• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem SUB Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem SUB Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SUNGAI (DAS) CIKUNDUL

(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat)

ARI NURLIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

▸ Baca selengkapnya: silsilah keturunan cikundul

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2006

(3)

ARI NURLIA (E14102006). Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Dibawah bimbingan Dr. Ir. DIDIK SUHARJITO, MS.

Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat menyesatkan. Pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru menyadari betapa pentingnya peranan air sehingga berusaha untuk mengendalikannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS secara benar.

Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan DAS ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kaswanto (2001), tentang pengelolaan elemen air yang berkelanjutan dalam lansekap pedesaan di DAS Citarum tengah Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat, penelitian oleh Chrisdian (2002), tentang pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi di DAS Way Besay di Lampung Barat, Propinsi Lampung, dan penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi (2002) tentang dampak penerapan silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia terhadap karakteristik hidrologi, laju erosi dan sedimentasi di Sub DAS Keramu DAS Bait Propinsi Kalimantan Tengah. Namun penelitian-penelitian tersebut hanya menjelaskan pengelolaan ekosistem DAS pada aspek pengelolaan lahan, pengelolaan air, dan pengelolaan vegetasi saja sehingga diperlukan suatu penelitian yang mengkaji aspek sosialnya.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengelolaan DAS, menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS meliputi pola tanam, pemilihan jenis, dan teknik konservasi yang digunakan, dan menganalisis pengorganisasian masyarakat dalam sistem pengelolaan DAS. Penelitian dilakukan di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data yang digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (a) Pengamatan (observasi), (b) Wawancara terstruktur maupun bebas (kuisioner), dan (c) Data sekunder yang mendukung penelitian.

Persepsi masyarakat mengenai Sub DAS Cikundul tergolong baik dimana masyarakat menyadari akan kerusakan yang terjadi di Sub DAS Cikundul dan mereka mempunyai pandangan yang positif untuk menanggulangi dan memperbaiki keadaan tersebut yaitu dengan melakukan penghijauan pada lahan-lahan yang kosong dan penanaman tanaman berkayu pada sela-sela tanaman pertaniannya.

(4)

menentukan pola tanam yang akan diterapkan. Sedangkan jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman semusim dan tanaman tahunan.

Teknik konservasi yang diterapkan di lahan yang diusahakan oleh masyarakat adalah teknik konservasi tanah secara mekanis untuk pengendalian erosi yaitu dengan pembuatan teras bangku. Selain itu dari observasi yang dilakukan terdapat teknik konservasi lainnya diantaranya teknik konservasi secara mekanis untuk pengendalian sedimentasi yaitu pengendali sisi jalan, pengendali tebing terjal, pengaman tebing sungai, dan Dam pengendali.

(5)

SUNGAI (DAS) CIKUNDUL

(Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat)

ARI NURLIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Skripsi

Judul Penelitian : Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul, (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).

Nama Mahasiswa : Ari Nurlia

Nomor Pokok : E14102006

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP :132 104 680

Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP : 131 430 799

(7)

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 4 Januari 1984 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah penulis bernama Muhamad Yusuf (Alm), sedangkan Ibu penulis bernama Siti Sofiah.

Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1989 di TK Semboja Sari Bogor, Jawa Barat. Kemudian melanjutkan sekolahnya ke SDN Empang 2 Bogor pada tahun 1990 dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Bogor. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Umum di SMUN 5 Bogor dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sejak SD penulis gemar dan aktif dalam kegiatan ekstra sekolah. Pada jenjang SLTP, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan Organisasi Intra Sekolah (OSIS), di jenjang SMU penulis juga aktif dalam berbagai organisasi di antaranya Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Kesenian Degung, dan Koperasi Siswa.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Forest Manajemen Student Club (FMSC) dan menjabat sebagai Divisi Eksternal pada periode 2003-2004, dan menjabat sebagai Sekretaris Umum pada periode 2004-2005. Selain itu penulis juga pernah aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada periode 2003-2004. Diluar kampus penulis pernah mengikuti kegiatan-kegiatan kedaerahan diantaranya menjadi peserta Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda III Gerakan Masyarakat Jawa Barat (GEMA JABAR) di Bandung, dan turut serta dalam kegiatan Pagelaran Bersama III Forum Komunikasi Lingkung Seni Masyarakat Sunda (Fokalismas) di Bogor.

(8)

Banyumas, Jawa Tengah. Selanjutnya penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Propinsi Sumatera Selatan selama kurang lebih dua bulan.

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul ”Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul. (Kasus di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” ini dengan baik.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis sedikit banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayah (Alm. Muh. Yusuf), Ibu (Siti Sofiah), Kakak (Yufi Sofianti) dan Adik (Rizky Maulana) yang telah menjadi semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bibi (Siti Sutinah) dan Om (Fajar Mulyadi) yang telah membantu penulis dalam hal keuangan.

3. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS, atas kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.

4. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc dan Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan atas kritik dan sarannya untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Seseorang yang spesial, Sutrisna (UNSIKA’02) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangatnya kepada penulis.

6. Saudara Jalaludin (UNWIM’00), dan keluarga Bpk. Apad yang telah membantu penulis dalam penelitian.

7. Teman satu bimbingan (Cempaka, Fitria K, Lenita) dan sahabat-sahabatku (Desi, Ida, Vivie, Beny) yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil.

(10)

9. Teman-teman MNH’39 serta pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk memperlancar dan memperoleh hasil penelitian yang sebaik-baiknya. Semoga skripsi ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2006

(11)

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi ... 4

Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ... 5

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 6

Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 7

Organisasi ... 10

Penguasaan Lahan ... 11

METODOLOGI Kerangka Pemikiran ... 12

Definisi Operasional ... 13

Waktu dan Tempat ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Sasaran Penelitian ... 14

Metode Penelitian ... 14

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Sub DAS Cikundul Keadaan Bio-geofisik Letak dan Luas ... 16

Topografi ... 16

(12)

Tanah ... 17

Iklim ... 17

Keadaan Sosial Ekonomi Kependudukan ... 18

Mata Pencaharian ... 18

Keadaan Umum Desa Sukaresmi Keadaan Bio-geofisik Letak dan Luas ... 19

Topografi dan Tipologi ... 20

Iklim ... 20

Keadaan Sosial Ekonomi Kependudukan ... 20

Mata Pencaharian ... 24

Pemilikan Lahan ... 24

Pendapatan Masyarakat ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Sub DAS Cikundul ... 28

Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Sub DAS Cikundul ... 32

Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sub DAS Cikundul ... 34

Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ... 36

Persepsi Masyarakat Terhadap Pengorganisasian Petani ... 38

Perilaku Masyarakat Tindakan dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ... 40

Tindakan Berorganisasi dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul ... 51

Organisasi Masyarakat Pengorganisasian dalam Pengelolaan Lingkungan Sub DAS Cikundul ... 54

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul... 16

Tabel 2. Distribusi Mata Pencaharian Petani di Sub DAS Cikundul ... 19

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 21

Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukaresmi ... 24

Tabel 5. Distribusi Luas Lahan yang Dimiliki Petani ... 25

Tabel 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan DAS ... 29

Tabel 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sub DAS Cikundul ... 32

Tabel 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegunaan Air Sungai ... 33

Tabel 9. Persepsi Masyarakat Mengenai Kerugian yang Timbul Akibat Rusaknya Sub DAS Cikundul ... 35

Tabel 10. Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Mengelola Sub DAS Cikundul ... 37

Tabel 11. Uji Chi-Square Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi DAS dengan Perilaku Mengelola DAS ... ...41

Tabel 12. Pola tanam yang Diterapkan Masyarakat Desa Sukaresmi ... 42

Tabel 13. Alasan Petani Memilih Pola Tanam... 44

(15)

