• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

SKRIPSI

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO. D14102007. 2006. Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama :Ir. Maman Duldjaman, MS Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi

Domba Ekor Tipis merupakan bangsa domba yang banyak ditemukan di Indonesia. Peternakan domba di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, salah satunya dalam pemberian pakan. Domba Ekor Tipis (DET) jika diternakkan secara intensif, diantaranya penggemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat menjadi salah satu sumber daging yang potensial. Pakan selain pengganti konsentrat yang dapat digunakan untuk penggemukan domba diantaranya adalah kulit ari kacang kedelai atau ampas tempe yang dapat diperoleh dari industri pembuatan tempe. Kulit ari kacang kedelai (KAK) memiliki nutrisi yang cukup tinggi, seperti yang dilaporkan Suci dan Sumiati (1995) kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein 11,45-12,44%, Serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar 2,67-4,03% dalam bahan kering.

Suatu penelitian yang mengkaji tentang pemanfaatan KAK yang dikombinasikan dengan rumput lapang (RL) untuk menggemukkan domba telah dilakukan pada tanggal 5 September sampai dengan 31 Oktober 2005 bertempat di peternakan domba Mitra Tani Farm, desa Tegal Waru RT 04/RW 05, Ciampea- Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang menghasilkan performa produksi dan keuntungan ekonomis yang terbaik dari penggemukan Domba Ekor Tipis.

Materi penelitian berupa 20 ekor DET jantan berumur kurang dari 1 tahun (Io) dengan bobot tubuh 13,465±2,17 kg (CV 18,54%). Bakalan diperoleh dari Cianjur-Jawa Barat. Perlakuan pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering domba yaitu 5% dari bobot tubuh (NRC, 1985), P1 : 25% KAK + 75% RL, P2 : 50% KAK + 50% RL, P3 : 75% KAK + 25% RL, P4 : 100% KAK + 0% RL. Peubah yang diamati konsumsi zat makanan (bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients/TDN), pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat taraf perlakuan, masing-masing taraf terdiri lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh, koversi pakan dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering dan IOFC. Perlakuan pakan tidak berpengaruh pada konsumsi protein kasar, konsumsi TDN, pertambahan panjang badan dan lingkar dada.

(3)

ABSTRACT

Fattening of Thin Tailed Sheep with Feeding Soya Membrans Skin (Tempe-Waste) and Native Grass on Diets

Hardianto, Y.W., M. Duldjaman and S. Rahayu

This research was done in MT Farm, Ciampea-Bogor, it started from 5th September up to 31st October 2005. The purpose of this research was to get the best ratio of soya membrans skin (tempe-waste) and native grass on production performance and income from fattening of thin tailed sheep programe. Sheep used was 20 lamb with less than 1 year of age (Io) and body weight 13,465±2,17 kg (CV 18,54%).The experiment design used is the random red block design with four level of treatments, and five replication. Feeding treatment that was given based on dry matter of sheep which was 5% from body weight (NRC, 1985), in different comparison of soya membrans skin and native grass, P1 25% : 75%, P2 50% : 50%, P3 75% : 25% and P4 100% : 0%. The variable was observed were nutrition consumption (dry matter, crude protein and total digestible nutrients), body weight, body length, hearth girth, feed conversion, and income over feed cost. The result showed that the effect of the treatment were very significant (P<0.01) in increasing body weight, feed conversion and significant (P<0.05) for dry matter consumption and income over feed cost. The crude protein consumption, total digestible nutrients consumption, body length, hearth girth observed were not significant.

(4)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

D14102007

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

Oleh

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

D14102007

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 6 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Maman Duldjaman, MS Ir. Sri Rahayu, MSi NIP : 130 422 709 NIP : 131 667 775

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1984 di Kota Teluk Kuantan, Kuantan Singingi Riau. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Muhammad Holil Hardianto dan Ibu Arnelly Malik.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Muara Lembu, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Teluk Kuantan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Teluk Kuantan.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

(7)

KATA PENGANTAR

Domba sangat populer dalam masyarakat Indonesia dan dagingnya termasuk disukai oleh masyarakat, tetapi peternakan domba di Indonesia sampai saat ini masih kalah bersaing dengan Negara-negara yang lebih maju, seperti Australia dan Amerika. Indonesia memiliki plasma nutfah domba yang cukup banyak dan bervariasi, disamping itu juga memiliki kekayaan akan tanaman kacang-kacangan, dimana limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan sehingga dapat menunjang peternakan domba. Salah satu domba yang banyak diternakkan adalah bangsa Domba Ekor Tipis (DET). Hal ini merupakan potensi yang cukup besar dan bisa dikembangkan. Faktor yang dapat menunjang adalah hijauan alam (rumput lapang) yang sangat banyak dan pakan tambahan yang cukup tersedia. Pakan tambahan alternatif dan ekonomis yang dapat diberikan pada domba salah satunya adalah kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dari industri pembuatan tempe. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji pengaruh dari pemberian kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang berbeda perbandingannya dalam penggemukan Domba Ekor Tipis.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan Allah SWT meridhoi karya ini dapat menyumbangkan pengetahuan dalam bidang peternakan. Majulah Peternakan Indonesiaku!

(8)
(9)

Prosedur ... 15

Persiapan Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengambilan Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Keadaan Umum ... 18

Kondisi Ternak ... 18

Pakan Penelitian ... 19

Konsumsi Zat Makanan ... 21

Konsumsi Bahan Kering ... 22

Konsumsi Protein Kasar ... 23

Konsumsi Total Digestible Nutrients ... 23

Pertumbuhan ... 24

Pertambahan Bobot Tubuh ... 25

Pertambahan Panjang Badan ... 27

Pertambahan Lingkar Dada ... 28

Konversi Pakan ... 29

Income Over Feed Cost ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

UCAPAN TERIMAKASIH... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang ... 12 2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005 ... 18

3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang

(RL) dalam Bentuk Segar ... 19 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar dan Total Digestible

Nutrients ... 21 5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan ... 22 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan

(11)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

SKRIPSI

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO. D14102007. 2006. Penggemukan Domba Ekor Tipis dengan Pemberian Pakan Kulit Ari Kacang Kedelai (Ampas Tempe) dan Rumput Lapang. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama :Ir. Maman Duldjaman, MS Pembimbing Anggota : Ir. Sri Rahayu, MSi

Domba Ekor Tipis merupakan bangsa domba yang banyak ditemukan di Indonesia. Peternakan domba di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, salah satunya dalam pemberian pakan. Domba Ekor Tipis (DET) jika diternakkan secara intensif, diantaranya penggemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat menjadi salah satu sumber daging yang potensial. Pakan selain pengganti konsentrat yang dapat digunakan untuk penggemukan domba diantaranya adalah kulit ari kacang kedelai atau ampas tempe yang dapat diperoleh dari industri pembuatan tempe. Kulit ari kacang kedelai (KAK) memiliki nutrisi yang cukup tinggi, seperti yang dilaporkan Suci dan Sumiati (1995) kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein 11,45-12,44%, Serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar 2,67-4,03% dalam bahan kering.

Suatu penelitian yang mengkaji tentang pemanfaatan KAK yang dikombinasikan dengan rumput lapang (RL) untuk menggemukkan domba telah dilakukan pada tanggal 5 September sampai dengan 31 Oktober 2005 bertempat di peternakan domba Mitra Tani Farm, desa Tegal Waru RT 04/RW 05, Ciampea- Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang menghasilkan performa produksi dan keuntungan ekonomis yang terbaik dari penggemukan Domba Ekor Tipis.

