• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan data hasil sidik ragam (Lampiran Tabel 1-52) diperoleh bahwa pemberian pupuk hayati biokom berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 9,11,13,15, dan 17 MST dan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Tinggi Tanaman (cm)

Data tinggi tanaman dan hasil sidik ragam pada 5-17 MST dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1 sampai 14. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman dengan pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan rataan tinggi tanaman pada taraf perlakuan pupuk NPK yang cenderung lebih tinggi yaitu P3 sebesar 35,83 cm dan cenderung lebih rendah pada taraf P0 sebesar 35,34 cm. Rataan tinggi tanaman pada taraf perlakuan pupuk hayati biokom yang cenderung lebih tinggi yaitu B2 sebesar 35,98 cm dan yang cenderung lebih rendah pada taraf B1 sebesar 35,31cm.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom pada umur 5-17 MST(cm)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0(0) B1(10) B2(20) B3(30) 5 MST P0 (0) 22,00 20,90 20,77 21,32 21,25 P1(7,5) 20,08 20,73 22,41 20,03 20,81 P2(15) 18,18 20,33 23,09 22,93 21,13 P3(22,5) 22,75 22,38 21,97 19,51 21,65 Rataan 27,38 28,12 28,64 27,64 7 MST P0 (0) 23,91 23,04 23,03 23,47 23,36 P1(7,5) 22,74 23,41 24,63 22,58 23,34 P2(15) 20,16 22,61 24,99 24,65 23,10 P3(22,5) 25,23 24,98 24,38 21,83 24,10 Rataan 23,01 23,51 24,26 23,13 9 MST P0 (0) 26,02 25,57 25,27 25,38 25,56 P1(7,5) 24,88 25,47 27,01 25,03 25,60 P2(15) 22,97 24,66 27,48 27,35 25,61 P3(22,5) 27,28 27,65 26,49 23,88 26,33 Rataan 25,29 25,84 26,56 25,41 11 MST P0 (0) 28,53 27,78 27,03 27,29 27,66 P1(7,5) 27,22 27,59 29,51 27,32 27,91 P2(15) 24,12 26,68 29,66 30,03 27,62 P3(22,5) 29,68 30,43 28,36 25,93 28,60 Rataan 27,38 28,12 28,64 27,64 13 MST P0 (0) 30,78 30,05 30,01 29,90 30,19 P1(7,5) 29,61 30,17 31,90 29,73 30,35 P2(15) 27,79 29,05 31,97 32,44 30,31 P3(22,5) 31,18 32,42 30,62 28,17 30,60 Rataan 29,84 30,42 31,12 30,06 15 MST P0 (0) 31,71 31,61 32,04 31,58 31,74 P1(7,5) 31,00 30,58 33,25 30,88 31,43 P2(15) 30,55 30,04 33,19 34,75 32,13 P3(22,5) 33,52 34,11 32,29 30,25 32,54 Rataan 31,69 31,59 32,69 31,86 17 MST P0 (0) 36,38 34,38 34,79 35,83 35,34 P1(7,5) 34,96 36,17 35,96 35,38 35,61 P2(15) 33,40 33,63 37,33 37,83 35,55 P3(22,5) 36,96 37,08 35,83 33,46 35,83 Rataan 35,42 35,31 35,98 35,63

Jumlah Daun (helai)

Data jumlah daun dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 15 sampai 28. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk hayati biokom berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 9-17 MST. Tetapi pemberian pupuk NPK dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun. Rataan jumlah daun pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom pada umur 5 - 17 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun tertinggi pada umur 9 MST terdapat pada taraf perlakuan B3 (8,98 helai) berbeda nyata dengan B2 (8,42), B1 (8,29) dan B0 (8,00). Tetapi taraf B2, B1 dan B0 berbeda tidak nyata satu sama lain. Pada umur 11 MST tertinggi pada perlakuan B3 (11,56 helai) berbeda nyata dengan B2 (11,06), B1 (10,31) dan B0 (10,25). Taraf B2 berbeda nyata dengan BO tetapi berbeda tidak nyata dengan B1. Pada umur 13 MST taraf perlakuan B3 (13,25helai) berbeda nyata dengan B2 (12,35), B1 (11,71) dan B0 (11,35). Taraf B2 berbeda nyata dengan B0 tetapi berbeda tidak nyata dengan B1. Pada Umur 15 MST taraf B3 (13,83 helai) berbeda tidak nyata dengan B2 (13,67), tetapi berbeda nyata dengan B1 (12,56) dan B0 (12,33). Taraf B1 berbeda tidak nyata dengan B0. Dan pada umur 17 MST tertinggi pada perlakuan B3 (16,54 helai) berbeda nyata dengan B2 (15,46), B1 (13,38) dan B0 (13,17). Taraf B2 berbeda nyata dengan B1 dan BO tetapi taraf B1 berbeda tidak nyata dengan BO.