Halaman

Gambar 1. Diagram Pie Persentase Sebaran Umur Petani ... 21

Gambar 2. Diagram Pie Persentase Jumlah dan Komposisi Keluarga Petani.. 22

Gambar 3. Diagram Pie Persentase Tingkat Pendidikan Petani ... 23

Gambar 4. Diagram Pie Persentase Status Kepemilikan Lahan ... 26

Gambar 5. Diagram Pie Persentase Pendapatan Masyarakat ... 27

Gambar 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Sub DAS Cikundul ... 30

Gambar 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Keikutsertaan Pemerintah dalam Pengelolaan Ekosistem Sub DAS Cikundul ... 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Kecamatan Sukaresmi ... 61

Lampiran 2. Peta Desa Sukaresmi ... 62

Lampiran 3. Transek Pada Salah Satu Dusun di Desa Sukaresmi ... 63

Lampiran 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Tani ... 64

Lampiran 5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Wargi Resmi... 65

(17)

Latar Belakang

Air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang wajar, selalu ada dan tersedia setiap saat, oleh karenanya keadaan air tidak perlu dirisaukan. Pendapat tersebut pada waktu kini tidak selalu benar bahkan dapat menyesatkan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di tanah air kita menunjukkan bahwa air dapat mempengaruhi bahkan menentukan nasib hidup manusia. Hanya pada saat terjadi kemarau panjang atau banjir manusia baru menyadari betapa pentingnya peranan air tersebut sehingga berusaha untuk mengendalikannya (Manan, 1995). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjamin keberlangsungan tata air ialah dengan melakukan pengelolaan ekosistem DAS secara benar.

Masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan sehat karena masyarakat sebagai bagian dari ekosistem daerah aliran sungai akan berusaha memanfaatkan semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Hasilnya tidak selalu positif dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif, yaitu pengurasan sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap lingkungan. Hal ini tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem daerah aliran sungai.

(18)

2

menurut Dephut (2002) dalam Setiawan (2005) untuk mencapai tujuan akhir pengelolaan DAS yaitu terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya tanah, air dan vegetasi, maka kegiatan pengelolaan DAS meliputi empat upaya pokok yaitu (a) pengelolaan lahan melalui upaya konservasi tanah dalam arti luas, (b) pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air, (c) pengendalian vegetasi khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan tanah dan air, dan (d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan sumberdaya alam secara bijaksana sehingga ikut berperan serta pada upaya pengelolaan DAS.

Dikarenakan penelitian-penelitian sebelumnya belum cukup menjelaskan pada aspek sosialnya maka diperlukan penelitian yang memfokuskan pada persepsi dan perilaku masyarakat terutama masyarakat yang berdiam di sekitar DAS karena masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai merupakan faktor terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan daerah aliran sungai yang baik dan sehat

Perumusan Masalah

Pengelolaan ekosistem DAS sangat terkait dengan persepsi dan perilaku masyarakat, karena keberlangsungan tata air yang menjadi tujuan dari pengelolaan ekosistem DAS ditentukan oleh dukungan masyarakat. Persepsi masyarakat yang baik akan menentukan pengelolaan ekosistem DAS yang baik pula, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS perlu digali untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar.

(19)

Tujuan Penelitian Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap ekosistem DAS dan fungsinya.

2. Menjelaskan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS meliputi pola tanam, jenis tanaman dan teknik konservasi yang digunakan.

3. Menganalisis pengorganisasian oleh masyarakat dalam sistem pengelolaan DAS.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai penunjang pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan aspek sosial dalam pengelolaan ekosistem DAS. 2. Sebagai sumbangan informasi dan pemikiran yang dapat dimanfaatkan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Leavitt (1978), persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Surya (2004) mengatakan pengamatan atau perception merupakan salah satu bentuk perilaku kognitif yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan menggunakan alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungan yang diterima oleh individu melalui alat indera. Rangsangan itu kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk diberi makna atau tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam tiga tahapan yaitu :

a. Penerimaan rangsangan oleh alat indra

b. Pengiriman informasi ke pusat kesadaran atau otak, dan c. Pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan prilaku. Bahkan Harihanto (2001) secara tegas mengatakan “tidak ada prilaku tertentu tanpa persepsi, perilaku adalah hasil persepsi”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika diinginkan agar seseorang berprilaku tertentu terhadap lingkungan, harus dilakukan intervensi untuk membentuk persepsi yang benar pada diri orang tersebut, terutama jika persepsinya belum benar. Demikian pula persepsi masyarakat terhadap air sungai.

(21)

kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. (4) Sistem nilai seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. (5) Ciri kepribadian, misalnya ; watak, karakter, kebiasan, akan mempengaruhi persepsi. Sedangkan manurut Muhadjir (1992), keragaman persepsi dipengaruhi oleh usia, rentang perhatian orang, kebutuhan, dan juga pandangan hidup.

Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organisme atau komunitas hidup. Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, dimana organisme merupakan salah satu bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-rubah setiap saat (Irwan, 1992).

Salah satu aspek penting dalam kebudayaan manusia yang berlaku semenjak nenek moyang kita dahulu hingga kini adalah adanya kesadaran serta penghayatan akan arti penting dan pengaruh alam sekeliling atas perikehidupan manusia. R. Firth dkk (1960) dalam (Lamech & Hutomo,1995) menerangkan hal itu sebagai berikut :

Keadaan alam sekeliling memang nyata memberikan batas-batas yang luas bagi kemungkinan hidup manusia.

Tiap keadaan alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri, sedikit banyak memaksa orang yang hidup di pangkuannya untuk menuruti suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.

Keadaan alam sekeliling bukan saja memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan hidup bagi manusia.

Keadaan alam sekeliling juga mempengaruhi keselarasan hidup budaya manusia, seperti terlihat pada upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan.

(22)

6

berperan sebagai “ a geomorphologic agent” dalam hal ini manusia menduduki bagian dunia yang tidak pasif, tetapi sebagai faktor aktif yang dapat membuat perubahan-perubahan. Manusia tidak tunduk begitu saja dikuasai oleh kemauan alam lingkungannya. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia (manusia) berusaha untuk mencapai keserasian dan keselarasan hidup sesuai dengan alam lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Manusia masa kini dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya mempertahankan keseimbangan lingkungan hidupnya, berupaya untuk mengatur pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat pada alam sekitarnya supaya tidak menimbulkan bencana atau malapetaka. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa masyarakat kita mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar sebagai objek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia (human centris), melainkan ia juga harus dipelihara dan ditata demi kelestarian lingkungan

itu sendiri (eco centris) (Lamech & Hutomo,1995).

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sebuah sistem sungai yang bermula dari sumbernya (mata air) hingga bermuara ke laut, merupakan kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan. Setiap campur tangan dan tindakan manusia di bagian tertentu akan mempengaruhi bagian sungai lainnya. Jadi sebuah DAS atau sub-DAS (watershed, sub-watershed) dapat dipandang sebagai sebuah ekosistem, dimana terdapat masukan berupa curah hujan dan keluaran berupa air sungai. Dalam sebuah DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan misalnya hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, perkebunan, pertanian, lahan kering, persawahan, perikanan, kolam dan tambak, areal pengembalaan, lapangan golf dan sebagainya. Sebagai contoh ialah DAS Ciliwung yang berhulu di kawasan Puncak, mengalir melewati kota Bogor, Depok, dan bermuara di teluk Jakarta (Manan, 1995).

(23)

bawah tanah juga terdapat pemisah bawah tanah berupa batuan. Sebuah DAS merupakan kumpulan dari banyak sub-DAS yang lebih kecil. Ukuran dan bentuk DAS dengan sendirinya berbeda satu dengan lainnya. Contoh DAS antara lain : Ciliwung, Citarum, Citanduy, Bengawan Solo, Kali Brantas, Wampu, Batang Agam, Way Seputih, Jeneberang, Sadang, Riam Kanan dan lain-lain.

