• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kondisi Persiapan

Persentase daya berkecambah. Peningkatan persentase daya berkecambah kopi Robusta berturut-turut yakni 39,5%, 71,9%, dan 93,9% pada 4, 6 dan 8 minggu setelah semai (MSS). Persentase daya berkecambah kopi Arabika berturut-turut yakni 10,45%, 87,88%, dan 91,67% pada 4, 6, dan 8 MSS. Persentase daya berkecambah disajikan pada Tabel 1.

11 Tabel 1. Persentase daya berkecambah kopi Robusta dan kopi Arabika

Jenis kopi Jumlah benih yang disemai

Daya berkecambah (%) 4 MSS 6 MSS 8 MSS Robusta Propelegetim (BP 42 x

BP 358) 1.000 39,5 71,9 93,9

Arabika varietas Andungsari 4.000 10,4 87,8 91,6 Keterangan: MSS (minggu setelah semai)

Persentase kecambah yang dipindahkan ke main nursery. Kecambah

kopi yang telah berumur 8 MSS dipindahkan ke main nursery. Kecambah kopi Robusta total yang ada di persemaian berjumlah 939 kecambah dan berhasil dipindahkan sebanyak 795 kecambah (84,6%). Jumlah kecambah kopi Arabika yang berhasil dipindahkan sebanyak 3.055 (83,3%) dari total kecambah di persemaian yang berjumlah 3.667 (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah bibit yang dipindahkan ke main nursery Jenis kopi

Jumlah benih yang berkecambah

Jumlah bibit yang dipindahkan

(kecambah) (%) (bibit) (%)

Robusta Propelegetim (BP 42

x BP 358) 939 93,9 795 84,6

Arabika varietas Andungsari 3.667 91,7 3.055 83,3

Persentase keberhasilan sambungan. Sambungan yang telah berumur dua

minggu dibuka untuk dilihat keberhasilannya. Keberhasilan sambungan bibit kopi dengan kopi Robusta sebagai batang bawah ulangan 1, 2 dan 3 yakni 82, 84, dan 62 bibit dari 100 bibit yang disambung pada setiap ulangan. Kopi Arabika sebagai batang bawah memberikan hasil sambungan 88, 84, dan 64 bibit dari total sambungan yang berjumlah 100 dari setiap ulangan (Tabel 3). Bibit hasil sambungan yang masih hidup atau berhasil dapat dilihat dengan ciri-ciri daun dari batang atas (scion) masih berwarna hijau dan segar (Gambar 2). Bibit yang tidak berhasil membentuk sambungan umumnya berwarna coklat baik batang atas maupun batang bawahnya dan ketika pengikat sambungan dibuka, batang atas mudah lepas dari sambungan (Gambar 2).

Tabel 3. Persentase keberhasilan sambungan Posisi

sambungan

Jumlah bibit yang disambung/ulangan Ulangan 1 (%) Ulangan 2 (%) Ulangan 3 (%) Rata-rata Kopi Rbb-Aba 100 82 84 62 76 Kopi Abb-Rba 100 88 84 64 79

Keterangan: Rbb-Aba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Abb -Rba(kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas)

12

Gambar 2. Bibit kopi yang hidup setelah disambung (a) dan bibit kopi yang gagal setelah disambung (b)

Kondisi Umum

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor dengan ketinggian 250 m dpl. Kondisi iklim di sekitar lahan percobaan meliputi curah hujan berkisar 131,8-644 mm per bulan, kelembaban udara berkisar 86-93%, suhu udara berkisar 21,2-26,7 0C, dan intensitas cahaya berkisar 250-358 cal/m2 (BMKG, 2016). Data iklim selama percobaan secara lengkap tercantum pada Lampiran 2.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem perbanyakan tanaman berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan tinggi bibit tanaman, jumlah pasang daun, diameter batang bibit. Perlakuan berbagai konsentrasi Hydrasil dan interaksi Hydrasil dengan sistem perbanyakan tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit kopi pada seluruh peubah pertumbuhan yang diamati. Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan bibit kopi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan bibit kopi Peubah Waktu Pengamatan (MSP) Sistem perbanyakan Konsentrasi

