• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian diperoleh dari konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang diperoleh selama peneliian.

Konsumsi ransum

Konsumsi ransum adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah pakan yanag diberikan kepada ternak. Konsumsi ransum dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah sisa ransum. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rataan konsumsi ransum selama penelitian (gr/ekor/hari)

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 Total Rataan±sd

P0a 91,06 90,66 90,83 272,55 90,85±0,20 P0b 81,22 79,21 80,23 240,66 80,22±1,01 P1 81,58 80,74 79,56 241,88 80,63±1,01 P2 78,94 81,28 79,84 240,06 80,02±1,18 P3 80,50 81,00 81,88 243,38 81,13±0,70 P4 78,29 76,64 76,51 231,44 77,15±0,99 P5 76,11 80,21 79,30 235,62 78,54±2,15 P6 79,40 78,00 79,20 236,60 78,87±0,76 Total 647,10 647,74 647,35 1942,19 647,40±0,32 Rataan 80,89 80,97 80,92 242,77 80,92±0,04

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian adalah 80,92 gr/ekor/hari. Angka tersebut lebih rendah daripada pemeliharaan ayam menurut Charoen Pokphand (2006) yaitu 83,2 gr/ekor/hari. Konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil) yaitu sebesar 90,85 gr/ekor/hari, sedangkan konsumsi ransum terendah terdapat pada perlakuan P4 (ransum dengan perlakuan 0% tepung ikan dan 10% TLU FAAS).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan pemberian tepung limbah udang dengan pengolahan dan fermentasi yang

berbeda dalam level yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap tingkat konsumsi ransum ayam broiler, hal ini disebabkan bahwa ternyata dari pemberian tepung limbah udang dengan pengolahan dan fermentasi yang berbeda dalam level yang berbeda mempengaruhi nilai palatabilitas ternak.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah udang pengolahan FAAS, fermentasi EM4 dan Trichoderma viridae pada setiap perlakuan terhadap konsumsi ransum ayam broiler maka dilakukan uji ortogonal kontras yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Pembandingan uji ortogonal kontras terhadap konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian.

Sumber Variansi Db JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01 Perlakuan 7 372,46 53,21 41,92** 2,66 4,03 P0a vsP0bP1P2P3P4P5P6 1 337,7619 337,7619 266,0817** 4,49 8,53 P0b vs P1P2P3P4P5P6 1 1,7810 1,7810 1,4030tn 4,49 8,53 P1P2P3 vs P4P5P6 1 26,0642 26,0642 20,5328** 4,49 8,53 P1vs P2P3 1 0,0057 0,0057 0,0045tn 4,49 8,53 P2vs P3 1 1,8371 1,8371 1,4472tn 4,49 8,53 P4 vs P5P6 1 4,8464 4,8464 3,8179tn 4,49 8,53 P5 vs P6 1 0,1601 0,1601 0,1261tn 4,49 8,53 Galat 16 20,31 1,27

Ket : ** : menunjukkan perbedaan yang sangat nyata tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

Dari Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dalam meningkatkan konsumsi ransum dibandingkan dengan perlakuan P0b, P1, P2, P3, P4, P5 dan P6.

Perlakuan P0b yaitu ransum dengan 10% tepung ikan dan tanpa tepung limbah udang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU

perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae), yang berarti bahwa tepung limbah udang dapat menggantikan tepung ikan komersil . Pada perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU Trichoderma viridae) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dibandingkan dengan P4 (ransum dengan perlakuan 10% TLU FAAS), P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) , P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU

Trichoderma viridae). Perlakuan P1 yaitu ransum dengan 5% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P2 (ransum dengan perlakuan 5% EM4) dan P3 (ransum dengan perlakuan 5% Trichoderma viridae). Pada perlakuan P4 yaitu ransum dengan 10% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae).

