• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Pemanfaatan Buah Pangan di Hutan Wosi Rendani Karakteristik Responden Pemungut Buah

Responden pemungut buah seluruhnya berasal dari Suku Arfak. Karakteristik sosial ekonomi responden pemungut buah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik sosial ekonomi responden pemungut buah di hutan Wosi Rendani

Karakteristik Lokasi domisili Rata-Rata Satuan

Dalama Sekitar b

Usia kepala keluarga 41.25 48.80 44.90 tahun

Tanggungan keluarga 4.69 4.87 4.77 jiwa

Lama pendidikan formal 7.68 5.40 6.77 tahun

Jarak rumah dengan hutan 521.87 416.00 470.65 meter

Jumlah pungutan buah hutan 204.81 322.62 203.82 Kg/KK/th

Jumlah pungutan buah kapita 43.94 68.40 55.77 Kg/Kap/th

Pendapatan keluarga 1 205 076.00 1 246 867.00 1 225 297.00 Rp/KK/bln

Pendapatan per kapita 266 297.00 258 538.00 262 543.00 Rp/KK/bln a

n=16 KK; b n=15 KK.

Usia rata-rata responden pemungut buah di hutan Wosi Rendani berada dalam kisaran usia produktif tenaga kerja (20—54 tahun). Jumlah responden yang berdomisili di dalam kawasan HLWR yang berada dalam kelompok usia tersebut sebanyak 93.75%, sedangkan di sekitar kawasan 86.67%. Hal ini menunjukkan responden memiliki potensi tenaga kerja yang produktif untuk memungut buah, namun potensi tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah pungutan buah yang diperoleh. Jumlah pungutan buah rata-rata di hutan Wosi Rendani jika dikonversi ke satuan berat (kilogram) per tahun mencapai 55.77 kg/kapita/th (261 kg/KK/th). Tingkat konsumsi per kapita ini hanya memenuhi 76.39% dari tingkat konsumsi minimum (73 kg/kapita/th) yang disarankan FAO (2004) dan WHO (2004).

Kondisi pemungutan buah di hutan Wosi Rendani tersebut dipengaruhi oleh: 1). Faktor kepemilikan adat Suku Arfak yang mengatur wilayah pemanfaatan; 2). pemungutan buah bersifat sesaat; dan 3). Jumlah buah yang dipungut terbatas disesuaikan dengan kebutuhan. Laksono et al. (2001) menyebutkan bahwa pemanfaatan hasil hutan di wilayah adat Suku Arfak umumnya dilakukan oleh masyarakat Arfak dalam batas wilayah tertentu dengan jumlah terbatas sesuai kebutuhan hidup.

Kegiatan pemungutan buah di hutan Wosi Rendani bertujuan untuk dijual menambah penghasilan keluarga, dimakan langsung saat berada di hutan atau untuk bahan pangan rumah tangga. Buah dari spesies tumbuhan yang memiliki harga jual lebih banyak dijual ke pasar di Kota Manokwari diantaranya buah Artocarpus altilis, Artocarpus chempedens, Lansium domesticum, Mangifera indica, Nephelium lapaceum, Pometia pinnata, Spondias cytherea, dan Syzygium

malacensis. Buah yang memiliki nilai jual dilakukan pada wilayah yang menjadi hak pemanfaatannya. Pemungutan buah oleh pihak lain dapat dilakukan namun dalam jumlah terbatas setelah meminta izin kepada pemilik.

Di samping itu, pemungutan buah yang tidak bernilai jual dapat juga dilakukan oleh masyarakat Arfak selain pemilik tanah di lokasi tersebut. Pemungutan dapat dilakukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik tanah. Hal ini disebabkan karena wilayah hutan Wosi Rendani masih merupakan wilayah adat Suku Arfak. Tujuan pemungutan buah hanya untuk konsumsi pangan rumah tangga. Pemungutan hanya bersifat sesaat ketika melakukan aktivitas lainnya di hutan Wosi Rendani, seperti saat mencari kayu bakar atau berburu. Buah A. pavonina, A. chempedens, A. frestissi dan P. venenosa yang masih muda umumnya digunakan sebagai sayur; buah D. dao, M. fatua, M. glabosa dan M. holrungii digunakan sebagai bahan campuran pangan untuk memberikan rasa asam pada makanan; dan buah A. incisus, E. angustifolius, G. latissima dikonsumsi saat berada di hutan.