Hydrasil (A) PxA KK tanaman (P) Tinggi tanaman 0 ** tn tn 9,63 2 ** tn tn 8,79 4 ** tn tn 8,85 6 ** tn tn 8,97 8 ** tn tn 8,67 10 ** tn tn 10,45 12 ** tn tn 10,11 14 ** tn tn 10,99 16 ** tn tn 11,97 18 ** tn tn 13,91 20 ** tn tn 15,31 22 ** tn tn 17,18 24 ** tn tn 20,07 a b

13 Tabel 4. (Lanjutan) Peubah Waktu Pengamatan (MSP) Sistem perbanyakan tanaman (P) Konsentrasi

Hydrasil (A) PxA KK

26 ** tn tn 22,23 Diameter batang 0 * tn tn 13,74 4 * tn tn 12,84 6 ** tn tn 8,36 8 ** tn tn 8,38 10 ** tn tn 9,74 12 ** tn tn 10,36 14 ** tn tn 11,33 16 ** tn tn 12,50 18 ** tn tn 15,74 20 ** tn tn 18,06 22 ** tn tn 18,82 24 ** tn tn 20,80 26 ** tn tn 23,26

Jumlah pasang daun

0 * tn tn 27,06 2 * tn tn 27,16 4 * tn tn 27,61 6 * tn tn 28,93 8 * tn tn 28,40 10 ** tn tn 23,88 12 * tn tn 15,70 14 * tn tn 13,10 16 ** tn tn 9,11 18 ** tn tn 15,05 20 ** tn tn 17,37 22 ** tn tn 18,41 24 * tn tn 20,52 26 ** tn tn 20,48

Keterangan: tn tidak berpengaruh nyata pada uji F 5%, *berpengaruh nyata pada uji F 5%, **berpengaruh nyata pada uji F 1%, KK = koefisisen keragaman, MSP = minggu setelah perlakuan.

14

Tabel 5. Rekapitulasi sidik ragam pengamatan fisiologi bibit kopi pada 28 MSP Peubah Sistem perbanyakan tanaman (P) Konsentrasi

Hydrasil (A) PxA KK

Jumlah stomata tn tn tn 27,30

Jumlah akar tn tn tn 14,35t

Panjang akar (cm) * tn tn 21,28t

Volume akar (mm3) ** tn tn 18,40t

Bobot basah tajuk (g) ** tn tn 14,21t

Bobot kering tajuk (g) * tn tn 11,81t

Bobot basah akar (g) * tn tn 24,18t

Bobot kering akar (g) * tn tn 17,85t

Nisbah bobot kering

tajuk/akar * tn tn 15,89t

Keterangan: tn tidak berpengaruh nyata pada uji F 5%, *berpengaruh nyata pada uji F 5%, **berpengaruh nyata pada uji F 1%, KK = koefisisen keragaman, MSP = minggu setelah perlakuan, t hasil transformasi √ .

Sistem perbanyakan tanaman juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah-peubah fisiologi bibit kopi meliputi panjang akar, volume akar, bobot basah dan kering tajuk, bobot basah dan kering akar serta nisbah bobot kering tajuk/akar. Konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah fisiologi yang diamati. Sistem perbanyakan tanaman kopi dan konsentrasi Hydrasil serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah stomata dan jumlah akar. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengamatan fisiologi bibit kopi disajikan pada Tabel 5.

Selama penelitian berlangsung terdapat beberapa gangguan ringan meliputi serangan hama, penyakit dan gulma. Hama yang menyerang adalah ulat. Penyakit yang menyerang adalah karat daun. Gulma yang tumbuh didominasi dari golongan rumput. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dilakukan hanya secara manual karena intensitas serangannya belum sampai merugikan pertumbuhan bibit kopi.

