• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Lokasi dan aksesibilitas

Batalyon Artileri Medan 10 merupakan satuan tempur di bawah Kostrad TNI AD yang terletak di Jalan Cimandala Raya, Desa Cimandala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara administratif, Desa Cimandala berbatasan dengan Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong di sebelah Utara, Desa Pasir Laja, Kecamatan Sukaraja di sebelah Timur, Desa Ciluar dan Desa Ciparigi sebelah Selatan, dan Desa Cilebut serta Desa Karadenan di sebelah Barat. Tapak jalan dapat diakses melalui Jalan Raya Bogor maupun dari Jalan Raya Karadenan. Informasi orbitrasi Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, yaitu, jarak ke Ibukota Kabupaten Bogor 6 km, jarak ke Ibukota Kota Bogor 11 km, jarak ke Ibukota Provinsi ± 120 km dan jarak ke Ibukota Negara ± 52 km.

Dalam menentukan lokasi pembangunan sebuah ksatrian batalyon, menurut Letkol Czi Decky, selaku Kabalakada (Kepala Bagian Pelaksana dan Pengadaan) ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama artileri medan sebagai satuan tempur. Ksatrian Batalyon Artileri Medan ditempatkan di daerah-daerah strategis

yang tidak terlalu jauh dari ibukota daerah dengan tujuan agak alutsista dan mobilisasi pasukan dapat bergerak dengan mudah menuju area vital jika terjadi penyerangan. Diutamakan posisi ksatrian diletakkan di kontur tinggi sehingga personil batalyon memiliki jarak pantau yang luas dan leluasa dalam mengamati pergerakan musuh. Menurut teori peperangan, ketika musuh dalam keadaan terdesak, maka kecenderungan musuh akan mencari tempat berlindung, dan tempat berlindung yang paling ideal adalah di atas atau di punggung bukit. Oleh karena itu, batalyon artileri medan diharapkan mampu menghancurkan musuh sebelum musuh sempat berlindung dan kembali menyusun kekuatan.

Meskipun Ksatrian Batalyon Armed 10 tidak berada tepat di bukit yang tinggi, namun jika dilihat dari kontur sekitar tapak, batalyon ini memiliki posisi strategis berbukit dan bertebing dengan jarak pandang yang cukup untuk mengamati lingkungan sekeliling (360o). Batas tapak sebelah barat diperjelas dengan akses jalan raya yang terbuat dari aspal, sedangkan batas tapak sebelah barat laut diperjelas dengan tebing dengan akses jalan setapak yang kecil dan curam dari desa tetangga. Batas tapak sebelah timur agak membaur dengan perumahan dan sawah milik warga desa tetangga karena hanya ditanam pohon bambu sebagai penghalang pandangan dari luar tapak, namun pada bagian tenggara sudah mulai dibangun batas tembok besar yang jelas membatasi wilayah terutama untuk area pergudangan roket dan munisi.

Topografi

Tapak memiliki koordinat 6o31’28,32”S 106o49’13,25”E dan berada di ketinggian 100 mdpl berkontur membentuk bukit dan lembah kecil yang berbatasan langsung dengan aliran sungai dan tebing. Keadaan topografi berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pada tapak. Kondisi saat ini, bagian tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan sebagai area sarana olahraga bersama seperti lapangan bola, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan sepak takraw, dan kolam renang (Gambar 3). Untuk tapak dengan kontur berlembah lebih banyak dimanfaatkan sebagai area pergudangan, garasi, dan latihan tembak (Gambar 4). Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan mayoritas sebagai area perkantoran dan perumahan (Gambar 5).