Pekerjaan utama responden pemungut buah hutan Wosi Rendani adalah petani (96.77%) dan juru parkir (3.23%). Bertani merupakan jenis pekerjaan paling banyak dilakukan masyarakat Suku Arfak (Laksono et al. 2001 dan Mulyadi 2012). Pendapatan responden rata-rata sebesar Rp1 225 297/KK/bln dengan tingkat pendapatan per kapita Rp262 543/kapita/bln. Tingkat pendapatan per kapita ini masih rendah dibandingkan pendapatan per kapita penduduk Papua Barat sebesar Rp363 930/kapita/bln (BPS 2003b).

Dinamika Pemanfaatan

Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan (UU 6 tahun 1996 dan PP 68 tahun 2002). Salah satu sumber pangan di hutan Wosi Rendani berasal dari buah.

Jenis buah yang dipungut responden dari hutan Wosi Rendani berasal dari 19 spesies, namun jumlah jenis buah yang dipungut berbeda-beda. Jumlah responden yang melakukan pemungutan pada tiap jenis buah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah responden yang melakukan pemungutan pada tiap jenis buah

No. Nama botani Nama lokal Responden

Jumlah (%)

1. Lansium domesticum Langsat 31 100.00

2. Pometia pinnata Matoa 26 83.87

3. Nephelium lapaceum Rambutan 20 64.52

4. Adenanthera pavonina Saga 9 29.03

5. Artocarpus altilis Sukun 15 48.39

6. Dracontomelon dao Dahu 15 48.39

7. Syzygium malacensis Jambu ball 14 45.16

8. Mangifera indica Mangga telur 12 38.71

9. Spondias cytherea Kedondong 12 38.71

10. Paratocarpus venenosa Paranangka 9 29.03

11. Artocarpus fretissi Sukun hutan 5 16.13

12. Artocarpus chempedens Cempedak 8 25.81

13. Elaeocarpus angustifolius Ganitri 7 22.58

14. Garcinia latissima Manggis hutan 4 12.90

15. Myristica fatua Pala hutan 5 16.13

16. Myristica glabosa Pala hutan 4 12.90

17. Myristica hollrungii Pala hutan 4 12.90

18. Cerbera floribunda Bintaro 2 6.45

19. Artocarpus incisus Terap/buah roti 1 3.23

n=31 KK

Jumlah responden yang melakukan pemungutan buah spesies tertentu dapat mengindikasikan manfaat atau kegunaan buah bagi responden. Pemungutan lebih banyak mengarah pada tiga spesies yaitu Lansium domesticum, Pometia pinnata dan Nephelium lapaceum. Pemungutan buah L. domesticum dipungut oleh seluruh responden (100%), P. pinnata 82.87% responden dan buah N. lapaceum dipungut oleh 64.52% responden. Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa ketiga jenis buah tersebut memiliki nilai kegunaan yang lebih besar dibandingkan jenis buah lainnya.

Berdasarkan akumulasi jumlah kejadian pemungutan seluruh responden dapat diketahui rata-rata jumlah pungutan buah yang dilakukan untuk setiap responden. Frekuensi dan volume buah yang dipungut responden disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Frekuensi dan volume pungutan buah responden di hutan Wosi Rendani

No. Nama botani

Frekuensi (kali//KK/

thn)

Hasil pengambilan Konversi pengambilan

Satuan Satu kali peng ambilan Total per tahun Satuan Total per tahun Berat (kg) 1. L. domesticum 5.48 K 0.87 4.78 T 143.29 96.00 2. P. pinnata 3.61 K 0.66 2.39 T 95.57 47.79 3. N. lapaceum 3.00 K 0.47 1.40 T 42.10 28.21 4. A. pavonina 2.58 I 0.52 1.33 I 1.33 0.27 5. A. altilis 1.42 B 2.52 3.57 B 3.57 11.89 6. D. dao 1.13 T 0.87 0.98 T 0.98 0.66 7. S. malacensis 1.00 K 0.29 0.29 T 5.81 5.81 8. M. indica 0.97 K 0.27 0.27 T 5.31 5.31 9. S. cytherea 0.90 K 0.29 0.26 T 7.87 5.27 10. P. venenosa 0.68 B 0.52 0.35 B 0.35 0.47 11. A. fretissi 0.68 B 0.71 0.48 B 0.48 0.32 12. G. latissima 0.39 T 0.13 0.05 T 0.05 0.05 13. A. chempedens 0.39 B 0.29 0.11 B 0.11 0.37 14. E. angustifolius 0.35 T 0.29 0.10 T 0.10 0.07 15. C. floribunda 0.32 B 0.19 0.06 B 0.06 0.01 16. M. hollrungii 0.26 K 0.08 0.02 B 5.20 0.42 17. M. glabosa 0.26 K 0.06 0.02 B 4.16 0.33 18. M. fatua 0.26 K 0.11 0.03 B 7.28 0.58 19. A. incisus 0.13 B 0.19 0.02 B 0.02 0.01 Jumlaha 23.81 203.82 Jumlahb 738.40 6 318.29 a