Materi penelitian berupa 20 ekor DET jantan berumur kurang dari 1 tahun (Io) dengan bobot tubuh 13,465±2,17 kg (CV 18,54%). Bakalan diperoleh dari Cianjur-Jawa Barat. Perlakuan pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan bahan kering domba yaitu 5% dari bobot tubuh (NRC, 1985), P1 : 25% KAK + 75% RL, P2 : 50% KAK + 50% RL, P3 : 75% KAK + 25% RL, P4 : 100% KAK + 0% RL. Peubah yang diamati konsumsi zat makanan (bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients/TDN), pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat taraf perlakuan, masing-masing taraf terdiri lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh, koversi pakan dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering dan IOFC. Perlakuan pakan tidak berpengaruh pada konsumsi protein kasar, konsumsi TDN, pertambahan panjang badan dan lingkar dada.

(13)

ABSTRACT

Fattening of Thin Tailed Sheep with Feeding Soya Membrans Skin (Tempe-Waste) and Native Grass on Diets

Hardianto, Y.W., M. Duldjaman and S. Rahayu

This research was done in MT Farm, Ciampea-Bogor, it started from 5th September up to 31st October 2005. The purpose of this research was to get the best ratio of soya membrans skin (tempe-waste) and native grass on production performance and income from fattening of thin tailed sheep programe. Sheep used was 20 lamb with less than 1 year of age (Io) and body weight 13,465±2,17 kg (CV 18,54%).The experiment design used is the random red block design with four level of treatments, and five replication. Feeding treatment that was given based on dry matter of sheep which was 5% from body weight (NRC, 1985), in different comparison of soya membrans skin and native grass, P1 25% : 75%, P2 50% : 50%, P3 75% : 25% and P4 100% : 0%. The variable was observed were nutrition consumption (dry matter, crude protein and total digestible nutrients), body weight, body length, hearth girth, feed conversion, and income over feed cost. The result showed that the effect of the treatment were very significant (P<0.01) in increasing body weight, feed conversion and significant (P<0.05) for dry matter consumption and income over feed cost. The crude protein consumption, total digestible nutrients consumption, body length, hearth girth observed were not significant.

(14)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

D14102007

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

PENGGEMUKAN DOMBA EKOR TIPIS DENGAN

PEMBERIAN PAKAN KULIT ARI KACANG

KEDELAI (AMPAS TEMPE) DAN

RUMPUT LAPANG

Oleh

YEFRI WILHAMDARI HARDIANTO

D14102007

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 6 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Maman Duldjaman, MS Ir. Sri Rahayu, MSi NIP : 130 422 709 NIP : 131 667 775

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1984 di Kota Teluk Kuantan, Kuantan Singingi Riau. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Muhammad Holil Hardianto dan Ibu Arnelly Malik.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 2 Muara Lembu, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMP Negeri 1 Teluk Kuantan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Teluk Kuantan.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

(17)

KATA PENGANTAR

Domba sangat populer dalam masyarakat Indonesia dan dagingnya termasuk disukai oleh masyarakat, tetapi peternakan domba di Indonesia sampai saat ini masih kalah bersaing dengan Negara-negara yang lebih maju, seperti Australia dan Amerika. Indonesia memiliki plasma nutfah domba yang cukup banyak dan bervariasi, disamping itu juga memiliki kekayaan akan tanaman kacang-kacangan, dimana limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan sehingga dapat menunjang peternakan domba. Salah satu domba yang banyak diternakkan adalah bangsa Domba Ekor Tipis (DET). Hal ini merupakan potensi yang cukup besar dan bisa dikembangkan. Faktor yang dapat menunjang adalah hijauan alam (rumput lapang) yang sangat banyak dan pakan tambahan yang cukup tersedia. Pakan tambahan alternatif dan ekonomis yang dapat diberikan pada domba salah satunya adalah kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dari industri pembuatan tempe. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji pengaruh dari pemberian kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang yang berbeda perbandingannya dalam penggemukan Domba Ekor Tipis.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan Allah SWT meridhoi karya ini dapat menyumbangkan pengetahuan dalam bidang peternakan. Majulah Peternakan Indonesiaku!

(18)
(19)

Prosedur ... 15

Persiapan Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengambilan Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Keadaan Umum ... 18

Kondisi Ternak ... 18

Pakan Penelitian ... 19

Konsumsi Zat Makanan ... 21

Konsumsi Bahan Kering ... 22

Konsumsi Protein Kasar ... 23

Konsumsi Total Digestible Nutrients ... 23

Pertumbuhan ... 24

Pertambahan Bobot Tubuh ... 25

Pertambahan Panjang Badan ... 27

Pertambahan Lingkar Dada ... 28

Konversi Pakan ... 29

Income Over Feed Cost ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

UCAPAN TERIMAKASIH... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang ... 12 2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005 ... 18

3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang

(RL) dalam Bentuk Segar ... 19 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar dan Total Digestible

Nutrients ... 21 5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan ... 22 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Pertumbuhan Hewan ... 10

2. Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang ... 13

3. Grafik Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai ... 20

4. Grafik Konsumsi Rumput Lapang ... 20

5. Diagram Rataan Konsumsi Zat Makanan ... 21

6. Grafik Bobot Tubuh Domba ... 26

7. Diagram Rataan Pertambahan Bobot Tubuh/PBT (kg), Pertambahan Panjang Badan/PPB (cm) dan Pertambahan Lingkar Dada/PLD (cm) Domba ... 26

8. Grafik Pertambahan Bobot Tubuh Domba ... 27

9. Grafik Panjang Badan Domba ... 28

10. Grafik Lingkar Dada Domba ... 28

11. Diagram Rataan Konversi Pakan ... 30

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (kg/ekor/minggu)... 39 2. Konsumsi Rumput Lapang (kg/ekor/minggu) ... 40 3. Konsumsi Bahan Kering (kg/ekor/minggu)... 41 4. Konsumsi Protein Kasar (kg/ekor/minggu) ... 42 5. Konsumsi Total Digestible Nutrients (kg/ekor/minggu) ... 43 6. Pertambahan Bobot Tubuh Domba (kg/ekor/minggu) ... 44 7. Pertambahan Panjang Badan Domba (cm/ekor/minggu) ... 45 8. Pertambahan Lingkar Dada Domba (cm/ekor/minggu) ... 46 9. Konversi Pakan ... 47 10. Income Over Feed Cost/IOFC (Rp/ekor/8 minggu) ... 48 11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering ... 49 12. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Bahan Kering ... 49 13. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar ... 50 14. Analisi Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) ... 51 15. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Tubuh ... 52 16. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pertambahan Bobot Tubuh ... 52 17. Analisis Ragam Pertambahan Panjang Badan ... 53 18. Analisis Ragam Pertambahan Lingkar Dada ... 54 19. Analisis Ragam Konversi Pakan ... 55 20. Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan ... 55 21. Analisis Ragam Income Over Feed Cost (IOFC) ... 56 22. Uji Lanjut Duncan terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) ... 56 23. Data Curah Hujan Daerah Bulan September-Oktober 2005 Daerah

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan konsumsi protein hewani dari daging tiap tahun meningkat yaitu pada tahun 2002 dari 57,76% meningkat menjadi 60,72% pada tahun 2003 (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2003). Salah satu daging yang relatif digemari masyarakat adalah daging domba.