Tabel2. Rataan jumlah daun pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom pada umur 5-17 MST(helai)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0(0) B1(10) B2(20) B3(30) 5 MST P0 (0) 5,75 6,00 5,83 6,17 5,94 P1(7,5) 5,83 6,58 5,67 5,83 5,98 P2(15) 5,42 6,08 6,08 6,58 6,04 P3(22,5) 6,08 5,42 5,50 5,50 5,63 Rataan 5,77 6,02 5,77 6,02 7 MST P0 (0) 6,92 7,00 7,17 7,08 7,04 P1(7,5) 6,58 7,33 6,67 7,17 6,94 P2(15) 6,50 7,17 7,00 7,00 6,92 P3(22,5) 6,83 6,33 6,83 6,17 6,54 Rataan 6,71 6,96 6,92 6,85 9 MST P0 (0) 8,00 8,08 7,92 8,58 8,15 P1(7,5) 8,33 8,42 8,25 9,00 8,50 P2(15) 7,83 8,58 8,75 9,42 8,65 P3(22,5) 7,83 8,08 8,75 8,92 8,40 Rataan 8,00b 8,29b 8,42b 8,98a 11 MST P0 (0) 10,50 9,92 11,08 10,83 10,58 P1(7,5) 10,92 10,75 10,67 11,92 11,06 P2(15) 9,58 10,33 11,00 12,58 10,88 P3(22,5) 10,00 10,25 11,50 10,92 10,67 Rataan 10,25c 10,31bc 11,06b 11,56a 13 MST P0 (0) 10,75 11,08 12,33 13,92 12,02 P1(7,5) 11,42 12,33 11,67 13,67 12,27 P2(15) 11,58 12,33 12,25 13,58 12,44 P3(22,5) 11,67 11,08 13,17 11,83 11,94 Rataan 11,35c 11,71bc 12,35b 13,25a 15 MST P0 (0) 12,58 12,58 13,08 14,33 13,15 P1(7,5) 12,17 13,08 13,25 14,67 13,29 P2(15) 12,25 12,83 14,25 14,58 13,48 P3(22,5) 12,33 11,75 14,08 11,75 12,48

Rataan 12,33b 12,56b 13,67a 13,83a

17 MST P0 (0) 13,08 13,92 15,25 16,83 14,77 P1(7,5) 13,17 12,58 15,25 16,25 14,31 P2(15) 13,08 13,33 15,83 17,75 15,00 P3(22,5) 13,33 13,67 15,50 15,33 14,46 Rataan 13,17c 13,38c 15,46b 16,54a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot basah tajuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap jumlah daun 17 MST.

Berdasarkan Gambar 1 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap jumlah daun menunjukkan pola linear positif. Hal ini berarti semakin tinggi dosis pupuk hayati biokom yang diberikan dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun tanaman.

Diameter Batang (cm)

Data diameter batang dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 29 sampai 42. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom , dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang

ŷ= 0,122x + 12,80 r = 0,924 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 0 10 20 30 Jum la h d aun (h ela i)

Dosis Pupuk Hayati Biokom (g)