Jumlah untuk setiap responden pemungut buah; b Jumlah untuk seluruh responden pemungut buah; n=31 KK; I=ikat; B=butir; K=karung (ukuran 20 kg); T=tumpuk

Kegiatan pemungutan buah di hutan Wosi Rendani dalam satu tahun rata- rata dilakukan sebanyak 23.81 kali/responden/tahun. Komposisi frekuensi dan jumlah buah yang dipungut setiap jenisnya juga beragam. Pemungutan buah di hutan Wosi Rendani secara umum dipengaruhi oleh tujuan pemanfaatannya, yaitu buah untuk dijual dan untuk dijadikan bahan pangan keluarga. Responden lebih banyak memungut buah yang memiliki nilai jual yaitu buah L. domesticum, P. pinnata, N. lapaceum, A. altilis, S. malacensis, M. indica dan S. cytherea. Pasar buah-buah tersebut di Manokwari tersedia. Buah yang dipungut dan dijual umumnya terserap oleh konsumen di Manokwari. Buah L. domesticum, P. pinnata, N. lapaceum, S. malacensis, M. indica dan S. cytherea umumnya dipasarkan ke pasar Wosi Manokwari, sedangkan buah A. altilis selain dijual ke Pasar Wosi dapat juga ke industri keripik sukun rumah tangga. Dinamika pemanfaatan buah-buah tersebut dipaparkan berikut:

Buah L. domesticum dalam bahasa lokal disebut juga langsat atau sanaiwepori (Wandamen). Buah L. domesticum adalah salah satu jenis buah yang paling sering dipungut responden. Seluruh responden melakukan pemungutan buah ini (100%). Saat musim berbuah (antara bulan November hingga Januari), setiap responden rata-rata melakukan pemungutan sebanyak 5.48 kali/responden/musim berbuah. Dalam satu kali kegiatan pemungutan, responden

mengumpulkan buah L. domesticum sebanyak 0.87 karung/responden/kali pungut. Jika diasumsikan L. domesticum berbuah satu kali dalam satu tahun, maka responden hanya mengumpulkan 4.78 karung/responden/tahun. Jumlah tersebut setara dengan 143.29 tumpuk/responden/tahun. Buah L. domesticum umumnya dijual di Manokwari dalam bentuk tumpukan seharga Rp10 000/tumpuk. Estimasi berat satu tumpukan sekitar 0.67 kg.

Buah P. pinnata dikenal juga dengan nama buah matoa, kasai, tagwa pajari (Wandamen). Buah P. pinnata merupakan salah satu jenis buah yang sangat diminati konsumen di Manokwari. Buah yang dipasarkan umumnya seluruhnya terserap oleh pasar. Buah dijual dalam bentuk tumpukan dengan harga Rp10 000 per tumpuk. Estimasi berat satu tumpuknya sekitar 0.5 kg.

Pemungutan buah P. pinnata di hutan Wosi Rendani dilakukan oleh 83.87% responden. Saat musim berbuah (November—Februari), responden rata-rata memungut buah P. pinnata sebanyak 3.61 kali/responden/musim berbuah. Jumlah buah yang dipungut setiap kali kegiatan pemungutan adalah 0.66 karung, sehingga dalam satu musim berbuah jumlah buah terkumpul adalah 2.39 karung (diasumsikan P. pinnata berbuah satu kali dalam satu tahun). Jumlah ini diperkirakan dapat menghasilkan 95.57 tumpuk.

Pemungutan buah N. lapaceum (rambutan) dilakukan oleh 64.52% responden. Saat musim berbuah (Januari—Maret), frekuensi pemungutan yang dilakukan responden sebanyak tiga kali/musim berbuah. Jumlah buah yang dipungut dalam satu kali kegiatan pemungutan sebanyak 0.47 karung (1.4 karung/responden/musim berbuah). Jumlah tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 42.1 tumpuk/responden/tahun (diasumsikan N. lapaceum berbuah satu kali dalam satu tahun).

