Hasil
Hubungan Panjang Karapas dan Bobot Udang Kelong (P. merguiensis)
Persamaan dan pola pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang dan bobot Udang Kelong pada pengambilan sampel di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai “b” untuk Udang Kelong jantan berkisar antara 2.001 – 2.613 dan Udang Kelong betina berkisar 2.198 – 2.543. Udang Kelong jantan dan betina di Kabupaten Langkat memiliki nilai b < 3, sehingga dapat disebutkan bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang karapas lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot.
Tabel 2. Hubungan panjang bobot Udang Kelong (Penaeus merguiensis) di Kabupaten Langkat setiap bulan pengambilan sampel.
Pengambilan Sampel Waktu Pengambilan Jenis Kelamin Jumlah (N) b R 2 Pola Pertumbuhan
1 Juni Jantan 177 2.001 0.625 Allometrik
negatif Betina 211 2.543 0.857
2 Juli Jantan 82 2.613 0.830 Allometrik
negatif Betina 119 2.515 0.910
3 Agustus Jantan 82 2.12 0.694 Allometrik
negatif Betina 143 2.265 0.856
4 September Jantan 69 2.091 0.745 Allometrik negatif Betina 105 2.344 0.840
5 Oktober Jantan 45 2.073 0.701 Allometrik
negatif Betina 191 2.198 0.814
6 November Jantan 73 2.234 0.784 Allometrik negatif Betina 127 2.245 0.886
7 Desember Jantan 126 2.172 0.716 Allometrik negatif Betina 208 2.418 0.907
y = 0.012x2.165 R² = 0.713 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 10 20 30 40 Bo b o t (g ) Panjang Karapas (mm) Bobot (g) Power (Bobot (g)) n = 654 y = 0.006x2.382 R² = 0.872 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 Bo b o t (g ) Panjang Karapas (mm) Bobot (g) Power (Bobot (g)) n = 1104
Sampel Udang Kelong yang digunakan adalah 1758 ekor (7 bulan), dengan komposisi Udang Kelong jantan sebanyak 654 ekor, dan Udang Kelong betina sebanyak 1104 ekor. Panjang karapas dan bobot Udang Kelong pada setiap bulan pengamatan di perairan Kabupaten Langkat disajikan pada Lampiran 2. Hubungan panjang dan bobot Udang Kelong secara keseluruhan disajikan pada Gambar 8 – 10.
Gambar 8. Hubungan panjang dan bobot Udang Kelong jantan
y = 0.007x2.350 R² = 0.862 0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 Bo b o t (g ) Panjang Karapas (mm) Bobot (g) Power (Bobot (g)) n = 1758
Gambar 10. Hubungan panjang dan bobot Udang Kelong secara total
Distribusi Sebaran Frekuensi Panjang Karapas Udang Kelong
Udang Kelong yang diamati selama penelitian ini berjumlah 1758 ekor terdiri dari 654 ekor Udang Kelong jantan dan 1104 ekor Udang Kelong betina dengan panjang yang bervariasi setiap bulan pengamatan. Jumlah dari frekuensi Udang Kelong betina lebih banyak dibandingkan dengan Udang Kelong jantan. Ukuran panjang minimum dan maksimum Udang Kelong yang diamati selama pengamatan adalah 13.07 mm dan 39.68 mm (Gambar 11). Berdasarkan Gambar 11 sebaran frekuensi panjang karapas Udang Kelong jantan dan betina tertinggi berada pada selang kelas 24.57-25.88 mm. Tabel sebaran frekuensi panjang karapas Udang Kelong jantan dan Udang Kelong betina disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 11. Sebaran frekuensi panjang karapas Udang Kelong (P. merguiensis) jantan maupun betina di Perairan Kabupaten Langkat pada bulan Juni - Desember 2013
Hasil pemisahan kelompok ukuran berdasarkan jenis kelamin dan waktu pengambilannya dengan metode Bhattacharya menunjukkan bahwa Udang Kelong jantan dan betina terdiri atas dua kelompok ukuran seperti disajikan pada gambar 12.
Jantan pengambilan bulan Juni Betina pengambilan bulan Juni
Jantan pengambilan bulan Juli Betina pengambilan bulan Juli
0 50 100 150 200 250 300 350 F rek u en si ( ek o r) Selang Kelas (mm) Betina Jantan
Jantan Pengambilan bulan Agustus Betina pengambilan bulan Agustus
Jantan pengambilan bulan September Betina pengambilan bulan September
Jantan pengambilan bulan Oktober Betina pengambilan bulan Oktober
Jantan pengambilan bulan November Betina pengambilan bulan November
Jantan pengambilan bulan Desember Betina pengambilan bulan Desember
Gambar 12. Kelompok ukuran panjang karapas Udang Kelong (Penaeus merguiensis) pada bulan Juni - Desember 2013
Pada Tabel 3 dan Tabel 4 disajikan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran Udang Kelong jantan dan betina yaitu panjang karapas rata-rata, jumlah
populasi dan indeks separasi masing-masing kelompok ukuran. Hasil pemisahan kelompok ukuran Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat akan disajikan pada lampiran 4.
