• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Saat ini, ruang terbuka publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor, seluas 133 944.1 m2 (47.8% dari total lahan ksatrian) tersebar letaknya dengan selang ukuran area 5 422.3 m2 – 130 731.6 m2, fungsi dan model pemanfaatan yang suboptimal, elemen pembentuk ruang yang kurang beragam, dan terdapat aturan khusus tentang pemanfaatan area.

Dari segi pemanfaatan, warga belum memanfaatkan ruang terbuka publik ksatrian secara terpola, dan warga masih membutuhkan ruang terbuka publik sebagai ruang untuk bersosialisasi antar warga (bertemu, bercakap-cakap, bermain, dan lain-lain), juga sebagai ruang untuk mengasuh dan bermain anak.

Rencana untuk menghasilkan ruang terbuka publik ksatrian yang fungsional secara fisik dan sosial dilakukan dengan menata ulang tapak guna mendukung perbaikan kualitas lingkungan tapak sesuai dengan aturan yang berlaku pada ksatrian tersebut, dan pada saat yang bersamaan juga mampu mengakomodasi kebutuhan dan keinginan sosial warga penggunanya.

Perencanaan ruang terbuka publik dilakukan dengan menggunakan seluruh lahan ksatrian (280 000 m2) sebagai tapak perencanaan, sehingga ruang terbuka publik ksatrian menjadi bagian lahan yang tidak terpisahkan dari total ruang. Elemen vegetasi yang berfungsi ekologis dan arsitektur, serta fasilitas sosial yang diinginkan warga akan ditingkatkan jumlah dan fungsinya. Guna mendukung peningkatan kualitas kondisi lingkungan dan kebutuhan sosial warga ksatrian, ruang terbuka publik dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona sosial (130 731.6 m2), zona olahraga (5 422.3 m2), dan zona rekreasi (8 031.9 m2). Tiga zona ini saling terhubung dengan bagian ruang terbuka publik lainnya dengan jalan atau koridor hijau penghubung yang fungsional.

Saran

Untuk mendukung keasrian dan kemanfaatan ruang terbuka publik ksatrian yang direncanakan, maka disarankan:

1. membuat suatu aturan khusus pada skala ksatrian yang mendukung keberadaan dan keberlanjutan ruang terbuka publik baik dari segi aktivitas, pengguna, maupun penataan ruangnya;

2. perlu dilakukan sosialisasi model pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka publik ksatrian kepada pengguna, khususnya bagi pengguna yang merupakan warga ksatrian;

3. untuk meningkatkan kualitas visual yang atraktif sekaligus menciptakan harmonisasi dengan ruang lainnya, atribut identitas batalyon dapat dimanfaatkan sebagai elemen estetis atau landmark pada ruang publik ksatrian;

4. demi keamanan dan privasi ruang ksatrian, maka dapat dilakukan penanaman vegetasi jenis khusus sebagai batasan pada ruang-ruang privat maupun sebagai border pada sisi luar ksatrian.

5. untuk menghindari penyalahgunaan fungsi ruang, maka dalam penataan ruang publik perlu diprioritaskan fasilitas untuk balita, anak-anak dan remaja;

6. konsep yang telah dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan model bagi pengembangan ruang terbuka publik untuk digunakan dalam penataan kawasan ksatrian lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[Bagian Logistik Artileri Medan 10]. 2015. Prosedur Tetap Nomor 20/V/2015. Bogor (ID): Bagian Logistik Artileri Medan 10.

[Kementrian Pekerjaan Umum]. 2013. Direktori Istilah Bidang Pekerjaan Umum [Internet]. [diunduh 2013 Desember 8]. Tersedia pada: www.pu.go.id. [Kimpraswil]. 2003. Permukiman dan Prasarana Wilayah. Petunjuk Pelaksanaan

Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah. [Internet]. [diunduh

2015 Juni 19]. Tersedia pada:

http://download.lpjk.org/KEPMEN%20KIMPRASWIL%20NO%20339%2 02003.pd.