Buah A. altilis, S. malacensis, M. indica dan S. cytherea walaupun memiliki nilai jual, namun tingkat pemanfaatannya lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pemungutan lebih banyak ditujukan untuk bahan pangan keluarga dan sifat pemungutannya sesaat. Responden mengambil buah saat melakukan aktivitas lain di hutan Wosi Rendani (mencari kayu bakar atau berburu).

Buah-buah dari spesies lainnya dipungut dengan frekuensi dan jumlah yang lebih kecil. Sifat pemungutannya juga hanya sesaat, yaitu buah D. dao, A. fretissi, A. pavonina, A. chempedens, P. venenosa, M. fatua, M. hollrungii, M. glabosa, E. angustifolius, G. latissima, A. incisus dan C. floribunda.

Pemanfaatan buah D. dao, M. fatua, M. glabosa dan M. holrungii umumnya digunakan sebagai campuran penambah rasa pada masakan. Buah D. dao dikenal dengan nama dahu, dao, daar (Biak), senai (Manikion), atau ingguir (Wandamen). Buah matang terasa asam manis atau asam sepat. Perasan airnya digunakan sebagai pengganti rasa asam dalam pembuatan papeda; M. fatua, M. glabosa dan M. holrungii dikenal juga dengan nama pala hutan, ganggomi (Wandamen) atau dalam bahasan Manikion Arfak disebut subohonggwa (Manikion). Buah matang umumnya digunakan sebagai bumbu, penambah rasa masam dalam masakan.

Jenis buah yang digunakan sebagai sayur adalah A. fretissi, A. chempedens, pavonina dan P. venenosa. Buah yang dimanfaatkan adalah buah yang masih muda. Sedangkan buah E. angustifolius, G. latissima, A. incisus, dan C. floribunda hanya dimakan saat berada di hutan. Buah E. angustifolius dalam bahasa daerah disebut juga ganitri, jenitri, lesahui (Manikion), apaimanueref

(Biak). Buah matang terasa manis agak sepat; G. latissima (manggis hutan, benuas atau nanggapu). Buah matang terasa seperti buah manggis namun agak sepat; A. incisus (terap, buah roti, pitiyepu) dan C. floribunda yang dikenal juga dengan nama bintaro, kiriwi (Wandamen), wawa (Babo). Buah A. incisus dan C. floribunda yang matang rasanya manis dan agak sepat.

Nilai Ekonomi Bahan Pangan

Nilai ekonomi bahan pangan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu nilai buah yang dimanfaatkan responden dan nilai potensi buah di hutan Wosi Rendani.

Nilai guna bahan pangan yang berasal dari buah di hutan Wosi Rendani tersebut lebih rendah dari nilai bahan pangan yang berasal dari tanaman budi daya di lahan kebun. Pendekatan nilai ekonomi bahan pangan dari lokasi hutan Wosi Rendani dan kebun menunjukkan bahwa manfaat ekonomi dari hasil berkebun lebih menguntungkan dibandingkan jika bahan pangan diambil dari hutan Wosi Rendani. Nilai bahan pangan di lahan kebun disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai ekonomi tanaman pangan lahan kebun oleh responden di dalam

kawasan HLWR

Jenis

tanaman Nama botani

Potensi kebun Nilai Persen

Satuan Jumlah Harga (Rp/KK/thn) (%)

Tanaman semusim

Ubi Talas Colocasia sp T 161.72 25 000 4 043 015 30.39

Ubi kayu Manihot

utilisima T 157.44 20 000 3 148 824 23.67 Jahe- jahean Zingiberales sp, Alpinia sp; Curcuma sp R 329.41 5 000 1 647 059 12.38 Pisang Musa sp Td 25.94 40 000 1 037 647 7.80

Ubi jalar Ipomoea batatas T 8.92 25 000 223 070 1.68

Jagung Zea mays Bt 65.20 10 000 651 961 4.90

Tanaman tahunan Langsat L. domesticum T 197.65 10 000 1 976 471 14.86 Rambutan N. lapaceum T 38.88 10 000 388 824 2.92 Nangka Artocarpus heterophyllus B 6.18 30 000 185 294 1.39 Jumlaha 13 302 163 100.00 Jumlahb 452 273 542 a