Peubah Morfologi Bibit Kopi

Tinggi tanaman. Tinggi tanaman dipengaruhi oleh sistem perbanyakan

tanaman, tetapi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman. Tanaman kopi tertinggi terdapat pada tanaman kopi Robusta dengan metode perbanyakan tanaman asal biji (Tabel 6). Bibit kopi yang berasal dari sistem perbanyakan asal biji nyata lebih tinggi dibandingkan bibit hasil sambungan.

15 Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai sistem perbanyakan

tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 0-26 MSP

Perlakuan Tinggi bibit pada umur MSP

0 4 8 12 16 20 24 26

--- (cm) --- Sistem perbanyakan tanaman

Robusta

asal biji 9,44a 11,54a 12,83a 14,25a 16,17a 18,76a 21,45a 23,03a Arabika

asal biji 8,88a 10,79a 11,91b 13,15a 14,58b 16,85ab 18,41b 19,64b Robusta bb

-Arabika ba 9,19a 11,12a 12,37ab 13,71a 14,69b 15,39b 16,04b 16,56b Arabika bb -Robusta ba 7,12b 9,13b 10,04c 10,80b 11,29c 11,81c 12,21c 12,47c Konsetrasi Hydrasil (%) 0 8,58 10,71 12,00 13,00 13,97 15,29 16,45 17,29 0,05 8,84 10,69 11,79 13,13 14,28 15,79 16,98 17,79 0,1 8,75 10,89 11,92 13,42 14,94 16,67 18,34 19,53 0,15 8,45 10,29 11,43 12,34 13,53 15,05 16,33 17,08

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Diameter batang. Sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh

nyata terhadap pertumbuhan diameter batang, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Bibit kopi hasil perbanyakan asal biji memiliki diameter batang yang lebih besar dibandingkan bibit kopi hasil sambungan. Bibit kopi yang telah berumur 26 MSP memiliki diameter batang tertinggi 4,09 mm. Pertumbuhan diameter batang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata diameter batang pada berbagai sistem perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 0-26 MSP

Perlakuan Diameter batang pada umur MSP

0 4 8 12 16 20 24 26

--- (mm) --- Sistem perbanyakan tanaman

Robusta

asal biji 1,17ab 1,60a 2,30a 2,73a 2,99a 3,51a 3,84a 4,09a Arabika

asal biji 1,30a 1,66a 2,28a 2,79a 3,10a 3,66a 3,80a 4,02a Robusta

bb-Arabika

ba 1,08b 1,36b 1,73b 2,08b 2,18b 2,58b 2,59b 2,67b Arabika bb-

16

Tabel 7. (Lanjutan)

Perlakuan Diameter batang pada umur MSP

0 4 8 12 16 20 24 26 ---(mm)--- Konsentrasi Hydrasil (%) 0 1,20a 1,56 2,06 2,39 2,52 2,86 3,00 3,00 0,05 1,04b 1,37 1,98 2,37 2,62 3,02 3,19 3,19 0,1 1,23a 1,55 2,05 2,56 2,79 3,32 3,49 3,49 0,15 1,14ab 1,47 2,02 2,40 2,56 3,05 3,11 3,11

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Jumlah pasang daun. Jumlah pasang daun dihitung apabila daun sudah

berjarak 5 cm dari kotiledon. Sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah pasang daun, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pasang daun. Bibit kopi dengan sistem perbanyakan asal biji memberikan jumlah pasang daun nyata lebih banyak dibandingkan bibit kopi yang berasal dari sambungan (Tabel 8).