[Standar Nasional Indonesia (SNI)]. 2004. Standar Nasional Indonesia 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan kota [Internet]. [diunduh 2016 Januari 2]. Tersedia pada: http://pu.go.id/uploads/services/infopublik20120220101311.pdf

[Wikipedia]. 2014. Amenity [Internet]. [diunduh 2014 Februari 19]. Tersedia pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Amenity.

Alfian R. 2015. Pengaruh Bentuk dan Struktur Hutan Kota Terhadap Kenyamanan Termal Kota Malang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press Bogor.

Aycan Z, Eskin M. 2005. Relative Contributions of Childcare, Spousal Support, and Organizational Support in Reducing Work-Family Conflict for Men dan Women: The Case of Turkey. Sex Roles (53):453-471.

Bantley I. 1985. Responsive Environments. London (UK): The Architectural Press.

Blake R, Sekuler R. 2006. Perception, Fifth Edition. New York (US): McGraw-Hill.

Bodnar RK. 2011. Tourist aspects of assessing landscape change. GeoJournal of Tourism and Geosites 7(1):39-50.

Budiarsa IK. 2011. Pengaruh Revitalisasi Kawasan Terhadap Kualitas Ruang Publik dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Wilayah Pelabuhan Padangbai Kota Karangasem. Tesis Pascasarjana Universitas Udayana [Internet]. [diunduh pada 2014 Maret 12]. Tersedia pada:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-183-710552073-bab%201,2,3,4,5.pdf.

Carmichael DR, Willingham JJ, Schaller CA. 2003. Auditing Concept and

Methods: A Guide To Current Theory And Practice. New York (US):

Carmona. 2003. Public Places Urban Space: The Dimension of Urban Design. London (UK): Architectural Press.

Carr S. 1992. Public Space. Cambridge (UK): Cambridge University Press.

Chiara J, Koppelman LE. 1997. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta (ID): Erlangga.

Cullen G. 1961. Townscape. London (UK): Architectural Press.

Daniel TC, Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: The Scenic Beauty Estimation Method. New Jersey (US): USDA.

Danisworo M. 1992. Pemberdayaan Ruang Publik Sebagai Tempat Warga Kota Mengekspresikan Diri, Kawasan Gelora Bung Karno. Makalah Seminar dan Lokakarya Pemberdayaan Area Publik di Dalam Kota. Jakarta (ID): IAI. Darmawan E, Ratnatami A. 2005. Bentuk Makna Ekspresi Arsitektur Kota Dalam

Suatu Kajian Penelitian. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Darmawan E. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Semarang (ID): Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Effendy S, Aprihatmoko F. 2014. Kaitan ruang terbuka hijau dengan kenyamanan termal perkotaan. Jurnal Agromet 28(1):23-32.

Faisal S. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta (ID): Rajawali Pr. Foster HD. 1982. Environmental Aesthetics. Canada (CA): Victoria Univ Pr. Frick H, Suskiyatno B. 2011. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis: Konsep

Pembangunan Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Bandung (ID): ITB. Gehl J. 1987. Life between buildings. New York (US): Van Nostrand Reinhold

Company.

Gifford R. 1997. Environmental Psychology. New York (US): Allyn & Bacon. Grey GW, Deneke FI. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley and

Sons.

Hakim R, Utomo H. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Hester RT. 1984. Planning Neighborhood Space With People. New York (US): Van Nostrand Reinhold Company Inc.

Idrus M. 2011. Konstruksi Gender dalam Budaya [Internet]. [diunduh pada 2015 Juni 23]. Tersedia pada http://kajian.uii.ac.id/wp- content/uploads/2011/06/GENDER.pdf

Ilmiajayanti F dan Dewi DIK. 2015. Persepsi pengguna taman tematik kota Bandung terhadap aksesibilitas dan pemanfaatannya. Jurnal Ruang 1(1):21-30.

Laurie M. 1990. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung (ID): PT Intermatra.

Lynch K. 1981. Site Planning. London (UK): The MIT Pres Cambridge.

Madanipour A. 1996. Design of Urban Space: An Inquiry into a Socio-spatial Process. Chichester (UK): John Wiley & Sons Ltd.

Maldonado E, Montagnini F. 2004. Carrying capacity of La Tigra National Park, Honduras: can the park be self suistainable. Journal of Sustainable Forestry. 19(4):29-48.