Mengacu kepada pengertian DAS dalam uraian di atas, maka di dalam suatu DAS terdapat berbagai komponen sumberdaya, baik sumberdaya alam (natural capital), yaitu udara (atmosphere), tanah dan batuan penyusunnya, vegetasi, satwa, sumberdaya manusia (human kapital), pranata institusi formal maupun informal (social capital), maupun sumberdaya buatan (man made capital) yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen sumberdaya tersebut adalah khas untuk suatu DAS sehingga menjadi karakteristik di DAS tersebut (Rusdiana dkk, 2003).

Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS)

Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian dari manajemen sumberdaya alam, yaitu pengurusan dan pengembangan dari semua sumberdaya alam dari suatu negara dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan masa kini dan masa depan penduduknya. Manajemen DAS ditujukan kepada produksi dan perlindungan sumberdaya air, termasuk pengendalian erosi dan banjir, serta pemeliharaan nilai-nilai estetika perairan (Manan, 1995).

Dalam Manan (1995) manajemen DAS (watershed management) ialah sebuah istilah yang sering digunakan di kalangan kehutanan dan pengawetan tanah. Secara umum, manajemen DAS berarti manajemen sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable), seperti air, tanah, dan vegetasi dalam DAS dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS agar dapat mengahasilkan hasil air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan masyarakat yaitu air minum, industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya.

(24)

8

debit minimum sungai tidak mencolok fluktuasinya. Dalam Pelita 5 (1989-1994), di Indonesia telah ditetapkan sejumlah 39 DAS yang tersebar sebagai DAS prioritas, artinya mendapatkan penanganan dan pengelolaan yang memperhatikan keseimbangan pemanfaatan serta diprioritaskan rehabilitasinya (Manan, 1990) dalam Manan (1995).

Dinyatakan pula oleh Rusdiana dkk (2003), bahwa kata kunci yang menandai pengertian pengelolaan DAS terpadu adalah :

ƒ Pengelolaan sumberdaya alam

ƒ Pemenuhan kebutuhan manusia sekarang dan yang akan datang

ƒ Kelestarian dan keserasian ekosistem

ƒ Pengendalian hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan manusia

ƒ Penyediaan air, pengendalian erosi, banjir dan sedimentasi

ƒ Mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan institusi (kelembagaan)

Konsepsi manajemen DAS didukung oleh perkembangan antara lain sebagai berikut :

1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan peranannya.

2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan tehadap kebutuhan tanah dan air.

3. Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.

4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dan lain-lain. 5. Para perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan

manajemen sumberdaya alam.

Untuk tujuan pengelolaan tanah, air, dan udara, adalah tepat bila menggunakan unit ekosistem DAS. Berdasarkan sistem tersebut kita dapat mengidentifikasi dan memecahkan persoalan atas dasar unit DAS, misalnya dalam pelaksanaan kegiatan program penyelamatan hutan, tanah dan air, yang lebih dikenal dengan istilah reboisasi dan penghijauan.

(25)

hasil air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas, kualitas, dan regimen (timing). Agar dapat mengendalikan hasil air, perlu pula pengendalian aspek-aspek tersebut.

Dalam Manan (1995) dikatakan Manajemen DAS lebih luas daripada manajemen suatu hutan lindung (Manan, 1977). Karena DAS juga mencakup kawasan diluar hutan seperti perkebunan, hutan milik, padang gembalaan, pertanian, dan daerah pemukiman pedesaan. Menurut Kittredge (1948) dalam Manan (1995), dalam pelaksanaannya manajemen DAS meliputi empat tahapan, yaitu pengenalan, pemulihan (rehabilitasi), perlindungan dan perbaikan. Tentu saja pentahapan tersebut disesuaikan dengan keadaan masing-masing DAS. Pada daerah yang sudah kritis, dengan konsentrasi tanah gundul yang luas, akan lain tindakan manajemen yang dilakukan dibandingkan dengan DAS yang berhutan lebat tak terganggu. Pada yang pertama, perlu dilakukan pengenalan berupa survai telaah keterlaksanaan untuk menentukan luas, lokasi, dan derajat kekritisan daerah yang perlu dihijaukan untuk dilakukan tindakan pengawetan tanah. Sedangkan pada yang terakhir dilakukan tahap perbaikan, meliputi usaha-usaha meningkatkan hasil air, misalnya dengan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan mengurangi intersepsi dan evapotranspirasi. Tahap pengenalan dan perlindungan tidak bertentangan dengan tujuan pemanfaatan lainnya, akan tetapi tahap pemulihan dan perbaikan seringkali memerlukan perubahan atas praktek kehutanan yang lazim berlaku.

(26)

10

Organisasi

Schein (1982) dalam Muhammad (2004) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein (1982) dalam Muhammad (2004) juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan bergantung pada komunikasi manusia untuk mengkordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Organisasi mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi barang atau orang, mempengaruhi dan dipengaruhi orang (Muhammad, 2004).

Menurut Eghter, Christina dan B Seliato (1999), organisasi masyarakat tingkat desa ditinjau dengan pendekatan, dibedakan sebagai berikut:

a. Berdasarkan asal dibentuknya

o Dibentuk berdasarkan kekuasaan atas desa (pemerintah pusat atau daerah).

o Dibentuk melalui swadaya masyarakat dengan proses sejarah yang menyertainya.

o Dibentuk atas dasar rumusan atau konsensus bersama antara pemerintah (atas desa) dan masyarakat desa.

b. Berdasarkan atas keformalannya

o Organisasi masyarakat berbentuk formal atau ada aturan tertulisnya o Non formal atau tidak ada aturan tertulis

o Peralihan non formal ke formal

c. Hubungan pengendalian dari atasan kepada bawahan d. Berdasarkan ukuran jumlah anggotanya

o Organisasi relatif besar, jumlah anggota ± 50 orang. o Organisasi relatif kecil, jumlah anggota 5-12 orang.

(27)

Penguasaan Lahan

Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan dan penguasaannya, bagian lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan Public land dan sebagian lainnya merupakan private land. Dalam kenyataanya public land tersebut merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi-konservasi yang dikuasai oleh negara, sedangkan private land merupakan lahan usaha pertanian dan pemukiman yag dikuasai dan dikelola oleh penduduk (Geo, 1997).

Bertambahnya jumlah penduduk, secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, dan hal ini pada kenyataannya dapat menimbulkan berbagai masalah degradasi sumberdaya lahan dan lingkungan hidup serta berbagai konsekuensi sosial ekonominya (Geo, 1997). Menurut Singh (1997) munculnya masalah-masalah tersebut juga dapat disebabkan terbatasnya pilihan sumber mata pencaharian di bagian hulu suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Mustadjab (1986) menyatakan, cara-cara bertani yang kurang baik di suatu daerah mengakibatkan besarnya tingkat erosi yang terjadi sehingga tanah menjadi semakin miskin. Keadaan ini diperburuk dengan sistem penguasan tanah yang sebagian besar petani penggarap di daerah itu adalah bukan pemilik tanah.

Mustadjab (1986) mengatakan, tanah sebagai faktor produksi utama bagi usaha-usaha pertanian, sangat menentukan tingkat hidup petani, karena kesempatan kerja diluar pertanian masih sangat kurang. Tidak dikuasainya tanah sebagai faktor produksi utama, dapat membawa banyak akibat negatif, diantaranya:

• Kurangnya rasa tanggung jawab atas usaha pengawetan tanah.

• Kurang dapatnya petani menerapkan teknologi baru dalam usaha taninya.

• Rendahnya produktivitas usaha tani

(28)

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran

Wilayah DAS merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan komponen utama tanah, air, vegetasi dan manusia. Faktor ini berinteraksi dan manusia berperan sebagai pengelola sumberdaya tanah, air, dan vegetasi. Hal ini memperlihatkan di DAS terdapat ada dua sub-sistem, yaitu sub-sistem biofisik dan sub-sistem sosial ekonomi. Sub-sistem bio-fisik terdiri dari iklim, tanah, air, tumbuhan dan satwa. Pada sisi lain, manusia sebagai pengelola menbentuk sub-sistem sosial dengan komponen-komponen antara lain populasi, teknologi, dan struktur sosial.