Usaha untuk meningkatkan produksi domba dapat dilakukan dengan usaha penggemukan. Domba yang dapat digunakan sebagai bakalan dan mudah dicari adalah Domba Ekor Tipis yang populasinya cukup banyak di Indonesia. Wilayah penyebarannya yaitu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan berbagai daerah lainnya (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2003).

Pemeliharaan domba di Indonesia pada umumnya masih bersifat tradisional beda halnya dengan peternakan sapi yang sudah banyak diternakkan secara intensif. Selain manajemen pemeliharaan, pakan merupakan faktor penting dalam peningkatan produksi domba. Penyediaan pakan yang digunakan dalam penggemukan domba harus diperhatikan dari segi kualitas, harga dan ketersedian secara kontinyu. Pemeliharaan domba dimasyarakat pada umumnya hanya diberi pakan rumput lapang atau hijauan lainnya. Dirjen Bina Produksi Peternakan (1997) menyatakan pemberian rumput lapang untuk ternak domba harus ditambahkan bahan makanan penguat atau konsentrat untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Tetapi konsentrat untuk domba masih sulit didapat dan harganya cukup mahal bagi peternak.

(24)

Perumusan Masalah

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan domba. Sebagian besar biaya produksi dialokasikan untuk biaya pakan dalam usaha penggemukan. Pakan tambahan berupa konsentrat harganya cukup mahal bagi peternak, sehingga perlu mencari pakan tambahan alternatif yang murah dan mengetahui rasio pemberian pakan tambahan tersebut dengan hijauan yang paling efisien untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi domba. Diperkirakan kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) bisa dipergunakan sebagai pakan tambahan selain konsentrat untuk memacu pertumbuhan domba.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) dan rumput lapang yang menghasilkan performa produksi dan keuntungan ekonomis yang terbaik dari penggemukan Domba Ekor Tipis.

Manfaat Penelitian

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Ekor Tipis

Domba Indonesia terdiri dari dua jenis/tipe, yakni Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk (DEG). Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan (2003), konsentrasi Domba Ekor Tipis terbesar berada di Propinsi Jawa Barat, yaitu 42,27% dari total populasi di Indonesia. Menurut Subandriyo dan Andi (1995), strain dari DET yaitu domba Priangan atau domba Garut (Jawa Barat) yang digunakan sebagi domba adu, DET di Jawa Tengah umumnya bulunya bervariasi dan DET di Sumatra umumnya warna dasar bulunya berwarna agak kekuning-kuningan.

Domba Ekor Tipis atau lebih dikenal dengan domba lokal memiliki ciri-ciri yaitu tubuh yang relatif kecil, warnanya bermacam-macam, bulu tidak tebal, ekor kecil dan panjang ekor sedang. Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan betina tidak bertanduk. Domba ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi pada kondisi iklim tropis serta memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat kawin sepanjang tahun (Marniati, 1989).

Domba Ekor Tipis merupakan domba prolifik. Rataan jumlah anak perkelahiran (litter size) Domba Ekor Tipis (Jawa Barat) adalah 1,79±0,81 ekor sedangkan Domba Ekor Tipis dari Sumatra adalah 1,54±0,68 ekor (Iniquez dan Gunawan, 1990).

Pakan Ternak Domba

Pakan hijauan adalah bahan makanan yang terdiri dari hijauan pakan yang dapat berupa rumput lapang, rumput jenis unggul, kacang-kacangan atau leguminosa dan limbah hasil pertanian. Menurut Haryanto (1992), ternak ruminansia memerlukan pakan hijauan serta pakan konsentrat. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan tergantung pada tujuan usaha pemeliharaan ternak. Pada kondisi peternakan intensif, pakan konsentrat dapat digunakan dalam jumlah yang banyak.

Rumput Lapang

(26)

tanah, iklim, komposisi spesies, waktu pemotongan, cara pemberiannya, dan secara umum kualitasnya dapat dikatakan rendah. Walaupun demikian rumput lapang merupakan hijauan pokok yang sering diberikan pada ternak (Pulungan, 1988).

Menurut Aboenawan (1991), rumput lapang merupakan pakan yang sudah umum digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia diantaranya sapi dan domba. Rumput lapang banyak terdapat disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan dan semak-semak. Karena rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak. Seekor domba secara umum membutuhkan 5-7 kg rumput lapang sebagai ransum tunggal.

Prabowo et al. (1984) melaporkan jenis-jenis rumput lapang diantaranya yaitu rumput tatambangan (Uehaeum sp.), rumput pahit (Axonopus/Paspalum sp.), rumput perimping (Themeda sp.), rumput katumpang (Callicarpa sp.), rumput kakawatan (Cynodon sp.) dan lain-lain yang belum teridentifikasi.

Rumput lapang yang dikeringkan matahari memiliki kandungan bahan kering 78,37%, abu 0,33%, protein kasar 7,12%, lemak 0,91%, serat kasar 27,59% dan BETN 35,61% (Herman, 1989).

Pakan Tambahan

Makanan penguat yang biasa diberikan pada ternak ruminansia adalah konsentrat. Konsentrat pada umumnya terdiri atas bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein. Harga konsentrat untuk domba dipasaran cukup tinggi dan sulit didapat peternak, untuk itu perlu adanya pakan tambahan alternatif selain konsentrat. Pakan tambahan alternatif yang dapat digunakan adalah ampas tahu dan ampas tempe. Menurut Pulungan et al., (1986), ampas tempe sebagai limbah industri tempe yang berasal dari kacang kedelai. Bila ditinjau dari komposisi nutrisinya, ampas tempe (kulit ari kacang kedelai) memenuhi syarat sebagai pakan tambahan ternak kambing dan domba.

(27)

Kulit Ari Kacang Kedelai. Kulit ari kacang kedelai (ampas tempe) mempunyai kandungan zat nutrisi cukup tinggi yaitu mengandung protein 11,45-12,44%, serat kasar 34,74-42,29%, lemak kasar 2,67-4,03% dalam bahan kering. Selain itu mengandung asam amino metionin sebesar 0,4% dan lisin 0,2%. Kandungan proteinnya hampir sama dengan dedak padi, tetapi serat kasarnya cukup tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi merupakan faktor pembatas untuk menggunakan kulit ari kedelai dalam jumlah besar (Suci dan Sumiati, 1995). Lebih lanjut Wiryani (1991) menyatakan hasil analisis kulit ari kacang kedelai berdasarkan bahan kering terdiri dari protein 11,58%, lemak 2,10%, serat kasar 50,80% dan abu 2,61%.

Konsumsi Pakan

Menurut Parakkasi (1999) tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Tingkat konsumsi dapat menggambarkan palatabilitas. Lebih lanjut Tillman et al. (1989) konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari pakan; mengenal dan mendekati pakan; proses bekerjanya indra ternak terhadap pakan; proses memilih pakan dan proses menghentikan makan.

Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah ternak, pakan dan lingkungan, lebih lanjut Siregar (1984) menambahkan jenis kelamin dan aktivitas juga mempengaruhi tingkat konsumsi. Menurut Tomaszewska, et al. (1993) jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat ternak. Pada ternak yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan (Siregar, 1984).

Zat Makanan yang Dibutuhkan Domba

(28)

Kebutuhan ternak akan zat-zat gizi bervariasi antar species ternak dan umur fisologis yang berlainan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi antar lain adalah jenis kelamin, tingkat produksi keadaan lingkungan serta aktifitas fisik ternak (Haryanto, 1992). Zat makanan yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi.

Energi

Energi pakan dapat didefinisikan sebagai kalori yang terkandung dalam pakan. Kalori ini dapat berasal dari senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak (Haryanto,1992).

