• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat

Persepsi Masyarakat Mengenai Kualitas Sub DAS Cikundul

Kriteria yang digunakan masyarakat dalam memberikan persepsinya mengenai kualitas Sub DAS Cikundul adalah berdasarkan pengamatan dan kenyataan yang mereka alami sehari-hari. Sebagian besar masyarakat mempersepsikan DAS adalah sungai, berbeda dengan konsep DAS dimana DAS merupakan kawasan yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang mengalir dari hulu menuju danau atau lautan. Hanya 36,67 % dari masyarakat (walaupun tidak secara eksplisit) menunjukkan bahwa DAS adalah kawasan yang berada di sekitar sungai yang dapat menyerap air dan mengalirkannya ke sungai. Sedangkan 13,33 % masyarakat lainnya menyatakan tidak tahu mengenai DAS. Hal ini dapat terjadi melihat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sukaresmi dimana sebagian besar masyarakat hanya mengenyam pendidikan hingga bangku Sekolah Dasar (SD), bahkan banyak pula yang tidak menamatkan sekolahnya, sehingga rendah pula tingkat pengetahuannya.

Masyarakat yang mengidentikkan DAS dengan sungai beralasan karena nama Sub DAS Cikundul diambil berdasarkan nama sungainya yaitu sungai Cikundul, sehingga mereka beranggapan bahwa Sub DAS Cikundul sama dengan sungai Cikundul. Sedangkan masyarakat yang mengerti mengenai Daerah Aliran Sungai sebagian besar adalah anggota kelompok tani yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta. Sehingga mereka mendapatkan pengetahuan mengenai DAS dari penyuluhan dan pelatihan yang mereka ikuti.

Tabel 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengertian DAS

No Pengertian DAS Jml Penduduk %-tase 1.

2.

3.

Sungai

Kawasan disekitar aliran sungai Tidak tahu 15 11 4 50 36,67 13,33 Jumlah 30 100,0

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Dilihat dari keadaan tutupan lahan, infiltrasi air, erosi, dan endapan atau sedimentasinya, 60 % dari masyarakat menyatakan bahwa Sub DAS Cikundul saat ini dalam keadaan rusak, sedangkan 40 % dari masyarakat beranggapan kondisi Sub DAS Cikundul tergolong dalam keadaan agak rusak.

Sub DAS Cikundul digolongkan dalam kategori rusak karena sebagian besar lahan sudah tidak tertutup akibat pembakaran lahan oleh masyarakat dan tidak diolahnya lahan dikarenakan tidak jelas pemiliknya, selain itu erosi yang terjadi mengakibatkan banyak tanah yang terbawa pada musim penghujan dan banjir seringkali terjadi dikarenakan pendangkalan sungai dan tersumbatnya saluran air oleh tanah maupun lumpur dan kurang terserapnya air oleh tanah. Sedangkan masyarakat yang menggolongkan Sub DAS Cikundul dalam kategori agak rusak beralasan bahwa walaupun banyak lahan yang terbuka, namun masih terdapat lahan yang masih tertutup, terdapat pepohonan di dalamnya dan tanahnya masih bisa diolah. Pada musim penghujan, pernah terjadi banjir yang diakibatkan oleh pengendapan tanah atau lumpur, namun hal ini hanya terjadi apabila hujan yang turun tergolong deras dan turun secara terus menerus.

Baik (sae)

Ada areal kosong, namun masih

Tutupan lahan sedang bisa di olah

Masih terdapat pepohonan

Kondisi Sub DAS Agak Rusak (rada resak) (tangkal kai)

Cikundul Banyak lahan terbuka tetapi

banyak pula lahan tetutup

Infiltrasi air sedang

Erosi sedikit

Endapan (sedimentasi) sedikit

Banyak lahan tidak ditanami

karena status guntai

Tutupan lahan sedang Pembukaan lahan oleh masyarakat

dengan pembakaran

Rusak (resak) Infiltrasi air sedikit Air (cai) langsung turun jika hujan

Erosi besar Banyak tanah (taneuh) yang

Terbawa air (cai) hujan Endapan (sedimentasi)

banyak

Dari setiap pandangan yang diberikan oleh masyarakat baik masyarakat yang menggolongkan Sub DAS Cikundul dalam kategori rusak maupun agak rusak, seluruh pandangan berorientasi pada lahan yang terdapat di Sub DAS Cikundul dibandingkan keadaan air yang akan dihasilkannya jika DAS mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat (93,33%) memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Dan dalam bertani mereka memerlukan lahan untuk melakukan kegiatannya. Air dibutuhkan petani untuk mengairi sawahnya dan air juga merupakan bagian dari sistem pertanian, namun lahan adalah kebutuhan pokok dalam pertanian.