Manusia dalam hal ini masyarakat yang berdiam di DAS merupakan faktor terpenting bagi berhasilnya suatu pengelolaan DAS yang baik dan sehat karena masyarakat sebagai bagian dari ekosistem DAS akan berusaha memanfaatkan semua sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Hasilnya tidak selalu positif dalam arti kata kelestarian, seringkali bersifat negatif, yaitu pengurasan sumberdaya alam tanpa menghiraukan resiko terhadap lingkungan. Hal ini tergantung dari bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS.

Oleh karena itu, persepsi dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan ekosistem DAS akan menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu diketahui, karena dengan mempelajari persepsi dan perilaku masyarakat kita dapat mengukur sejauh mana masyarakat peduli terhadap pengelolaan ekosistem DAS dan akan menentukan keberhasilan pengelolaan ekosistem DAS selanjutnya. Tindakan mengelola ekosistem DAS yang benar oleh masyarakat akan berpengaruh besar pada daerah aliran sungai dalam melaksanakan fungsinya.

(29)

Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalah pengertian terhadap variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini, variabel-variabel penelitian didefinisikan sebagai berikut :

a. Persepsi, adalah penilaian informan terhadap pengertian, kualitas, dan manfaat ekosistem DAS. Indikator yang di ukur adalah :

• Persepsi masyarakat terhadap kualitas Sub DAS Cikundul.

• Persepsi masyarakat terhadap fungsi Sub DAS Cikundul.

• Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan Sub DAS Cikundul.

• Persepsi masyarakat terhadap peran para pihak dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul.

• Persepsi masyarakat terhadap pengorganisasian petani

Pengukurannya adalah dengan mengelompokkan data yang didapat menjadi beberapa kelompok. Persepsi bernilai baik jika bersifat positif, dan bernilai buruk jika bersifat negatif.

b. Perilaku, adalah tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor lainnya. Perilaku masyarakat dapat dilihat dari tindakan yang dilakukan oleh masyarakat berupa :

• Tindakan dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul terutama dalam pola tanam, penentuan jenis pohon yang ditanam, dan teknik konservasi.

• Tindakan berorganisasi dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul.

c. Organisasi, adalah suatu sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Indikator yang diukur adalah :

• Pengorganisasian dalam pengelolaan ekosistem Sub DAS Cikundul.

• Faktor-faktor yang melandasi terbentuknya organisasi.

(30)

14

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006 bertempat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) karena memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya disertai alat tulis menulis untuk wawancara di lapangan serta kamera dan kalkulator untuk dokumentasi.

Sasaran Penelitian

Sasaran atau objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di dalam daerah aliran sungai yang menggarap atau mengusahakan lahan, baik lahan milik sendiri, sewa, bagi hasil, atau pinjam.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Informan yang dipilih berjumlah 30 orang dan diambil secara acak. Data yang digunakan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan meliputi

a. Data karakteristik responden meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan, jumlah anggota keluarga, jarak tempat tinggal, pendapatan, dan pengeluaran.

b. Data persepsi masyarakat mengenai ekosistem DAS.

(31)

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :

a. Data tentang kondisi umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas lokasi penelitian, iklim, jenis tanah, topografi, dan kondisi sosial masyarakat.

b. Data-data lain yang berhubungan dengan penelitian untuk melengkapi data yang sudah ada.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. Pengamatan (observasi), dilakukan dengan pengamatan kepada aktivitas masyarakat dan kondisi ekosistem Sub DAS Cikundul.

b. Wawancara (kuisioner) terstruktur maupun bebas c. Data sekunder yang mendukung penelitian.

(32)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul

Keadaan Bio-geofisik Letak dan Luas

Sub DAS Cikundul terletak pada 6º 40 LS-6º 48 LS dan 106º 57 BT-107º 22 BT, terdapat di dua kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta yang seluruhnya meliputi 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Cikalongkulon, Kecamatan Mande, dan Kecamatan Maniis, dengan jumlah desa sebanyak 47 desa.

Berdasarkan pola RLKT DAS Citarum, maka luas Sub DAS Cikundul adalah 26.662 ha, sedangkan yang akan disusun RTL-RLKTnya adalah seluas 26.321,94 ha.

Topografi

Keadaan topografi Sub DAS Cikundul bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit, dan bergunung, dengan ketinggian di atas permukaan laut antara 220 m di genangan waduk Cirata sampai 3.019 m di puncak gunung pangrango.

Di Sub DAS Cikundul wilayah yang mempunyai kemiringan lereng dari 15 % sampai lebih dari 45 % seluas 9.849,62 ha atau 37,42 %. Wilayah ini secara potensial merupakan sumber bahaya erosi. Pembagian berdasarkan kelas kelerengan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul

No Kemiringan (%) Kelas Luas Persentase (%)

Jumlah 26.321,94 100.00

(33)

Geomorfologi

Geomorfologi adalah ilmu yang mendalami bentuk lahan yang membentuk permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan laut dan menekankan pada genesis dan perkembangannya serta konteks dan lingkungannya.

Geomorfologi dalam RTL-RLKT ini merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukkan satuan lahan (land unit). Di Sub DAS Cikundul, geomorfologi pembentukannya sebagian besar merupakan sistem gunung api yang berasal dari lava dan lahar yang berasal dari Gunung Gede. Sebagian merupakan sistem perbukitan dan sebagian kecil sistem dataran.

Tanah

Jenis tanah di Sub DAS Cikundul didominasi oleh Latosol seluas 11.888,5 ha (45,33 %) yang terbagi dalam 6 Satuan Peta Tanah (SPT), Regosol (2 SPT) seluas 6.418,75 ha (24,47 %), Kambisol (3 SPT) seluas 4.087,5 ha (15,59 %), Mediteran (7 SPT) seluas 2.418,45 ha (9,46 %), Andosol (1 SPT) seluas 456,25 ha (1,74 %).

Dalam kaitannya dengan tingkat bahaya erosi yang dipergunakan (Tolerable Soil Loss) kedalaman tanah (solum tanah) menjadi satu hal yang dipertimbangkan. Kedalaman tanah di Sub DAS Cikundul beragam dari yang terdangkal yaitu kurang dari 30 cm sampai yang terdalam lebih dari 90 cm.

Iklim

Sub DAS Cikundul memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin muson, yang dapat dibedakan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November hingga April, dan musim kemarau dari bulan Mei hingga Oktober.

Faktor iklim yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses erosi adalah curah hujan. Semakin tinggi intensitas hujan dan semakin lama hujan jatuh maka erosi yang terjadi akan semakin besar apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berbeda.

(34)

18

di dalam satu tahun berkisar antara 104 hari hingga 180 hari. dengan rata-rata bulan basah antara 7 hingga 10 bulan. Suhu rata-rata tahunan adalah 22º C hingga 24º C dengan tingkat kelembaban udara berkisara antara 68 % sampai dengan 83%.

Menurut pengolahan data curah hujan maka energi perusak oleh air hujan yang dinyatakan dengan nilai erosivitas hujan di Sub DAS Cikundul berkisar antara 1300 sampai dengan 3200. Tingginya erosivitas hujan ini menunjukkan tingginya tingkat perusakan hujan terhadap partikel-partikel tanah sehingga erosi air di wilayah ini semakin mudah terjadi.

Keadaan Sosial Ekonomi Kependudukan

Menurut data statistik Kabupaten Cianjur dan Purwakarta, jumlah penduduk di Sub DAS Cikundul pada tahun 1992 adalah 282.579 jiwa atau setara dengan kepadatan geografis 748,29 jiwa/km2 dan kepadatan agraris 16,74 jiwa/ha. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap 1000 orang perempuan (sex ratio) pada tahun 1992 adalah 984 sedangkan beban ketergantungan penduduk yaitu perbandingan antara penduduk non produktif dengan penduduk produktif mempunyai beban tanggungan 88,55 orang.