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsumsi ransum broiler pada setiap perlakuan semakin menurun dimana pada peningkatan penggunaan tepung limbah udang pada ransum menjadikan konsumsi ransumnya semakin menurun. Dimana konsumsi ransum tertinggi terdapat pada P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil) dan konsumsi pakan terendah terdapat pada P4 (ransum dengan perlakuan 10% TLU FAAS).. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kandungan serat kasar pada tepung limbah udang dalam bentuk kitin menyebabkan ransum bersifat amba (volumenous), sehingga akan menurunkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Tepung limbah udang yang bersifat amba (volumenous) menyebabkan ayam broiler cepat merasa kenyang dan tidak mau makan lagi, sehingga menurunkan konsumsi ransum. Namun sebenarnya ayam broiler masih lapar secara fisiologis yang artinya ayam broiler masih kekurangan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi dan metabolismenya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Razdan dan Pettterson (1994) yang menyatakan bahwa kadar kitin diatas 5% dalam ransum ayam broiler akan menekan konsumsi ransum dan pertumbuhan ayam broiler.

Tingkat konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan faktor lainnya seperti pengolahan dan palatabilitas yang merupakan sifat performans yang dicerminkan oleh organoleptik seperti kenampakan, bau, rasa dan tekstur. Selain itu konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Piliang (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, bobot badan, jenis kelamin, temperatur lingkungan, keseimbangan hormonal dan fase pertumbuhan.

Pada perlakuan P0b dibandingkan dengan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum ayam broiler selama 5 minggu. Peningkatan pemakaian tepung limbah udang dengan pengolahan FAAS ,fermentasi EM4 dan fermentasi kapang Trchoderma viridae sampai pada tingkat 100% sebagai pengganti tepung ikan ternyata tidak banyak mempengaruhi konsumsi ransum selama penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuni dan Budiastuti (1991); Reddy et al

(1996); Rosenfield et al (1997) dab Ramadhan (2005), bahwa konsumsi ransum tidak berbeda nyata pada ayam broiler yang diberi tepung limbah udang olahan dalam ransumnya. Begitu juga Filawati (2003) melaporkan bahwa pemanfaatan tepung limbah udang olahan dengan cara fisiko-kimia pada ransum ayam petelur memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi.

Selain itu, tidak berbeda nyatanya konsumsi ransum juga disebabkan oleh ransum yang mempunyai palatabilitas yang baik, karena tepung limbah udang olahan tidak berbau busuk dan amis, sehingga ternak ayam broiler menyukai ransum tersebut. Bahan pakan yang diolah dengan cara fermentasi biasa akan meningkatkan kualitas dan palatabilitasnya. Hal ini terjadi karena dalam pengolahan bahan makanan ternak dengan tekanan uap (dikukus) dapat mengubah struktur kimia dan ikatan zat makanan dengan faktor pembatas (Sundstol, 1988), sedangkan proses fermentasi akan meningkatkan kualitas dan palatabilitas serta daya simpan bahaan makanan (Winarno, 1980), sehingga palatabilitas ransum P1, P2, P3, P4, P5, P6 tidak berbeda nyata dengan ransum kontrol (P0b).

Tidak berbeda nyatanya perlakuan terhadap konsumsi ransum juga disebabkan oleh kandungan energi dan protein ransum yang sama, sehingga ayam menyesuaikan konsumsi ransum berdasarkan kandungan energi dan protein dalam ransum (Wahju, 1978).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu berdasarkan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot badan awal per satuan waktu dalam satuan gram/ekor/hari. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil rataan bobot badan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian (gr/ekor/hari)

Perlakuan 1 2 3 Total Rataan±sd P0a 52,71 51,15 53,17 157,03 52,34±1,06 P0b 43,03 42,31 40,93 126,27 42,09±1,07 P1 42,21 41,58 40,76 124,55 41,52±0,73 P2 43,43 41,22 40,17 124,82 41,61±1,66 P3 42,05 41,15 43,31 126,51 42,17±1,08 P4 39,36 40,30 37,03 116,69 38,90±1,68 P5 38,24 40,98 40,51 119,73 39,91±1,47 P6 40,01 40,09 40,89 120,99 40,33±0,49 Total 341,04 338,78 336,77 1016,59 338,86±2,14 Rataan 42,63 42,35 42,10 127,07 42,36±0,27

Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian adalah 42,36 gr/ekor/hari. Angka tersebut lebih rendah daripada pemeliharaan ayam menurut Charoen Pokphand (2006) yaitu 50,17 gr/ekor/hari. Pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil), sedangkan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P4 (ransum dengan perlakuan 0% tepung ikan dan 10% TLU FAAS).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan pemberian tepung limbah udang dengan pengolahan dan fermentasi yang berbeda dalam level yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler, hal ini disebabkan bahwa ternyata dari pemberian tepung limbah udang dengan pengolahan dan fermentasi yang berbeda dalam level yang berbeda mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam broiler.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah udang pengolahan FAAS, fermentasi EM4 dan Trichoderma viridae pada setiap perlakuan terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler maka dilakukan uji ortogonal kontras yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Pembandingan uji ortogonal kontras terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian.

Sumber Variansi Db JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 7 369,52 52,79 35,3320** 2,66 4,03 P0a vsP0bP1P2P3P4P5P6 1 341,8579 341,8579 228,8103** 4,49 8,53 P0b vs P1P2P3P4P5P6 1 4,6980 4,6980 3,1444tn 4,49 8,53 P1P2P3 vs P4P5P6 1 18,9523 18,9523 12,6850** 4,49 8,53 P1 vs P2P3 1 0,2763 0,2763 0,1849tn 4,49 8,53 P2 vs P3 1 0,4760 0,4760 0,3186tn 4,49 8,53 P4 vs P5P6 1 2,9931 2,9931 2,0033tn 4,49 8,53 P5 vs P6 1 0,2646 0,2646 0,1771tn 4,49 8,53 Galat 16 23,91 1,49

Ket : ** : menunjukkan perbedaan yang sangat nyata tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

Dari Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dalam meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler dibandingkan dengan perlakuan P0b, P1, P2, P3, P4, P5, dan P6.

Perlakuan P0b yaitu ransum dengan 10% tepung ikan dan tanpa tepung limbah udang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan ayan broiler dibandingkan dengan perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU Trichoderma viridae), P4 (ransum dengan perlakuan 10% TLU FAAS), P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae), yang berarti bahwa tepung limbah udang dapat menggantikan tepung ikan komersil .

Pada perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU Trichoderma viridae) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dibandingkan dengan P4 (ransum dengan perlakuan 10% TLU FAAS), P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) , P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU

Trichoderma viridae). Perlakuan P1 yaitu ransum dengan 5% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler dibandingkan dengan P2 (ransum dengan perlakuan 5% EM4) dan P3 (ransum dengan perlakuan 5% Trichoderma viridae). Pada perlakuan P4 yaitu ransum dengan 10% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan dibandingkan dengan P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae).

Pada perlakuan P0b dibandingakn dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan disebabkan oleh konsumsi ransum yang sama pada setiap perlakuan, sehingga dihasilkan pertambahan bobot badan yang sama pula pada akhir penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan konsumsi, dimana konsumsi berbanding lurus dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) yang menyatakan bahwa bobot badan tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakan ,makin tinggi bobot tubuhnya makin tinggi pula konsumsi pakan. Selain itu, dari uji analisa pakan tepung limbah udang yang diolah dengan FAAS, fermentasi EM4 dan fermentasi kapang Trichoderma viridae dapat meningkatkan kandungan nutrisi tepung limbah udang tersebut, seperti meningkatkan kandungan proteinnya sehingga memepengaruhi pertumbuhan ternak ayam broiler tersebut.Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1998) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, jenis kelamin, eneergi metabolisme, kandungan protein dan suhu lingkungan.