Energi sangat membatasi penampilan ternak dibanding dengan defisiensi zat makanan lainnya. Konsumsi energi rendah, disebabkan karena rendahnya konsumsi dan rendahnya kualitas pakan. Kurangnya konsumsi energi mengakibatkan pertumbuhan lambat atau berhenti, bobot hidup berkurang, fertilitas menjadi rendah, reproduksi gagal, produksi susu berkurang, masa laktasi pendek, kualitas wol rendah, daya tahan tubuh terhadap penyakit berkurang dan angka kematian tinggi, dijelaskan oleh Pond et al. (1995).

Menurut NRC (1985) kebutuhan energi domba pada bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari yaitu 1,8-3,5 Digestible Energy (Mcal) dan 1,4-2,9 Metabolizable Energy (Mcal).

Protein

Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino. Dikenal ada sekitar 20 asam amino, diantaranya 10 asam amino yang esensial, artinya asam amino tersebut diperlukan ternak dan ternak tidak dapat mensintesa sendiri didalam tubuhnya (Haryanto, 1992).

(29)

produksi. Oleh sebab itu kuantitas atau jumlah dari protein dalam pakan lebih penting dibandingkan kualitas dari protein.

Fungsi dari protein antara lain untuk membangun dan memelihara protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan energi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan dan menyediakan asam amino (Tillman, 1983). Apabila makanan tidak cukup mengandung protein maka tubuh tidak dapat membuat dan memelihara jaringan-jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan terganggu dan produksi turun (Anggorodi dan Wahyu, 1969).

Haryanto dan Djajanegara (1992) melaporkan kebutuhan protein domba pada bobot 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 100 g/hari berkisar 102,7-135,8 g. Menurut NRC (1985) domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari membutuhkan protein sebesar 127-167 g untuk pertumbuhan.

Total Digestible Nutrients

Total Digestable Nutrient (TDN) suatu bahan makanan dinyatakan dengan bagian dari bahan makanan yang dimakan dan tidak diekskresikan dalam feses. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi efisiensi konversi makanan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1990).

Aboenawan (1991) menyatakan bahwa TDN merupakan salah satu cara untuk mengetahui energi pakan. Semakin tinggi nilai TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Menurut NRC (1985) kebutuhan TDN domba pada bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 g/hari yaitu 0,4-0,8 kg.

Penggemukan

(30)

Usaha pengemukan domba digemari petani sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal serta lebih praktis. Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih yang berumur 8-12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001).

Menurut Parakkasi (1999) ada beberapa program dalam usaha pemeliharaan ternak ruminan, diantaranya yaitu :

1. Program menghasilkan anak

Program ini merupakan dasar semua program yang ada dalam industri pengahasil daging ternak ruminan. Batas program ini yaitu saat anak mulai disapih.

2. Program stocker = pembesaran anak

Program ini dapat dimulai dari awal pemanfaatan anak yang dihasilkan dari program sebelumnya sampai anak tersebut akan digemukkan atau replacement stock. Kondisi ternak masih kurus tetapi sehat dan ada pertumbuhan.

3. Program finish = penggemukan

Tujuan program ini untuk memperbaikai kualitas karkas dengan jalan mendeposit lemak seperlunya. Bila hewan belum dewasa digunakan, program tersebut sifatnya membesarkan sambil memperbaiki karkas.

Menurut Parakkasi (1999) penting untuk memperhatikan intensitas pemeliharaan ternak ruminan, untuk itu hal ini dapat dibagi atas beberapa sistem yaitu :

1. Sistem ekstensif

Dalam sistem ini aktifvitas perkawinan, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan (pembesaran) dilaksanakan dilapangan penggembalaan. Sistem ekstensif dengan produksi yang sangat minimal mungkin dapat dimasukkan dalam sistem ekstensif yang tradisional.

2. Sistem intensif

(31)

ternak yang dipelihara secara intensif biasanya ditempatkan di dalam kandang sepanjang hari, sistem ini dilakukan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara intensif umumnya memiliki performans dan kondisi tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ternak yang digembalakan dan kondisi kesehatan domba yang dikandangkan mudah dikendalikan.

3. Sistem antara intensif dan ekstensif

Sistem ini merupakan perpaduan dari kedua sistem intensif dan ekstensif, sering disebut sistem pertanian campuran (mixed farming).

Menurut Herman (1989) domba yang digemukkan dengan pemberian pakan penguat memberikan hasil yang nyata terhadap pertambahan bobot tubuh yaitu berkisar 90-106 g/hari dengan rataan bobot karkas berkisar 44,8-49,7%.

Pertumbuhan

Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran tulang, otot, organ-organ internal dan bagian-bagian lain dari tubuh (Ensminger dan Olentine, 1978). Menurut McDonald et al. (2002) pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot dan adanya perkembangan.

Pertumbuhan seekor ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-bagian komponennya. Pertumbuhan komponen-komponen tersebut berlangsung dengan kadar laju yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau pembedaan karakteristik individual sel dan organ (Soeparno, 1992).

Pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan tinggi dan panjang badannya. Jaya (1985) menyatakan berat badan seekor ternak sangat penting artinya dalam menentukan nilai ekonomi ternak tersebut, dan berat ternak dapat diduga dengan pengukuran lingkar dada dan panjang badan ternak.

Goodwin (1974) menyatakan pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat yang kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh (Gambar 1.).

(32)

Bobot Tubuh

Umur Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Hewan

(Goodwin, 1974)

Ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan oleh keturunan, tetapi untuk memperlihatkan sifat keturunan tersebut pengaruh lingkungan terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya (Maynard dan Loosly, 1979).

Pertambahan Bobot Tubuh

Pertumbuhan biasanya diukur dengan kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman, et al., 1989 dan Maynard dan Loosly, 1979). Pengukuran bobot tubuh berguna untuk menentukan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga (Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan kondisi setiap individu dan tata laksana (NRC, 1981).

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah total pakan yang dikonsumsi untuk menaikkan bobot tubuh satu satuan, semakin rendah nilai dari konversi pakan berarti semakin tinggi keefisienan penggunaan pakannya atau semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot tubuh sebesar satu satuan. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Menurut North (1984) konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang.

(33)

diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan ransumnya (Pond et al., 1995).

Income Over Feed Cost

Analisis ekonomi sangat penting dalam usaha penggemukan domba, karena tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu perhitungan yang dapat digunakan adalah Income Over Feed Cost (IOFC), yaitu pendapatan dari pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh penting dalam penghitungan IOFC yaitu pertambahan bobot tubuh selama pemeliharaan, konsumsi dan harga pakan.