Tabel 8. Rata-rata jumlah pasang daun pada berbagai sistem perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada 0-26 MSP

Perlakuan Jumlah pasang daun pada umur MSP

0 4 8 12 16 20 24 26

--- (pasang daun) --- Sistem perbanyakan tanaman

Robusta

asal biji 1,05a 1,57a 1,87a 2,36a 2,62a 6,33a 6,46a 6,82a Arabika

asal biji 0,82b 1,14b 1,42b 2,35a 2,52ab 6,32a 6,71a 6,70a Robusta bb

-Arabika ba 1,13a 1,33ab 1,45b 2,13a 2,35b 5,59a 5,34b 5,08b Arabika bb- Robusta ba 0,80b 1,09b 1,04c 1,84c 2,14c 4,34b 4,57b 4,67b Konsentrasi Hydrasil (%) 0 0,96 1,16 1,39 2,10 2,38 5,52 5,33 5,54 0,05 0,94 1,35 1,61 2,11 2,40 5,51 5,57 5,65 0,1 0,97 1,37 1,45 2,22 2,44 6,00 5,88 6,42 0,15 0,91 0,23 1,31 2,24 2,39 5,53 5,52 5,65

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

17 Hasil pengamatan selama penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa daun mengalami klorosis yang ditandai dengan daun yang berwarna kuning (Gambar 3). Jumlah pasang daun pada akhir penelitian berjumlah 4-6 pasang.

Gambar 3. Daun bibit kopi mengalami klorosis

Peubah Fisiologi Bibit Kopi

Luas daun. Luas daun bibit kopi terluas didapatkan pada bibit kopi Robusta

asal biji dengan konsentrasi Hydrasil 0,05% yakni 1.752,98 cm2. Luas daun bibit kopi dengan berbagai perlakuan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas daun pertanaman, tebal daun, dan kandungan total klorofil pada setiap perlakuan pada akhir penelitian

Perlakuan LD/tanaman (cm2) Tebal daun (μm) Total klorofil (mg/g)

Robusta asal biji, Hydrasil 0% 659,91 247.931,94 2,23

Robusta asal biji, Hydrasil 0,05% 1.752,98 209.866,80 2,05

Robusta asal biji, Hydrasil 0,1% 1.061,09 148.675,35 2,28

Robusta asal biji, Hydrasil 0,15% 1.615,80 286.584,51 2,83

Arabika asal biji, Hydrasil 0% 1.223,85 170.359,79 2,97

Arabika asal biji, Hydrasil 0,05% 769,89 219.592,92 3,22

Arabika asal biji, Hydrasil 0,1% 762,43 278.999,21 2,18

Arabika asal biji, Hydrasil 0,15% 703,34 200.131,54 2,44

Robusta bb-Arabika ba,Hydrasil 0% 89,88 212.969,94 0,87

Robusta bb-Arabika ba, Hydrasil

0,05% 79,21 269.382,26 2,21

Robusta bb-Arabika ba, Hydrasil0,1% 188,57 258.638,56 2,52

Robusta bb-Arabika ba,, Hydrasil

0,15% 260,11 225.867,45 1,67

Arabika bb-Robusta ba, Hydrasil0% 423,3 162.867,75 1,42

Arabika bb- Robusta ba, Hydrasil

0,05% 27,1 177.035,80 2,25

Arabika bb- Robusta ba, Hydrasil

0,1% 73,98 151.128,14 2,23

Arabika bb-Robusta ba, Hydrasil

0,15% 261,85 172.162,91 2,14

Keterangan : Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

18

Tebal daun. Ketebalan daun diukur pada saat akhir penelitian

menggunakan software DP2-BSW. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan kopi Robusta asal biji dengan konsentrasi Hydrasil 0,15% memiliki daun paling tebal yakni 286.584,51 μm. Tebal daun bibit kopi dengan berbagai perlakuan disajikan pada Tabel 9.

Kadar klorofil. Pengujian kadar klorofil dilakukan pada pasang daun

kedua dari ujung pasang daun bibit kopi. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa kadar klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan bibit kopi Arabika hasil perbanyakan asal biji dengan konsentrasi Hydrasil 0,05%, sedangkan kadar klorofil terendah terdapat pada perlakuan bibit kopi hasil sambungan kepelan kopi Robusta sebagai batang bawah dengan konsentrasi Hydrasil 0% (Tabel 9).

