonomis dari penggemukan domba adalah Income Over Feed Cost (IOFC), yaitu pendapatan dari

pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Income Over Feed Cost yang didapat selama penggemukan domba tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC)

Peubah Perlakuan (P) P1 P2 P3 P4 ---Rp --- Harga Domba: Jual 284890±32612,7 320850±59296,4 333560±42750,2 340380±28084,5 Beli 194480±30412,8 189280±37448,1 193440±24048,2 196300±19150,2 Biaya Pakan 37551,4±3989,7 45904,5±11303,6 49636,9±6569,1 52026,9±5361,0 IOFC 52858,6±5989,4b 85665,5±21424a 90483,1±14193 a 92053,1±18389 a

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Biaya pakan terendah yang dikeluarkan selama penggemukan domba adalah P1. Rendahnya biaya pakan pada P1 dikarenakan sedikitnya kulit ari kacang kedelai yang diberikan (25% kulit ari kacang kedelai + 75% rumput lapang), dimana harga rumput lapang adalah Rp. 100,- /kg* dibandingkan kulit ari kacang kedelai Rp. 250,- /kg*. Sedangkan biaya pakan tertinggi didapat pada P4, karena tidak digunakannya rumput lapang pada perlakuan ini.

Faktor selain biaya pakan yang mempengaruhi IOFC adalah pertambahan bobot tubuh. Pertambahan bobot tubuh yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula. Harga bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan yaitu Rp. 13.000,- /kg bobot hidup* dan harga jual untuk domba finish adalah Rp. 15.500,- /kg bobot hidup* (*harga berdasarkan yang berlaku di Mitra Tani Farm 2005).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC yang diperoleh dari penggemukan domba selama 8 minggu (Tabel 8), dimana keuntungan rata-rata terkecil diperoleh dari domba P1, yaitu sebesar Rp. 52.858,6.- /ekor/8 minggu. Domba dari P2, P3 dan P4 menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari pada P1 dan secara statistik menghasilkan keuntungan yang sama. Hal ini disebabkan karena ketiga perlakuan tersebut lebih efisien dalam penggunaan pakan, sehingga menghasilkan pertambahan bobot tubuh dan harga jual domba finish yang tinggi. Jika dilihat secara numerik,

diantara tiga perlakuan tersebut dapat dikatakan P4 memberikan hasil yang paling baik (keuntungan yang besar) dibandingkan dengan P2 dan P3.

Selisih keuntungan diantara ketiga perlakuan tersebut (P2, P3 dan P4) menurut statistik relatif kecil (sama), tetapi didalam suatu usaha penggemukan akan memiliki arti/nilai yang berharga. Misalnya penggemukan domba menghasilkan keuntungan Rp. 1.000.- ekor/minggu, nilai ini akan sangat berarti jika domba yang digemukkan dalam jumlah besar misalnya 1000 ekor, maka dalam penggemukan domba selama 8 minggu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 8.000.000.- (dilihat dari segi IOFC). Diagram IOFC domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 12. 52858,6 85665,5 90483,1 92053,1 0 20000 40000 60000 80000 100000 1 Perlakuan In co m e O v e r F e ed C o st (R p/ e kor /8 m ingg u) P1 P2 P3 P4

Gambar 12. Diagram Rataan Income Over Feed Cost

Pertambahan bobot tubuh yang tinggi tidak menentukan keuntungan yang maksimum, karena yang sangat menetukan adalah harga dan konsumsi pakan sehingga sangat penting untuk mencari kesesuaian antara harga pakan dengan pertambahan bobot tubuh.

Dokumen terkait