(34)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Mitra Tani Farm, desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian mulai tanggal 5 September sampai dengan 31 Oktober 2005.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor Domba Ekor Tipis jantan dengan umur kurang dari satu tahun (Io) dengan bobot tubuh awal 13.465±2.17 kg (CV 18,54%). Domba bakalan diperoleh dari Cianjur-Jawa Barat. Pakan

Pakan yang diberikan adalah kulit ari kacang kedelai (KAK) segar dan rumput lapang (RL) segar. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari industri pembuatan tempe di Jakarta (dan sekitarnya). Rumput lapang berasal dari rumput yang diarit disekitar peternakan Mitra Tani Farm, pengaritan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB. Kondisi rumput lapang tersebut berbeda dalam hal panjang, jenis dan umurnya. Rumput lapang yang diberikan untuk domba tidak dilakukan pencacahan terlebih dahulu. Hasil analisis proksimat kulit ari kacang kedelai segar dan rumput lapang segar tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang dalam Bahan Kering

Pakan Komposisi Abu PK SK LK BETN TDN*

--- % --- KAK 2,8 13,8 46,27 2,36 34,76 64,54 RL 14,94 8,43 22,6 3,23 10,54 54,34 Sumber : Fakultas Peternakan IPB, 2005

Keterangan :

KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang BK : Bahan Kering PK : Protein Kasar SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar

(35)

Kandang dan Peralatan Lainnya

Kandang tempat pemeliharaan yang digunakan adalah kandang individu berukuran 100x40x90 cm. Peralatan yang digunakan meliputi timbangan domba merek Five Goat kapasitas 100 kg, timbangan pakan merek Imperial kapasitas 10 kg, pita ukur merek Butterfly panjang 2 m, alat ukur panjang badan (tongkat ukur), ember, sarung tangan plastik dan label.

Gambar 2. Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang Rancangan

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan kulit ari kacang kedelai (KAK) dan rumput lapang (RL) dengan rasio yang berbeda berdasarkan pada kebutuhan total bahan kering domba. Penelitian ini terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu perlakuan satu (P1) diberi 25% KAK + 75% RL, perlakuan dua (P2) diberi 50% KAK + 50% RL, perlakuan tiga (P3) diberi 75% KAK + 25% RL, perlakuan empat (P4) diberi 100% KAK + 0% RL.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Model rancangan menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :

Yij = µ + i + βj + ij

Keterangan:

(36)

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i

βj = Pengaruh perlakuan ke-j

ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Peubah yang Diamati

Dalam penelitian ini peubah yang diamati adalah Konsumsi Zat Makanan, Konversi Pakan, Pertambahan Bobot Tubuh, Pertambahan Panjang Badan, Pertambahan Lingkar Dada dan Income Over Feed Cost (IOFC).

Konsumsi Zat Makanan . Jumlah zat makanan yang dikonsumsi (Bahan Kering/BK, Protein Kasar/PK dan Total Digestible Nutrients/TDN) dihitung dari konsumsi pakan dikali kadar zat makanan dibagi 100 (Djadjuli, 1982).

KBK = Konsumsi pakan × kadar bahan kering dalam pakan 100

KPK = Konsumsi pakan × kadar protein kasar dalam pakan 100

KTDN = KBK × kadar Total Digestible Nutrients dalam pakan 100

Keterangan : KBK : Konsumsi Bahan Kering (kg) KPK : Konsumsi Protein Kasar (kg)

KTDN : Konsumsi Total Digestible Nutrients (kg)

Pertambahan Bobot Tubuh. Diperoleh dari bobot tubuh akhir dikurangi bobot tubuh awal.

PBT = BTx – BTo

Keterangan : PBT : Pertambahan Bobot Tubuh (kg) BTx : Bobot Tubuh Akhir

BTo : Bobot Tubuh Awal

Pertambahan Panjang Badan. Panjang badan diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang Humerus lateralis dan tulang Tuber ischii.

PPB = PBx – PBo

(37)

PBo : Panjang Badan Awal

Pertambahan Lingkar Dada. Lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur tepat dibelakang scapula.

PLD = LDx – LDo

Keterangan : PLD : Pertambahan Lingkar Dada (cm) LDx : Lingkar Dada Akhir

LDo : Lingkar Dada Awal

Konversi Pakan. Konversi pakan dihitung dengan membandingkan konsumsi dan pertambahan bobot tubuh.

KP = KBK PBT

Keterangan : KP : Konversi Pakan

KBK : Konsumsi Bahan Kering (kg) PBT : Pertambahan Bobot Tubuh (kg)

Income Over Feed Cost (IOFC). IOFC adalah pendapatan yang didapat setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan.

IOFC = (Harga jual–Harga Beli) – Biaya pakan

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan menggunakan program SAS 6.12

Prosedur

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan peralatan dan bahan disiapkan. Kandang individu untuk penggemukan domba terletak dalam kandang (bangunan) utama yang berbentuk panggung dan lantai bercelah dari bambu. Kandang telah disiapkan dan dibersihkan.

(38)

gigi serinya. Kemudian dilakukan pencukuran bulu (wool) dan pemberian obat cacing. Selanjutnya domba ditimbang dan ditempatkan dalam kandang individu.

Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu dilakukan adaptasi pakan. Karena diperkirakan terjadi penurunan nafsu makan dengan adanya perubahan jenis pakan yang diberikan. Adaptasi pakan dilakukan selama satu minggu. Setelah adaptasi pakan selesai, domba ditimbang kembali untuk memperoleh bobot tubuh awal penelitian. Bobot tubuh awal domba yang diperoleh berkisar antara 10-18 kg dengan koefisien keragaman lebih dari 10% yaitu 18,54%, sehingga digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data bobot tubuh awal domba kemudian diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah dan dibagi ke dalam 5 kelompok. Setelah itu dilakukan pengacakan dari tiap-tiap kelompok untuk mendapatkan perlakuan. Setelah masing-masing domba mendapatkan perlakuan, domba dimasukkan ke dalam kandang individu sesuai perlakuan yang didapatkan tersebut.

Pelaksanaan Penelitian

Bobot tubuh awal digunakan untuk mengetahui kebutuhan bahan kering pakan total setiap ekor domba. Domba tropis termasuk moderate growth potential dengan kebutuhan bahan kering 5% dari bobot tubuh (NRC, 1985). Perbandingan kulit ari kacang kedelai (KAK) dan rumput lapang (RL) dalam perlakuan 25%:75%, 50%:50%, 75%:25%, dan 100%:0%. Perbandingan ini dihitung berdasarkan bahan kering KAK dan RL. Total bahan kering yang diberikan dalam tiap-tiap perlakuan adalah 100%. Karena yang diberikan adalah KAK dan RL yang masih segar, hasil perhitungan bahan kering tersebut dikonversikan ke dalam bobot segar. Kandungan nutrisi dari pakan KAK dan RL disajikan dalam Tabel 1.

(39)

domba. Bobot tubuh, panjang badan dan lingkar dada diukur pada awal penelitian dan selanjutnya diukur seminggu sekali. Penimbangan bobot tubuh dilakukan pagi hari sebelum domba diberi pakan, dan perubahan jumlah pemberian pakan dihitung berdasarkan bobot tubuh yang ditimbang pada minggu tersebut.

Selama domba digemukkan, kandang, tempat minum dan tempat pakan dibersihkan setiap hari. Kotoran dibawah kandang dibersihkan, dikumpulkan dan dibuang.

Pengambilan Data

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Tempat penelitian berada di desa Tegal Waru yang memiliki ketinggian 219 m dpl. Luas lahan dari peternakan Mitra Tani Farm sekitar 800 m2 terdiri atas bangunan kandang, tempat pemotongan ternak dan rumah. Gambaran kondisi lingkungan ditempat penelitian mengenai curah hujan tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005

Bulan Curah Hujan Juli Agustus September Oktober

--- mm/m2 ---

Total 114 242 293 231

Harian 11 14 16 21

Min 2 1 2 3

Max 45 56 63 31

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga-Bogor, 2005

Curah hujan di Bogor semakin meningkat pada saat musim hujan, dimana musim hujan dimulai dari bulan September dan puncaknya terjadi pada bulan Januari (BMG-Dramaga, 2005). Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi ternak dan konsumsi pakan terutama konsumsi dari rumput lapang dan kadar air rumput lapang. Pada musim hujan menyebabkan rumput tumbuh lebih subur dan mengandung kadar air yang cukup tinggi. Menurut Martawidjaja (1985) ada perbedaan curah hujan, suhu dan kelembaban pada musim hujan dan musim kemarau, dimana pada saat musim hujan curah hujan, suhu dan kelembaban rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Suhu dan kelembababan yang tinggi akan menyebabkan rendahnya konsumsi pakan.