Jumlah stomata. Sistem perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil

serta interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah stomata. Bibit kopi Arabika asal biji dan konsentrasi Hydrasil 0% memiliki jumlah stomata tertinggi dibandingkan sistem perbanyakan lainnya (Tabel 10).

Tabel 10. Jumlah stomata pada berbagai sistem perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada akhir penelitian

Perlakuan Jumlah stomata (stomata/mm-2)

Sistem perbanyakan tanaman

Robusta asal biji 140,13

Arabika asal biji 165,61

Robusta bb-Arabika ba 153,72 Arabika bb Robusta ba 140,13 Konsentrasi Hydrasil (%) 0 157,54 0,05 152,02 0,1 156,69 0,15 133,33

Keterangan : Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Jumlah akar. Tanaman kopi memiliki beberapa akar primer. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa baik pada perlakuan sistem perbanyakan tanaman maupun konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Rata-rata jumlah akar pada sistem perbanyakan bibit dan konsentrasi Hydrasil disajikan pada Tabel 11.

Panjang akar. Tanaman kopi memiliki jenis akar tunggang. Pengamatan

panjang akar diukur pada akar primer. Sistem perbanyakan tanaman kopi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang akar, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Panjang akar bibit asal biji menghasilkan akar yang nyata lebih panjang dibanding dengan panjang akar pada bibit hasil sambungan (Tabel 11).

19 Tabel 11. Jumlah, panjang, dan volume akar bibit kopi pada berbagai sistem

perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada akhir penelitian

Perlakuan Jumlah akar

(helai/bibit) Panjang akar (cm 2

) Volume akar (mm3) Sistem perbanyakan tanaman

Robusta asal biji 19,4 22,1a 1,7a

Arabika asal biji 17,2 21,3a 1,6a

Robusta bb-Arabika ba 14,3 13,5b 0,7b Arabika bb Robusta ba 9,9 11,5b 0,9b Konsentrasi Hydrasil (%) 0 18,4 14,1 1,2 0,05 11,6 16,3 1,2 0,1 20,4 21,9 1,5 0,15 10,2 16,2 1,1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Volume akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem perbanyakan

tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap volume akar, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar. Bibit kopi dengan sistem perbanyakan asal biji memiliki volume akar yang nyata lebih besar dibandingkan dengan bibit sambungan (Tabel 11).

Bobot basah dan kering tajuk. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering tajuk, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering tajuk. Bobot basah dan kering tajuk pada sistem perbanyakan bibit kopi asal biji memberikan hasil yang nyata lebih berat dibandingkan dengan bibit kopi hasil sambungan (Tabel 12).

Bobot basah dan kering akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering akar, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering akar. Bobot basah akar pada sistem perbanyakan bibit kopi asal biji memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bibit hasil sambungan. Bobot kering akar pada perlakuan sistem perbanyakan bibit kopi Robusta asal biji memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan bibit kopi sambungan, tetapi tidak berbeda nyata dengan bibit kopi Arabika asal biji (Tabel 12).

Nisbah bobot kering tajuk/akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering tajuk/akar, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering tajuk/akar. Bibit kopi sistem perbanyakan asal biji memiliki nisbah bobot kering

20

tajuk/akar yang nyata lebih besar dibandingkan bibit kopi sambungan. Nisbah bobot kering tajuk/akar bibit kopi disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Bobot basah dan kering tajuk dan akar serta nisbah bobot kering tajuk/akar bibit kopi pada berbagai sistem perbanyakan tanaman dan konsentrasi Hydrasil pada akhir penelitian

Perlakuan Bobot basah (gram) Bobot kering (gram) Nisbah bobot kering

tajuk/akar

Tajuk Akar Tajuk Akar

Sistem perbanyakan tanaman Robusta asal

biji 9,42a 1,65a 3,04a 0,73a 4,31a

Arabika asal

biji 7,68a 1,45a 2,91a 0,62ab 4,76a

Robusta bb -Arabika ba 2,06b 0,54b 0,66b 0,22c 2,99b Arabika bb Robusta ba 2,78b 0,60b 1,10b 0,33bc 2,85b Konsentrasi Hydrasil (%) 0 4,52 0,96 1,73 0,44 3,59 0,05 5,07 1,04 1,88 0,48 3,60 0,1 6,45 1,28 2,32 0,54 4,05 0,15 5,88 0,95 1,78 0,44 3,67