y

Rataan diameter batang dengan pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom pada umur 5 - 17 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan diameter batang pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom pada umur 5-17 MST(cm)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0(0) B1(10) B2(20) B3(30) 5 MST P0 (0) 0,19 0,16 0,19 0,19 0,18 P1(7,5) 0,19 0,19 0,19 0,20 0,19 P2(15) 0,16 0,20 0,19 0,19 0,18 P3(22,5) 0,20 0,18 0,20 0,19 0,19 Rataan 0,18 0,18 0,19 0,19 7 MST P0 (0) 0,25 0,22 0,23 0,24 0,24 P1(7,5) 0,22 0,24 0,25 0,26 0,24 P2(15) 0,22 0,25 0,22 0,26 0,24 P3(22,5) 0,24 0,24 0,25 0,26 0,25 Rataan 0,23 0,24 0,24 0,25 9 MST P0 (0) 0,32 0,27 0,30 0,30 0,30 P1(7,5) 0,30 0,30 0,32 0,31 0,31 P2(15) 0,26 0,31 0,30 0,32 0,30 P3(22,5) 0,30 0,30 0,31 0,32 0,31 Rataan 0,30 0,29 0,31 0,31 11 MST P0 (0) 0,38 0,35 0,38 0,37 0,37 P1(7,5) 0,38 0,37 0,38 0,39 0,38 P2(15) 0,33 0,39 0,36 0,42 0,38 P3(22,5) 0,39 0,38 0,41 0,39 0,39 Rataan 0,37 0,37 0,38 0,39 13 MST P0 (0) 0,46 0,42 0,45 0,44 0,44 P1(7,5) 0,46 0,46 0,44 0,46 0,45 P2(15) 0,38 0,47 0,44 0,51 0,45 P3(22,5) 0,47 0,44 0,48 0,49 0,47 Rataan 0,44 0,45 0,45 0,48 15 MST P0 (0) 0,52 0,48 0,51 0,50 0,50 P1(7,5) 0,54 0,53 0,51 0,56 0,53 P2(15) 0,49 0,52 0,54 0,59 0,53 P3(22,5) 0,55 0,51 0,56 0,55 0,54 Rataan 0,52 0,51 0,53 0,55 17 MST P0 (0) 0,63 0,55 0,60 0,57 0,59 P1(7,5) 0,62 0,63 0,60 0,66 0,63

P3(22,5) 0,66 0,59 0,63 0,62 0,63

Rataan 0,61 0,60 0,62 0,63

Tabel 3 menunjukkan rataan diameter batang pada taraf pemberian pupuk NPK yang cenderung lebih tinggi yaitu P3 sebesar 0,63 cm dan cenderung lebih rendah pada taraf P0 sebesar 0,59 cm. Rataan diameter batang pada taraf perlakuan pupuk hayati biokom yang cenderung lebih tinggi yaitu B3 sebesar 0,63 cm dan cenderung lebih rendah pada taraf B1 sebesar 0,60 cm.

Total Luas Daun (cm2)

Data total luas daun dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 43 sampai 44. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom, dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun. Rataan luas daun dengan pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk hayati biokom dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan total luas daun pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom (cm2)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0 (0) B1 (10) B2 (20) B3 (30) P0 (0) 1203,72 982,05 1239,34 1286,73 1177,96 P1 (7,5) 1211,51 1102,54 1050,87 1425,56 1197,62 P2 (15) 1204,45 1072,69 1018,37 1426,90 1180,60 P3 (22,5) 1322,28 924,68 1496,40 1044,52 1196,97 Rataan 1235,49 1020,49 1201,24 1295,93

Tabel 4 menunjukkan rataan total luas daun pada taraf pemberian pupuk NPK yang cenderung lebih tinggi yaitu P3 sebesar 1196,97 cm2 dan cenderung lebih rendah pada taraf P0 sebesar 1177,96 cm2. Rataan total luas daun pada taraf perlakuan pupuk hayati biokom yang cenderung lebih tinggi yaitu B3 sebesar 1295,93 cm2 dan cenderung lebih rendah pada taraf B1 sebesar 1020,49 cm2.

Bobot Basah Tajuk (g)

Data bobot basah tajuk dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 45 sampai 46. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom , dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk Rataan bobot basah tajuk dengan pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk hayati biokom dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot basah tajuk pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom (g)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0 (0) B1 (10) B2 (20) B3 (30) P0 (0) 20,90 19,70 27,78 32,73 25,28 P1 (7,5) 29,56 30,28 22,92 33,11 28,97 P2 (15) 24,94 28,78 27,53 37,40 29,66 P3 ( 22,5) 28,32 28,84 31,61 28,37 29,28 Rataan 25,93b 26,90b 27,46b 32,90a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada taraf B3 (32,90 g) berbeda nyata dengan B2 (27,46), B1 (26,90) dan terendah pada B0 (25,93). Taraf B2, B1 dan B0 berbeda tidak nyata satu sama lain.

Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot basah tajuk dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot basah tajuk (g).

Berdasarkan Gambar 2 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot basah tajuk menunjukkan pola linear positif. Hal ini berarti semakin tinggi dosis pupuk hayati biokom yang diberikan dapat meningkatkan pertumbuhan bobot basah tajuk tanaman.