Jika Sub DAS Cikundul mengalami kerusakan seluruh masyarakat akan merasakan kerugian. Kerugian-kerugian yang dirasakan penduduk Desa Sukaresmi saat ini dengan semakin menurunnya kondisi Sub DAS Cikundul diantaranya adalah turunnya lumpur pada aliran sungai di musim penghujan yang dapat mengakibatkan banjir dan tertutupnya sawah oleh lumpur sehingga pertumbuhan padi menjadi tidak baik, dan erosi yang terjadi pada tanah terbuka dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor. Penduduk Desa Sukaresmi yang memiliki ketergantungan terhadap mata air dalam kehidupan sehari-harinya juga merasakan kerugian-kerugian dari menurunnya kondis Sub DAS Cikundul, karena air yang dahulu berwarna bening pada saat ini mulai menjadi keruh dikarenakan tercampur tanah yang terdegradasi. Pada musim kemarau persediaan air mulai berkurang, hal ini ditandai dengan surutnya sungai-sungai yang ada di sekitar Desa Sukaresmi sehingga banyak sawah yang mengalami kekeringan.

Menurunnya kondisi Sub DAS Cikundul mengakibatkan menurun pula kualitas air yang dihasilkannya, yaitu air menjadi keruh dan berlumpur. Akibat menurunnya kualitas air, petani di Desa Sukaresmi banyak mengalami kerugian dalam mengelola lahannya, diantaranya adalah kerugian akibat hasil panen yang tidak memadai, lahan pertanian yang rusak karena banjir atau terendam lumpur dan sulitnya untuk bercocok tanam pada lahan yang telah terkena lumpur maupun yang mengalami kekeringan karena memerlukan waktu lebih lama dalam pengelolaannya. Selain itu, kualitas air yang tidak baik dapat menimbulkan timbulnya berbagai penyakit pada masyarakat yang menggunakannya untuk

32

kegiatan sehari-hari seperti mandi dan memasak. Penyakit yang seringkali dialami masyarakat adalah sakit perut dan penyakit kulit.

Persepsi Masyarakat Mengenai Fungsi Sub DAS Cikundul

Sub DAS Cikundul memiliki manfaat bagi seluruh masyarakat, manfaat terbesarnya ialah untuk lahan pertanian terutama sawah, dan manfaat lainnya yaitu untuk pemukiman, pengairan, penghasil sumber air, kolam, pembangkit listrik, dan untuk kehidupan sehari-hari. Salah seorang penduduk yang termasuk dalam kelompok tani Mekar Tani di Dusun Cikujang mengatakan :

“Nya Sub DAS Cikundul ieu mah pasti seer manfaatna atuh Ai, diantarana teh kanggo pengairan, kanggo ngadamel bumi, kanggo serang, pokokna macem-macemlah manfaatna”.(Sub DAS Cikundul ini mempunyai banyak manfaat Dik, diantaranya untuk pengairan, untuk pemukiman, untuk sawah, intinya macam-macamlah manfaatnya).

Berikut merupakan manfaat dari Sub Daerah Aliran Sungai Cikundul sebagaimana yang dinyatakan oleh penduduk Desa Sukaresmi yang disajikan Tabel 7.

Tabel 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sub DAS Cikundul

No Manfaat Frekuensi %-tase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Untuk lahan pertanian Untuk pemukiman Untuk pengairan Pembangkit listrik Sehari-hari Sumber air bersih Kolam 27 5 4 1 9 4 1 52,94 9,80 7,84 1,96 17,65 7,84 1,96 Jumlah 51 100.0

Sumber : Data Primer Hasil Pengolahan

Dari Tabel diketahui mayoritas penduduk Desa Sukaresmi yaitu 52,94 % berpandangan bahwa fungsi DAS adalah untuk lahan pertanian. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan yan terdapat di Sub DAS Cikundul

dimanfaatkan untuk areal pertanian dan sebanyak 93,33 % penduduknya memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Dengan bertani penduduk Desa Sukaresmi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berharap dapat meningkatkan kesejahteraannya walaupun pada kenyataannya 50 % penduduk Desa Sukaresmi tergolong pada masyarakat berpendapatan rendah dengan penghasilan per bulan kurang dari Rp. 500.000,00.

Pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar dapat menjamin keberlangsungan tata air, salah satunya adalah menjamin keberlangsungan air sungai. Desa Sukaresmi adalah desa yang kaya akan air terutama air sungai, dan sebagian besar penduduknya memiliki kepentingan terhadap air tersebut. Penduduk Desa Sukaresmi memanfaatkan air sungai dalam kehidupannya diantaranya untuk mengairi sawah, persediaan air bersih, pembangkit lisrik, bahkan ada yang memanfaatkannya untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Namun, semakin menurunnya kondisi Sub DAS Cikundul menyebabkan menurun pula kualitas air yang dihasilkan. Air yang dihasilkan saat ini sudah tidak memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, penduduk Desa Sukaresmi melakukan penyadapan langsung ke sumbernya yaitu mata air yang berada di atas bukit dengan menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah yang langsung mengalirkan air ke rumah-rumah. Namun, tidak semua penduduk dapat melakukan hal serupa. Karena keterbatasan ekonomi, masih ada beberapa penduduk yang tetap menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Tabel 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegunaan Air Sungai

No Kegunaan Air Sungai Frekuensi %-tase

1.

2. 3. 4.

Sehari-hari sperti mandi, mencuci, dan memasak Mengairi sawah

Persediaan air bersih Listrik 21 28 2 1 40,38 53,85 3,85 1,92 Jumlah 52 100

34

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan Sub DAS Cikundul

Tujuan utama pengelolaan DAS ialah tercapainya suatu keadaan dalam DAS yang memungkinkan terlaksananya keadaan tata air yang baik dalam hal ini hasil air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas, kualitas, dan regimen (timing). Agar dapat mengendalikan hasil air, perlu pula pengendalian aspek-aspek tersebut (Manan, 1995).

Tidak dikelolanya DAS dengan baik akan menyebabkan DAS menjadi rusak. Hal ini dapat menimbulkan kerugian baik pada masyarakat maupun kepada pemerintah. Pandangan masyarakat mengenai kerugian yang akan di alaminya jika DAS mengalami kerusakan hampir merata di setiap Dusun yang ada di Desa Sukaresmi, karena hal ini seringkali mereka alami dalam kehidupan sehari-harinya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain pada musim hujan air menjadi keruh dan berlumpur, terjadi erosi, tanah longsor, dan banjir. Lain halnya dengan pandangan masyarakat mengenai kerugian yang dialami pemerintah. Setiap individu memberikan pandangan yang berbeda, ada yang berpandangan positif ada pula yang berpandangan negatif. Salah seorang penduduk mengatakan :

“Pami Daerah Aliran Sungai Rusak, Pemerintah mah moal dirugikeun atuh, da Pemerintah mah moal terang masyarakat untung atanapi rugi dina hasil pertanianna. Pemerintah mah terangna masyarakat mayar pajak weh unggal tahun. Pami masyarakat gagal panen ge moal mungkin mereun pajak dihapuskeun”. (Jika Daerah Aliran Sungai rusak, Pemerintah tidak akan dirugikan karena Pemerintah tidak tahu masyarakt untung atau rugi dari hasil pertaniannya. Pemerintah hanya tahu masyarakat membayar pajak tiap tahun. Jika masyarakat gagal panen, Pemerintah juga tidak akan mungkin mengahapuskan pajaknya (pajak yang dimaksud PBB) kan).

Seorang informan lain mengatakan :

“Pemerintah nya pasti dirugikeun atuh, siga ayeuna aya Sekolah Lapang kanggo penghijauan ti Dinas PKT jeung ESP-USAID pan eta teh butuh biaya ageung. Sabab petani mah alim ngiring pami teu aya acisna mah ngarugi-rugikeun waktos wae, jeung petani oge pan butuh biaya kanggo ngahirupan keluargana. (Pemerintah tentu akan dirugikan, seperti sekarang dimana ada program Sekolah Lapang untuk penghijauan dari Dinas PKT dan ESP-USAID itu kan butuh biaya besar. Karena petani tidak akan ikut jika tidak ada uangnya. Petani juga kan butuh biaya untuk menghidupi keluarga).