Adanya peningkatan kualitas dari tepung limbah udang olahan akan berpengaruh dalam ransum, sehingga dapat digunakan lebih banyak sebagai pengganti protein tepung ikan dalam ransum ayam broiler. Perbedaan yang nyata antara ransum perlakuan P1, P2, P3 dengan

perlakuan P4, P5, P6 disebabkan oleh semakin menurunnya konsumsi ransum pada P4, P5, P6

akibat penggunaan tepung limbah udang yang tinggi, walaupun secara statistik tidak berbeda, namun penurunan tersebut sudah berpengaruh terhadap keseimbangan zat-zat makanan ransum tersebut, sehingga menurunkan pertumbuhan bobot badan ayam broiler.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan tepung limbah udang yang diolah dengan pengolahan filtrat air abu sekam (FAAS), fermentasi EM4, dan fermentasi kapang Trichoderma viridae dapat digunakan dalam ransum ayam broiler sebagai pengganti protein tepung ikan sebesar 100% penggunaan tepung ikan dalam ransum.

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan cara membandingkan banyak jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai setiap minggu berdasarkan pengukuran di kandang dan nilai yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil rataan konversi ransum ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Rataan konversi ransum ayam broiler selama penelitian.

Ulangan Total Perlakuan 1 2 3 Rataan±sd P0a 1,73 1,77 1,71 5,21 1,74±0,03 P0b 1,89 1,87 1,96 5,72 1,91±0,05 P1 1,93 1,94 1,95 5,82 1,94±0,01 P2 1,82 1,97 1,99 5,78 1,93±0,09 P3 1,91 1,97 1,89 5,77 1,92±0,04 P4 1,99 1,90 2,07 5,96 1,99±0,09 P5 1,99 1,96 1,96 5,91 1,97±0,02 P6 1,98 1,95 1,94 5,87 1,96±0,02 Total 15,24 15,33 15,47 46,04 15,35±0,12 Rataan 1,91 1,92 1,93 5,76 1,92±0,01

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum ayam broiler selama penelitian adalah 1,92. Angka tersebut lebih tinggi daripada pemeliharaan ayam menurut Charoen Pokphan (2006) yaitu 1,65. Konversi ransum terendah terdapat pada perlakuan P0a

(ransum dengan perlakuan pakan komersil), sedangkan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (ransum dengan perlakuan 0% tepung ikan dan 10% TLU FAAS).

Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung limbah udang pengolahan FAAS, fermentasi EM4 dan Trichoderma viridae pada setiap perlakuan terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler maka dilakukan uji ortogonal kontras yang tertera pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Pembandingan uji ortogonal kontras terhadap konversi ransum ayam broiler selama penelitian

Sumber Variansi Db JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01 Perlakuan 7 0,13 0,02 6,7478** 2,66 4,03 P0a vs P0bP1P2P3P4P5P6 1 0,11315 0,11315 41,9083** 4,49 8,53 P0b vs P1P2P3P4P5P6 1 0,00495 0,00495 1,8345tn 4,49 8,53 P1P2P3 vs P4P5P6 1 0,00761 0,00761 2,8169tn 4,49 8,53 P1 vs P2P3 1 0,00045 0,00045 0,1667tn 4,49 8,53 P2 vs P3 1 0,00002 0,00002 0,0062tn 4,49 8,53 P4 vs P5P6 1 0,00109 0,00109 0,4033tn 4,49 8,53 P5 vs P6 1 0,00027 0,00027 0,0988tn 4,49 8,53 Galat 16 0,04 0,0027

Ket : ** : menunjukkan perbedaan yang sangat nyata tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

Dari Tabel 8 terlihat bahwa perlakuan P0a (ransum dengan perlakuan pakan komersil) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dalam menurunkan konversi ransum ayam broiler dibandingkan dengan perlakuan P0b, P1 P2, P3, P4, P5, dan P6.