(a) (b)

Gambar 3 Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan untuk sarana olahraga (a) lapangan sepak bola dan (b) lapangan tenis

Lahan kosong yang tersedia pada tapak lebih banyak dimanfaatkan sebagai perkebunan untuk menghindari erosi. Dengan kontur tapak yang berbukit dan berlembah, pembangunan saluran drainase harus menjadi perhatian utama untuk

menghindari bahaya banjir dan akibat erosi. Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan sebagai area olahraga terbuka agar air hujan dapat teresap secara optimal, juga meminimalisasi bahaya longsor akibat adanya beban bangunan. Tujuan pemilihan tapak berlembah sebagai tempat penyimpanan munisi dan alutsista adalah agar lokasinya tidak mudah diketahui oleh musuh karena tertutup dengan vegetasi pohon dan semak sebagai penghalang. Secara tidak langsung, kontur tanah yang bergelombang ini menciptakan batas-batas alami antara ruang privat dan ruang publik.

(a) (b)

Gambar 4 Tapak dengan kontur berlembah dimanfaatkan untuk area (a) pergudangan dan (b) garasi

(a) (b)

Gambar 5 Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan untuk area (a) permukiman prajurit dan (b) perkantoran

Tanah

Tapak memiliki jenis tanah latosol merah. Tanah latosol terbentuk di daerah dengan curah hujan antara 2000 – 7000 mm/tahun. Tanah latosol berwarna coklat hingga merah, memiliki profil tanah yang dalam, berstruktur remah dan gembur. Tanah ini mempunyai bahan induk tuff volkan yang banyak dijumpai pada daerah dengan topografi bergelombang, berombak, berbukit, dan bergunung. Tekstur tanahnya sedang sampai berat dengan kandungan liat yang tinggi, dimana fraksi liat didominasi oleh kaolinit dan mengandung seskuioksida bebas. Latosol bereaksi masam sampai sedang (pH 4,5 – 6,5), kadar bahan organik rendah dan memiliki kesuburan tanah rendah sampai sedang. Memiliki KTK 10-20 me/100 gram, serta kandungan basa seperti Ca rendah, K dan Na sedang, serta N dan P yang rendah. Tanah ini merupakan tanah pertanian yang penting dan banyak digunakan untuk budidaya tanaman di Indonesia (Soepraptohardjo 1961).

Menurut Arsyad (1989), sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik dan kesuburan tanah. Tanah latosol mempunyai jenis tekstur tanah yang didominasi oleh lempung berdebu hingga lempung berliat. Dengan tekstur ini maka tanah Latosol mempunyai kapasitas infiltrasi yang baik sehingga butis hujan yang jatuh pada bidang tanah akan mudah masuk ke dalam lapisan tanah dan menekan besarnya aliran permukaan tanah. Fenomena tersebut menyebabkan tanah Latosol mempunyai nilai kepekaan erosi yang sangat rendah yaitu dengan skor 0.02 – 0.04.

Kondisi tanah di lokasi penelitian terlihat stabil dengan adanya tanaman tutupan lahan di setiap kemiringan sehingga meminimalkan terjadinya erosi maupun terjadinya proses pencucian lapisan tanah atas (top soil) pada saat hujan. Untuk kebutuhan tanaman hias dan tanaman sayur rumah tangga, kondisi kesuburan tanah di ksatrian sudah mencukupi, walaupun akan lebih baik jika diberikan bahan tambahan seperti bahan organik dari pupuk kompos untuk meningkatkan nutrisi pada tanaman maupun memperbaiki struktur tanah. Pada area kritis akan lebih baik jika ditindaklanjuti secara serius untuk mencegah terjadinya longsor. Menambah vegetasi yang tumbuh di area tebing dan tidak membuat kolam pada sisi atas tebing, merupakan beberapa cara teknis yang dapat dilakukan pihak batalyon untuk mencegah terjadi longsor. Sebagai tindakan pencegahan, menghindari pembangunan permukiman warga di area-area kritis (baik pada bagian atas tebing maupun bawah tebing) juga dapat meminimalkan timbulnya korban dari warga setempat jika terjadi longsor. Sedangkan untuk penanganan lebih lanjut seperti pembuatan bangunan penahan tebing harus dilakukan secara serius bersama dengan pemerintah daerah.