Pandangan negatif ditujukan kepada pemerintah karena masyarakat merasa selama ini pemerintah tidak memperhatikan keberadaan masyarakat kecil seperti mereka. Bantuan yang selama ini diharapkan turun kepada mereka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sementara kebutuhan ekonomi semakin meningkat seiring dengan naiknya harga-harga. Distribusi mengenai pandangan masyarakat mengenai kerugian yang dialami masyarakat dan pemerintah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Persepsi Masyarakat Mengenai kerugian yang Timbul Akibat Rusaknya Sub DAS Cikundul

No Kerugian yang dialami Frekuensi %-tase

1. Masyarakat

• Tidak ada

• Air berlumpur

• Air menjadi keruh

• Terjadi Erosi

• Persediaan air berkurang

• Tanah longsor

• Berkurangnya kesuburan tanah

• Terjadi banjir

• Pertumbuhan tanaman jelek

• Lahan menjadi tidak tergarap

1 18 10 6 7 7 1 4 3 1 1,72 31,03 17,24 10,34 12,07 12,07 1,72 6,90 5,17 1,72 Jumlah 58 100.0 2. Pemerintah • Tidak ada • PBB terhambat

• Tambahan biaya rehabilitasi dan pembangunan

• Listrik terganggu

• Tidak bisa mengembangkan masyarakat 4 11 15 1 1 12,50 34,38 46,88 3,12 3,12 Jumlah 32 100.0

36

Untuk mengatasi kerusakan Sub DAS Cikundul, masyarakat merasa perlu diadakannya penanaman jenis tanaman berkayu seperti sengon, kayu afrika, gmelina, atau tanaman kehutanan lainnya di lahan-lahan atau areal yang selama ini kosong dan di sela-sela tanaman pertanian mereka sesuai dengan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Hanya sebesar 3,33 % dari masyarakat yang merasa tidak perlu melakukan apa-apa melihat kondisi Sub DAS Cikundul saat ini dikarenakan keterbatasan dana.

Pola tanam yang diterapkan di Desa Sukaresmi adalah tumpang sari, agroforestry dan monokultur pangan. Jenis tanaman yang dipilih hampir merata di seluruh Dusun yang ada di Desa Sukaresmi seperti jagung, cabe rawit, cabe merah, cabe keriting, singkong, talas, kacang-kacangan, mentimun, tomat, dan bakung. Sedangkan untuk tanaman berkayunya jenis tanaman yang ditanam ialah sengon, kayu afrika, dan buah-buahan seperti kedondong, rambutan, durian, jengkol, petai, dan kopi. Setengah dari masyarakat percaya bahwa pola tanam dan pemilihan jenis tanaman mempengaruhi kualitas Sub DAS Cikundul karena pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang tepat dapat mengurangi erosi, meningkatkan ketersediaan sumber air, mencegah terbawanya lumpur dan tanah, dan meningkatkan bahan organik. Sedangkan 40 % masyarakat lainnya mengatakan bahwa pola tanam dan pemilihan jenis tanaman tertentu tidak berpengaruh terhadap kualitas Sub DAS Cikundul karena untuk mengatasi masalah kerusakan DAS dapat menggunakan sistem tegalan. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa yang mempengaruhi kualitas DAS adalah iklim. Sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu apakah pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang ditanam akan berpengaruh terhadap kualitas DAS.

Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul

Dalam sebuah DAS atau Sub DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan seperti persawahan, pemukiman, hutan konservasi, hutan produksi, hutan lindung, kolam dan tambak, penggembalaan, perkebunan, perkantoran, dan lain sebagainya. Maka, sudah sepantasnyalah pengelolaan DAS diserahkan kepada seluruh masyarakat baik masyarakat pengguna lahan maupun pemerintah, karena

masyarakat dan pemerintah adalah manusia yang juga bagian dari ekosistem DAS dan telah memanfaatkan semua sumber daya alam yang terdapat didalamnya. Tabel 10. Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah

dalam Mengelola Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul

No Peran Masyarakat Peran Pemerintah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ikut kegiatan penanaman Memelihara lahan