Mata Pencaharian

(35)

Tabel 2. Distribusi Mata Pencaharian Petani di Sub DAS Cikundul Tahun 1992

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk %-tase 1.

Jumlah 114.292 100,0

Sumber : BPDAS Bogor

Keadaan Umum Desa Sukaresmi

Keadaan Bio-geofisik Letak dan Luas

Desa Sukaresmi terletak di Wilayah Selatan Kecamatan Sukaresmi dengan luas wilayah 1338,456 ha yang terdiri dari bentangan tanah daratan untuk pemukiman seluas 525,301 ha, tanah persawahan 134,351 ha, tanah tegalan atau ladang 20,204 ha, tanah perkebunan 572 ha, tanah hutan 20 ha, dan tanah fasilitas umum seluas 66,8 ha. Adapun mengenai batas-batas wilayah Desa Sukaresmi adalah sebagai berikut ;

• Sebelah Utara : Desa Cikancana

• Sebelah Timur : Desa Padajaya

• Sebelah Selatan : Desa Kutawaringin

• Sebelah Barat : Desa Cikanyere

(36)

20

Jarak Orbitasi dari desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 3 km, ke Ibukota Kabupaten 29 km, dan ke Ibukota Propinsi sejauh 63 km yang kesemuanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum.

Topografi dan Tipologi

Desa Sukaresmi memiliki bentang lahan berbukit dengan ketinggian diatas permukaan laut antara 750-800 mdpl dan kemiringan lereng dari 15 % sampai dengan lebih dari 45 %. Dengan demikian wilayah ini secara potensial merupakan sumber bahaya erosi sehingga diperlukan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya erosi. Tipologi Desa Sukaresmi tergolong pada desa dataran tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingginya letak Desa Sukaresmi dari permukaan laut.

Iklim

Desa Sukaresmi mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi angin muson yang dapat dibedakan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November hingga April, dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan tahunan menurut Daftar Isian Potensi Desa Tahun 2005 adalah 3300 mm dengan jumlah hari hujan 180 hari atau selama 6 bulan dan suhu rata-rata tahunan 24º C.

Keadaan Sosial Ekonomi Kependudukan

(37)

< 30 tahun 30-59 tahun > 59 tahun

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah Penduduk

1.

Sumber : Data Potensi Desa 2005

Secara keseluruhan rata-rata petani di Desa Sukaresmi berumur 52 tahun dengan sebaran umur yang beragam dari 27 tahun sampai dengan 71 tahun. Sebaran umur ini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu petani berusia muda dengan umur kurang dari 30 tahun, petani berusia sedang dengan umur 30 tahun sampai 59 tahun, dan petani berusia tua dengan umur 59 tahun ke atas.

13,33 % 6,67 %

80%

Gambar 1. Diagram Pie Persentase Sebaran Umur Petani

(38)

22

garapan, namun jumlahnya sedikit dan lahan yang digarapnya pun tidak seluas pada saat berusia sedang.

Mereka yang berusia muda dan sedang adalah kelompok yang aktif dalam melakukan pertemuan-pertemuan dalam berbagai bidang baik pertanian atau kehutanan yang diadakan pemerintah maupun swasta, sehingga mereka adalah kelompok yang potensial untuk menerima pengarahan-pengarahan maupun inovasi baru.

Masing-masing petani mempunyai tanggungan yang berbeda-beda dengan jumlah berkisar antara 0 sampai dengan 10 orang dalam satu rumah tangga. Dari gambar diagram pie diketahui petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga berjumlah 3 orang adalah yang terbesar yaitu 33,33 %, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 orang sebesar 20 %, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 6 orang sebesar 16,67 %, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang sebesar 13,33 %, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 2 dan 7 orang sebesar 6,67 % dan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 10 orang sebesar 3,33 %.

3,33% 6,67% 6,67%

16,67% 33,33%

20% 13,33%

Gambar 2. Diagram Pie Persentase Jumlah dan Komposisi Keluarga Petani

(39)

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

satu orang anak. Anak-anak yang menjadi tanggungan petani umumnya adalah anak-anak yang berada pada masa pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya istri dan anak-anak petani turut serta dalam mengelola usaha tani.

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sukaresmi tergolong rendah, dikarenakan kebanyakan dari mereka hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD), bahkan banyak diantaranya tidak menamatkan sekolahnya. Data hingga tahun 2005 menunjukkan sebanyak 506 jiwa belum sekolah, 55 jiwa pernah sekolah SD tetapi tidak tamat, 400 jiwa tamat SD, 356 jiwa tamat SMP, 207 jiwa tamat SMU, 32 jiwa Perguruan Tinggi dan sisanya tidak bersekolah.

Penelitian menunjukkan bahwa 20 % masyarakat tidak mengenyam bangku pendidikan dasar hingga tamat, 63,3 % berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 6,67% berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 10 % berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagaimana yang disajikan pada Gambar 3.

6,67 % 10% 20%

63,33%

Gambar 3. Diagram Pie Persentase Tingkat Pendidikan Petani

(40)

24

melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat harus menempuh jarak yang lebih jauh antara 5-10 Km dari Kantor Desa dengan biaya perjalanan yang lebih tinggi pula.

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melanjutkan pendidikan membuat masyarakat mengurungkan niat untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Namun ada pula beberapa petani besar yang dapat menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi.

Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Desa Sukaresmi sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebanyak 1.833 jiwa, atau 67,12 % dan petani sebanyak 638 jiwa atau sebesar 23,36 %. Selain itu ada pula buruh tani atau petani yanng mempunyai pekerjaan lainnya disamping kegiatan bertaninya seperti mengojek atau beternak. Secara terperinci distribusi mata pencarian penduduk Desa Sukaresmi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukaresmi

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk %-tase 1.

Sumber : Data Potensi Sumberdaya Manusia Desa Sukaresmi Tahun 2005

Pemilikan Lahan

(41)

lahan melebihi luas 5 ha. Secara relatif petani di Desa Sukaresmi dapat dibedakan kedalam tiga kategori pemilikan lahan :

a. Petani besar, kelompok minoritas dengan kepemilikan lahan yang sangat luas yaitu > 2,0 ha.

b. Petani menengah, dengan pemilikan lahan yang sedang yaitu 1,0-2,0 ha, dan c. Petani kecil, yaitu mereka yang hanya mempunyai sedikit lahan (< 1,0 ha) atau

mungkin sama sekali tidak mempunyai lahan namun bekerja sebagai buruh tani. Kelompok terakhir merupakan kelompok yang paling besar jumlahnya.

Aspek luas lahan merupakan suatu hal yang perlu diketahui untuk menganalisis hubungannya dengan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman tertentu pada lahan yang dikelolanya. Berdasarkan hasil pengelolaan data primer, diketahui bahwa sebagian besar petani memiliki luas lahan antara 0,6 sampai dengan 1 ha yaitu sebesar 33,33 % dan 0,0 ha sampai dengan 0,5 ha sebesar 26,67 %. Secara terperinsi luas lahan yang dimiliki petani di Desa Sukaresmi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Luas Lahan yang Dimiliki Petani

No Luas lahan yang digarap Jumlah petani %-tase 1.

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

(42)

26

Milik Sendiri

Sewa

Garapan

Milik Sendiri dan Sewa

Milik Sendiri dan Garapan

sendiri dan sebagian sewa sebesar 6,67 % dan lahan yang dikelola petani dengan sebagian milik sendiri dan sebagian lahan garapan sebesar 26,67 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram pie dibawah ini.

26,67 % 23,33 %

6,67% 16,67%

26,67%

Gambar 4. Diagram Pie Persentase Status Kepemilikan Lahan

Penelitian menunjukkan hanya sebesar 3,33 % yang menyatakan pola tanam dan jenis tanaman yang ditanam dilakukan berdasarkan perintah dari pemilik lahan, sedangkan sisanya berdasarkan keinginan dari penggarap. Hal ini terjadi karena pemilik lahan mempercayakan sepenuhnya lahan yang dimilikinya kepada si penggarap. Bahkan ada beberapa pemilik lahan yang tidak mengambil bagi hasilnya, mereka hanya menginginkan lahannya dikelola agar tidak terbengkalai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Desa Sukaresmi penguasaan lahan tidak berpengaruh terhadap pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang ditanam.

