• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN ULANG RUANG PUBLIK UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS LANSKAP KSATRIAN

BATALYON ARTILERI MEDAN 10, BOGOR

LISTYA ADERINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa usulan penelitian berjudul Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

LISTYA ADERINA. Perencanaan Ulang Ruang Publik untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor. Dibimbing oleh SETIA HADI dan SITI NURISJAH

Ksatrian, merupakan suatu kawasan permukiman untuk prajurit beserta keluarganya. Berbeda dengan permukiman biasa, di dalam ksatrian terdapat aktivitas kemiliteran, sehingga umumnya pada setiap ksatrian tidak hanya terdiri dari area perumahan, namun juga dilengkapi dengan area perkantoran, pergudangan, garasi kendaraan militer, dan area latihan fisik atau sarana olahraga. Ruang-ruang tersebut kemudian disebut sebagai ruang privat. Citra ruang yang tegas, kaku, dan monoton sengaja dimunculkan pada ruang privat sebagai ciri fisik atau penanda bahwa area tersebut bersifat terbatas dan hanya orang tertentu yang boleh mengaksesnya. Akan tetapi, kesan tersebut cenderung ditangkap oleh masyarakat umum sebagai kesan dari keseluruhan ruang ksatrian, termasuk ruang publik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih lanjut mengenai kondisi ruang, aktivitas ruang, dan pengguna ruang saat ini, serta menganalisis persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang publik Kstarian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis aspek legal pemanfaatan ruang, kondisi ruang, dan kondisi pengguna ruang publik, sebagai bahan rencana penataan peningkatan kualitas lanskap ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor.

Penelitian ini dilakukan pada ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor dengan luas area 166 765.8 m2. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dalam periode bulan Januari 2015 sampai dengan September 2015. Data primer berupa data hasil observasi dan hasil survei menggunakan alat bantu kuisioner dan in-depth interview, sedangkan data sekunder merupakan hasil dari penelusuran dokumen terkait. Data legal dianalisis secara deskriptif, data tata guna lahan dianalisis secara spasial, data visual dianalisis dengan menggunakan SBE, data fungsional ruang dianalisis dengan Indeks Keragaman Simpson dan Likert, data persepsi dan preferensi warga dianalisis dengan uji Chi-square dan deskriptif. Hasil analisis selanjutnya digunakan sebagai data untuk menyusun rencana penataan ruang terbuka publik pada tapak penelitian.

Hasil penelitian memperlihatkan area ruang publik yang tersebar dengan selang ukuran area 5 422.3 m2 – 130 731.6 m2, fungsi dan model pemanfaatan yang suboptimal, elemen pembentuk ruang yang kurang beragam, dan terdapat aturan khusus tentang pemanfaatan area. Luas ruang terbuka publik 133 944.1 m2 atau 47.8% dari lahan total ksatrian. Secara fisik, kualitas lingkungan juga masih rendah, yang dinyatakan dari nilai THI dan SBE. Dari segi pemanfaatan, warga membutuhkan ruang terbuka publik sebagai ruang sosial, ruang bermain anak sekaligus tempat mengasuh anak. Untuk menghasilkan ruang terbuka publik yang fungsional, maka kebutuhan dan keinginan sosial dari warga pengguna perlu diakomodasi dalam penatagunaan ruang, guna mendukung perbaikan kualitas tapak sesuai dengan aturan yang berlaku pada ksatrian tersebut.

(5)

vegetasi yang berfungsi ekologis dan arsitektur, serta fasilitas sosial yang diinginkan warga akan ditingkatkan jumlah dan fungsinya. Guna mendukung peningkatan kualitas kondisi lingkungan dan kebutuhan sosial warga ksatrian, ruang terbuka publik dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona sosial (130 731.6 m2), zona olahraga (5 422.3 m2), dan zona rekreasi (8 031.9 m2). Tiga zona ini saling terhubung dengan bagian ruang terbuka publik lainnya dengan jalan atau koridor hijau penghubung yang fungsional.

(6)

SUMMARY

LISTYA ADERINA. Public Space Replanning to Increase the Landscape Quality in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor. Supervised by SETIA HADI and SITI NURISJAH

Ksatrian, a settlement area for soldiers and their families. Unlike the usual settlement, in ksatrian there is military activity, so each ksatrian not only consists of a residential area, but is also equipped with an office area, warehouses, garages military vehicles, and the area of physical exercise or sports facilities. Those spaces are referred as a private space. The image of assertive, rigid and monotonous deliberately raised in private spaces as physical traits or markers that the area is limited and only certain people are allowed to access it. Therefore, researchers are interested in identifying and analyzing more about the current space condition, activity, and users, as well as analyze the users perceptions and preferences of public space in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor. The purpose of this study is to identify and analyze the legal aspects of space utilization, space conditions, and the condition of users of public space. Those are become the subject of restructuring plan to improve the quality of public space in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor.

This study was conducted in a public space in Ksatrian of 10th Field Artillery Battallion, Bogor, with an area of 166 765.8 m2. Primary and secondary data collection is done in the period from January 2015 until September 2015. The primary data consist of data from observation and surveys using a questionnaires tools and in-depth interviews. The secondary data consists of data from document retrieval. Legal data were analyzed descriptively, land use data analyzed spatially, visual data analyzed using the SBE, space functional data were analyzed by Simpson Diversity Index and Likert Index, the perception and preferences of residents were analyzed by Chi-square test and descriptively. Further results of analysis used as the data for planning the public open space at research sites.

The results showed the areas of public space are scattered with a range of sizes of area 5 422.3 m2 – 130 731.6 m2, suboptimal functionality and utilization model, the space-forming elements are less diverse, and there are specific rules on the use of the area. The size of public open spaces is 133 944.1 m2 or 47.8% of the total area of ksatrian. Physically, the environmental quality is still low, it can be seen from the value of THI and SBE. In terms of utilization, the residents need a public open space as a social space, a children's playground and a place of parenting. To generate a functional public open space, then the social needs and desires of the residents need to be accommodated in spacial planning, to support the improvement of the quality of the site in accordance with the applicable rules at the ksatrian.

(7)

zone (8 031.9 m2). These three zones are connected with other parts of public open space with a functional linking track, roads or a green corridor.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN ULANG RUANG PUBLIK UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS LANSKAP DI KSATRIAN

BATALYON ARTILERI MEDAN 10, BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)

Judul Tesis : Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor

Nama : Listya Aderina NIM : A451114021

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Setia Hadi, MS Ketua

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul Perencanaan Ulang Ruang Publik Untuk Meningkatkan Kualitas Lanskap Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor dipilih karena terdorong oleh keinginan penulis untuk dapat memberikan kontribusi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya Tentara Nasional Indonesia.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Setia Hadi, MS dan Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penyusunan tesis ini. Terima kasih atas kesabaran dan kebaikan hati Bapak dan Ibu selama ini. Kepada Dr Ir Aris Munandar, MS dan Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr sebagai dosen penguji yang memberikan banyak masukan untuk tesis ini. Kepada Pranawita Karina, Saputri Sapta, Balqis Tish Nailufar, Aini dan rekan-rekan Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012 dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Secara spesial penulis memberikan penghargaan tertinggi kepada Master Pangeran Ray March Syahadat dan Priambudi Putra yang telah banyak sekali membantu serta tidak bosan mendorong penulis tetap berjuang sampai akhir. Kepada keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Tesis ini penulis dedikasikan untuk si kecil Garuda Wiratama dan ayahnya, Lettu Arm Indra Wiratama. Semoga kita semua terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa, negara, dan dunia.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR ii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

Kerangka Pemikiran 4

2 METODOLOGI 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Data dan Metode Analisis 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum 11

Peraturan Terkait Pemanfaatan Ruang Ksatrian 20

Ruang Publik Ksatrian 25

Pengguna dan Aktivitas Ruang Publik Ksatrian 29

Perencanaan Ruang Publik 42

5 SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 54

(14)

DAFTAR TABEL

1. Jenis data, metode, dan teknik analisis data 7

2. Contoh skala Likert 9

3. Klasifikasi penilaian indikator kualitas ruang publik 14

4. Tata guna lahan 17

5. Kegiatan rutin Batalyon Artileri Medan 10 21 6. Standar dan kondisi ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 26 7. Luas ruang publik dan ruang privat Ksatrian Batalyon Artileri Medan