Curah hujan yang relatif tinggi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kadar air rumput lapang. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan konsumsi bahan kering lebih sedikit sehingga nutrisi yang dikonsumsi juga lebih sedikit.

Kondisi Ternak

(41)

penggantian domba yang sakit karena domba dapat disembuhkan, penyakit tersebut tidak tergolong akut (parah sekali) dan konsumsi pakan tidak terlalu terpengaruh. Pengobatan yang dilakukan yaitu pemberian antibiotik dan pengobatan tradisional seperti pemberian kunyit untuk domba terkena keropeng pada mulut (orf).

Minggu pertama penggemukan sebagian besar domba terkena orf, hal ini disebabkan karena tidak dilakukan pemisahan ternak yang terinfeksi. Pada minggu-minggu tertentu beberapa ekor domba terkena kembung dan mencret, hal ini dapat diduga dipengaruhi oleh kondisi saluran pencernaan, lingkungan dan endoparasit pada tubuh ternak. Tenak yang banyak mengkonsumsi rumput segar dan muda (mengandung kadar air tinggi) akan menyebabkan kembung dan biasanya diikuti mencret hal ini disebabkan fermentasi kurang sempurna dalam rumen sehingga terkumpul gas atau pakan dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama.

Pakan Penelitian

Pakan yang diberikan selama pengemukan domba yaitu kulit ari kacang kedelai dan rumput lapang dalam bentuk segar. Rataan konsumsi pakan yang diberikan tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai (KAK) dan Rumput Lapang (RL) dalam Bentuk Segar

Perlakuan (P) Konsumsi

P1 P2 P3 P4

---kg/ekor/minggu ---

KAK 10,40±1,43 18,13±5,40 21,66±3,00 26,01±2,68

RL 13,95±1,10 8,05±0,68 5,26±0,62 -

Keterangan : P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

(42)

nutrisi hidup pokok dan produksinya dengan mengkonsumsi rumput lapang yang

Gambar 3. Grafik Konsumsi Kulit Ari Kacang Kedelai

0

Gambar 4. Grafik Konsumsi Rumput Lapang

(43)

Konsumsi Zat Makanan

Biasanya untuk memperkirakan kebutuhan zat gizi yang diperlukan dalam penyusunan ransum atau pemberian pakan domba digunakan standar yang dikeluarkan NRC (1985), karena di Indonesia belum ada standar kebutuhan zat gizi yang baku untuk domba (Haryanto, 1992). Konsumsi bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrients dari domba selama pemeliharaan tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK) dan Total Digestible Nutrient (TDN)

Peubah Perlakuan (P)

P1 P2 P3 P4

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0,05) KAK : Kulit Ari Kacang Kedelai RL : Rumput Lapang

(44)

Konsumsi Bahan Kering

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering selama penggemukan (Tabel 4). Dimana konsumsi bahan kering P1, P2 dan P3 sama dan berbeda nyata dengan P4. Konsumsi bahan kering dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. dari diagram tersebut terlihat bahwa domba yang hanya diberi pakan kulit ari kacang kedelai saja (P4) mengkonsumsi bahan kering yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya.. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kering kulit ari kacang kedelai lebih rendah dari pada kulit ari kacang kedelai (Tabel 1).

Tabel 5. Rasio Konsumsi Bahan Kering Pakan

Perlakuan (P)

Rasio Konsumsi BK :

KAK 32,24 59,17 72,61 100

Hasil dari penelitian ini didapatkan konsumsi bahan kering berkisar antara 2,84-4,12 % dari bobot hidup domba (Tabel 5). Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan bahan kering 0,5-1 kg atau 5% dari bobot hidup, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan bahan kering 3,1-3,4 % dari bobot hidup.

(45)

pemberian yaitu 25%:75% (P1), 50%:50% (P2), 75%:25% (P3). Sedangkan rasio konsumsi bahan kering domba P4 tidak dapat dijadikan patokan karena mengkonsumsi pakan tunggal.

Konsumsi Protein Kasar

Protein berfungsi sebagi zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya tahan tubuh. Kekurangan protein dalam tubuh dapat mengahambat pertumbuhan, sedangkan kelebihan protein dalam tubuh dapat dijadikan sebagi sumber energi dalam keadaan kekurangan energi dari karbohidrat dan lemak (Hardiansyah dan Martianto, 1989).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi protein kasar selama penggemukan (Tabel 4). Diagram rataan konsumsi protein kasar dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai konsumsi protein kasar dari tiap perlakuan yaitu P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut adalah 0,44 , 0,48 , 0,50 dan 0,49 kg/ekor/minggu.

Rataan konsumsi protein kasar per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 62,76-71,03 g/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan protein 127-167 g/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari. Tetapi hasil ini mendekati yang dilaporkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yaitu domba dengan bobot tubuh 10-20 kg dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/hari membutuhkan protein 73,7-135,8 g/hari.

Konsumsi Total Digestible Nutrients

(46)

Aboenawan (1991) menyatakan bahwa semakin tinggi TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Berdasarkan perhitungan Hartadi et al. (1990) nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dibandingkan rumput lapang, hal ini dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba yang digemukkan.

Rataan konsumsi TDN per-hari dari masing-masing perlakuan yaitu berkisar antara 0,32-0,0,35 kg/hari. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan TDN 0,40-0,80 kg/hari untuk pertumbuhan, perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa atau potensi genetik ternak dan tingkat produksi, dimana pertambahan bobot tubuh domba NRC (1985) yaitu 200-250 g/hari, sedangkan pertambahan bobot tubuh dari penelitian ini ±50-100 g/hari.

Pertumbuhan

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al., 1989). Pertambahan bobot tubuh dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertambahan bobot tubuh merupakan salah satu tujuan dalam usaha penggemukan domba, dengan pertambahan bobot tubuh yang besar akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar juga. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot tubuh, panjang badan, dan lingkar dada selama penelitian tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Panjang Badan (PPB) dan Lingkar Dada (PLD) Domba

Perlakuan (P) Peubah

P1 P2 P3 P4 ---/ekor/8 minggu ---

PBT (kg) 3,42±0,390B 6,14±1,795A 6,64±1,048A 6,86±1,337A

PPB (cm) 7,44±2,366 8,16±2,405 9,60±1,617 6,56±2,875

PLD (cm) 6,78±1,279 8,60±2,308 9,82±1,333 7,70±2,581

(47)

Pertambahan Bobot Tubuh

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot tubuh domba selama penggemukan (Tabel 5). Pertambahan bobot tubuh antara P2, P3 dan P4 sama tetapi berbeda sangat nyata dengan P1 meskipun dari ke empat taraf perlakuan tersebut mengkonsumsi jumlah protein kasar dan TDN yang sama (Tabel 4), dimana P1 lebih banyak mengkonsumsi rumput lapang. Hal ini menunjukkan adanya faktor dari kualitas pakan yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu protein tercerna dari kulit ari kacang kedelai berbeda dengan rumput lapang, dimana protein tercerna kulit ari kacang kedelai tersebut lebih tinggi dibandingkan rumput lapang (nilai TDN kulit ari kacang kedelai lebih tinggi dari pada rumput lapang tercantum pada Tabel 1). Cheeke (1999) menyatakan kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertambahan bobot tubuh.