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan

perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba (kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Persentase bibit hidup. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem

perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap persentase bibit hidup pada akhir penelitian, sedangkan konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata. Bibit kopi Arabika asal biji memberikan persentase bibit hidup tertinggi yakni 93% dan kopi Arabika sebagai batang bawah memberikan persentase bibit hidup terendah yakni 67% (Tabel 13).

Tabel 13. Persentase bibit hidup pada 26 MSP

Perlakuan Jumlah awal bibit

hidup (bibit)

Jumlah akhir bibit hidup (bibit)

Persentase bibit hidup (%)

Sistem Perbanyakan bibit Robusta

asal biji 60 54a 90

Arabika

asal biji 60 56a 93

Robusta bb

-Arabika ba 60 41b 68

Arabika bb

21 Tabel 13. (Lanjutan)

Perlakuan Jumlah awal bibit

hidup (bibit)

Jumlah akhir bibit hidup (bibit)

Persentase bibit hidup (%) Konsentrasi Hydrasil (%) 0 60 55 92 0,05 60 43 72 0,1 60 44 73 0,15 60 49 82

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. MSP = minggu setelah perlakuan, Robustabb-Arabikaba (kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas), Arabikabb-Robustaba(kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas).

Pembahasan Kondisi Persiapan

Persiapan penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 hingga Januari 2016. Persiapan dilaksanakan dengan tiga tahap, yakni persemaian, pemindahan bibit ke main nursery, dan penyambungan bibit. Persentase daya berkecambah kopi Robusta dan kopi Arabika yang berbeda diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dari varietas yang berbeda. Menurut Widajati et al. (2013) kemampuan benih berkecambah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor genetik, tingkat kemasakan benih, dan umur benih. Faktor eksternal yaitu air, suhu, cahaya, gas, dan medium perkecambahan. Hasil penelitian Saefudin dan Wardiana (2013) juga menunjukkan bahwa varietas dan tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan benih kopi Arabika.

Kecambah yang dipindahkan ke main nursery merupakan kecambah yang telah berumur 8 MSS (stadium kepelan). Hasil penelitian Wachjar dan Prayitno (1988) menunjukkan bahwa kecambah yang dipindahkan pada umur 4 MSS dan 8 MSS menghasilkan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan stadia kecambah umur 12 MSS. Bibit yang dipindahkan pada umur 4 MSS dan 8 MSS menghasilkan jumlah pasang daun, jumlah cabang, bobot kering akar dan bobot kering total yang nyata lebih tinggi dibandingkan bibit yang dipindahkan pada umur 12 MSS. Kecambah yang dipindahkan merupakan kecambah dengan kriteria normal. Kriteria kecambah/bibit normal adalah perakaran berkembang baik dan diikuti perkembangan hipokotil, plumula (daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh sehat; atau ada kerusakan sedikit pada struktur morfologinya tetapi secara umum masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan seimbang antara pertumbuhan struktur satu dengan yang lainnya.

Keberhasilan sambungan dilihat setelah dua minggu dari penyambungan. Bibit hasil sambungan yang masih hidup atau berhasil dapat dilihat dengan ciri-ciri daun dari batang atas (scion) masih berwarna hijau dan segar (Gambar 2). Bibit yang tidak berhasil membentuk sambungan umumnya berwarna coklat, baik batang atas maupun batang bawahnya dan ketika pengikat sambungan dibuka, batang atas mudah lepas dari sambungan (Gambar 2). Menurut Paramita et al. (2012) hal ini disebabkan luka batang atas dan batang bawah tidak menyatu

22

sehingga tidak terbentuk ikatan xylem dan floem akibatnya unsur hara dan air dari dalam tanah mengalami hambatan translokasi dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya hasil fotosintesis yang dihasilkan daun batang atas mengalami hambatan translokasi ke organ batang bawah.