10 26

8. Kategori ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 dan fungsinya 27 9. Kategori pengguna ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 29 10.Jenis aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi Ruang Publik 1 31 11.Jenis aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi Ruang Publik 2 31 12.Kategori pengguna ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 33 13.Hasil uji Chi-square untuk variabel aktivitas dan kategori usia

pengguna ruang publik 35

14.Hasil uji Chi-square untuk variabel aktivitas dan jenis kelamin

pengguna ruang publik 36

15.Indeks Likert dalam penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang publik 39 16.Indeks Keragaman Simpson dalam penilaian keragaman pengguna

pada ruang publik 40

17.Indeks Keragaman Simpson dalam penilaian keragaman aktivitas

pengguna pada ruang publik 40

18.Fungsi, lokasi, dan jenis vegetasi dalam perencanaan 52

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran 5

2. Lokasi penelitian 6

3. Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan untuk sarana

olahraga (a) lapangan sepak bola dan (b) lapangan tenis 12 4. Tapak dengan kontur berlembah dimanfaatkan untuk area (a)

pergudangan dan (b) garasi 13

5. Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan untuk area (a)

permukiman prajurit dan (b) perkantoran 13

6. Denah Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 16

7. Struktur organisasi 19

8. Lambang Batalyon Artileri Medan 10 20

9. Denah ruang dan jalur pada ksatrian berdasarkan sifatnya 24 10.Gerbang utama Batalyon Artileri Medan 10 25 11.Denah sebaran ruang Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10,

Bogor 28

12.Fasilitas ruang publik ksatrian. Area (a) latihan fisik, (b)

(15)

13.Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 1 (a) bersepeda pada jalur track lari, (b) bermain layangan di tepi lapangan bola saat

ada pertandingan 31

14. Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 2 (a) bersepeda di lapangan basket, (b) bersepeda di gudang roket, dan (c)

membakar sampah di tepi lapangan basket 32

15.Saung buatan warga di area perumahan 33

16.Aktivitas tidak sesuai pada Ruang Publik 4 (a) menyuapi anak di jalan depan rumah, (b) bermain bola di lahan kosong perumahan, (c) bermain di tengah jalan perumahan, (d) duduk

bercakap-cakap di tepi jalan 34

17.Diagram hubungan aktivitas dan kategori usia penguna pada (a)

Ruang Publik 1 dan (b) Ruang Publik 4 36

18.Grafik hasil analisis SBE ruang publik Ksatrian Batalyon Armed

10 37

19.Panorama Ruang Publik 1 37

20.Panorama Ruang Publik 2 38

21.Panorama Ruang Publik 3 38

22.Panorama Ruang Publik 4 38

23.Diagram persepsi pengguna terhadap jalur sirkulasi ruang publik 41 24.Diagram preferensi pengguna terhadap kebutuhan fasilitas ruang

publik 42

25.Denah integrasi ruang dan keinginan pengguna ruang 44 26.Tingkat keeratan hubungan antar ruang publik pada Ksatrian

Batalyon Artileri Medan 10, Bogor 46

27.Bagan sirkulasi antar zonasi perencanaan ruang publik ksatrian 46

28.Block plan integratif antara ruang dan keinginan pengguna

ruang 48

29.Ilustrasi pocket park pada blok perumahan 50 30.Ilustrasi tandon air dan area hijau di sekitarnya 50

31.Ilustrasi Bangku penonton portable 51

32.Ilustrasi vegetasi peredam bising dan penyaring polutan 52

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelompok militer merupakan sebuah komponen penting kenegaraan karena menjadi garda terdepan perlindungan negara dalam hal pertahanan dan keamanan. Kelompok ini merupakan angkatan bersenjata yang dibentuk khusus oleh suatu negara. Militer Indonesia lebih dikenal sebagai TNI atau Tentara Nasional Indonesia. Secara teknis, prajurit TNI tinggal di lokasi kompleks militer yang telah ditentukan oleh negara. Umumya prajurit TNI diberikan fasilitas tempat tinggal di dalam suatu komplek militer atau disebut juga sebagai ksatrian.

Ksatrian, merupakan suatu kawasan permukiman untuk prajurit beserta keluarganya. Berbeda dengan kompleks permukiman biasa, di dalam ksatrian terdapat aktivitas kemiliteran, sehingga umumnya sebuah kompleks militer atau ksatrian tidak hanya terdiri dari area perumahan, namun juga dilengkapi dengan area perkantoran, pergudangan, garasi kendaraan militer, dan area latihan fisik atau sarana olahraga (Prosedur Tetap Nomor 20/V/2015 milik Batalyon Artileri Medan 10). Hal yang membedakan lainnya adalah aturan atau aspek legal yang mengikat aktivitas di dalamnya. Pada ksatrian, aturan yang diterapkan mengacu pada aturan tertulis atau dikenal sebagai Prosedur Tetap (Protap) yang telah disusun dan disetujui oleh komandan batalyon selaku pimpinan tertinggi. Selain aturan tertulis, beberapa norma militer juga melekat dalam setiap aspek kehidupan di dalam ksatrian.

Dominansi peraturan atau aspek legal dalam kehidupan ksatrian bertujuan untuk menjaga keamanan dan kedisiplinan lingkungan. Hal ini terlihat dari nuansa kerapihan, keseragaman, kebersihan, dan ketegasan yang cukup khas yang muncul pada setiap ksatrian. Nuansa tegas yang muncul tidak jarang menciptakan persepsi tersendiri bagi masyarakat luar, yaitu kesan kaku, statis cenderung monoton, dan dingin. Meskipun citra tegas, kaku, dan monoton sengaja dimunculkan pada ksatrian terutama untuk memberikan ciri fisik pada area privat sebagai area yang tidak sembarang orang boleh mengaksesnya, namun seringkali kesan yang ditangkap oleh masyarakat umum sebagai kesan keseluruhan ruang ksatrian termasuk pada area atau ruang publik.

Ruang dalam ksatrian terbagi menjadi dua berdasarkan sifat penggunaannya, yaitu ruang privat dan ruang publik. Ruang privat merupakan ruang dimana hanya prajurit yang diperbolehkan untuk mengaksesnya, dan ruang publik adalah ruang yang jangkauan penggunanya lebih luas tidak terbatas pada prajurit saja. Kenyataannya, pada mayoritas ksatrian, batasan dan nuansa antara kedua ruang tersebut tidak terlalu jelas karena pengorganisasian ruang yang tidak dibedakan baik dari segi penataan maupun pemilihan elemen ruangnya. Fungsi adanya perbedaan nuansa antara ruang privat dan ruang publik tidak hanya sebagai batasan fisik antar ruang, namun juga sebagai salah satu faktor optimalisasi fungsi dari masing-masing ruang.

(18)

dalamnya berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Berbeda pada ruang publik, sebagai wadah interaksi sosial (Madanipour 1996) dan aktualisasi diri (Sukawi 2007) tidak hanya prajurit namun juga keluarganya, memerlukan elemen humanis sehingga di dalam ruang tersebut dapat tercipta suatu kenyamanan fisik maupun psikologis untuk penggunanya.

Menurut Gutek (1991) dalam Aycan dan Eskin (2005), terdapat hubungan antara faktor pekerjaan dan faktor kehidupan sosial. Selain didukung dengan lingkungan kerja yang baik, kinerja prajurit juga dipengaruhi oleh kehidupan sosialnya. Kehidupan sosial prajurit yang baik akan diperoleh dari lingkungan sosial yang baik. Oleh karena itu, ksatrian yang merupakan ruang bekerja sekaligus tempat tinggal dan bersosialisasi prajurit, harus memiliki kualitas yang baik agar dapat mendukung kinerja maupun kehidupan sosial prajurit beserta keluarganya.

Tanpa mengabaikan aturan yang berlaku di dalam ksatrian, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi dan menganalisis lebih lanjut mengenai kondisi ruang, aktivitas, dan pengguna ruang publik saat ini, serta menganalisis persepsi dan preferensi terhadap ruang publik kompleks militer atau ksatrian dengan studi kasus di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor.

Hasil identifikasi dan analisis akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, sehingga didapat suatu perencanaan lanskap ruang publik yang berkualitas, harmonis dan sejalan dengan aturan yang berlaku. Peningkatan kualitas ruang bertujun untuk memberikan dampak positif bagi peningkatan produktivitas tidak hanya prajurit namun juga seluruh warga yang tinggal di dalamnya. Dengan terpenuhinya kualitas kawasan yang baik, maka diharapkan kinerja prajurit menjadi lebih baik, hubungan antar warga dapat terjalin dengan baik dan anak-anak dapat bermain dengan baik sehingga mendukung terbentuknya suatu keluarga militer yang baik dan berkualitas.

Perumusan Masalah

Ruang publik yang berkualitas merupakan ruang publik yang mampu merespon kebutuhan manusia dari berbagai aspek dan sendi kehidupan (Budiarsa 2011), atau menurut Madanipour (1996) harus mampu menyediakan akses fisik maupun visual kepada semua penggunanya. Terpenuhinya suatu ruang publik yang berkualitas pada suatu kawasan, diharapkan akan membawa peningkatan kualitas bagi hidup maupun kehidupan manusia di dalamnya.