Perlakuan P0b yaitu ransum dengan 10% tepung ikan dan tanpa tepung limbah udang memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum ayam broiler dibandingkan dengan perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU Trichoderma viridae), P4 (ransum dengan

perlakuan 10% TLU FAAS), P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae).

Pada perlakuan P1 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU FAAS), P2 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU EM4), P3 (ransum dengan perlakuan 5% tepung ikan dan 5% TLU Trichoderma viridae) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P4 (ransum dengan perlakuan 10% TLU FAAS), P5

(ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) , P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU

Trichoderma viridae).

Perlakuan P1 yaitu ransum dengan 5% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum ayam broiler dibandingkan dengan P2 (ransum dengan perlakuan 5% EM4) dan P3 (ransum dengan perlakuan 5% Trichoderma viridae). Pada perlakuan P4 yaitu ransum dengan 10% TLU FAAS memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum dibandingkan dengan P5 (ransum dengan perlakuan 10% TLU EM4) dan P6 (ransum dengan perlakuan 10% TLU Trichoderma viridae).

Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan ayam. Angka konversi ransum menunjukkan suatu prestasi penggunaan ransum seekor ayam, dimana semakin rendah nilai konversi ransum semakin efisien penggunaan ransum tersebut oleh ternak ayam.

Pada perlakuan P0b dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6

memperlihatkan perbedaan yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum ayam broiler. Hal ini disebabkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan sampai taraf pemakaian 10% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga perbandingan antara konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menunjukkan hasil yang tidak berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1997) yang menyatakan konversi ransum merupakan suatu

nilai perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan ayam broiler, dan angka konversi ransum memperlihatkan suatu prestasi penggunaan ransum oleh seekor ayam broiler. Semakin rendah nilai konversi ransum semakin efisien penggunaan ransum tersebut oleh ayam broiler.

Konversi ransum yang menggunakan tepung limbah udang olahan sampai 10% dalam ransum, yaitu P4, P5, P6 menghasilkan angka konversi yang tidak berbeda nyata dengan P1, P2, P3. Hal ini disebabkan perlakuan P4, P5, P6 menunjukkan penurunan bobot badan yang sejalan dengan penurunan pada konsumsi ransumnya, sehingga diperoleh konversi ransum sebanding dengan perlakuan lain. Karena konversi ransum adalah perbandingan antara konsumsi dengan pertambahan bobot badan. Sesuai dengan hasil penelitian Mirzah (1997), bahwa tepung limbah udang olahan dengan tekanan uap panas 3kg/cm2 selama 20 menit dapat digunakan untuk menggantikan protein tepung ikan sampai 100% dalam ransum dan menghasilkan konversi ransum yang sama ransum kontrol b (P0b).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 5 minggu terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler maka dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan Konsumsi Ransum (gr/ekor/hari) Pertambahan Bobot Badan (gr/ekor/hari) Konversi Ransum P0a 90,85±0,20 52,34±1,06 1,74±0,03 P0b 80,22±1,01 42,09±1,07 1,91±0,05 P1 80,63±1,01 41,52±0,73 1,94±0,01 P2 80,02±1,18 41,61±1,66 1,93±0,09 P3 81,13±0,70 42,17±1,08 1,92±0,04 P4 77,15±0,99 38,90±1,68 1,99±0,09 P5 78,54±2,15 39,91±1,47 1,97±0,02 P6 78,87±0,76 40,33±0,49 1,96±0,02

Pada Tabel 9 diatas menunjukkan masing-masing peubah penelitian setiap perlakuan. Rekapitulasi penelitian ini menunjukkan perlakuan P0a terbaik pada konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum, kemudian ikuti dengan perlakuan P3 terbaik pada meningkatkan konsumsi, pertambahan bobot badan dan memperbaiki konversi ransum didalam menggantikan tepung ikan didalam ransum ayam broiler.

Dokumen terkait