Jumlah per responden pemungut buah; b Jumlah seluruh responden pemungut buah; T=tumpuk; R=rumpun; Td=tandan; Bt=batang; B=butir; luas penggunaan lahan kebun rata-rata

2 517.65 m2/KK; n=34 KK;

Nilai di lahan kebun didekati dengan harga pasar. Nilai berasal dari jenis tanaman pangan yang umum diusahakan di lahan kebun yaitu ubi talas (Colocasia esculenta), ubi kayu (Manihot esculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas), jagung (Zea mays), pisang (Musa sp), jahe-jahean (Zingiber sp, Alpinia sp, Curcuma sp), rambutan (N. lappaceum), langsat (L. domesticum) dan nangka (Artocarpus heterophyllus).

Nilai bahan pangan per tahun di lahan kebun ditaksir sebesar Rp13 301 575/KK/tahun. Kontribusi nilai lebih banyak berasal dari ubi talas, ubi kayu, langsat, jahe-jahean (jahe, lengkuas dan kunir) dan jagung dengan persentase di atas 10%, sedangkan persentase di bawah 10% berasal dari rambutan, pisang, nangka dan ubi jalar. Komposisi nilai bahan pangan di lahan kebun lebih banyak berasal dari jenis ubi-ubian. Hal ini tidak terlepas dari pilihan jenis tanaman dalam budaya pertanian masyarakat Arfak yang lebih banyak menanam jenis tanaman pokok yang dapat digunakan sebagai bahan pangan keluarga. Jenis tanaman yang ditanam akan disesuikan dengan tingkat kesuburan tanah. Lahan yang baru dibuka umumnya akan diawali dengan jenis tanaman holtikultura, dan jika produktivitas tanaman mulai berkurang maka lahan kebun akan ditanami jenis tanaman keras.

Persentase nilai produk tanaman keras di lahan kebun di dalam kawasan HLWR (langsat, rambutan dan nangka) sebesar 41.72%. Kondisi ini dapat mengindikasikan tingkat kesuburan tanah di lahan kebun masyarakat di dalam kawasan HLWR mulai berkurang.

Nilai buah hutan Wosi Rendani yang dimanfaatkan responden

Nilai buah yang dimanfaatkan responden disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Nilai buah yang dipungut responden di hutan Wosi Rendani

No. Nama Spesies Jml (sat/

KK/th) Satu- an Harga (Rp/sat) Metode penilaian Jml Nilai (Rp/KK/thn) Persen (%) 1. L. domesticum 143.29 T 10 000.00 M 1 432 900.00 47.00 2. P. pinnata 95.57 T 10 000.00 M 955 700.00 31.35 3. N. lapaceum 42.10 T 10 000.00 M 421 000.00 13.81 4. A. altilis 3.57 B 20 000.00 M 71 400.00 2.34 5. S. malacensis 5.81 T 10 000.00 M 58 100.00 1.91 6. M. indica 5.31 T 10 000.00 M 53 100.00 1.74 7. S. cytherea 7.87 T 5 000.00 M 39 350.00 1.29 8. D. dao 0.98 T 5 888.89 S 5 771.10 0.19 9. A. fretissi 0.48 B 5 666.67 S 2 720.00 0.09 10. A. pavonina 1.33 I 1 500.00 S 1 995.00 0.07 11. A. chempedens 0.11 B 15 000.00 M 1 650.00 0.05 12. P. venenosa 0.35 B 4 592.59 S 1 607.41 0.05 13. M. fatua 7.28 B 141.67 S 1 031.36 0.03 14. M. hollrungii 5.20 B 177.08 S 920.82 0.03 15. M. glabosa 4.16 B 125.00 S 520.00 0.02 16. E. angustifolius 0.10 T 4 166.67 S 416.67 0.01 17. G. latissima 0.05 T 4 687.50 S 234.38 0.01 18. A. incisus 0.02 B 2 500.00 S 50.00 0.00 19. C. floribunda 0.06 B 666.67 S 40.00 0.00 Jumlah a 3 048 506.74 100.00 Jumlah b 94 503 708.94 a

Jumlah per responden pemungut buah; b Jumlah seluruh responden pemungut buah; n=31; I=ikat; B=buah; T=tumpuk; M=harga pasar; S=harga pengganti

Nilai seluruh buah yang dipungut responden per tahun di hutan Wosi Rendani sebesar Rp3 048 506.74/KK/tahun. Kontribusi nilai lebih banyak berasal

dari buah yang memiliki harga jual yaitu L. domesticum, P. pinnata, N. lapaceum, A. altilis, S. malacensis, M. indica, dan S. cytherea (99.44%).