(19)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan arsitektural atau keruangan dan pendekatan pengguna. Kondisi ruang, pengguna ruang, dan aktivitas di dalamnya diamati dan dibahas berdasarkan teori ilmu arsitek ruang serta pemanfaatannya. Untuk didapat suatu perencanaan lanskap ruang publik yang berkualitas, maka lebih lanjutnya perlu teliti mengenai: 1. bagaimana aspek legal yang mengatur pemanfaatan ruang publik di di

Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini?

2. bagaimana kondisi ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini?

3. bagaimana kondisi pengguna dan aktivitas ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini?

4. bagaimana perencanaan lanskap yang dapat meningkatkan kualitas kawasan Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan pada subbab sebelumnya mengenai ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor, maka penulis termotivasi dalam melakukan penelitian untuk:

1. mengidentifikasi dan menganalisis aspek legal pemanfaatan ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini;

2. mengidentifikasi dan menganalisis kondisi ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 ;

3. mengidentifikasi dan menganalisis kondisi pengguna dan aktivitas ruang publik di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini; dan

4. menyusun perencanaan ruang publik Ksatrian Artileri Medan 10 untuk meningkatkan kualitas kawasan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberi banyak manfaat antara lain sebagai berikut:

1. dapat memperkaya ilmu pengetahuan, terutama ilmu perencanaan dalam arsitektur lanskap, khususnya di bidang lanskap kawasan militer;

2. dapat dijadikan masukkan kepada pihak Batayon terutama dalam penataan ruang publik ksatrian yang dapat meningkatkan kualitas kawasan;

3. dapat berkontribusi dalam usaha meningkatkan kualitas SDM prajurit beserta warga melalui peningkatan kualitas kawasan ksatrian; dan

4. dapat menjadi masukan kepada TNI dalam rencana pembangunan atau pengembangan ksatrian-kesatrian di Indonesia di masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

menuntut Satuan Artileri Medan memiliki penataan ruang kesatrian yang lebih kompleks dibandingkan satuan lainnya. Fasilitas di dalam kesatrian harus dapat mendukung proses penyimpanan dan perawatan senjata perorangan, transportasi maupun alutsista dengan sesuai standar yang ditentukan.

Ruang yang dijadikan objek dalam penelitian perencanaan ini adalah ruang publik ksatrian, yaitu ruang yang bersifat fleksibel penggunaannya dibandingkan ruang-ruang lainnya dan dapat diakses oleh masyarakat umum dengan prosedur tertentu. Dalam pembahasan penelitian terutama pada subbab sintesis, difokuskan pada kebutuhan faktor-faktor penunjang peningkatan kualitas lingkungan hidup manusia secara umum melalui hasil analisis data observasi, kuesioner, dan wawancara sebelumnya. Pengguna kawasan publik pada penelitian ini dibatasi pada status warga yang bertempat tinggal di lingkungan dalam ksatrian, yang diatur dalam Prosedur Tetap Yonarmed 10.

Hasil penelitian ini dilakukan sampai pada tahap perencanaan tapak yaitu berupa perencanaan (siteplan) ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor, Ciluar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar menjelaskan bahwa dalam setiap ksatrian terdapat aspek legal yang mengatur kehidupan di dalamnya, termasuk dalam penataan ruang. Ruang ksatrian etrbagi menjadi ruang privat dan ruang publik menurut sifatnya. Objek dalam penelitian difokuskan pada ruang publik ksatrian. Ruang publik memiliki dua elemen utama, yaitu lahan sebagai fisik ruang dan warga sebagai pengguna ruang. Pada penelitian ini, secara fisik ruang akan diidentifikasi dan dianalisis fungsi dan fasilitas di dalamnya. Dari segi pengguna, aktivitas warga juga akan diidentifikasi dan dianalisis aktivitas pasif dan aktifnya. Hasil identifikasi dan analisis tersebut akan digunakan sebagai input konsep perencanaan ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10. Keberadaan area privat ksatrian akan tetap menjadi bagian dari perencanaan, sehingga diharapkan hasil perencanaan ruang publik akan harmonis dan sejalan dengan fungsi dan tujuan utama batalyon sebagai sebuah kompleks militer.

2 METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

(21)

Data dan Metode Analisis

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yaitu data hasil observasi, survei menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam. Data sekunder adalah data hasil dari metode penelusuran dokumen. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, kuisioner, dan pengamatan perilaku masyarakat pengguna, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Jenis data, metode, dan teknik analisis data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Dalam mengidentifikasi dan menganalisis kualitas ruang publik dilakukan tiga macam pendekatan, yaitu melalui pendekatan ruang, pendekatan pengguna dan aspek legal pemanfaatan ruang publik. Pada pendekatan ruang dilakukan identifikasi tata guna lahan, fasilitas dan daya dukung ruang publik ksatrian. Adapun metode yang digunakan adalah observasi partisipatori dan studi literatur, dengan analisis yang digunakan adalah perhitungan daya dukung, standar ruang publik menurut SNI, analisis deskriptif, dan spasial.

Pada pendekatan pengguna ruang digunakan dua macam indikator yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional ruang yang dilengkapi dengan preferensi pengguna terhadap fasilitas ruang publik. Metode yang digunakan adalah observasi, survei dengan alat bantu kuesioner dan in-depth interview. Kuesioner dilakukan terhadap responden secara acak namun tetap mewakili struktur yang ada (random stratified sampling). Responden terdiri laki-laki dan perempuan yang merupakan warga ksatrian berumur dewasa, dan daro masing-masing golongan

(22)

pangkat prajurit, yaitu perwira, bintara, dan tamtama diambil sampel perwakilannya. Adapun latar belakang pendidikan responden antara lain SMP, SMA, D3, D4/S1, dan S2.

Metode kuesioner digunakan untuk mendapatkan data preferensi pengguna terhadap fasilitas, dan persepsi mengenai visual ruang. Jumlah responden untuk mendapatkan data preferensi fasilitas dan persepsi visual ruang adalah sebanyak 50 orang responden yang merupakan warga ksatrian sebagai pengguna ruang. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas pengguna pada ruang publik

Gambar 2 Lokasi penelitian (Sumber: maps.google.com)

wikimapia.com Google Earth

(23)

mengadopsi metode Pratiwi dan Gunawan (2014) yang dimodifikasi. Pengamatan aktivitas pengguna dilakukan di 4 lokasi ruang publik batalyon, yaitu Ruang Publik 1 (lapangan bola, lapangan voli batalyon, track lari, area pohon dan rumput sekitar lapangan bola, lapangan sepak takraw), Ruang Publik 2 (lapangan basket, taman persit, lapangan tenis, area penghijauan batalyon), Ruang Publik 3 (kolam renang, taman bermain anak, lapangan rumput tepi kolam, kantin markas, koperasi, halaman koperasi), dan Ruang Publik 4 (jalan perumahan, lahan kosong tepi jalan perumahan). Masing-masing lokasi ruang publik diamati aktivitas penggunanya dalam satu hari tertentu pada waktu sore (15.00 – 17.00). Pemilihan hari pengamatan didasarkan pada hari dimana ruang publik paling optimal digunakan oleh warga batalyon, yaitu hari Jumat. Metode pengambilan sampel pengamatan yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengguna yang merupakan warga batalyon yang beraktivitas di sekitar lokasi pengamatan. Dalam tahapan ini dilakukan observasi lokasi dan aktivitas pengguna ruang publik. Data perubahan aktivitas pengguna dicatat dalam tabel dan didokumentasikan dengan menggunakan kamera digital. Aktivitas yang tidak sesuai dengan fungsi ruang publik dapat dikatakan sebagai ketidaksesuaian pemanfaatan ruang oleh pengguna. Dari data yang didapat kemudian dilakukan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara aktivitas dan jenis pengguna ruang publik.

Tabel 1 Jenis data, metode, dan teknik analisis data

No Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Teknik Analisis

1 Identifikasi dan

Pengukuran kualitas visual ruang digunakan analisis Scenic Beauty

Estimation (SBE) dengan responden adalah warga ksatrian sebagai pengguna

(24)

kesesuaian pemanfaatan ruang publik oleh pengguna dengan analisis Skala Likert. Dari keenam variabel kualitas ruang, penelitian ini hanya menggunakan dua variabel yaitu keragaman pengguna dan keragaman aktivitas dengan analisis Indeks Keragaman Simpson. Hal ini dikarenakan tapak penelitian merupakan suatu ruang publik pada ksatrian dengan aturan yang meregulasi penggunaan ruang baik waktu, durasi, maupun penggunanya, sehingga pada variabel seperti intensitas penggunaan ruang, sebaran aktivitas pengguna, intensitas aktivitas sosial, dan durasi aktivitas pengguna terbatasi oleh aturan waktu penggunaan dari pihak pengelola.