Pendapatan Masyarakat

(43)

Pendapatan per bulan < Rp.500.000,00

Pendapatan per bulan Rp.500.000,00 -Rp.1.000.000,00 Pendapatan per bulan > RP.1.000.000,00

Berdasarkan pengolahan data primer yang dilakukan diketahui bahwa tingkat pendapatan masyarakat di Desa Sukaresmi tergolong pada masyarakat berpendapatan rendah. Pada gambar diagram pie dapat dilihat mereka yang berpendapatan kurang dari Rp.500.000,00 mencapai setengah dari jumlah informan yaitu sebesar 50 %, masyarakat berpendapatan antara Rp.500.000,00 sampai dengan Rp.1.000.000,00 sebesar 33,33%, dan masyarakat yang berpendapatan lebih dari Rp.1000.000,000 sebesar 16,67%.

16,67%

50%

33,33%

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Masyarakat

Persepsi Masyarakat Mengenai Kualitas Sub DAS Cikundul

Kriteria yang digunakan masyarakat dalam memberikan persepsinya mengenai kualitas Sub DAS Cikundul adalah berdasarkan pengamatan dan kenyataan yang mereka alami sehari-hari. Sebagian besar masyarakat mempersepsikan DAS adalah sungai, berbeda dengan konsep DAS dimana DAS merupakan kawasan yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang mengalir dari hulu menuju danau atau lautan. Hanya 36,67 % dari masyarakat (walaupun tidak secara eksplisit) menunjukkan bahwa DAS adalah kawasan yang berada di sekitar sungai yang dapat menyerap air dan mengalirkannya ke sungai. Sedangkan 13,33 % masyarakat lainnya menyatakan tidak tahu mengenai DAS. Hal ini dapat terjadi melihat rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sukaresmi dimana sebagian besar masyarakat hanya mengenyam pendidikan hingga bangku Sekolah Dasar (SD), bahkan banyak pula yang tidak menamatkan sekolahnya, sehingga rendah pula tingkat pengetahuannya.

(45)

Tabel 6. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengertian DAS

No Pengertian DAS Jml Penduduk %-tase 1.

2.

3.

Sungai

Kawasan disekitar aliran sungai

Tidak tahu

15 11

4

50 36,67

13,33

Jumlah 30 100,0

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Dilihat dari keadaan tutupan lahan, infiltrasi air, erosi, dan endapan atau sedimentasinya, 60 % dari masyarakat menyatakan bahwa Sub DAS Cikundul saat ini dalam keadaan rusak, sedangkan 40 % dari masyarakat beranggapan kondisi Sub DAS Cikundul tergolong dalam keadaan agak rusak.

(46)

Baik (sae)

Ada areal kosong, namun masih

Tutupan lahan sedang bisa di olah

Masih terdapat pepohonan

Kondisi Sub DAS Agak Rusak (rada resak) (tangkal kai)

Cikundul Banyak lahan terbuka tetapi

banyak pula lahan tetutup

Infiltrasi air sedang

Erosi sedikit

Endapan (sedimentasi) sedikit

Banyak lahan tidak ditanami

karena status guntai

Tutupan lahan sedang Pembukaan lahan oleh masyarakat

dengan pembakaran

Rusak (resak) Infiltrasi air sedikit Air (cai) langsung turun jika hujan

Erosi besar Banyak tanah (taneuh) yang

Terbawa air (cai) hujan Endapan (sedimentasi)

banyak

(47)

Dari setiap pandangan yang diberikan oleh masyarakat baik masyarakat yang menggolongkan Sub DAS Cikundul dalam kategori rusak maupun agak rusak, seluruh pandangan berorientasi pada lahan yang terdapat di Sub DAS Cikundul dibandingkan keadaan air yang akan dihasilkannya jika DAS mengalami kerusakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat (93,33%) memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Dan dalam bertani mereka memerlukan lahan untuk melakukan kegiatannya. Air dibutuhkan petani untuk mengairi sawahnya dan air juga merupakan bagian dari sistem pertanian, namun lahan adalah kebutuhan pokok dalam pertanian.

Jika Sub DAS Cikundul mengalami kerusakan seluruh masyarakat akan merasakan kerugian. Kerugian-kerugian yang dirasakan penduduk Desa Sukaresmi saat ini dengan semakin menurunnya kondisi Sub DAS Cikundul diantaranya adalah turunnya lumpur pada aliran sungai di musim penghujan yang dapat mengakibatkan banjir dan tertutupnya sawah oleh lumpur sehingga pertumbuhan padi menjadi tidak baik, dan erosi yang terjadi pada tanah terbuka dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor. Penduduk Desa Sukaresmi yang memiliki ketergantungan terhadap mata air dalam kehidupan sehari-harinya juga merasakan kerugian-kerugian dari menurunnya kondis Sub DAS Cikundul, karena air yang dahulu berwarna bening pada saat ini mulai menjadi keruh dikarenakan tercampur tanah yang terdegradasi. Pada musim kemarau persediaan air mulai berkurang, hal ini ditandai dengan surutnya sungai-sungai yang ada di sekitar Desa Sukaresmi sehingga banyak sawah yang mengalami kekeringan.

(48)

32

kegiatan sehari-hari seperti mandi dan memasak. Penyakit yang seringkali dialami masyarakat adalah sakit perut dan penyakit kulit.

Persepsi Masyarakat Mengenai Fungsi Sub DAS Cikundul

Sub DAS Cikundul memiliki manfaat bagi seluruh masyarakat, manfaat terbesarnya ialah untuk lahan pertanian terutama sawah, dan manfaat lainnya yaitu untuk pemukiman, pengairan, penghasil sumber air, kolam, pembangkit listrik, dan untuk kehidupan sehari-hari. Salah seorang penduduk yang termasuk dalam kelompok tani Mekar Tani di Dusun Cikujang mengatakan :

“Nya Sub DAS Cikundul ieu mah pasti seer manfaatna atuh Ai, diantarana teh kanggo pengairan, kanggo ngadamel bumi, kanggo serang, pokokna macem-macemlah manfaatna”.(Sub DAS Cikundul ini mempunyai banyak manfaat Dik, diantaranya untuk pengairan, untuk pemukiman, untuk sawah, intinya macam-macamlah manfaatnya).

Berikut merupakan manfaat dari Sub Daerah Aliran Sungai Cikundul sebagaimana yang dinyatakan oleh penduduk Desa Sukaresmi yang disajikan Tabel 7.

Tabel 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sub DAS Cikundul

No Manfaat Frekuensi %-tase

1.

Sumber : Data Primer Hasil Pengolahan

(49)

dimanfaatkan untuk areal pertanian dan sebanyak 93,33 % penduduknya memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Dengan bertani penduduk Desa Sukaresmi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berharap dapat meningkatkan kesejahteraannya walaupun pada kenyataannya 50 % penduduk Desa Sukaresmi tergolong pada masyarakat berpendapatan rendah dengan penghasilan per bulan kurang dari Rp. 500.000,00.

Pengelolaan ekosistem DAS yang baik dan benar dapat menjamin keberlangsungan tata air, salah satunya adalah menjamin keberlangsungan air sungai. Desa Sukaresmi adalah desa yang kaya akan air terutama air sungai, dan sebagian besar penduduknya memiliki kepentingan terhadap air tersebut. Penduduk Desa Sukaresmi memanfaatkan air sungai dalam kehidupannya diantaranya untuk mengairi sawah, persediaan air bersih, pembangkit lisrik, bahkan ada yang memanfaatkannya untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Namun, semakin menurunnya kondisi Sub DAS Cikundul menyebabkan menurun pula kualitas air yang dihasilkan. Air yang dihasilkan saat ini sudah tidak memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, penduduk Desa Sukaresmi melakukan penyadapan langsung ke sumbernya yaitu mata air yang berada di atas bukit dengan menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah yang langsung mengalirkan air ke rumah-rumah. Namun, tidak semua penduduk dapat melakukan hal serupa. Karena keterbatasan ekonomi, masih ada beberapa penduduk yang tetap menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Tabel 8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kegunaan Air Sungai

No Kegunaan Air Sungai Frekuensi %-tase

1.