Tata guna lahan

Batalyon Artileri Medan 10 memiliki luas kawasan ksatrian sebesar 280 000 m2, dengan luas bangunan yang dapat dihuni oleh seluruh anggota seluas 22 058 m2. Tata guna lahan di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 menurut Protap atau Prosedur Tetap Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 6 menunjukkan denah ruang hasil inventarisasi tapak.

Tabel 3 Tata guna lahan

No Keterangan Satuan (m2)

1 Luas bangunan 22 058

2 Luas jalan 8 499

3 Luas selokan 510

4 Luas lapangan olahraga 17 044

5 Luas taman 1 500

6 Luas halaman dipelihara 10 000

7 Luas perkebunan 202 389

8 Luas lapangan tembak 18 000

Luas Total 280 000

Sumber: Data Logistik Armed 10

Iklim

Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Dramaga Bogor, tapak memiliki tingkat curah hujan sebesar 3321 – 4502 mm per tahun dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Suhu udara rerata harian adalah 28 - 30oC dengan kelembaban udara 64 - 68%. Curah hujan yang cukup tinggi di area Ksatrian

Batalyon Artileri Medan 10 membawa manfaat terutama dalam pemeliharaan tanaman di dalam ksatrian. Tidak memerlukan penyiraman khusus kecuali pada masa kering atau saat curah hujan sangat rendah.

Indikator kenyamanan termal suatu ruang dapat dilihat dengan menggunakan rumus THI atau Thermal Humidity Index dari Niewolt (1998). Jika dihitung berdasarkan data rerata iklim mikro secara umum di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor, maka:

THI = 0.8 TRata-rata + (RHRata-rata x TRata-rata) = 0.8 (29) + (67.5 x 29) 500 500 = 23.2 + 3.92 = 27.12

Tapak memiliki angka Indeks Kenyamanan Termal sebesar 27.12. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi iklim mikro pada tapak tergolong sedang atau netral, dan masih dalam toleransi nyaman bagi warga penghuni. Menurut Kurnia et al. (2010) bahwa indeks kenyamanan untuk kondisi nyaman dan ideal bagi manusia di Indonesia yaitu berada pada kisaran THI 19,9 – 27. Nilai THI pada tapak masih berpotensi untuk diturunkan dengan cara memperbanyak vegetasi pada ruang terbuka yang tersedia.

Keberadaan vegetasi pada ruang terbuka berfungsi sebagai pengontrol radiasi sinar matahari dan suhu dengan menyerap panas dari pancaran sinar matahari sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro (Hakim dan Utomo 2003). Semakin banyak vegetasi maka semakin banyak O2 dan uap air (H2O) yang dihasilkan sehingga akan memberikan efek penurunan pada suhu udara (Prasetyo 2012). Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara yang tinggi (dapat mencapai hingga 35oC), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu, yang menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal suatu ruang untuk kondisi iklim tropis panas lembab (Talarosa 2005).

Vegetasi

Hasil inventarisasi pada tapak, terdapat berbagai jenis dan kelompok vegetasi seperti tanaman pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah. Beberapa jenis tanaman pohon besar yang mendominasi antara lain adalah jenis

Nephelium lappaceum (rambutan), Mangifera sp. (mangga), Syzygium aqueum

(jambu air), Abrus precatorius (saga), Ceiba pentandra (kapuk), Swietenia

mahogani (mahoni), Averhoa carambola (belimbing buah), Acacia sp. (akasia),

Araucaria heterophylla (cemara norflok), Tectona grandis (jati), Cocos nucifera

(kelapa), Filicium decipiens (kiara payung), Ficus benjamina (beringin), Thuja

orientalis (cemara kipas), Muntingia calabura (kersen), dan Cerbera manghas

(bintaro). Selain pohon besar, jenis tanaman lain non pohon (perdu, semak, penutup tanah dan rumput) yang banyak ditemui pada tapak antara lain adalah (pisang), Axonopus compressus (rumput gajah), Zoysia matrella (rumput manila),

Cordyline sp. (hanjuang), Manihot esculenta (singkong), Acalypha macrophylla

(teh-tehan), Cymbopogon nardus (sereh), Citrus sp (jeruk nipis), Cycas revoluta (sikas), Zea mays (jagung), Bamboo sp (bambu).