Scenic Beauty Estimation (SBE)

Penilaian visual menggunakan metode sceenic beauty estimation (SBE). Instrumen yang digunakan untuk SBE ini yaitu sebanyak 30 responden dihadirkan pada tapak untuk melihat panorama dan memberikan penilaian dengan skala 1-10. Nilai 1 menunjukkan kualitas visual lanskap yang rendah sedangkan nilai 10 menunjukkan kualitas visual yang tinggi. Penilaian yang dilakukan langsung di tapak memiliki alasan untuk menghindari bias akibat kesalahan pengambilan titik pandang (Bodnar 2011). Penilaian kualitas visual dengan menghadirkan responden langsung pada tapak pernah juga dilakukan oleh Syahadat et al. (2015). Hasil penelitian yang dilakukan Nailufar et al. (2015) juga mendukung pernyataan bahwa perbedaan titik pandang memengaruhi hasil penilaian kualitas visual pada metode SBE.

Masing-masing objek dihitung frekuensi (f), frekuensi kumulatif (ef), peluang kumulatif (cp), nilai z untuk setiap foto atau gambar dan nilai z rata-rata. Potensi pembanding dalam perhitungan SBE ini adalah objek yang memiliki nilai z rata- rata terkecil. Selanjutnya nilai SBE suatu foto atau gambar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil akhir masing-masing SBE adalah nilai kuantitatif dari keindahan pemandangan untuk foto atau gambar. Selanjutnya keindahan yang telah dinilai, dikelompokan menjadi tiga tingkatan keindahan yaitu tingkat keindahan tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan nilai tengah dan standar deviasi sebagai berikut:

Keterangan:

� : Nilai tengah

(25)

Keterangan:

s : Standar deviasi Ῡ : Nilai tengah

Yi : Nilai pengamatan ke – i n : Jumlah pengamatan

Klasifikasi kualitas visual ruang didasarkan pada klasifikasi menurut Daniel dan Boster (1976) yaitu jika nilai SBE di bawah – 20 termasuk buruk, jika nilai SBE di antara – 20 hingga 20 termasuk sedang, dan jika nilai SBE melebihi 20 termasuk baik.

Skala Likert

Pada penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang publik oleh warga, digunakan metode penilaian dengan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur menjadi dimensi, yang kemudian dijabarkan menjadi sub variabel. Kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator ini dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden atau penilai (Tabel 2).

Tabel 2 Contoh skala Likert

Pernyataan Tidak Puas Kurang Puas Puas Sangat Puas

…… 1 2 3 4

Dari data observasi aktivitas pengguna ruang yang telah terkumpul kemudian dilakukan skala pengukuran dan pemberian skor. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1 sampai 3. Skala pengukuran untuk variabel kesesuaian aktivitas dengan fungsi dan fasilitas ruang publik. Selanjutnya dibagi ke dalam tiga kategori yakni:

1. Sangat sesuai diberi skor 3 2. Agak sesuai diberi skor 2 3. Tidak sesuai diberi skor 1

Setelah skor diperoleh lalu dicari rata-rata skor per ruang publik, kemudian dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi dan diubah dalam bentuk persen, sehingga didapat persentase tingkat kesesuaian pemanfaatan ruangnya.

Rumus Index Likert (%) = Total Skor / Y x 100

Indeks Keragaman Simpson

Keragaman pengguna dan keragaman aktivitas pada ruang publik diukur dengan menggunakan metode Indeks Keragaman Simpson (Simpson’s Diversity

(26)

analisis keanekaragaman hayati dalam ranah ilmu lingkungan. Meskipun begitu, teknik ini dapat dipergunakan dalam pengukuran pemanfaatan ruang publik karena memiliki kesamaan prinsip. Keanekaragaman hayati memiliki dua faktor utama, yaitu kekayaan (richness) dan ke-rata-an (evenness). Prinsip ini juga sesuai dengan prinsip dasar yang dipergunakan dalam mendefenisikan sifat “publik” ruang sebagaimana digagaskan oleh Parkinson (2012). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekayaan (richness). Dalam ranah kajian keanekaragaman hayati, kekayaan dapat diinterpretasikan sebagai jumlah dari jenis organisme yang muncul di suatu kawasan. Hal yang sama juga ditemukan dalam konteks pemanfaatan ruang publik, berupa keanekaragaman jenis aktivitas atau keanekaragaman karakteristik pengguna ruang (user).

2. Ke-rata-an (evenness). Dalam ranah kajian keanekaragaman hayati, kekayaan (richness) harus diimbangi oleh kesamaan jumlah individu dari setiap jenis organisme yang muncul. Jumlah jenis organisme yang banyak tetapi apabila individu-individunya mengelompok di salah satu jenis, hal ini tidak dapat dikatakan sebagai komunitas yang beranekaragam. Konteks yang sama juga harus dipenuhi dalam konteks pemanfaatan ruang publik, dimana ruang publik harus semaksimal mungkin menampung aktivitas dan pengguna yang beragam dan tidak boleh ada dominansi individu atau aktivitas didalamnya. Sebaik mungkin keberagaman aktivitas terjadi secara merata, demikian juga tidak ada individu yang dominan.

Formula Simpson’s Diversity Index adalah sebagai berikut :

Simpson’s Diversity Index = 1 – D

…. (7)

…. (8)

Keterangan:

n : jumlah individu dalam kategori tertentu N : jumlah total individu dari semua kategori

Persamaan (7) dipergunakan apabila populasi bersifat tertentu dan persamaan (8) dipergunakan apabila populasi bersifat tak tentu. Hasil perhitungan dengan nilai indeks 0 s.d. 0.3 dikatakan memiliki keragaman rendah, hasil perhitungan dengan nilai indeks 0.31 s.d. 0.67 dikatakan memiliki keragaman sedang, dan hasil perhitungan dengan nilai indeks 0.67 s.d. 1 dikatakan memiliki keragaman tinggi.

Uji Khi kuadrat (Chi -square)

(27)

reabilitas dengan metode belah dua (Rianse dan Abdi 2009). Perangkat lunak yang digunakan dalam menggolah data survei antara lain Microsoft Excel 2007, SPSS 16, dan MINITAB 14. Adapun formulasinya sebagai berikut:

Keterangan:

X2 : Chi-square

O : Frekuensi hasil observasi E : Frekuensi yang diharapkan

Adanya hubungan antara latar belakang pengguna dan ketidaksesuaian aktivitas pengguna menunjukkan bahwa masih adanya pengguna dengan latar belakang tertentu (gender dan atau usia) yang belum terakomodasi kebutuhannya pada ruang publik tersebut. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi bagian dasar perencanaan ruang publik terutama dalam memenuhi kebutuhan fasilitas dan aktivitas pengguna ruang.

Perencanaan ruang publik ksatrian

Hasil dari analisis aspek legal, ruang, dan pengguna ruang, selanjutnya akan digunakan untuk merencanakan ruang publik ksatrian dengan menggunakan metode tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana (Rachman 1984). Proses ini meliputi tahap inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Penelitian ini dibatasi sampai pada tahap perencanaan dengan tetap mengacu pada Protap batalyon sebagai aturan baku kehidupan di dalam ksatrian.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lokasi dan aksesibilitas

Batalyon Artileri Medan 10 merupakan satuan tempur di bawah Kostrad TNI AD yang terletak di Jalan Cimandala Raya, Desa Cimandala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara administratif, Desa Cimandala berbatasan dengan Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong di sebelah Utara, Desa Pasir Laja, Kecamatan Sukaraja di sebelah Timur, Desa Ciluar dan Desa Ciparigi sebelah Selatan, dan Desa Cilebut serta Desa Karadenan di sebelah Barat. Tapak jalan dapat diakses melalui Jalan Raya Bogor maupun dari Jalan Raya Karadenan. Informasi orbitrasi Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, yaitu, jarak ke Ibukota Kabupaten Bogor 6 km, jarak ke Ibukota Kota Bogor 11 km, jarak ke Ibukota Provinsi ± 120 km dan jarak ke Ibukota Negara ± 52 km.

(28)

yang tidak terlalu jauh dari ibukota daerah dengan tujuan agak alutsista dan mobilisasi pasukan dapat bergerak dengan mudah menuju area vital jika terjadi penyerangan. Diutamakan posisi ksatrian diletakkan di kontur tinggi sehingga personil batalyon memiliki jarak pantau yang luas dan leluasa dalam mengamati pergerakan musuh. Menurut teori peperangan, ketika musuh dalam keadaan terdesak, maka kecenderungan musuh akan mencari tempat berlindung, dan tempat berlindung yang paling ideal adalah di atas atau di punggung bukit. Oleh karena itu, batalyon artileri medan diharapkan mampu menghancurkan musuh sebelum musuh sempat berlindung dan kembali menyusun kekuatan.