Pakan yang cukup kandungan protein dan strukturnya lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga laju pencernaan makanan didalam rumen akan lebih cepat pula dan dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan (palatabel) sehingga mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan (Martawidjaja, 1986). Dalam penelitian ini kulit ari kacang kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan memiliki struktur yang lebih halus dari pada rumput lapang sehingga menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang lebih baik, yaitu pada taraf pemberian kulit ari kacang kedelai 50-100% dalam bahan kering ransum (mengkonsumsi kulit ari kacang kedelai lebih banyak).

Menurut NRC (1981), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot tubuh, antara lain protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan, kondisi setiap individu dan tata laksana. Lebih lanjut Maynard dan Loosly (1979) menyatakan ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan oleh keturunan dan pengaruh lingkungan, terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya.

(48)

garafik dapat dilihat bahwa pertambahan bobot tubuh domba P1 setiap minggunya lebih rendah dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.

0

Gambar 6. Grafik Bobot Tubuh Domba

3,42

Gambar 7. Diagram Rataan Pertambahan Bobot Tubuh/PBT (kg), Pertambahan Panjang Badan/PPB (cm) dan Pertambahan Lingkar Dada/PLD (cm) Domba

(49)

0

Gambar 8. Grafik Pertambahan Bobot Tubuh Domba

Pertambahan bobot tubuh harian dapat diketahui dengan perhitungan pertambahan bobot tubuh total dibagi dengan 56 hari (8 minggu), dengan nilai dari P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 61,07 , 109,60 , 118,60 dan 122,50 g/hari. Perlakuan pakan P2, P3 dan P4 yang menghasilkan pertambahan bobot tubuh harian diatas 100 g/hari, dirasa cukup bagus di dalam usaha penggemukan domba tanpa pemberian pakan konsentrat. Martawidjaja (1986) mengemukakan bahwa pemberian konsentrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan domba. Pertambahan bobot badan domba tanpa konsentrat rata-rata 18 g/ekor/hari dan dengan konsentrat 71 g/ekor/hari. Hasil yang berbeda tersebut dapat diduga adanya pengaruh bangsa ternak, lingkungan dan manajemen pemeliharaan.

Pertambahan Panjang Badan

Pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan tinggi dan panjang badannya. Soeparno (1992) menyatakan rasio otot dan tulang selalu meningkat selama pertumbuhan.

(50)

0

Gambar 9. Grafik Panjang Badan Domba

Grafik panjang badan domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan panjang badan dimana kenaikan panjang badan setiap minggunya relatif konstan untuk setiap perlakuan.

Pertambahan Lingkar Dada

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan lingkar dada domba selama penggemukan (Tabel 6). Pertambahan lingkar dada dari tiap perlakuan yaitu ; P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut adalah 6,78 , 8,60 , 9,82 dan 7,70 cm/ekor/8 minggu (Gambar 7).

(51)

Grafik lingkar dada domba dapat dilihat pada Gambar 9. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa domba dari setiap perlakuan mengalami pertambahan ukuran lingkar dada. Jika grafik lingkar dada domba (Gambar 10) dibandingkan dengan grafik panjang badan domba (Gambar 9) dapat dikatakan pertumbuhan otot lebih cepat dibandingkan tulang. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan bahwa selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan otot.

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu satuan bobot tubuh. Penghitungan nilai konversi pakan dilakukan untuk mengetahui tingkat keefisienan penggunaan pakan, semakin kecil angka konversi pakan, maka semakin efisien dimanfaatkan untuk menghasilkan bobot tubuh. Rataan dari konversi pakan dari masing-masing perlakuan selama penelitian tercantum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Konversi Pakan

Perlakuan (P) Peubah

P1 P2 P3 P4 Konversi Pakan 10,195±1,921B 5,334±1,030A 4,800±0,257A 4,050±0,607A

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

(52)

Hasil yang diperoleh sesuai dengan pendapat Garret (1979) yang menyatakan pemberian hijauan yang lebih banyak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot tubuh dan konversi pakan. Dimana pemberian H:K (hijauan : konsentrat) sebesar 76:24 dan 90:10 memberikan hasil konsumsi bahan kering yang lebih tinggi , pertambahan bobot tubuh lebih rendah dan konversi pakan yang lebih tinggi dibandingkan pemberian H:K dibawah 76:24.

10,19

Gambar 11. Diagram Rataan Konversi Pakan

Perlakuan 4 yang diberi 100% kulit ari kacang kedelai + 0% rumput lapang memiliki nilai konversi yang sama dengan P2 dan P3. Tetapi diantara ke tiga perlakuan tersebut P4 mendekati nilai konversi pakan yang baik berdasarkan NRC (1985) yaitu angka konversi pakan yang baik untuk pertumbuhan ternak domba adalah sebesar empat. Sehingga dari ke tiga perlakuan tersebut P4 memiliki efisiensi pakan yang lebih baik.

Income Over Feed Cost

(53)

pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama pemeliharaan. Income Over Feed Cost yang didapat selama penggemukan domba tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC)

Peubah Perlakuan (P)

P1 P2 P3 P4 ---Rp ---

Harga Domba:

Jual 284890±32612,7 320850±59296,4 333560±42750,2 340380±28084,5

Beli 194480±30412,8 189280±37448,1 193440±24048,2 196300±19150,2

Biaya Pakan 37551,4±3989,7 45904,5±11303,6 49636,9±6569,1 52026,9±5361,0

IOFC 52858,6±5989,4b 85665,5±21424a 90483,1±14193 a 92053,1±18389 a

Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01) P1 : 25% KAK + 75% RL P2 : 50% KAK + 50% RL P3 : 75% KAK + 50% RL P4 : 100% KAK + 0% RL

Biaya pakan terendah yang dikeluarkan selama penggemukan domba adalah P1. Rendahnya biaya pakan pada P1 dikarenakan sedikitnya kulit ari kacang kedelai yang diberikan (25% kulit ari kacang kedelai + 75% rumput lapang), dimana harga rumput lapang adalah Rp. 100,- /kg* dibandingkan kulit ari kacang kedelai Rp. 250,- /kg*. Sedangkan biaya pakan tertinggi didapat pada P4, karena tidak digunakannya rumput lapang pada perlakuan ini.

Faktor selain biaya pakan yang mempengaruhi IOFC adalah pertambahan bobot tubuh. Pertambahan bobot tubuh yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula. Harga bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan yaitu Rp. 13.000,- /kg bobot hidup* dan harga jual untuk domba finish adalah Rp. 15.500,- /kg bobot hidup* (*harga berdasarkan yang berlaku di Mitra Tani Farm 2005).

(54)

diantara tiga perlakuan tersebut dapat dikatakan P4 memberikan hasil yang paling baik (keuntungan yang besar) dibandingkan dengan P2 dan P3.

Selisih keuntungan diantara ketiga perlakuan tersebut (P2, P3 dan P4) menurut statistik relatif kecil (sama), tetapi didalam suatu usaha penggemukan akan memiliki arti/nilai yang berharga. Misalnya penggemukan domba menghasilkan keuntungan Rp. 1.000.- ekor/minggu, nilai ini akan sangat berarti jika domba yang digemukkan dalam jumlah besar misalnya 1000 ekor, maka dalam penggemukan domba selama 8 minggu akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 8.000.000.- (dilihat dari segi IOFC). Diagram IOFC domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Diagram Rataan Income Over Feed Cost

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian pakan tambahan kulit ari kacang kedelai pada taraf 100% dalam bahan kering ransum memberikan hasil terbaik pada penggemukan Domba Ekor Tipis selama 8 minggu. Pada taraf tersebut menghasilkan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi (6,86 kg) dengan konversi pakan yang lebih rendah (4,05) serta menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Rp. 92.053,1.-).