Tiga jenis buah memiliki kontribusi nilai paling besar dibandingkan jenis buah lainnya yaitu buah L. domesticum, P. pinnata, dan N. lapaceum. Kontribusi nilai ketiga buah tersebut sebesar 60.81% atau senilai Rp1 853 900/KK/tahun dari seluruh nilai buah yang dipungut. Hal ini dapat menunjukkan bahwa ketiga spesies tersebut memiliki nilai guna yang lebih tinggi dibandingkan nilai guna buah dari spesies lainnya.

Nilai potensi buah hutan Wosi Rendani

Berdasarkan hasil inventarisasi dan analisis vegetasi di hutan Wosi Rendani ditemukan 25 spesies tumbuhan penghasil buah pangan. Penilaian potensi nilai buah di hutan Wosi Rendani didekati dengan harga pasar dan harga pengganti. Di antara 25 spesies tumbuhan penghasil buah tersebut, jenis buah yang memiliki harga pasar di Manokwari adalah P. pinnata, A. altilis, N. lapaceum, L. domesticum, S. cytherea, S. malacensis, M. indica, A. chempedens, dan P. edule. Buah P. pinnata, L. domesticum, N. lapaceum, S. malacensis, dan M. indica di pasar Manokwari dijual dalam bentuk tumpukan. Harga satu tumpuknya Rp10 000/tumpuk, sedangkan buah A. alitilis dijual dengan harga Rp20 000 per butir.

Harga jenis buah lainnya yang tidak memiliki harga pasar. Nilai buah ditentukan dengan harga pengganti (subtitusi). Pilihan jenis buah yang menjadi barang pengganti memiliki karakteristik dan fungsional yang mendekati barang yang dinilai. Nilai potensi buah di hutan Wosi Rendani disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Pendugaan nilai potensi buah di hutan Wosi Rendani No Nama Jenis (n/ha) K

Sa tu an Harga (Rp/sa tuan) Volume per hektar Nilai Rp/ha % Rp/pohon % 1. P. pinnata 18.14 T 10 000 2 901.96 29 019 608 43.98 1 600 000.00 13.78 2. A. altilis 9.31 B 20 000 3 129.41 10 431 373 15.81 1 120 000.00 9.65 3. N. lapaceum 6.37 T 10 000 860.29 8 602 941 13.04 1 350 000.00 11.63 4. L. domesticum 9.80 T 10 000 588.24 5 882 353 8.92 600 000.00 5.17 5. S. cytherea 5.88 T 5 000 1 058.82 5 294 118 8.02 900 000.00 7.75 6. D. dao 3.92 T 5 889 294.12 1 732 026 2.62 441 666.67 3.81 7. A. fretissi 0.98 B 5 667 147.06 833 333 1.26 850 000.00 7.32 8. S. malacensis 0.98 T 10 000 78.43 784 314 1.19 800 000.00 6.89 9. M. fatua 3.43 B 142 3 860.29 546 875 0.83 159 375.00 1.37 10. V. rubescens 0.49 I 1 808 235.29 425 405 0.64 867 826.09 7.48 11. M. indica 0.49 T 10 000 39.22 392 157 0.59 800 000.00 6.89 12. M. glabosa 2.45 B 125 2 757.35 344 669 0.52 140 625.00 1.21 13. M. hollrungii 1.47 B 177 1 654.41 292 969 0.44 199 218.75 1.72 14. A. pavonina 0.98 I 1 500 147.06 220 588 0.33 225 000.00 1.94 15. I. fagifer 1.47 B 594 367.65 218 457 0.33 148 550.72 1.28 16. A. chempedens 0.49 B 15 000 76.47 191 176 0.29 390 000.00 3.36 17. G. latissima 0.98 T 4 688 39.22 183 824 0.28 187 500.00 1.62 18. E. angustifolius 0.49 T 4 167 25.74 107 230 0.16 218 750.00 1.88 19. A. incisus 0.49 B 2 500 36.76 91 912 0.14 187 500.00 1.62 20. H. irya 1.96 T 122 735.29 89 914 0.14 45 855.98 0.40