Meskipun Ksatrian Batalyon Armed 10 tidak berada tepat di bukit yang tinggi, namun jika dilihat dari kontur sekitar tapak, batalyon ini memiliki posisi strategis berbukit dan bertebing dengan jarak pandang yang cukup untuk mengamati lingkungan sekeliling (360o). Batas tapak sebelah barat diperjelas dengan akses jalan raya yang terbuat dari aspal, sedangkan batas tapak sebelah barat laut diperjelas dengan tebing dengan akses jalan setapak yang kecil dan curam dari desa tetangga. Batas tapak sebelah timur agak membaur dengan perumahan dan sawah milik warga desa tetangga karena hanya ditanam pohon bambu sebagai penghalang pandangan dari luar tapak, namun pada bagian tenggara sudah mulai dibangun batas tembok besar yang jelas membatasi wilayah terutama untuk area pergudangan roket dan munisi.

Topografi

Tapak memiliki koordinat 6o31’28,32”S 106o49’13,25”E dan berada di ketinggian 100 mdpl berkontur membentuk bukit dan lembah kecil yang berbatasan langsung dengan aliran sungai dan tebing. Keadaan topografi berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pada tapak. Kondisi saat ini, bagian tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan sebagai area sarana olahraga bersama seperti lapangan bola, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan sepak takraw, dan kolam renang (Gambar 3). Untuk tapak dengan kontur berlembah lebih banyak dimanfaatkan sebagai area pergudangan, garasi, dan latihan tembak (Gambar 4). Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan mayoritas sebagai area perkantoran dan perumahan (Gambar 5).

(a) (b)

Gambar 3 Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan untuk sarana olahraga (a) lapangan sepak bola dan (b) lapangan tenis

(29)

menghindari bahaya banjir dan akibat erosi. Tapak dengan kontur berbukit dimanfaatkan sebagai area olahraga terbuka agar air hujan dapat teresap secara optimal, juga meminimalisasi bahaya longsor akibat adanya beban bangunan. Tujuan pemilihan tapak berlembah sebagai tempat penyimpanan munisi dan alutsista adalah agar lokasinya tidak mudah diketahui oleh musuh karena tertutup dengan vegetasi pohon dan semak sebagai penghalang. Secara tidak langsung, kontur tanah yang bergelombang ini menciptakan batas-batas alami antara ruang privat dan ruang publik.

(a) (b)

Gambar 4 Tapak dengan kontur berlembah dimanfaatkan untuk area (a) pergudangan dan (b) garasi

(a) (b)

Gambar 5 Tapak dengan kontur menengah dimanfaatkan untuk area (a) permukiman prajurit dan (b) perkantoran

Tanah

(30)

Menurut Arsyad (1989), sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik dan kesuburan tanah. Tanah latosol mempunyai jenis tekstur tanah yang didominasi oleh lempung berdebu hingga lempung berliat. Dengan tekstur ini maka tanah Latosol mempunyai kapasitas infiltrasi yang baik sehingga butis hujan yang jatuh pada bidang tanah akan mudah masuk ke dalam lapisan tanah dan menekan besarnya aliran permukaan tanah. Fenomena tersebut menyebabkan tanah Latosol mempunyai nilai kepekaan erosi yang sangat rendah yaitu dengan skor 0.02 – 0.04.

Kondisi tanah di lokasi penelitian terlihat stabil dengan adanya tanaman tutupan lahan di setiap kemiringan sehingga meminimalkan terjadinya erosi maupun terjadinya proses pencucian lapisan tanah atas (top soil) pada saat hujan. Untuk kebutuhan tanaman hias dan tanaman sayur rumah tangga, kondisi kesuburan tanah di ksatrian sudah mencukupi, walaupun akan lebih baik jika diberikan bahan tambahan seperti bahan organik dari pupuk kompos untuk meningkatkan nutrisi pada tanaman maupun memperbaiki struktur tanah. Pada area kritis akan lebih baik jika ditindaklanjuti secara serius untuk mencegah terjadinya longsor. Menambah vegetasi yang tumbuh di area tebing dan tidak membuat kolam pada sisi atas tebing, merupakan beberapa cara teknis yang dapat dilakukan pihak batalyon untuk mencegah terjadi longsor. Sebagai tindakan pencegahan, menghindari pembangunan permukiman warga di area-area kritis (baik pada bagian atas tebing maupun bawah tebing) juga dapat meminimalkan timbulnya korban dari warga setempat jika terjadi longsor. Sedangkan untuk penanganan lebih lanjut seperti pembuatan bangunan penahan tebing harus dilakukan secara serius bersama dengan pemerintah daerah.

Tata guna lahan

Batalyon Artileri Medan 10 memiliki luas kawasan ksatrian sebesar 280 000 m2, dengan luas bangunan yang dapat dihuni oleh seluruh anggota seluas 22 058 m2. Tata guna lahan di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 menurut Protap atau Prosedur Tetap Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 6 menunjukkan

4 Luas lapangan olahraga 17 044

5 Luas taman 1 500

6 Luas halaman dipelihara 10 000

7 Luas perkebunan 202 389

8 Luas lapangan tembak 18 000

Luas Total 280 000

Sumber: Data Logistik Armed 10

Iklim

(31)

Batalyon Artileri Medan 10 membawa manfaat terutama dalam pemeliharaan tanaman di dalam ksatrian. Tidak memerlukan penyiraman khusus kecuali pada masa kering atau saat curah hujan sangat rendah.

Indikator kenyamanan termal suatu ruang dapat dilihat dengan menggunakan rumus THI atau Thermal Humidity Index dari Niewolt (1998). Jika dihitung berdasarkan data rerata iklim mikro secara umum di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, Bogor, maka:

THI = 0.8 TRata-rata + (RHRata-rata x TRata-rata) = 0.8 (29) + (67.5 x 29)

500 500 = 23.2 + 3.92 = 27.12

Tapak memiliki angka Indeks Kenyamanan Termal sebesar 27.12. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi iklim mikro pada tapak tergolong sedang atau netral, dan masih dalam toleransi nyaman bagi warga penghuni. Menurut Kurnia et al. (2010) bahwa indeks kenyamanan untuk kondisi nyaman dan ideal bagi manusia di Indonesia yaitu berada pada kisaran THI 19,9 – 27. Nilai THI pada tapak masih berpotensi untuk diturunkan dengan cara memperbanyak vegetasi pada ruang terbuka yang tersedia.

Keberadaan vegetasi pada ruang terbuka berfungsi sebagai pengontrol radiasi sinar matahari dan suhu dengan menyerap panas dari pancaran sinar matahari sehingga menurunkan suhu dan iklim mikro (Hakim dan Utomo 2003). Semakin banyak vegetasi maka semakin banyak O2 dan uap air (H2O) yang

dihasilkan sehingga akan memberikan efek penurunan pada suhu udara (Prasetyo 2012). Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara yang tinggi (dapat mencapai hingga 35oC), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu, yang menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal suatu ruang untuk kondisi iklim tropis panas lembab (Talarosa 2005).

Vegetasi

Hasil inventarisasi pada tapak, terdapat berbagai jenis dan kelompok vegetasi seperti tanaman pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah. Beberapa jenis tanaman pohon besar yang mendominasi antara lain adalah jenis

Nephelium lappaceum (rambutan), Mangifera sp. (mangga), Syzygium aqueum

(jambu air), Abrus precatorius (saga), Ceiba pentandra (kapuk), Swietenia

mahogani (mahoni), Averhoa carambola (belimbing buah), Acacia sp. (akasia),

Araucaria heterophylla (cemara norflok), Tectona grandis (jati), Cocos nucifera

(kelapa), Filicium decipiens (kiara payung), Ficus benjamina (beringin), Thuja

orientalis (cemara kipas), Muntingia calabura (kersen), dan Cerbera manghas

(bintaro). Selain pohon besar, jenis tanaman lain non pohon (perdu, semak, penutup tanah dan rumput) yang banyak ditemui pada tapak antara lain adalah (pisang), Axonopus compressus (rumput gajah), Zoysia matrella (rumput manila),

Cordyline sp. (hanjuang), Manihot esculenta (singkong), Acalypha macrophylla

(32)
(33)

Beberapa tanaman digunakan sebagai tanaman jalur tertentu seperti

Roystonia regia (palem raja), Veitchia merilii (palem putri), Oleina syzygium

(pucuk merah), Elaeis guineensis (sawit), dan Polyalthia longifolia (glodogan tiang). Kondisi vegetasi secara umum terawat, namun ada juga beberapa yang kurang terpelihara karena kurang pemangkasan. Beberapa jenis tanaman sayur seperti cabai, terong dan tomat juga cukup banyak terlihat, terutama pada pekarangan rumah prajurit karena sejak tahun 2014, TNI mulai menerapkan gerakan ketahanan pangan dimulai dari skala terkecil batalyon, yaitu rumah tangga.