Saran

(56)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah segala puji bagi Yang Maha Kuasa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada berbatas, sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat beriring salam ditujukan kepada Nabi besar Muhammad SAW sang penerang dunia hingga akhir zaman.

Penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kuantan Singingi dan juga kepada Mitra Tani Farm. Terimakasih kepada Ir. Maman Duldjaman, MS dan Ir. Sri Rahayu, MSi selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan. Terimakasih kepada Dr.Ir.H. Tantan R. Wiradarya, MSc selaku dosen penguji seminar dan kepada Dr.Ir. M.Yamin, MAgrSc dan Dr.Ir. Komang G. Wiryawan selaku dosen penguji sidang sarjana. Kepada Dr.Ir. Bagus P. Purwanto, MAgr selaku pembimbing akademik terimakasih atas motivasi dan bimbingannya.

Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Papa dan Mama atas semua cinta dan kasih sayang yang selalu tercurah, didikannya, doanya dan banyak lagi nikmat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya, amin. Penghargaan yang sama untuk sanak famili penulis ; Kel. Besar Datuk H. Abdul Malik (Alm) di Teluk Kuantan dan Kel. Besar Eyang Udjang Asmu (Alm) di Bogor. Kasih sayang juga penulis dapatkan dari drh. Adry Perdana Hardianto (abang) dan Betri Paramita (adik), Nur Romadhoni Tj.

Terimakasih kepada teman-teman TPT 39. Terimakasih juga untuk Suherman L, Syarif H, Herman F.N, Suardi, Ifan F, Joni S, Dwi Purnomo, M.Saefullah, Eureka I.Z, Kurniawati H, Tri Mulyaningsih, Galuh K, Dian H.A, Dylla N.S, Ana Satria dan Asrama Kuansing (ASKING).

Akhirnya kepada semua pihak di sekitar penulis yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total degistible nutrient (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Anggorodi, R dan J. Wahju. 1969. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Astuti, D. A dan E. Wina. 2002. Pengaruh pakan limbah tempe terhadap ekskresi derivat purin dan pasokan N-mikroba pada kambing peranakan etawah laktasi. J. Ilmu Ternak dan Veteriner, 7 (3) : 162-166.

Badan Meteorologi dan Geofisika. 2005. Data Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya. BMG-Dramaga, Bogor.

Cheke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition : Feeds and Feeding. 2nd Edition. Prentice Hall Inc., New Jersey.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Bahan alternatif pakan dari hasil samping industri pangan. http://www.dkp.go.id/content. [18 Oktober 2005].

Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. 1997. Petunjuk Budidaya Kambing dan Domba. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. 2003. Statistik Peternakan tahun 2003. Departemen Pertanian, Jakarta.

Djadjuli, M. 1982. Perbandingan nilai gizi untuk empat macam hijauan pada ternak domba. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Ensminger, M.E and C. G Olentine. 1978. Feeds and Nutrition Complete. 1st Edition. The Ensminger Publishing Co., California.

Garrett, W. M. 1979. Feedstuffs, 51 (21) : 20. Dalam : Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Goodwin, H. D. 1974. The Production and Management of Sheep. Lectures Animal Husbandry. Glouches for College of Agriculture, London.

Hardiansyah dan D. Martianto, 1989. Menaksir kecukupan energi dan protein serta penilaian mutu gizi konsumsi pangan. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hartadi, H., R. Soedomo dan D.T Allen. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

(58)

Haryanto, B dan A. Djajanegara. 1992. Energy and protein requirment for smal ruminants in the humid tropics. In New Technoliges for Small Ruminants Production in Indonesia. P. Ludgate and S. Scholz (eds.). Winrock International Institute for Agricultural Development. Morrilton. Arkansas, USA. Dalam : Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Proceeding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II : 26-32. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Herman, R. 1989. Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia (2). Departemen Pertanian, Jakarta.

Iniquez, L. dan B. Gunawan.1990. The productive potential of Indonesian sheep breed for the humid tropics: A review Proc 13th Annual Converence of Malaysia Society and Animal Production: 270-274, Malacca.

Jaya, M. 1985. Koreksi rumus winter terhadap domba priangan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Matjik, A. A. dan I.M Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.

Marniarti. 1989. Beberapa sifat fisik dan komposisi kimia daging domba lokal pada lingkungan nutritif yang berbeda. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Martawidjaja, M. 1986. Pengaruh pencukuran dan pemberian konsentrat terhadap performans domba jantan muda. J.Ilmu dan Peternakan, 2 (4) : 163-166. Martawidjaja, M. 1985. Pengaruh musim terhadap konsumsi makanan dan

pertumbuhan domba. J.Ilmu dan Peternakan, 2 (1) : 19-22.

Maynard, L. A. and J. K Loosly. 1979. Animal Nutrition. 4th Edition. Mc Grow Hill Book Co. Inc., New york.

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Ashford Colour Press Ltd., Gosport.

National Research Council. 1981. Nutrient Requirment of Domestic Goat : Angora, Dairy, and Meat Goat in Temperate and Tropical Countries. National Academy Press, Washington.

National Research Council. 1985. Nutrient Requirment of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington.

North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Edition. Avi Publishing Co., Inc., Westport Connecticut.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Wiley and Sons Press, New York.

Gambar

Gambar 1.  Kurva Pertumbuhan Hewan
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput  Lapang dalam Bahan Kering
Gambar 2.  Kulit Ari Kacang Kedelai dan Rumput Lapang
Tabel 2.  Curah Hujan Daerah Cibanteng dan Sekitarnya Tahun 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada spesifikasi rawai tuna dengan jumlah 11 pancing tiap pelampung, albakora lebih banyak tertangkap pada posisi pancing nomor 3/9 dengan nilai rata-rata kedalaman yaitu 138,16

Meluasnya penggunaan USG dalam teknik diagnostik patologi kelenjar tiroid juga didukung oleh beberapa kelebihannya, antara lain pemeriksaan yang non-invasif,

Namun jika dikaji secara mendalam, khususnya dalam teknik penyampaian materi-materi tersebut, dapat diketahui bahwa keempat materi yang disampaikan dalam rekaman

Untuk lebih mudah melihat pita dan serapan gelombang untuk masing-masing gugus fungsi yang terdapat pada HAp yang disintesis dari cangkang lokan, dapat disajikan dalam Tabel

mempresentasikan jawaban sehingga tahap presentasi atau penjelasan cenderung didominasi oleh siswa yang aktif dalam kelas; Peneliti kurang dalam mengarahkan siswa untuk memperhatikan

Penghasilan e-Kamus ini walaupun lebih dispesifikasikan penggunaannya terhadap mereka yang mempelajari subjek Bahasa Pengaturcaraan III, namun masyarakat di luar

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa nilai prob (F-static) adalah sebesar 0.000458 atau lebih kecil dari 5%, maka ditolak, berarti bahwa variabel

Hasil karakterisasi fisik dan pH pada permen susu (karamel) selama penyimpanan menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah A2B2 yaitu permen susu dengan komposisi 500 ml susu