Beberapa tanaman digunakan sebagai tanaman jalur tertentu seperti

Roystonia regia (palem raja), Veitchia merilii (palem putri), Oleina syzygium

(pucuk merah), Elaeis guineensis (sawit), dan Polyalthia longifolia (glodogan tiang). Kondisi vegetasi secara umum terawat, namun ada juga beberapa yang kurang terpelihara karena kurang pemangkasan. Beberapa jenis tanaman sayur seperti cabai, terong dan tomat juga cukup banyak terlihat, terutama pada pekarangan rumah prajurit karena sejak tahun 2014, TNI mulai menerapkan gerakan ketahanan pangan dimulai dari skala terkecil batalyon, yaitu rumah tangga.

Fungsi vegetasi di dalam Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 didominasi oleh fungsi ekologis dan fungsi estetis. Menurut Rachman (2000), fungsi ekologis tanaman adalah sebagai sumber oksigen, menurunkan suhu udara melalui evapotranspirasi, mengurangi kecepatan angin, menahan air, penyaring debu, mengurangi intensitas sinar matahari, menaungi, pembatas, pengarah, dan sebagainya. Sedangkan fungsi estetis menunjukkan daya tarik tanaman dari bentuk, tekstur, dan warna.

Menurut Alfian (2015) vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa lingkungan baik dari segi estetika, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, serta mengurangi bau. Bagian-bagian tumbuhan seperti daun batang dan akar yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berbagai ketidaknyamanan lingkungan akibat aktifitas manusia. Daun mampu memberikan kesejukan melalui proses transpirasi dan mengurangi debu dengan menahan partikel debu di udara. Batang dan tajuk daun mampu meredam bunyi. Bunga memberikan nilai estetika. Akar tumbuhan dapat menahan laju erosi dan menyediakan cadangan air dalam tanah.

Penghuni ksatrian

Sesuai aturan yang telah ditetapkan, Batalyon Artileri Medan 10 memiliki personil sebanyak 537 orang. Ada sekitar 216 orang yang telah berkeluarga dan sisanya belum berkeluarga. Warga ksatrian tinggal di rumah dinas yang telah disediakan. Rumah dinas di dalam ksatrian dibagi dalam beberapa kategori menurut luasannya, yaitu rumah tipe G-120, tipe G-90, tipe H-70, tipe H-60, tipe K-54, tipe K-45, tipe K-38, tipe K-27, tipe K-36, dan tipe K-21. Secara umum personil Batalyon Artileri Medan 10 dapat dikategorikan menurut pangkatnya, yaitu Perwira, Bintara dan Tamtama. Untuk informasi warga lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kategori warga penghuni Batalyon Artileri Medan 10

No Keterangan Jumlah (orang) (%)

1 Perwira 28 3 2 Bintara 110 11.8 3 Tamtama 372 40,1 4 Istri Prajurit 266 28.6 5 Anak 153 16.5 Jumlah 929 100

Dari Tabel 4 terlihat bahwa posisi piramida prajurit paling bawah berdasarkan jumlah dalam struktur prajurit adalah prajurit dengan pangkat tamtama, kemudian bintara dan paling atas adalah perwira. Sebagai anak buah, prajurit tamtama adalah pelaksana teknis utama, prajurit bintara merupakan motor untuk kegiatan dengan misi atau tujuan yang telah dirumuskan atau strategi yang diarahkan oleh prajurit perwira. Dengan kata lain, prajurit perwira berperan sebagai manajer bagi anak buahnya.