2.

3.

4.

Sehari-hari sperti mandi, mencuci, dan memasak

Mengairi sawah

(50)

34

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan Sub DAS Cikundul

Tujuan utama pengelolaan DAS ialah tercapainya suatu keadaan dalam DAS yang memungkinkan terlaksananya keadaan tata air yang baik dalam hal ini hasil air yang optimum, dipandang dari aspek kuantitas, kualitas, dan regimen (timing). Agar dapat mengendalikan hasil air, perlu pula pengendalian aspek-aspek tersebut (Manan, 1995).

Tidak dikelolanya DAS dengan baik akan menyebabkan DAS menjadi rusak. Hal ini dapat menimbulkan kerugian baik pada masyarakat maupun kepada pemerintah. Pandangan masyarakat mengenai kerugian yang akan di alaminya jika DAS mengalami kerusakan hampir merata di setiap Dusun yang ada di Desa Sukaresmi, karena hal ini seringkali mereka alami dalam kehidupan sehari-harinya. Kerugian-kerugian tersebut antara lain pada musim hujan air menjadi keruh dan berlumpur, terjadi erosi, tanah longsor, dan banjir. Lain halnya dengan pandangan masyarakat mengenai kerugian yang dialami pemerintah. Setiap individu memberikan pandangan yang berbeda, ada yang berpandangan positif ada pula yang berpandangan negatif. Salah seorang penduduk mengatakan :

“Pami Daerah Aliran Sungai Rusak, Pemerintah mah moal dirugikeun atuh, da Pemerintah mah moal terang masyarakat untung atanapi rugi dina hasil pertanianna. Pemerintah mah terangna masyarakat mayar pajak weh unggal tahun. Pami masyarakat gagal panen ge moal mungkin mereun pajak dihapuskeun”. (Jika Daerah Aliran Sungai rusak, Pemerintah tidak akan dirugikan karena Pemerintah tidak tahu masyarakt untung atau rugi dari hasil pertaniannya. Pemerintah hanya tahu masyarakat membayar pajak tiap tahun. Jika masyarakat gagal panen, Pemerintah juga tidak akan mungkin mengahapuskan pajaknya (pajak yang dimaksud PBB) kan).

Seorang informan lain mengatakan :

(51)

Pandangan negatif ditujukan kepada pemerintah karena masyarakat merasa selama ini pemerintah tidak memperhatikan keberadaan masyarakat kecil seperti mereka. Bantuan yang selama ini diharapkan turun kepada mereka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sementara kebutuhan ekonomi semakin meningkat seiring dengan naiknya harga-harga. Distribusi mengenai pandangan masyarakat mengenai kerugian yang dialami masyarakat dan pemerintah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Persepsi Masyarakat Mengenai kerugian yang Timbul Akibat Rusaknya Sub DAS Cikundul

No Kerugian yang dialami Frekuensi %-tase

1. Masyarakat

• Tidak ada

• Air berlumpur

• Air menjadi keruh

• Terjadi Erosi

• Persediaan air berkurang

• Tanah longsor

• Berkurangnya kesuburan tanah

• Terjadi banjir

• Pertumbuhan tanaman jelek

• Lahan menjadi tidak tergarap

1

• Tambahan biaya rehabilitasi dan

pembangunan

• Listrik terganggu

• Tidak bisa mengembangkan masyarakat

(52)

36

Untuk mengatasi kerusakan Sub DAS Cikundul, masyarakat merasa perlu diadakannya penanaman jenis tanaman berkayu seperti sengon, kayu afrika, gmelina, atau tanaman kehutanan lainnya di lahan-lahan atau areal yang selama ini kosong dan di sela-sela tanaman pertanian mereka sesuai dengan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Hanya sebesar 3,33 % dari masyarakat yang merasa tidak perlu melakukan apa-apa melihat kondisi Sub DAS Cikundul saat ini dikarenakan keterbatasan dana.

Pola tanam yang diterapkan di Desa Sukaresmi adalah tumpang sari, agroforestry dan monokultur pangan. Jenis tanaman yang dipilih hampir merata di seluruh Dusun yang ada di Desa Sukaresmi seperti jagung, cabe rawit, cabe merah, cabe keriting, singkong, talas, kacang-kacangan, mentimun, tomat, dan bakung. Sedangkan untuk tanaman berkayunya jenis tanaman yang ditanam ialah sengon, kayu afrika, dan buah-buahan seperti kedondong, rambutan, durian, jengkol, petai, dan kopi. Setengah dari masyarakat percaya bahwa pola tanam dan pemilihan jenis tanaman mempengaruhi kualitas Sub DAS Cikundul karena pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang tepat dapat mengurangi erosi, meningkatkan ketersediaan sumber air, mencegah terbawanya lumpur dan tanah, dan meningkatkan bahan organik. Sedangkan 40 % masyarakat lainnya mengatakan bahwa pola tanam dan pemilihan jenis tanaman tertentu tidak berpengaruh terhadap kualitas Sub DAS Cikundul karena untuk mengatasi masalah kerusakan DAS dapat menggunakan sistem tegalan. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa yang mempengaruhi kualitas DAS adalah iklim. Sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu apakah pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang ditanam akan berpengaruh terhadap kualitas DAS.

Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul

(53)

masyarakat dan pemerintah adalah manusia yang juga bagian dari ekosistem DAS dan telah memanfaatkan semua sumber daya alam yang terdapat didalamnya.

Tabel 10. Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Mengelola Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikundul

No Peran Masyarakat Peran Pemerintah

1.

Memelihara Daerah Aliran Sungai

Mendorong masyarakat Memberi bibit

Memberi modal

Memberi dukungan dan anjuran Penyuluhan

Diskusi dengan masyarakat Perlindungan

Mengadakan program Pembinaan dan Controlling

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Dari pernyataan-pernyataaan diatas, semua pernyataan menuju pada satu titik dimana masyarakat berperan sebagai pelaksana utama yang berperan aktif dalam melakukan pengelolaan Sub DAS Cikundul seperti menanam, memelihara lahan dan melaksanakan program-program pemerintah, dan pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan masyarakat melalui program-programnya, memberi bantuan dana dan pengarahan serta controlling atau pengawasan kepada masyarakat agar pengelolaan DAS dapat berjalan dengan baik.

(54)

38

(GERHAN) pada tahun 2003. Oleh karena itu, peran pemerintah sebagai pengawas perlu lebih ditingkatkan dan dilakukan secara terus menerus tidak hanya pada saat kegiatan dilaksanakan tetapi juga setelah kegiatan dilaksanakan, dan masyarakat sebagai pelaksana perlu lebih diarahkan agar setiap program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Walaupun begitu masih ada sebesar 3,33 % masyarakat mengatakan selama ini pemerintah belum pernah mengajak masyarakat melakukan pengelolaan DAS bahkan 3,33 % lainnya tidak mengetahui keberadaan pemerintah dalam pengelolaan ekosistem DAS.

Dinas PKT Dinas Kehutanan

Ada Dinas Pertanian

(93,33%) Perhutani

Keikutsertaan Tidak ada Pemerintah (3,33%)

Tidak tahu

(3,33%)

Gambar 7. Persepsi Masyarakat Mengenai Keikutsertaan Pemerintah dalam Pengelolaaan Ekosistem Sub DAS Cikundul

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengorganisasian Petani

(55)

himbauan saja, melainkan berupa aturan yang jelas dan mengikat masyarakat serta dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat.