No Nama Jenis K (n/ha) Sa tu an Harga (Rp/sa tuan) Volume per hektar Nilai Rp/ha % Rp/pohon % 21. H. sylvestris 1.96 B 120 735.29 88 582 0.13 45 176.63 0.39 22. P. obovata 0.49 T 823 88.24 72 619 0.11 148 142.86 1.28 23. P. edule 0.98 B 667 85.78 57 190 0.09 58 333.33 0.50 24. C. floribunda 0.98 B 667 55.15 36 765 0.06 37 500.00 0.32 25. P. venenosa 0.49 B 4 593 9.19 42 211 0.06 86 111.11 0.74 Jumlah 65 982 607.31 11 607 132.14 100.00

T=tumpuk; B=butir; I=ikat

Potensi nilai buah per hektar di hutan Wosi Rendani rata-rata sebesar Rp65 982 607/ha. Komposisi nilai didominasi oleh buah P. pinnata, A. altilis dan N. lapaceum masing-masing sebesar 43.98%, 15.81% dan 13.04%; sedangkan buah dari spesies lainnya sebesar kurang dari 10%. Hal ini disebabkan karena buah P. pinnata, A. altilis dan N. lapaceum memiliki harga pasar yang nilainya lebih tinggi dari harga subtitusi, serta ditunjang dengan nilai densitas tingkat pohon yang mendominasi vegetasi hutan Wosi Rendani (6.37—22.55 individu/ha).

Dinamika Pemanfaatan Kayu Bakar di Hutan Wosi Rendani Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pemungut Kayu Bakar

Responden pemungut kayu bakar kawasan HLWR seluruhnya berasal dari masyarakat Papua. Persentase responden yang berasal dari Suku Arfak sebesar 83.78%, sedangkan Suku Biak 8.11%, Serui 5.41% dan Nabire 2.7%. Jumlah seluruh responden yang berdomisili di sekitar kawasan sebanyak 51.35% dan 48.65% di dalam kawasan. Karakteristik sosial ekonomi responden pemungut kayu bakar disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik sosial ekonomi responden pemungut kayu bakar kawasan HLWR

Karakteristik Lokasi domisili Rata-rata Satuan

Dalama Sekitarb

Usia kepala keluarga 40.94 48.26 44.70 tahun

Tanggungan keluarga 4.89 4.52 4.70 jiwa

Lama pendidikan formal 7.83 6.84 7.21 tahun

Jarak rumah dengan HWR 497.22 394.21 444.32 meter

Jarak rumah dengan kebun 269.44 1059.37 641.18 meter

Pendapatan keluarga 1 356 264.00 1 500 158.00 1 430 155.00 Rp/KK/bl Pendapatan per kapita 282 263.00 363 320.00 323 887.00 Rp/kap/bl

Konsumsi kayu bakar keluarga 17.41 11.41 14.33 m3/KK/th

Konsumsi kayu bakar kapita 4.60 2.58 3.08 m3/kap/th

a

n=18 KK; bn=19 KK.

Usia rata-rata responden pemungut kayu bakar yang berdomisili di dalam dan sekitar kawasan HLWR berada pada usia produktif tenaga kerja (20—54 tahun). Persentase responden yang berada dalam kisaran umur tersebut sebanyak

97.3%. Hal ini menunjukkan potensi kemampuan responden yang lebih baik dalam memungut kayu bakar, namun potensi tersebut tidak diimbangi dengan jumlah pungutan di hutan Wosi Rendani. Volume kayu bakar yang diambil dari hutan Wosi Rendani lebih rendah dibandingkan dengan pemungutan yang dilakukan pada lokasi kebun yang dimilikinya di dalam kawasan HLWR. Hal ini disebabkan karena pemungutan kayu bakar di hutan Wosi Rendani bersifat sesaat. Responden melakukan pemungutan kayu bakar saat melakukan aktivitas lain di hutan Wosi Rendani atau saat persediaan kayu bakar rumah tangga menipis. Kayu yang dipungut adalah hasil jatuhan atau rebahan.