Bobot Kering Tajuk (g)

Data bobot kering tajuk dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 47 sampai 48. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom , dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Rataan bobot kering tajuk dengan pemberian pupuk hayati biokom dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

ŷ= 0,214x + 25,07 r = 0,782 20,00 22,50 25,00 27,50 30,00 32,50 35,00 0 10 20 30 B o b o t B as ah T aj u k (g)

Dosis Pupuk Hayati Biokom (g)

y

Tabel 6. Rataan bobot kering tajuk pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom (g)

Pupuk NPK Pupuk Biokom Rataan

B0 (0) B1(10) B2 (20) B3 (30) P0 (0) 5,07 7,09 9,46 11,89 8,38 P1 (7,5) 9,54 10,01 8,23 12,71 10,12 P2 (15) 8,32 9,42 8,86 14,05 10,16 P3 (22,5) 9,99 9,41 11,03 11,11 10,39 Rataan 8,23b 8,99b 9,39b 12,44a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada taraf B3 (12,44 g) berbeda nyata dengan B2 (9,39), B1 (8,99) dan terendah pada B0 (8,23). Taraf B2, B1 dan B0 berbeda tidak nyata satu sama lainnya.

Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot kering tajuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot kering tajuk (g).

ŷ= 0,130x + 7,808 r = 0,828 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 0 10 20 30 B o b o t K er ing T aj uk (g)

Dosis Pupuk Hayati Biokom (g)

x y

Berdasarkan Gambar 3 di atas diketahui bahwa hubungan pemberian beberapa dosis pupuk hayati biokom terhadap bobot kering tajuk menunjukkan pola linear positif. Hal ini berarti semakin tinggi dosis pupuk hayati biokom yang diberikan dapat meningkatkan pertumbuhan bobot kering tajuk tanaman.

Bobot Basah Akar (g)

Data bobot basah akar dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 49 sampai 50. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK, pemberian pupuk hayati biokom , dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dengan pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk hayati biokom dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah akar pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom (g)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom

Rataan B0 (0) B1(10) B2 (20) B3 (30) P0 (0) 6,09 4,78 4,59 6,70 5,54 P1 (7,5) 7,27 7,02 4,53 7,52 6,58 P2 (15) 5,03 8,08 5,88 9,05 7,01 P3 (22,5) 7,57 5,40 8,30 7,43 7,17 Rataan 6,49 6,32 5,83 7,67

Tabel 7 menunjukkan rataan bobot basah akar pada taraf pemberian pupuk NPK yang cenderung lebih tinggi yaitu P3 sebesar 7,17 g dan cenderung lebih rendah pada taraf P0 sebesar 5,54 g. Rataan bobot basah akar pada taraf perlakuan pupuk hayati biokom yang cenderung lebih tinggi yaitu B3 sebesar 7,67 g dan cenderung lebih rendah pada taraf B1 sebesar 6,49 g.

Bobot Kering Akar (g)

Data bobot kering akar dan hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Tabel 51 sampai 52. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk

NPK, pemberian pupuk hayati biokom , dan interaksi pemberian pupuk NPK dengan pupuk hayati biokom berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Rataan bobot kering akar dengan pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk hayati biokom dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering akar pada pemberian pupuk NPK dan pupuk hayati biokom (g)

Pupuk NPK (g)

Pupuk Hayati Biokom (g)

Rataan B0 (0) B1(10) B2 (20) B3 (30) P0 (0) 2,20 1,80 1,82 2,49 2,08 P1 (7,5) 2,63 2,44 1,75 2,53 2,34 P2 (15) 1,98 2,71 2,11 3,29 2,52 P3 (22,5) 2,79 2,16 3,08 3,05 2,77 Rataan 2,40 2,28 2,19 2,84

Tabel 8 menunjukkan rataan bobot kering akar pada taraf pemberian pupuk NPK yang cenderung lebih tinggi yaitu P3 sebesar 2,77 g dan cenderung lebih rendah pada taraf P0 sebesar 2,08 g. Rataan bobot kering akar pada taraf perlakuan pupuk hayati biokom yang cenderung lebih tinggi yaitu B3 sebesar 2,84 g dan cenderung lebih rendah pada taraf B2 sebesar 2,19 g.

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Biokom Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

Dari data dan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati biokom pada berbagai taraf berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Hal ini disebabkan karena di dalam pupuk hayati biokom terdapat mikroba mikroba yang berperan dalam merombak bahan organik. Mikroba mikroba pupuk hayati biokom dapat berperan aktif dengan adanya pupuk kandang sapi karena adanya kandungan c organik dari pupuk kandang sapi yang dibutuhkan mikroba sebagai sumber makanannya.