Mentaati peraturan pemerintah Pelaksana

Pengelola

Memelihara Daerah Aliran Sungai

Mendorong masyarakat Memberi bibit

Memberi modal

Memberi dukungan dan anjuran Penyuluhan

Diskusi dengan masyarakat Perlindungan

Mengadakan program Pembinaan dan Controlling

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Dari pernyataan-pernyataaan diatas, semua pernyataan menuju pada satu titik dimana masyarakat berperan sebagai pelaksana utama yang berperan aktif dalam melakukan pengelolaan Sub DAS Cikundul seperti menanam, memelihara lahan dan melaksanakan program-program pemerintah, dan pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan masyarakat melalui program-programnya, memberi bantuan dana dan pengarahan serta controlling atau pengawasan kepada masyarakat agar pengelolaan DAS dapat berjalan dengan baik.

Sementara ini pihak pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT), Perhutani, dan Dinas Pertanian dibantu oleh pihak swasta seperti ESP-USAID, perguruan tinggi seperti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Winaya Mukti (UNWIM) telah mengarahkan masyarakat dalam mengelola ekosistem DAS dengan program-programnya seperti Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) pada tahun 2003, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Sekolah Lapang (SL) mengenai penghijauan, dan lain-lain. Namun, kurangnya pengawasan kepada masyarakat membuat kegiatan tersebut tidak berjalan sesuai tujuan, seperti banyaknya pohon yang mengalami kematian pada program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

38

(GERHAN) pada tahun 2003. Oleh karena itu, peran pemerintah sebagai pengawas perlu lebih ditingkatkan dan dilakukan secara terus menerus tidak hanya pada saat kegiatan dilaksanakan tetapi juga setelah kegiatan dilaksanakan, dan masyarakat sebagai pelaksana perlu lebih diarahkan agar setiap program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Walaupun begitu masih ada sebesar 3,33 % masyarakat mengatakan selama ini pemerintah belum pernah mengajak masyarakat melakukan pengelolaan DAS bahkan 3,33 % lainnya tidak mengetahui keberadaan pemerintah dalam pengelolaan ekosistem DAS.

Dinas PKT Dinas Kehutanan

Ada Dinas Pertanian

(93,33%) Perhutani

Keikutsertaan Tidak ada Pemerintah (3,33%)

Tidak tahu

(3,33%)

Gambar 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Keikutsertaan Pemerintah dalam Pengelolaaan Ekosistem Sub DAS Cikundul

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengorganisasian Petani

Aturan yang jelas mengenai pengelolaan DAS diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan DAS. Aturan tersebut antara lain mewajibkan masyarakat untuk menanam jenis tanaman berkayu pada sela-sela tanaman pertaniannya, tidak membuka lahan pada kanan kiri sungai dengan batas 100 m dari sisi sungai, dan tidak menebang hutan baik untuk pembukaan lahan maupun diambil kayunya. Pengetahuan mengenai pengelolaan DAS saat ini memang telah ada, namun pengetahuan ini belum banyak diketahui oleh masyarakat melainkan hanya kalangan terdidik saja, sehingga diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya DAS. Peraturan yang ada diharapkan tidak hanya menguntungkan pemerintah dan berbentuk

himbauan saja, melainkan berupa aturan yang jelas dan mengikat masyarakat serta dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat.

Keberadaan organisasi yang begerak dalam pengelolaan DAS saat ini diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya DAS. Adapun diperlukannya organisasi tersebut menurut pandangan masyarakat adalah: 1. Untuk menyatukan suara para petani

2. Menggerakkan masyarakat dalam menjalankan suatu program 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat

4. Mengarahkan masyarakat

5. Mengatasi masalah-masalah lingkungan 6. Mendekatkan antar anggota

7. Menjalin kerjasama petani dan pemerintah, dan 8. Mencapai tujuan bersama.

Adanya organisasi yang dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan pengelolaan DAS dengan baik dan benar dapat memperbaiki kondisi DAS menuju kondisi yang lebih baik dan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya DAS.