Fungsi vegetasi di dalam Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 didominasi oleh fungsi ekologis dan fungsi estetis. Menurut Rachman (2000), fungsi ekologis tanaman adalah sebagai sumber oksigen, menurunkan suhu udara melalui evapotranspirasi, mengurangi kecepatan angin, menahan air, penyaring debu, mengurangi intensitas sinar matahari, menaungi, pembatas, pengarah, dan sebagainya. Sedangkan fungsi estetis menunjukkan daya tarik tanaman dari bentuk, tekstur, dan warna.

Menurut Alfian (2015) vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa lingkungan baik dari segi estetika, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, serta mengurangi bau. Bagian-bagian tumbuhan seperti daun batang dan akar yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berbagai ketidaknyamanan lingkungan akibat aktifitas manusia. Daun mampu memberikan kesejukan melalui proses transpirasi dan mengurangi debu dengan menahan partikel debu di udara. Batang dan tajuk daun mampu meredam bunyi. Bunga memberikan nilai estetika. Akar tumbuhan dapat menahan laju erosi dan menyediakan cadangan air dalam tanah.

Penghuni ksatrian

Sesuai aturan yang telah ditetapkan, Batalyon Artileri Medan 10 memiliki personil sebanyak 537 orang. Ada sekitar 216 orang yang telah berkeluarga dan sisanya belum berkeluarga. Warga ksatrian tinggal di rumah dinas yang telah disediakan. Rumah dinas di dalam ksatrian dibagi dalam beberapa kategori menurut luasannya, yaitu rumah tipe G-120, tipe G-90, tipe H-70, tipe H-60, tipe K-54, tipe K-45, tipe K-38, tipe K-27, tipe K-36, dan tipe K-21. Secara umum personil Batalyon Artileri Medan 10 dapat dikategorikan menurut pangkatnya, yaitu Perwira, Bintara dan Tamtama. Untuk informasi warga lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kategori warga penghuni Batalyon Artileri Medan 10

No Keterangan Jumlah (orang) (%)

(34)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa posisi piramida prajurit paling bawah berdasarkan jumlah dalam struktur prajurit adalah prajurit dengan pangkat tamtama, kemudian bintara dan paling atas adalah perwira. Sebagai anak buah, prajurit tamtama adalah pelaksana teknis utama, prajurit bintara merupakan motor untuk kegiatan dengan misi atau tujuan yang telah dirumuskan atau strategi yang diarahkan oleh prajurit perwira. Dengan kata lain, prajurit perwira berperan sebagai manajer bagi anak buahnya.

Berdasarkan usia, penghuni Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 didominasi oleh usia produktif. Ini dikarenakan ksatrian adalah komplek khusus bagi prajurit aktif yaitu prajurit dalam usia produktif. Jika prajurit sudah memasuki masa pensiun maka prajurit tersebut sudah tidak berhak untuk menempati rumah dinas batalyon. Jarang prajurit membawa serta keluarga seperti orang tua atau saudara lansia ke dalam lingkungan ksatrian. Dalam kehidupan batalyon, seorang istri prajurit memiliki kebebasan dalam menentukan pekerjaannya. Hanya saja istri prajurit yang tergabung dalam organisasi Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Prajurit) wajib turut aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan sesuai dengan petunjuk dan izin istri komandan batalyon sebagai Ibu Ketua Persit.

Dalam hidup beragama, prajurit beserta keluarganya memiliki kebebasan memeluk agama. Kegiatan ibadah masing-masing agama selalu difasilitasi oleh pihak batalyon terutama dalam ibadah rutin maupun perayaan hari-hari besar tertentu. Aktivitas pada tapak berlangsung secara rutin dari pagi hingga pagi hari kembali. Kegiatan pagi sampai siang dari hari senin sampai dengan sabtu didominasi oleh kegiatan prajurit seperti olah raga, apel, dan latihan lapangan. Pada hari-hari tertentu persit pun turut beraktivitas dengan agenda rutinnya seperti tenis, senam, pengajian dan korve (kerja bakti). Menjelang sore kegiatan di dalam ksatrian mulai beralih kepada kegiatan rutin keluarga dan bermasyarakat. Malam hari difokuskan pada kegiatan penjagaan keamanan.

Satuan bantuan tempur Batalyon Artileri Medan 10

Batalyon Artileri Medan 10 merupakan satuan penyangga Ibu Kota yang sering dilibatkan dalam tugas Pengamanan dan Bhakti TNI di Ibu Kota Jakarta. Alutsista yang dimiliki Batalyon Artileri Medan 10 adalah Meriam jenis 105 Tarik dan Roket Astros MLRS (Multi Launcher Rocket System). Batalyon Artileri Medan 10 saat ini dipimpin seorang Letnan Kolonel sebagai Komandan Batalyon (Danyon), dengan wakil seorang Mayor dan memiliki bawahan langsung Staf serta Komandan Baterai (Danrai). Gambar 7 adalah struktur organisasi di Batalyon Artileri Medan 10.

(35)

meriam 105/Tarik. Dan pada tahun 2015 ini kesenjataan bertambah dengan alutsista berupa senjata Roket yaitu Astros yang merupakan MLRS.

Batalyon Artileri Medan 10 memiliki lambang satuan yaitu BRADJAMUSTI. Makna lambang ini diambil dari bahasa bahasa sansekerta memiliki arti Pekarang Gagaman atau kilat dalam genggaman. Adapun asal usulnya dalam cerita pewayangan, Bradjamusti adalah seorang Ksatria yang berupa “Raksasa”. Dikisahkan telah terjadi peperangan dimana Raja Pringgandani yaitu Raden Harya Gatutkaca harus berhadapan langsung dengan Bradjadenta. Bradjamusti merasa kedaulatan negerinya dalam keadaan terancam dan dia percaya bahwa Raden Harya Gatutkaca berada di pihak yang benar. Maka sebagai alat negara dan sebagai Ksatria yang berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan, Bradjamusti membantu Gatutkaca untuk mengalahkan musuhnya dengan manjing (masuk) ke dalam telapak tangan kiri Gatutkaca. Sejak itulah Gatutkaca memiliki satu lagi kesaktian yaitu Ajian Bradjamusti. Akhir cerita, pemberontakan di negeri itu dapat diatasi oleh Raden Harya Gatutkaca berkat Ajian Bradjamusti yang dimilikinya. Lambang Bradjamusti kemudian menjadi salah satu simbol dalam logo satuan bersama dengan logo para atau simbol dari kemampuan personil satuan dalam melakukan terjun payung seperti pada Gambar 8.

Makna Lambang Batalyon Artileri Medan 10 secara detil sebagai berikut: 1. Kepalan tangan kiri dan kilat.

a. Warna Hitam dan Merah : Melambangkan keteguhan dan keberanian b. Tangan kiri mengepal : Melambangkan alat pemukul.

c. Kilat merah : Melambangkan kedahsyatan dan kecepatan. Gambar 7 Struktur organisasi

(36)

2. Cahaya ledakan.

Dilukiskan dengan warna kuning emas bersudut sepuluh buah yang melambangkan kedahsyatan dan keagungan. Sepuluh menunjukkan nomor urut kesatuan dari kesenjataan Armed.

3. Payung.

Dilukiskan dengan warna putih dengan tali payung berjumlah Tujuh. Arti putih melambangkan kesucian, kebersihan, kejujuran dan Tujuh menunjukkan bulan kelahiran Yonarmed 10 yaitu Bulan Juli, dimana Yonarmed 10 diresmikan dengan penuh keprihatinan dan kesucian. Tujuh disini juga melambangkan bahwa sebagai prajurit TNI Yonarmed 10 selalu memegang teguh Sapta Marga. Sedangkan payung melambangkan kemampuan gerak dari udara sebagai kesatuan Para, yang berarti juga dapat diterjunkan dimanapun dan di segala medan apapun.

Peraturan Terkait Pemanfaatan Ruang Ksatrian

Aturan umum

Tidak banyak aturan tertulis yang mengatur tentang penggunaan ruang publik ksatrian, hanya ada pengaturan tentang penggunaan ruang oleh pihak umum (nonwarga ksatrian). Menurut Pasi Intel Batalyon Artileri Medan 10, pihak luar diizinkan untuk menggunakan fasilitas ruang publik ksatrian dengan mengajukan surat permohonan penggunaan fasilitas yang dimaksud, serta memuat rincian tujuan, waktu, dan jumlah pengguna. Untuk mengakses ruang di dalam ksatrian, pihak luar ksatrian harus mengikuti Prosedur Tetap Batalyon Artileri Medan 10 No R/03/Protap/I/2013 Bab 4 pada pasal Pengamanan Markas. Bahwa setiap tamu luar yang akan masuk berkunjung atau berkegiatan di dalam ksatrian maka diwajibkan melakukan prosedur berikut ini:

1. Tamu yang datang ke perkantoran terlebih dahulu melapor ke Provost kemudian diadakan pencatatan dibuku tamu Pos Provost.