Berdasarkan usia, penghuni Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 didominasi oleh usia produktif. Ini dikarenakan ksatrian adalah komplek khusus bagi prajurit aktif yaitu prajurit dalam usia produktif. Jika prajurit sudah memasuki masa pensiun maka prajurit tersebut sudah tidak berhak untuk menempati rumah dinas batalyon. Jarang prajurit membawa serta keluarga seperti orang tua atau saudara lansia ke dalam lingkungan ksatrian. Dalam kehidupan batalyon, seorang istri prajurit memiliki kebebasan dalam menentukan pekerjaannya. Hanya saja istri prajurit yang tergabung dalam organisasi Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Prajurit) wajib turut aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan sesuai dengan petunjuk dan izin istri komandan batalyon sebagai Ibu Ketua Persit.

Dalam hidup beragama, prajurit beserta keluarganya memiliki kebebasan memeluk agama. Kegiatan ibadah masing-masing agama selalu difasilitasi oleh pihak batalyon terutama dalam ibadah rutin maupun perayaan hari-hari besar tertentu. Aktivitas pada tapak berlangsung secara rutin dari pagi hingga pagi hari kembali. Kegiatan pagi sampai siang dari hari senin sampai dengan sabtu didominasi oleh kegiatan prajurit seperti olah raga, apel, dan latihan lapangan. Pada hari-hari tertentu persit pun turut beraktivitas dengan agenda rutinnya seperti tenis, senam, pengajian dan korve (kerja bakti). Menjelang sore kegiatan di dalam ksatrian mulai beralih kepada kegiatan rutin keluarga dan bermasyarakat. Malam hari difokuskan pada kegiatan penjagaan keamanan.

Satuan bantuan tempur Batalyon Artileri Medan 10

Batalyon Artileri Medan 10 merupakan satuan penyangga Ibu Kota yang sering dilibatkan dalam tugas Pengamanan dan Bhakti TNI di Ibu Kota Jakarta. Alutsista yang dimiliki Batalyon Artileri Medan 10 adalah Meriam jenis 105 Tarik dan Roket Astros MLRS (Multi Launcher Rocket System). Batalyon Artileri Medan 10 saat ini dipimpin seorang Letnan Kolonel sebagai Komandan Batalyon (Danyon), dengan wakil seorang Mayor dan memiliki bawahan langsung Staf serta Komandan Baterai (Danrai). Gambar 7 adalah struktur organisasi di Batalyon Artileri Medan 10.

Awal mula pembentukan satuan ini bermula pada tanggal 14 juli 1962, saat Batalyon Artileri Medan 10 mendapatkan kesenjataan berupa meriam 76 mm dan diresmikan menjadi satuan Yonarmed 10 /76 mm Para oleh Menpangad. Pada saat itu satuan Yonarmed 10 berkedudukan di Cianjur, Jawa Barat. Berselang kurang lebih 1 bulan setelah peresmian, terjadi perubahan kedudukan pada tanggal 17 Agustus 1962, yaitu kedudukan Batalyon Artileri Medan 10/76 mm Para dipindahkan ke Ciluar, Kabupaten Bogor. Kemudian disusul perubahan jenis kesenjataan Yonarmed 10 menjadi meriam 105/GS pada tanggal 1 April 1986. Empat tahun kemudian, terjadi perubahan lagi dalam bidang kesenjataan menjadi

meriam 105/Tarik. Dan pada tahun 2015 ini kesenjataan bertambah dengan alutsista berupa senjata Roket yaitu Astros yang merupakan MLRS.

Batalyon Artileri Medan 10 memiliki lambang satuan yaitu BRADJAMUSTI. Makna lambang ini diambil dari bahasa bahasa sansekerta memiliki arti Pekarang Gagaman atau kilat dalam genggaman. Adapun asal usulnya dalam cerita pewayangan, Bradjamusti adalah seorang Ksatria yang berupa “Raksasa”. Dikisahkan telah terjadi peperangan dimana Raja Pringgandani yaitu Raden Harya Gatutkaca harus berhadapan langsung dengan Bradjadenta. Bradjamusti merasa kedaulatan negerinya dalam keadaan terancam dan dia percaya bahwa Raden Harya Gatutkaca berada di pihak yang benar. Maka sebagai alat negara dan sebagai Ksatria yang berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan, Bradjamusti membantu Gatutkaca untuk mengalahkan musuhnya dengan manjing (masuk) ke dalam telapak tangan kiri Gatutkaca. Sejak itulah Gatutkaca memiliki satu lagi kesaktian yaitu Ajian Bradjamusti. Akhir cerita, pemberontakan di negeri itu dapat diatasi oleh Raden Harya Gatutkaca berkat Ajian Bradjamusti yang dimilikinya. Lambang Bradjamusti kemudian menjadi salah satu simbol dalam logo satuan bersama dengan logo para atau simbol dari kemampuan personil satuan dalam melakukan terjun payung seperti pada Gambar 8.