Konsumsi kayu bakar responden dari hutan Wosi Rendani maupun kebun tiap tahun antara 3.08—42.95 m3/KK/tahun (rata-rata 14.33 m3/KK/tahun). Persentase volume kayu bakar dari kebun lebih besar yaitu 76.83% (11.01 m3/KK/tahun), sedangkan dari hutan Wosi Rendani 23.17% (3.32 m3/KK/tahun). Rata-rata dari kebun tiap rumah tangga responden pemungut mengumpulkan 260 ikatan kayu bakar/KK/th, sedangkan dari hutan Wosi Rendani 45.11 ikat/KK/tahun (rata-rata dimensi per ikat 32.97 cm x 67.03 cm). Konsumsi kayu bakar per kapita keluarga responden per tahun berkisar antara 0.77 m3/kap/tahun hingga 6.41 m3/kap/th (rata-rata 3.08 m3/kap/tahun). Penggunaan kayu bakar lebih banyak dilakukan oleh responden di dalam kawasan HLWR (4.6 m3/kapita/tahun), sedangkan di sekitar kawasan 2.58 m3/kapita/tahun.

Jarak dan aksesibilitas ke hutan maupun ke kebun khususnya bagi responden yang berdomisili di dalam kawasan bukan menjadi kendala yang sulit, karena lokasi rumah berdekatan dan mudah dijangkau dengan kedua lokasi pengambilan tersebut (<500 m). Kondisi agak berbeda dengan responden pemungut kayu bakar yang berdomisili di sekitar kawasan HLWR. Jarak terdekat dengan rumah adalah hutan Wosi Rendani, sedangkan ke lokasi kebun yang dimilikinya di dalam kawasan HLWR lebih jauh (>1 000 m). Akses menuju hutan Wosi Rendani juga tidak sulit karena batas lokasi hutan berbatasan dengan Jalan Drs. Essau Sessa dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan bermotor.

Pekerjaan responden pemungut kayu bakar umumnya adalah petani (86.48%) dan 13.52% bekerja selain bertani (buruh pasar, nelayan, juru parkir, PNS, tukang ojek maupun sebagai pedagang di pasar). Pendapatan per bulan rata- rata Rp1 430 155/KK/bulan dengan tingkat pendapatan per kapita Rp323 887/kapita/bulan. Tingkat pendapatan per kapita responden pemungut kayu bakar ini masih rendah dibandingkan tingkat pendapatan per kapita penduduk Papua Barat sebesar Rp363 930/kapita/bulan (BPS 2003b).

Karakteristik sosial ekonomi pemungut kayu bakar di hutan Wosi Rendani tidak jauh berbeda dengan karakteristik sosial ekonomi pemungut kayu bakar di Gayo Lues Aceh. Hasil penelitian Fauzi (2012) menunjukkan kemiripan usia, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, jarak dengan lokasi sumber pengambilan dan pendapatan perkapitanya.

Dinamika pemungutan kayu bakar

Responden pemungut kayu bakar di kawasan HLWR menyatakan bahwa pemungutan diperoleh dari hutan Wosi Rendani dan lokasi kebun. Tingkat pemanfaatan di lokasi hutan Wosi Rendani lebih rendah dibandingkan di lokasi kebun seperti Gambar 6.

Gambar 6 Komposisi pemungutan kayu bakar. a) Frekuensi pungutan kayu bakar per bulan di kebun dan hutan Wosi Rendani (kali/bulan); b) Jumlah waktu yang dibutuhkan memungut kayu bakar di kebun dan di hutan Wosi Rendani (jam/bulan); c) Volume pungutan di kebun dan di hutan Wosi Rendani (m3/bulan)

Komposisi pemungutan kayu bakar yang dilakukan responden di hutan Wosi Rendani lebih sedikit dibandingkan di kebun. Frekuensi pemungutan rata- rata per bulan dari hutan Wosi Rendani yaitu 2.91 kali/KK/bulan (16.72%), dan di lokasi kebun 14.49 kali/KK/bulan (83.28%). Jumlah waktu yang dicurahkan untuk memungut kayu bakar dalam satu bulan di hutan Wosi Rendani selama 3.06 jam/KK/bulan (14.02%) dan di kebun selama 18.78 jam/KK/bulan (85.98%). Volume kayu bakar yang dipungut di hutan Wosi Rendani per bulan 0.28 m3/KK/bulan dan di 0.92 m3/KK/bulan (76.67%). Komposisi pemungutan kayu bakar yang lebih sedikit di hutan Wosi Rendani disebabkan karena:

1. Tersedianya kayu bekas tebangan saat membuka lahan hutan untuk berkebun. Kayu bekas tebangan dijadikan stok kayu bakar rumah tangga. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada lahan yang diusahakan untuk berkebun di dalam kawasan HLWR masih dipengaruhi oleh aturan adat tentang pemanfaatan

Dokumen terkait