Mikroba mikroba tersebut dapat memepercepat proses dekomposisi dari pupuk kandang sapi yang digunakan, sehingga C/N dari pupuk kandang sapi mendekati. Dengan C/N yang mendekati 12 maka mikroba mikroba tersebut dapat melepaskan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang sapi yakni, N (0,7 – 1,3 %), P2O5 (1,5 – 2,0 %), K2O (0,5 – 0,8 %), C organik (10,0 – 11,0 %), dan MgO (0,5 – 0,7 %) sehingga membantu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan bibit kakao sebesar 2 gr/bibit N, 2 gr/bibit P2O5, 2 gr/bibit K2O, dan 1 gr/bibit MgO. Aktivitas mikroorganisme di dalam tanah dapat membantu dalam menggemburkan tanah, memperbaiki terkstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi, sifat fisik dan biologi tanah menjadi lebih baik. Hal inilah yang memudahkan perakaran tanaman menyerap unsur hara yang terdapat di dalam tanah dengan sangat baik. Menurut Banjarnahor (1998) pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap C- tanah. Rataan total C- tanah menunjukkan bahwa semakin meningkatnya dosis perlakuan pupuk kandang yang diberikan akan semakin meningkatkan kandungan C tanah. Sedangkan penambahan bahan organik terhadap sifat biologi tanah akan meningkatkan aktifitas mikroorganisme, dalam menguraikan bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman.

Peranan pupuk hayati mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun pada tanaman kakao. Selain karena telah terombaknya unsur hara dari pupuk kandang sapi oleh mikroba mikroba yang berasal dari pupuk hayati biokom, hal ini juga dapat disebabkan karena peranan mikroorganisme Azotobacter sp yang dapat membantu penyediaan hara N yang diambil dari udara bebas. Bakteri ini menambat N bebas dari udara yang belum dapat diserap tanaman dan kemudian

mengubahnya menjadi N tersedia. Dengan tercukupinya N yang diserap tanaman maka pertumbuhan tanaman pun meningkat khususnya dalam meningkatkan petumbuhan jumlah daun. Tanaman menyerap unsur hara N ini melalui akar. Akar dengan aktif mencari sumber energi untuk memacu pertumbuhan tanaman dan memberikan kelangsungan hidup tanaman. Bakteri Azotobacter sp yang berada di daerah perakaran memberikan unsur hara N yang telah dirombaknya menjadi N tersedia bagi tanaman. Walaupun bakteri ini dapat membantu menyediakan hara bagai tanaman, proses yang dibutuhkan bakteri ini dalam merombak unsur hara N untuk tanaman tidak berlangsung cepat, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yaitu pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap tanaman pada 9-17 MST, kurang lebih setelah dua bulan tanam. Bakteri ini juga mempunyai kemampuan dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Dilihat dari hasil pengamatan, pertumbuhan jumlah daun semakin meningkat dengan bertambahnya dosis pupuk hayati biokom. Hal ini dapat disebabkan juga karena adanya pengaruh ZPT sitokinin yang dapat dihasilkan oleh bakteri Azotobacter sp . Seperti kita ketahui bahwa sitokinin memiliki peran besar bagi pertumbuhan dan perkembangan daun yakni dalam pembentukan organ, pembesaran sel dan organ, pembukaan dan penutupan stomata, serta perkembangan mata tunas dan pucuk. Menurut Xenia (2010), salah satu mikroba yang dikenal mampu menambat N2 serta menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh AIA, sitokinin, dan giberelin sehingga dapat memacu pertumbuhan akar adalah Azotobacter sp.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pemberiaan beberapa dosis pupuk hayati biokom memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah dan bobot

kering tajuk pada tanaman kakao. Hal ini karena bahan pemberat seperti protein, asam asam amino serta enzim enzim yang ada di dalam tajuk tanaman masih tersimpan dengan baik walaupun sudah dikeringkan. Enzim enzim tersebut merupakan hasil metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh tanaman. Pembentukan enzim enzim ini dipengaruhi oleh ketersediaan hara N dan P dalam tubuh tanaman. Dalam penelitian ini, hal ini dapat disebabkan karena adanya bakteri Azospirillum sp, Azotobacter sp, dalam menambat N dari udara bebas dan merombaknya menjadi N tersedia bagi tanaman. Unsur hara N berperan penting dalam metabolisme tanaman yakni protein, asam asam amino, enzim-enzim. Menurut Simanungkalit, dkk, (2006) bahwa peningkatan pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan Azotobacter dan Azospirilium disebabkan semata mata oleh sumbangan nitrogen hasil penambatan N2. Namun kemudian diketahui bahwa ternyata ada faktor lain yang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan tanaman yakni hormon AIA (asam indol asetat) yang dihasilkan bakteri tersebut . Bakteri lainnya Aspergillus niger dapat membantu dalam melarutkan P, sehingga unsur hara P yang terikat dengan Al, Fe, Mn dan Ca dapat diserap dengan mudah oleh tanaman. Unsur hara P berperan dalam metabolisme tanaman seperti ADP dan ATP. Menurut Simanungkalit, dkk, (2006) fungi pelarut fosfat yang dominan ditemukan di tanah masam Indonesia ialah Aspergillus niger dan Penicilium.