Makna Lambang Batalyon Artileri Medan 10 secara detil sebagai berikut: 1. Kepalan tangan kiri dan kilat.

a. Warna Hitam dan Merah : Melambangkan keteguhan dan keberanian b. Tangan kiri mengepal : Melambangkan alat pemukul.

c. Kilat merah : Melambangkan kedahsyatan dan kecepatan. Gambar 7 Struktur organisasi

2. Cahaya ledakan.

Dilukiskan dengan warna kuning emas bersudut sepuluh buah yang melambangkan kedahsyatan dan keagungan. Sepuluh menunjukkan nomor urut kesatuan dari kesenjataan Armed.

3. Payung.

Dilukiskan dengan warna putih dengan tali payung berjumlah Tujuh. Arti putih melambangkan kesucian, kebersihan, kejujuran dan Tujuh menunjukkan bulan kelahiran Yonarmed 10 yaitu Bulan Juli, dimana Yonarmed 10 diresmikan dengan penuh keprihatinan dan kesucian. Tujuh disini juga melambangkan bahwa sebagai prajurit TNI Yonarmed 10 selalu memegang teguh Sapta Marga. Sedangkan payung melambangkan kemampuan gerak dari udara sebagai kesatuan Para, yang berarti juga dapat diterjunkan dimanapun dan di segala medan apapun.

Peraturan Terkait Pemanfaatan Ruang Ksatrian Aturan umum

Tidak banyak aturan tertulis yang mengatur tentang penggunaan ruang publik ksatrian, hanya ada pengaturan tentang penggunaan ruang oleh pihak umum (nonwarga ksatrian). Menurut Pasi Intel Batalyon Artileri Medan 10, pihak luar diizinkan untuk menggunakan fasilitas ruang publik ksatrian dengan mengajukan surat permohonan penggunaan fasilitas yang dimaksud, serta memuat rincian tujuan, waktu, dan jumlah pengguna. Untuk mengakses ruang di dalam ksatrian, pihak luar ksatrian harus mengikuti Prosedur Tetap Batalyon Artileri Medan 10 No R/03/Protap/I/2013 Bab 4 pada pasal Pengamanan Markas. Bahwa setiap tamu luar yang akan masuk berkunjung atau berkegiatan di dalam ksatrian maka diwajibkan melakukan prosedur berikut ini:

1. Tamu yang datang ke perkantoran terlebih dahulu melapor ke Provost kemudian diadakan pencatatan dibuku tamu Pos Provost.

2. Tamu wajib meninggalkan identitas diri di Pos Provost dan tamu militer yang membawa senjata api/tajam dititipkan di pos Provost dan disimpan dalam kotak penyimpanan yang telah disediakan.

3. Tamu diantar oleh petugas Provost menuju personel yang dituju. 4. Tamu kembali dicatat pada saat keluar ksatrian.

Waktu penggunaan ruang publik tidak dibatasi, namun kegiatan formal batalyon menjadi prioritas, terutama kegiatan yang bersifat seremonial dan terjadwal yang dilaksanakan pada ruang publik ksatrian. Pengguna ruang publik juga wajib menghormati tradisi batalyon dengan menghentikan kegiatan pada

Gambar 8 Lambang Batalyon Artileri Medan 10 (Sumber: Data Operasional Yonarmed 10)

jam-jam tertentu. Tabel 5 menunjukkan waktu-waktu khusus pelaksanaan tradisi/kegiatan rutin batalyon setiap harinya.