Mehta V. 2007. A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress 2007 [Internet]. [diunduh pada 2015 Desember 30]. Tersedia pada: http://www.isocarp.net/Data/case_studies/983.pdf.

Nailufar B, Nuraini, Syahadat RM, Nurisjah S. 2015. Tourist preference of Lodok rice field, the spiderweb rice field from Manggarai Indonesia. Di dalam: Asian Cultural Landscape Association, editor. Proceeding 2015 Asian Cultural Landscape Association (ACLA) Symposium; 2015 Sept 11-13; Denpasar, Indonesia. Denpasar (ID): ACLA. hlm 1-5.

Naupan L. 2007. Peran Kualitas Visual untuk Mempertahankan Karakter Kawasan, Studi Kasus Penggal Jalan Ex. Perkantoran Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Nieuwolt S, McGregor GR. 1998. Tropical Climatology. England (UK): John Wiley & Sons Ltd.

Parker DH. 1920. The Principles of Aesthetics. Michigan (US): University of Michigan.

Parkinson J. 2012. Democracy and Public Space. London (UK): Oxford University Press.

Prasetyo AT. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang 2(1):14-25.

Pratama AA, Krisnatuti D, Hastuti D. 2014. Gaya pengasuhan otoriter dan perilaku bullying di sekolah menurunkan self-esteem anak usia sekolah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling 7(2):75-82

Pratiwi PI, Gunawan A. 2014. User Behavior on Specific Environment In Bogor Botanical Garden. Eco Resort and Destination Sustainability: Planning, Impact, and Development [Prosiding] (1) 1:143-152.

Rachman Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap, Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Pertamanan. Makalah pada Festival Tanaman VI-Himagron (Tidak Dipublikasikan). Bogor (ID): IPB.

Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Bandung (ID): CV Alfabeta.

Santoso, Normaliani S. 2011. Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran Udara [Skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Sari DY, Krisnatuti D, Yuliati LN. 2015. Stres ibu dalam mengasuh anak pada keluarga dengan anak pertama berusia di bawah dua tahun. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling 8(2):80-87.

Shirvani H. 1985. The Urban Design Process. New York (US): Van Nostrand Reinhold Co.

Simonds J. 1983. Landscape Architecture a Manual of Site Planning and Design. New York (US) : McGraw-Hill Book Co.

Sittadewi EH. 2008. Kondisi Lahan Pasang Surut Kawasan Rawa Pening dan Potensi Pemanfaatannya. Jurnal Teknik Lingkungan (9)3:294-301.

Soepraptohardjo, M. 1961. Tanah Merah di Indonesia. Pemberitaan Balai Besar

Penjelidikan Pertanian, Bogor. Bogor (ID).

Sukawi. 2007. Pelajaran Mahal Minimnya Ruang Bermain. Semarang (ID): Jurnal Undip Press.

Syahadat RM, Putra PT, Hasibuan MSR. 2015. Meaning of aesthetic value of mountain and hills of Baubau City. Di dalam: Nasrullah N, Nurisjah S, Syahadat RM, Nuraini, editor. Proceeding The Future Mountain and

Volcanoscape: Creativity to Prosperity; 2015 Sept 7-9; Mataram, Indonesia. Jakarta (ID): IALI. hlm 81-85.

Urban Land Institute. 1987. Mixed-use Development Handbook. Washington D.C. (US): The Community Builder Handbook Series.

Waltret F, Schulz T, Schläpfer Felix. 2011. The Role of Landscape Amenities in Regional Development: Evidence from Swiss Municipality Data. Land Use Policy Vol 28 Issue 4 [Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 19]. Tersedia pada: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264837711000032. Whyte WH. 1979. The Social Life of Small Urban Spaces. Washington D.C. (US):

The Conservation Foundation.

Yanti E, Juita E, Farida. 2013. Studi Tentang Tingkat Erosi Tebing Sungai Di Aliran Batang Palangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Pendidikan Geogafi (2)1:23-35.

Yulianto D. 2006. Persepsi Kualitas Estetika dan Ekologi pada Jalur Wisata Alam Taman Nasional Gede Pangrango [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dokumen terkait