2. Tamu wajib meninggalkan identitas diri di Pos Provost dan tamu militer yang membawa senjata api/tajam dititipkan di pos Provost dan disimpan dalam kotak penyimpanan yang telah disediakan.

3. Tamu diantar oleh petugas Provost menuju personel yang dituju. 4. Tamu kembali dicatat pada saat keluar ksatrian.

Waktu penggunaan ruang publik tidak dibatasi, namun kegiatan formal batalyon menjadi prioritas, terutama kegiatan yang bersifat seremonial dan terjadwal yang dilaksanakan pada ruang publik ksatrian. Pengguna ruang publik juga wajib menghormati tradisi batalyon dengan menghentikan kegiatan pada

(37)

jam-jam tertentu. Tabel 5 menunjukkan waktu-waktu khusus pelaksanaan tradisi/kegiatan rutin batalyon setiap harinya.

Tabel 5 Kegiatan rutin Batalyon Artileri Medan 10

Kegiatan Rutin Waktu Keterangan

1 Penaikan Bendera 06.00 WIB Senin s.d. Mingggu

2 Apel Pagi 08.00 WIB Senin s.d. Jumat

3 Pergantian Jaga Satri Sore 17.00 WIB Senin s.d. Minggu

4 Bendera 18.00 WIB Senin s.d. Minggu

5 Apel Malam 21.00 WIB Minggu s.d. Jumat

Sumber: Wawancara Pasiops Batalyon Artileri Medan 10

Ada beberapa ruang publik yang sering digunakan untuk aktivitas formal batalyon, seperti area yang berada di sekitar markas batalyon (lapangan bola dan sekitarnya, serta lapangan basket dan sekitarnya). Adanya prioritas kegiatan pada ruang publik membuat fungsi ruang publik tersebut menjadi kurang optimal. Warga cenderung beraktivitas di ruang publik yang tidak memiliki batasan waktu karena merasa lebih bebas beraktivitas kapanpun dan dimanapun tanpa khawatir mengganggu atau terganggu dengan aktivitas formal batalyon (dalam kasus ini adalah area perumahan warga). Aturan mengenai batas-batas antara ruang publik dan ruang privat dalam ksatrian masih kurang, karena masih banyak warga yang beraktivitas nonformal pada ruang privat. Penegasan aturan penggunaan ruang dalam ksatrian masih perlu ditingkatkan agar ruang tidak disalahgunakan sehingga ruang dapat berfungsi secara optimal.

Ruang publik dan fasilitasnya dapat digunakan oleh warga umum nonksatrian selama memenuhi prosedur yang telah ditetapkan. Seluruh pengguna ruang wajib menjaga ketertiban, kebersihan, kesopanan, serta menghormati segala peraturan dan tradisi yang ada di dalam ksatrian. Dalam Protap dijelaskan bahwa yang termasuk warga ksatrian adalah seluruh anggota/prajurit Satuan Artileri Medan dan istri serta anak yang telah tercatat oleh bagian personalia batalyon. Segala peraturan yang diterapkan di batalyon sepenuhnya dipertanggungjawabkan kepada komandan batalyon dengan pengawasan dan evaluasi lapangan dibantu oleh wakil komandan. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan markas ksatrian menjadi tanggung jawab komandan baterai markas, dan kontrol keamanan ksatrian menjadi tugas provoost yang dipertanggungjawabkan kepada perwira seksi intelijen batalyon.

Dari hasil observasi dan wawancara terdapat beberapa norma atau aturan tidak tertulis yang menonjol pada tapak, seperti norma dalam pemilihan jenis vegetasi, atribut, serta aturan jalur sirkulasi tapak. Jenis vegetasi yang diutamakan untuk ditanam pada ksatrian adalah jenis vegetasi dengan tajuk tidak terlalu rimbun dan tidak banyak memiliki cabang. Hal ini bertujuan agar tidak menghalangi pandangan demi alasan keamanan. Disarankan juga menggunakan jenis tanaman dengan daun yang tidak mudah rontok untuk alasan kebersihan.

Tata ruang

(38)

berdasarkan peruntukan penggunanya, yaitu privat, semi privat, dan publik (Gambar 9). Area pergudangan, perkantoran, dan garasi militer merupakan area privat ksatrian karena hanya boleh diakses oleh prajurit batalyon Artileri Medan 10. Dikatakan privat karena di dalamnya terdapat properti vital milik batalyon yang bersifat pribadi dan berbahaya jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan prosedur.

Area perumahan merupakan area semi privat karena bersifat kepemilikan pribadi prajurit. Meskipun secara teori bersifat semi privat, namun penelitian ini mengacu pada Protap Batalyon, sehingga perumahan dan lingkungan sekitarnya termasuk dalam kriteria area publik ksatrian. Sarana olahraga, taman bermain, serta sebagian besar sirkulasi jalan juga termasuk area publik ksatrian. Area publik adalah area dimana warga ksatrian dan warga umum (non ksatrian) diperbolehkan untuk mengaksesnya. Area publik inilah yang akan menjadi objek dalam perencanaan karena bersifat fleksibel untuk dikembangkan, terutama pada ruang publik yang tidak atau belum terbangun.

1. Perkantoran

Perkantoran merupakan ruang dengan intensitas pemakaian aktif, dimana kegiatan produksi dalam konteks satuan militer berarti fungsi administrasi, koordinasi, penerangan, dan komunikasi dilakukan. Ruang ini merupakan ruang privat karena dikhususkan hanya untuk kepentingan prajurit. Kegiatan formal seperti penyusunan administrasi, rapat koordinasi, penerimaan informasi utama sampai jamuan tamu komandan batalyon dilakukan di ruang perkantoran. Ruang perkantoran pada tapak terbagi menjadi lima berdasarkan lokasinya, yaitu markas batalyon, kantor baterai tempur, kantor baterai markas, kantor simulasi, dan kantor komunikasi kenerangan. Pusat koordinasi kegiatan dinas berada di kantor markas batalyon yang kemudian diteruskan kepada kantor baterai tempur untuk urusan teknis prajurit dan kantor baterai markas untuk urusan teknis pemeliharaan ksatrian. Pada Kantor Komunikasi Penerangan terdapat bagian pemberitaan melalui radio atau pengeras suara batalyon. Di kantor ini juga terdapat ruang dokumentasi berupa museum. Kantor Simulasi adalah kantor khusus simulasi penggunaan alutsista baik untuk latihan maupun untuk pematangan teknis penyerangan pada saat perang terjadi.

2. Pergudangan

Pergudangan merupakan ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan seperti senjata perorangan, munisi, bahan bakar minyak, dan alutsista roket. Ruang ini juga termasuk area privat batalyon, karena potensi bahaya yang ditimbulkan sangatlah besar. Bahkan untuk gudang rawan ledakan seperti gudang munisi diletakkan di area tersembunyi dengan tambahan samaran agar tidak mudah dikenali musuh. Gudang di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 terbagi menjadi beberapa tempat, namun setiap lokasi gudang selalu diletakkan berdekatan dengan perkantoran untuk memudahkan pergerakan koordinasi dan juga selalu diberi pos jaga khusus untuk keamanan. Menurut jenis barang yang disimpan, gudang terbagi menjadi tujuh, yaitu gudang bahan bakar minyak, gudang roket, gudang meriam, gudang senjata laras panjang, gudang munisi senjata, gudang munisi meriam, dan gudang munisi roket.

3. Garasi kendaraan militer

(39)

beberapa jenis kendaraan dinas, baik kendaraan dinas khusus jabatan komandan, staf maupun kendaraan untuk mengangkut prajurit secara massal. Di dalam garasi juga terdapat perlengkapan perawatan kendaraan yang ditangani khusus oleh mekanik batalyon. Meskipun garasi batalyon berada di dalam satu area besar, setiap garasi memiliki satu pos jaga khusus prajurit yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan setiap kendaraan yang keluar dan masuk pada hari itu.