Tabel 5 Kegiatan rutin Batalyon Artileri Medan 10

Kegiatan Rutin Waktu Keterangan

1 Penaikan Bendera 06.00 WIB Senin s.d. Mingggu

2 Apel Pagi 08.00 WIB Senin s.d. Jumat

3 Pergantian Jaga Satri Sore 17.00 WIB Senin s.d. Minggu

4 Bendera 18.00 WIB Senin s.d. Minggu

5 Apel Malam 21.00 WIB Minggu s.d. Jumat

Sumber: Wawancara Pasiops Batalyon Artileri Medan 10

Ada beberapa ruang publik yang sering digunakan untuk aktivitas formal batalyon, seperti area yang berada di sekitar markas batalyon (lapangan bola dan sekitarnya, serta lapangan basket dan sekitarnya). Adanya prioritas kegiatan pada ruang publik membuat fungsi ruang publik tersebut menjadi kurang optimal. Warga cenderung beraktivitas di ruang publik yang tidak memiliki batasan waktu karena merasa lebih bebas beraktivitas kapanpun dan dimanapun tanpa khawatir mengganggu atau terganggu dengan aktivitas formal batalyon (dalam kasus ini adalah area perumahan warga). Aturan mengenai batas-batas antara ruang publik dan ruang privat dalam ksatrian masih kurang, karena masih banyak warga yang beraktivitas nonformal pada ruang privat. Penegasan aturan penggunaan ruang dalam ksatrian masih perlu ditingkatkan agar ruang tidak disalahgunakan sehingga ruang dapat berfungsi secara optimal.

Ruang publik dan fasilitasnya dapat digunakan oleh warga umum nonksatrian selama memenuhi prosedur yang telah ditetapkan. Seluruh pengguna ruang wajib menjaga ketertiban, kebersihan, kesopanan, serta menghormati segala peraturan dan tradisi yang ada di dalam ksatrian. Dalam Protap dijelaskan bahwa yang termasuk warga ksatrian adalah seluruh anggota/prajurit Satuan Artileri Medan dan istri serta anak yang telah tercatat oleh bagian personalia batalyon. Segala peraturan yang diterapkan di batalyon sepenuhnya dipertanggungjawabkan kepada komandan batalyon dengan pengawasan dan evaluasi lapangan dibantu oleh wakil komandan. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan markas ksatrian menjadi tanggung jawab komandan baterai markas, dan kontrol keamanan ksatrian menjadi tugas provoost yang dipertanggungjawabkan kepada perwira seksi intelijen batalyon.

Dari hasil observasi dan wawancara terdapat beberapa norma atau aturan tidak tertulis yang menonjol pada tapak, seperti norma dalam pemilihan jenis vegetasi, atribut, serta aturan jalur sirkulasi tapak. Jenis vegetasi yang diutamakan untuk ditanam pada ksatrian adalah jenis vegetasi dengan tajuk tidak terlalu rimbun dan tidak banyak memiliki cabang. Hal ini bertujuan agar tidak menghalangi pandangan demi alasan keamanan. Disarankan juga menggunakan jenis tanaman dengan daun yang tidak mudah rontok untuk alasan kebersihan.

Tata ruang

Berdasarkan dokumen Prosedur Tetap Nomor 20/V/2015 milik Batalyon Artileri Medan 10, secara garis besar terbagi menjadi lima ruang berdasarkan fungsinya, yaitu perkantoran, pergudangan, garasi kendaraan militer, perumahan prajurit, dan sarana olahraga. Ruang-ruang tersebut terbagi menjadi tiga

berdasarkan peruntukan penggunanya, yaitu privat, semi privat, dan publik (Gambar 9). Area pergudangan, perkantoran, dan garasi militer merupakan area privat ksatrian karena hanya boleh diakses oleh prajurit batalyon Artileri Medan

Dokumen terkait