Menurut Gisbert et al. (2011) keberhasilan penyambungan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kondisi bahan tanam pada saat penyambungan, baik secara morfologi maupun fisiologi, teknik atau metode penyambungan yang dipakai, dan kemampuan (kompatibilitas) kedua jenis tanaman tersebut untuk hidup dan tumbuh bersama menjadi satu tanaman yang utuh. Kompatibilitas suatu penyambungan ditentukan oleh berlangsungnya empat proses penting, yaitu pelekatan antara kedua permukaan batang bawah dan batang atas pada kondisi lingkungan yang menguntungkan, produksi sel parenkim oleh batang bawah dan batang atas, perkembangan kalus pada permukaan sambungan sehingga membentuk jembatan kalus, dan diferensiasi kalus menjadi xilem dan floem baru (Hartmann dan Kester, 1983).

Keberhasilan sambungan stadium kepelan berbeda dengan keberhasilan penyambungan fase serdadu antara kopi Robusta sebagai batang bawah dan kopi Arabika sebagai batang atas dengan keberhasilan berkisar 93,75-100% (Alnopri et

al., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keberhasilan sambungan

stadium kepelan lebih rendah bila dibandingkan dengan keberhasilan sambungan stadium serdadu. Perbedaan tingkat keberhasilan ini dapat disebabkan oleh kemampuan tanaman untuk melakukan penggabungan yang berbeda-beda serta keahlian dalam melakukan penyambungan.

Peubah Morfologi Bibit Kopi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa sistem perbanyakan tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah pasang daun. Perlakuan berbagai konsentrasi Hydrasil dan interaksinya dengan sistem perbanyakan tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit kopi pada seluruh peubah yang diamati. Arga (1990) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh Hydrasil (2,4-D) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan stek batang vanili. Kumalasari (2011) juga menyatakan bahwa penambahan auksin 25 ppm tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sambungan.

Bibit kopi yang berasal dari hasil perbanyakan asal biji memiliki tinggi, diameter batang, dan jumlah pasang daun yang nyata lebih tinggi dibandingkan bibit hasil sambungan (Tabel 6, 7, dan 8). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rai (2004) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman manggis asal biji (seedling) lebih baik dibandingkan tanaman asal sambungan (grafting). Tanaman manggis asal biji memiliki panjang tunas, panjang dan lebar daun yang lebih tinggi dibandingkan tanaman asal sambungan. Menurut Rai (2004) terhambatnya pertumbuhan pada bibit hasil sambungan adalah karena adanya gangguan translokasi oleh adanya bidang sambung. Selain itu, kurang maksimalnya pertumbuhan tinggi bibit juga dapat disebabkan oleh adanya keadaan jenuh air pada polybag.

Pertumbuhan bibit kopi dengan kombinasi kopi Robusta batang bawah-kopi Arabika batang atas memiliki hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kombinasi kopi Arabika batang bawah-kopi Robusta batang atas (Tabel 6).

23 Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk pertumbuhan kopi Arabika. Menurut Alnopri et al. (2011) kondisi lingkungan dataran menengah (400-600 m dpl) lebih kondusif untuk pertumbuhan kopi Arabika dibandingkan lingkungan dataran rendah. Lokasi tempat percobaan dilakukan memiliki ketingian 250 m di atas permukaan laut (dpl).

Diameter batang bibit kopi dengan sistem perbanyakan asal biji nyata lebih besar dibandingkan bibit kopi sambungan. Pertumbuhan diameter batang bibit kopi dapat dipengaruhi oleh jaringan meristematis yang dimiliki bibit kopi asal biji (Tabel 7). Jaringan meristem yang jumlahnya lebih banyak dapat

Dokumen terkait