Dari hasil penelitian, pupuk hayati biokom memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot kering akar dan bobot tanaman. Walaupun pupuk hayati biokom memberikan pengaruh tidak nyata tetapi bila dilihat dari data rataan yang telah diambil, dengan pemberian

beberapa dosis pupuk hayati dapat memberikan peningkatan terhadap semua parameter.. Hal ini disebabkan karena kemampuan tanaman dalam memberikan respon terhadap pupuk yang diberikan berbeda beda. Unsur hara N dan P yang telah diberikan oleh mikroorganisme sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman. Di dalam penelitian ini, mikroorganime yang terdapat dalam pupuk hayati memiliki kemampuan dalam menghasilkan ZPT, antara lain AIA, Sitokinin dan Giberelin. Sitokinin berperan dalam pertumbuhan tunas dan pucuk dan pembentukan organ. Dengan adanya sitokinin ini, pertumbuhan tanaman tentunya mengarah pada organ daun, dimana di dalam daun terjadi proses fotosintesis yang dapat dibantu oleh hormon sitokinin. Menurut Simanungkalit, dkk, (2006) salah satu mikroba yang dikenal mampu menambat N2 serta menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh AIA, sitokinin, dan giberelin sehingga dapat memacu pertumbuhan akar adalah Azotobacter sp.

Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter pengamatan. Pupuk NPK diberikan setelah 5 MST, sebelum pemberian pupuk NPK, hara yang dibutuhkan tanaman dapat tercukupi oleh adanya pupuk kandang sapi di dalam media tanam yang telah diberikan 1 minggu sebelum penanam bibit kakao. Oleh karena itu, walaupun pupuk NPK diberikan, tanaman tidak terlalu menanggapi akan adanya hara yang terdapat di dalam pupuk NPK. Karena unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang sapi telah terlebih dahulu diserap oleh akar bibit kakao. Jadi walaupun tanah yang digunakan adalah tanah yang memiliki unsur hara yang sangat sedikit, unsur hara untuk tanaman dapat tercukupi dengan adanya pupuk kandang sapi.

Pupuk kandang sapi memiliki unsur hara N, P, K dan Mg yang dapat membantu pertumbuhan tanaman kakao. Pupuk kandang sapi juga memiliki peranan dalam memperbaiki tekstur dan struktur tanah dalam polibeg, sehingga membantu akar tanaman dalam menyerap unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Menurut Soepardi (1983) dalam Jamilah (2003) pupuk kandang sapi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah.

Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Hayati Biokom Dengan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

Dari hasil penelitian diketahui bahwa interaksi pemberian pupuk hayati biokom dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini terjadi karena pupuk hayati biokom bekerja sendiri sendiri dalam menyediakan unsur hara tanaman, seperti kita ketahui bahwa mikroorganisme di dalam pupuk hayati membutuhkan waktu yang lama dalam menyediakan unsur hara tanaman. Sedangkan pupuk NPK dapat langsung diserap oleh tanaman. Tetapi di dalam penelitian ini pupuk NPK berpengaruh tidak nyata karena sudah tercukupinya unsur hara yang dihasilkan oleh pupuk kandang sapi dengan bantuan mikroorganisme pupuk hayati dalam merombak bahan organik yang berasal dari pupuk kandang sapi. Oleh karena itu baik pupuk hayati maupun pupuk NPK tidak saling bekerja sama. Karena proses yang dibutuhkan oleh kedua pupuk tersebut dalam memberikan unsur hara terhadap tanaman sangat berbeda. Menurut Damanik, dkk, (2011) pupuk hayati mempunyai perbedaan besar dibandingkan dengan pupuk kimia baik ditinjau dari respons terhadap tanaman maupun dampak lingkungan.

Dokumen terkait