Keberadaan organisasi yang begerak dalam pengelolaan DAS saat ini diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya DAS. Adapun diperlukannya organisasi tersebut menurut pandangan masyarakat adalah: 1. Untuk menyatukan suara para petani

2. Menggerakkan masyarakat dalam menjalankan suatu program 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat

4. Mengarahkan masyarakat

5. Mengatasi masalah-masalah lingkungan 6. Mendekatkan antar anggota

7. Menjalin kerjasama petani dan pemerintah, dan 8. Mencapai tujuan bersama.

Adanya organisasi yang dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan pengelolaan DAS dengan baik dan benar dapat memperbaiki kondisi DAS menuju kondisi yang lebih baik dan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya DAS.

(56)

40

Pemerintah berperan

Masyarakat sebagai pengawas

Pemerintah sebagai

pemberi bantuan

Anggota Perkumpulan

Pemerintah harus ikut serta

Masyarakat dan kegiatan masyarakat

Pemerintah Pemerintah harus

memberikan teladan

Gambar 8. Pandangan Masyarakat Mengenai Anggota Perkumpulan atau Organisasi yang Bergerak di Bidang Lingkungan.

Perilaku Masyarakat

Tindakan dalam Pengelolaan Sub DAS Cikundul

Perilaku merupakan tindakan manusia yang didasari oleh persepsi dan faktor lainnya seperti lingkungan. Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukkan sikap dan perilaku. Bahkan Harihanto (2001) secara tegas mengatakan tidak ada perilaku tertentu tanpa persepsi, perilaku adalah hasil persepsi. Dengan demikian perilaku tertentu terhadap lingkungan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap lingkungan tersebut.

(57)

lahan yang diusahakannya. Sedangkan masyarakat lainnya belum turut andil dalam pengelolaan Sub DAS Cikundul dikarenakan alasan-alasan tertentu, antara lain :

ƒ Faktor Ekonomi

- Mereka lebih memilih menanam tanaman pertanian dibanding tanaman kehutanan karena tanaman pertanian lebih cepat menghasilkan dibanding tanaman kehutanan.

- Untuk melakukan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar dari yang biasa mereka keluarkan, misalnya biaya untuk pembelian bibit dan waktu untuk mengikuti program yang diadakan, sedangkan masyarakat Desa Sukaresmi tergolong dalam masyarakat berpendapatan rendah yang memiliki keterbatasan ekonomi.

ƒ Faktor waktu

- Dalam hal pemanenan, tanaman kehutanan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding tanaman pertanian. Sedangkan masyarakat membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Ditinjau dari sisi statistik, hubungan antara persepsi masyarakat terhadap kondisi DAS dengan perilakunya dalam mengelola DAS dengan menggunakan uji chi-square dan diolah dalam minitab didapatkan :

Tabel 11. Uji Chi-Square Hubungan Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi DAS dengan Perilaku Mengelola DAS

Perilaku Persepsi

Mengelola DAS Tidak Mengelola DAS

(58)

42

Walaupun secara statistik persepsi masyarakat tidak berpengaruh nyata terhadap perilakunya, namun berdasarkan tabulasi frekuensi diketahui bahwa persepsi masyarakat sudah sesuai dengan perilakunya dimana frekuensi kesesuaian persepsi dengan perilaku (55,5 % dan 75%) lebih besar dari frekuensi ketidak sesuaian persepsi dengan perilaku (44,5% dan 25 %).

Pola Tanam Masyarakat

Pengambilan keputusan untuk menerapkan sistem atau bentuk pola tanam tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor luas lahan yang dikuasai, ketersediaan pasar akan produk yang dihasilkan, ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi lingkungan alam. Namun faktor keturunan juga dapat mempengaruhi hal ini, misalnya pola tanam yang diterapkan adalah warisan dari leluhur yang sudah diterapkan secara turun menurun. Pola tanam yang diterapkan oleh masyarakat Desa Sukaresmi adalah monokultur pangan untuk areal persawahannya, tumpang sari dan agroforestry untuk areal tegalan atau perkebunannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa 60 % dari masyarakat Desa Sukaresmi menerapkan pola tanam tumpang sari, 36,67 % masyarakat menerapkan pola tanam agroforestry, dan 3,33 % masyarakat menerapkan pola tanam monokultur pangan.

Tabel 12. Pola Tanam yang Diterapkan Masyarakat Desa Sukaresmi

No Pola Tanam Jml Penduduk %-tase

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

Tumpang Sari

(59)

1. Mengurangi kehilangan tanah olah dan tata air pada tanah-tanah pertanian 2. Menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah

3. Mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat pula

4. Penghematan tenaga kerja

5. Menghindari terjadinya pengangguran musim karena tanah bisa ditanam secara terus-menerus

6. Pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali 7. Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman

8. Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.

Persyaratan :

1. Digunakan pada lahan yang tidak terlalu miring 2. Tanah tidak sangat kurus

3. Penduduk lingkungan padat dan membutuhkan tanah garapan.

Jenis tanaman yang digunakan pada sistem tumpang sari ini pada umumnya adalah tanaman pokok seperti padi, gandum, kapas dengan tanaman penutup tanah dari jenis Leguminaceae dan rumput. Kombinasi tanaman yang biasa digunakan adalah padi dengan palawija, padi dengan Leguminaceae, dan palawija dengan Leguminaceae.

Agroforestry

Agroforestry adalah sistem bercocok tanam pada sebidang tanah atau lahan dimana tanaman kehutanan berkayu ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian dalam suatu pengaturan spasial.

Tujuan :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. Menyediakan bahan baku industri

3. Memperluas lapangan kerja dan meningkatkan mutu lingkungan 4. Menekan erosi

(60)

44

Persyaratan :

1. Didominasi oleh jenis tanaman kayu-kayuan baik murni maupun campuran 2. Jenis tanaman yang dipilih adalah jenis tanaman yang sudah dikenal

masyarakat seperti sengon, jeunjing, gmelina, dan tanaman buah-buahan.

3. Pertumbuhannya cepat dan telah diketahui bagaimana cara menanam, memelihara, dan memungut hasil

4. Tanah tidak tergenang air.

Penelitian ini menunjukkan bahwa petani dalam memilih suatu pola tanam tertentu untuk diterapkan pada lahan yang diusahakannya memiliki berbagai alasan dimana alasan-alasan ini tidak jauh berbeda dengan tujuan yang diharapkan dari masing-masing pola tanam tersebut.

Tabel 13. Alasan Petani Memilih Pola Tanam

No Tumpang Sari Agroforestry Monokultur Pangan

1.

Selalu ada hasil tiap kali

panen

Setiap musim ada yang

dapat dipanen

Jika gagal satu masih ada

yang lain

Gambar

Tabel 1. Distribusi Kelas Kemiringan Lahan Sub DAS Cikundul
Tabel 2. Distribusi Mata Pencaharian Petani di Sub DAS Cikundul Tahun
Gambar 1. Diagram Pie Persentase Sebaran Umur Petani
Gambar 2. Diagram Pie Persentase Jumlah dan Komposisi Keluarga Petani
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

Penelitian mengenai teknologi AJAX yang dibahas pada artikel ini akan menggunakan contoh website (subdomain) pada Universitas Matana yang akan digunakan oleh para

Variabel yang digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan nelayan pancing ulur di PPN Palabuhanratu Sukabumi adalah berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN), indikator

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Satu bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pokja Jasa Konstruksi ULP Pemerintah Kota

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan binder molasses dalam pelet complete calf starter terhadap kualitas kimia dan fisik pelet.. Penelitian dilaksanakan selama

lebih termotivasi melakukan suatu permainan bila didalamnya terkandung nilai kompetisi, hal ini tidak secara nyata disampaikan oleh Montessori dalam metode

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan pekerjaan Pengadaan Teknologi Pembangkit Listrik Energi Hibrid Untuk menunjang Operasional Sistem Asimilasi Data Radar

Masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya pesisir