4. Perumahan prajurit

Perumahan prajurit adalah area khusus yang didirikan bangunan untuk tempat tinggal prajurit. Ada dua jenis tempat tinggal prajurit, yaitu rumah dan barak. Rumah merupakan tempat tinggal untuk satu kepala keluarga dengan keluarganya, sedangkan barak merupakan tempat tinggal bagi prajurit yang belum menikah. Untuk perumahan, lokasi blok rumah dan tipe rumahnya dibagi berdasarkan pangkat prajurit. Pada Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10, terdapat tiga bagian jenis perumahan berdasarkan pangkatnya, yaitu Perumahan Perwira, Perumahan Bintara dan Perumahan Tamtama. Perumahan prajurit merupakan area semi privat karena tamu dari pemilik rumah yang bersangkutan masih diperbolehkan untuk mengakses ruang ini dengan sepengetahuan pihak batalyon. Untuk barak, dibagi menjadi dua berdasarkan pangkat penghuninya, yaitu Barak Bintara dan Barak Tamtama. Barak prajurit bersifat privat karena tidak boleh diakses oleh masyarakat umum.

5. Sarana olahraga

Sarana olahraga merupakan fasilitas yang disediakan oleh batalyon untuk warga ksatrian. Penggunaan sarana olahraga ksatrian diperbolehkan untuk umum (nonwarga ksatrian) namun tetap dengan melalui prosedur yang telah ditetapkan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, sarana olahraga yang dimiliki Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 saat ini terdiri dari lapangan sepakbola, lapangan sepak takraw, lapangan basket, lapangan tenis, lapangan voli, track lari, area latihan fisik, dan kolam renang. Pada beberapa area sarana olahraga, pihak batalyon menambahkan beberapa fasilitas tambahan untuk rekreasi seperti taman, arena permainan anak dan kantin. Area sarana olahraga dan area rekreasi bersifat umum, karena pihak luar ksatrian diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas ksatrian namun tetap dengan menaati aturan yang ada.

Sirkulasi

Terdapat aturan pembagian jalur sirkulasi pada tapak berdasarkan sifatnya, yaitu formal dan nonformal. Aturan tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan mempermudah pengamanan ksatrian, sekaligus sebagai bentuk antisipasi kemudahan dalam pergerakan batalyon pada kondisi darurat. Gambar 9 menunjukkan jalur jalan berdasarkan peruntukkannya.

Jalur formal

(40)
(41)

Jalur nonformal

Jalur nonformal pada tapak terbagi menjadi dua berdasarkan peruntukkannya, yaitu untuk warga ksatrian dan jalur untuk umum (warga nonksatrian). Jalur ini merupakan jalur sirkulasi harian warga. Warga ksatrian diperbolehkan untuk melewati jalur umum, namun tidak sebaliknya. Jalur yang disediakan untuk umum (warga nonksatrian) dipilih rute yang tidak melewati area vital atau area privat ksatrian.

Ruang Publik Ksatrian

Definisi dan posisi ruang publik

Ruang publik ksatrian adalah ruang terbuka yang berada di luar area privat ksatrian. Ruang publik pada tapak terletak tersebar dengan akses jalan penghubungnya adalah jalur sirkulasi primer ksatrian yang bersifat tidak langsung. Daya dukung ruang publik terhadap aktivitas pengguna ruang harus memenuhi standar, baik standar luas kebutuhan ruang aktif maupun ruang pasif pengguna. Berdasarkan standar umum perencanaan ruang, kebutuhan pengguna untuk melakukan kegiatan aktif pada ruang publik adalah sebesar 8 m2 per orang, sedangkan kebutuhan pengguna untuk melakukan kegiatan pasif pada ruang publik adalah sebesar 3 m2 per orang.

Ruang publik pada tapak dapat disebut juga sebagai taman lingkungan. Dalam Baskoro (2012) disebutkan bahwa menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, yang disebut taman lingkungan adalah sebuah ruang terbuka dengan skala layanan 250 – 2 500 penduduk yang berupa taman aktif yang dapat digunakan sebagai tempat bermain, berolahraga, dan sebagai faktor pengikat lingkungan.

Menurut Bappeda Provinsi Jawa Barat (2007) dalam pedoman penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menyatakan bahwa taman lingkungan disediakan di setiap unit permukiman dengan lokasi berada di pusat lingkungan perumahan serta mudah diakses dengan berjalan kaki. Taman lingkungan merupakan taman aktif yang memiliki fungsi sosial yang dapat digunakan masyarakat setempat untuk beraktivitas dan berinteraksi.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kondisi ruang publik pada tapak saat ini telah memenuhi kriteria standar yang ada. Ruang publik ksatrian yang merupakan

(42)

taman lingkungan bagi warga ksatrian dapat dikatakan sudah cukup baik dilihat dari aspek luasan ruang, jangkauan pelayanan atau jarak jangkau ruang, rasio ruang terbuka (RTH) yang tersedia, dan juga daya dukung ruang untuk mengakomodasi kebutuhan luas aktivitas pengguna.

Tabel 6 Standar dan kondisi ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10

No Legal Aspek Standar Kondisi tapak Kriteria

1 Peraturan bahwa pemanfaatan lahan ksatrian untuk ruang publik lebih besar dibanding dengan pemanfaatan lahan untuk ruang privat. Data Tabel 7 juga menunjukkan bahwa hampir setengah dari total lahan ksatrian (47.8%) merupakan lahan terbuka pada ruang publik yang belum terbangun. Lahan yang belum terbangun ini adalah lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan maupun pengembangan ruang untuk memenuhi kebutuhan warga terhadap ruang publik.

Tabel 7 Luas ruang publik dan ruang privat Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10

(43)

Tabel 8 Kategori ruang publik Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 dan fungsinya

3. Taman rumput dan pohon sekitar lapangan bola

Berdasarkan hasil inventarisasi pada Tabel 8, keempat ruang publik memiliki jenis fasilitas yang berbeda-beda. Ruang Publik 1 dan 2 didominasi dengan fasilitas olahraga. Ruang Publik 4 berfungsi sebagai tempat istirahat warga. Ruang Publik 3 merupakan satu-satunya ruang publik yang memiliki fasilitas untuk bersosialisasi. Gambar 11 menunjukkan denah sebaran ruang publik yang telah dibagi menjadi empat lokasi.

Fasilitas

Fasilitas ruang publik yang ada pada tapak adalah sarana olahraga berupa lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan tenis, lapangan sepak takraw, lapangan voli, track lari, area latihan fisik, koperasi, kantin, kolam renang dan area taman bermain anak (Gambar 12). Utilitas yang tersedia adalah jalan aspal, jalan setapak dengan perkerasan, menara radio komunikasi, tempat parkir, dan pipa air. Sumber air yang digunakan di Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10 adalah PDAM dan air sumur yang jarang mengalami kondisi kekeringan air. Kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari di ksatrian tidak jauh berbeda dengan kebutuhan air di permukiman biasa. Air dibutuhkan untuk minum, mencuci, memasak, mandi sampai dengan menyiram tanaman setiap hari. Namun ada beberapa kendala terkait distribusi air yang tidak merata, terutama untuk di daerah yang berkontur tinggi. Seringkali aliran air sangat kecil, bahkan ada beberapa perumahan yang aliran airnya dihentikan secara bergantian. Ketersediaan air bersih di area ruang publik menurut warga juga masih sangat kurang. Hal ini mengurangi kenyamanan pengguna, dan secara tidak langsung menjadi kendala dalam proses pemeliharaan vegetasi terutama saat musim kering.

Gambar

Tabel 3 Tata guna lahan
Gambar 6 Denah Ksatrian Batalyon Artileri Medan 10
Tabel 4 Kategori warga penghuni Batalyon Artileri Medan 10 No Keterangan Jumlah (orang)
Gambar 7 Struktur organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengolahan overlay fuzzy adalah proses penggabungan 5 parameter tanah longsor dari peta curah hujan, jenis tanah, ketinggian, kemiringan lereng, tutupan lahan yang

Pada Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa panjang antnan metode MKJI 1997 dan panjang antrian lapangan memiliki perbedaan yang cukup besar.. Perhitungan menunjukkan hubungan data^yang

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pengaruh penambahan atom pusat Cu, Ni dan Zn terhadap karakteristik fotoelektrik feofitin α dan β berdasarkan kestabilan senyawa ditinjau

(c) Upon and subject to the payment in full of the Balance Purchase Price in accordance with Clause 4 above and all other moneys (if any) payable by the Purchaser in

SKILL THROUGH COOPERATIVE LEARNING METHOD: STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) AND TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) (A Classroom Action Research at Eight Grade

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan pengaruh private label dan citra toko terhadap preferensi belanja pada Yomart cabang Dago Pakar di

Mujiyati .... Prosiding Seminar Nasional , “Optimalisasi Active Learning dan Character Building dalam Meningkatkan ...... 183 Prodi Pendidikan Guru SD dan Prodi Bimbingan

Penelitian ini menemukan bahwa tidak hanya dukungan manajemen puncak yang sangat penting, tetapi SDM di rumah sakit juga memiliki peran yang sangat menentukan dalam