Lebih dari setengah masyarakat atau sebesar 66,67 % masyarakat berpendapat bahwa yang berhak menjadi anggota organisasi tersebut hanyalah masyarakat dalam hal ini petani, sedangkan 33,33 % lainnya menginginkan masyarakat dan pemerintah yang menjadi anggota dari organisasi tersebut. Walaupun terdapat perbedaan, namun maksud dari semua masyarakat hampir serupa dimana masyarakat yang menyatakan bahwa cukup masyarakat saja yang menjadi anggota perkumpulan menginginkan pemerintah berperan sebagai pengawas dan pemberi bantuan baik dana maupun bantuan lainnya. Sedangkan masyarakat lainnya menginginkan selain pengawasan serta bantuan, pemerintah juga harus ikut memberikan teladan kepada masyarakat dengan ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan masyarakat.

40

Pemerintah berperan

Masyarakat sebagai pengawas

Pemerintah sebagai

pemberi bantuan

Anggota Perkumpulan

Pemerintah harus ikut serta

Masyarakat dan kegiatan masyarakat

Pemerintah Pemerintah harus

memberikan teladan

Gambar 8. Pandangan Masyarakat Mengenai Anggota Perkumpulan atau Organisasi yang Bergerak di Bidang Lingkungan.

Perilaku Masyarakat

Tindakan dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul

Perilaku merupakan tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor lainnya seperti lingkungan. Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukkan sikap dan perilaku. Bahkan Harihanto (2001) secara tegas mengatakan tidak ada perilaku tertentu tanpa persepsi, perilaku adalah hasil persepsi. Dengan demikian perilaku tertentu terhadap lingkungan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap lingkungan tersebut.

Dari 60 % masyarakat yang menyatakan Sub DAS Cikundul dalam kategori rusak, hanya 55,55 % yang telah turut serta dalam pengelolaan ekosistem Sub DAS Cikundul. Sedangkan 40% masyarakat yang menyatakan Sub DAS Cikundul dalam kategori agak rusak, 75 % diantaranya telah turut serta dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul. Adapun keikutsertaan mereka dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul dilakukan dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan seperti menanam tanaman berkayu, mengikuti kegiatan-kegiatan atau program pemerintah seperti Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP), melakukan konservasi tanah dengan membuat teras bangku, dan melakukan pola tanam agroforestry pada

lahan yang diusahakannya. Sedangkan masyarakat lainnya belum turut andil dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul dikarenakan alasan-alasan tertentu, antara lain :

ƒ Faktor Ekonomi

- Mereka lebih memilih menanam tanaman pertanian dibanding tanaman kehutanan karena tanaman pertanian lebih cepat menghasilkan dibanding tanaman kehutanan.

- Untuk melakukan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar dari yang biasa mereka keluarkan, misalnya biaya untuk pembelian bibit dan waktu untuk mengikuti program yang diadakan, sedangkan masyarakat Desa Sukaresmi tergolong dalam masyarakat berpendapatan rendah yang memiliki keterbatasan ekonomi.

ƒ Faktor waktu

- Dalam hal pemanenan, tanaman kehutanan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding tanaman pertanian. Sedangkan masyarakat membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Ditinjau dari sisi statistik, hubungan antara persepsi masyarakat terhadap kondisi DAS dengan perilakunya dalam mengelola DAS dengan menggunakan uji chi-square dan diolah dalam minitab didapatkan :

Tabel 11. Uji Chi-Square Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi DAS dengan Perilaku Mengelola DAS

Perilaku Persepsi

Mengelola DAS Tidak Mengelola DAS

Jumlah

DAS Rusak DAS Agak Rusak

10 9 8 3 18 12 Jumlah 19 11 30 DF = 1 P-Value = 0,279 H-tabel = 3,841

Dikarenakan P-value lebih kecil dari H-tabel, maka diketahui bahwa persepsi masyarakat tidak berpengaruh nyata terhadap perilakunya. Hal ini dikarenakan selain persepsi juga terdapat faktor lingkungan lainnya seperti faktor ekonomi.

42

Walaupun secara statistik persepsi masyarakat tidak berpengaruh nyata terhadap perilakunya, namun berdasarkan tabulasi frekuensi diketahui bahwa persepsi masyarakat sudah sesuai dengan perilakunya dimana frekuensi kesesuaian persepsi dengan perilaku (55,5 % dan 75%) lebih besar dari frekuensi ketidak sesuaian persepsi dengan perilaku (44,5% dan 25 %).

Pola Tanam Masyarakat

Pengambilan keputusan untuk menerapkan sistem atau bentuk pola tanam tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor luas lahan yang

Dokumen terkait