Tabel 3. Hasil pemisahan kelompok ukuran Udang Kelong (P. merguiensis) jantan di perairan Kabupaten Langkat
Bulan Pengamatan Lt (mm) Jumlah Populasi (N) Stdev (SD) Indeks Separasi (SI) Juni 23.06 155 1.720 - 26.70 23 0.960 2.540 Juli 23.30 83 2.110 - Agustus 24.31 84 2.000 - September 24.47 66 1.550 - Oktober 24.59 46 2.700 - November 24.62 74 1.940 - Desember 25.52 123 2.410 -
Tabel 4. Hasil pemisahan kelompok ukuran Udang Kelong (P. merguiensis) betina di perairan Kabupaten Langkat
Bulan Pengamatan Lt (mm) Jumlah Populasi (N) Stdev (SD) Indeks Separasi (SI) Juni 24.42 129 2.380 - 30.63 106 2.450 2.490 Juli 24.70 68 2.460 - 30.72 35 1.540 3.630 Agustus 24.96 114 2.660 - 32.04 35 1.680 3.510 September 25.19 66 1.430 - 32.21 47 2.980 2.470 Oktober 28.84 183 3.550 - November 25.32 116 2.510 - 32.48 14 4.330 2.180 Desember 26.88 168 3.240 - 36.07 23 2.000 4.270
Parameter Pertumbuhan Udang Kelong
Berdasarkan hasil analisis plot Ford-Walfrod didapatkan nilai parameter pertumbuhan (K dan L∞) dan t0 Udang Kelong, baik jantan maupun betina yang disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 5.
Tabel 5. Parameter pertumbuhan (K dan L∞) dan t0 Udang Kelong (P. merguiensis) Udang Kelong (P. merguiensis) Parameter pertumbuhan K (per tahun) L∞ (mm) t0 (tahun) Jantan 0.500 36.30 -1.885 Betina 0.620 41.91 -1.450 Gabungan 0.590 40.29 -1.543
Selanjutnya, nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan persamaan Von Bertalanffy Udang Kelong, yaitu Lt = 36.3*(1 – e[0.5(t + 1.885)) untuk udang jantan dan Lt = 41.91*(1 – e[0.62(t + 1.450)) untuk udang betina. Berdasarkan persamaan-persamaan Von Bertalanffy tersebut, didapatkan kurva pertumbuhan Udang Kelong (Gambar 13 – 14).
Gambar 14. Kurva Pertumbuhan Udang Kelong (P. merguiensis) Betina Laju Eksploitasi Udang Kelong
Tingkat eksploitasi sumberdaya udang di suatu perairan merupakan nisbah antara tingkat kematian akibat penangkapan (F) pada waktu tertentu dengan tingkat kematian total (Z) yang dinyatakan dalam persen.
Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) Udang Kelong dilakukan dengan kurva hasil tangkapan dalam menduga nilai Z (Gambar 15). Laju mortalitas alami diduga menggunakan rumus empiris Pauly (Sparre dan Venema, 1999) dengan suhu rata-rata permukaan perairan Kabupaten Langkat 27,9˚C.
Jantan Betina
Gambar 15. Kurva hasil tangkapan Udang Kelong (P. merguiensis) jantan dan betina dalam menduga nilai Z
Berdasarkan hasil analisis laju mortalitas total (Z) pada Udang Kelong (P. merguiensis) diperoleh 2.526 pertahun terdiri atas mortalitas alami (M) Udang Kelong diperoleh 1.165 pertahun, dan mortalitas akibat penangkapan (F) adalah 1.361 pertahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi (E) sebesar 0.539 pertahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Lampiran 6 – 8.
Tabel 6. Laju mortalitas dan laju eksploitasi Udang Kelong (P. merguiensis) di Kabupaten Langkat Udang Kelong (P. merguiensis) Z (pertahun) M (pertahun) F (pertahun) E (pertahun) Jantan 3.367 1.073 2.294 0.681 Betina 2.831 1.186 1.645 0.581 Gabungan 2.526 1.161 1.365 0.540
Nisbah Kelamin Udang Kelong
Jumlah frekuensi Udang Kelong jantan di perairan Kabupaten Langkat sebanyak 654 ekor dan jumlah frekuensi Udang Kelong betina sebanyak 1104 ekor. Perbandingan Udang Kelong jantan dan Udang Kelong betina sebesar 1:1.688. Nilai nisbah kelamin Udang Kelong disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan jumlah Udang Kelong betina lebih mendominasi dibandingkan jumlah Udang Kelong jantan. Hal ini terlihat dari nilai proporsi betina yang lebih besar dibandingkan nilai proporsi jantan (Gambar 16).
Tabel 7. Nisbah Kelamin Udang Kelong (Penaeus merguiensis) berdasarkan jenis kelamin di perairan Kabupaten Langkat
Waktu Pengamatan Jantan (Ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor) Proporsi Jantan (%) Proporsi Betina (%) Perbandingan Jantan : Betina Juni 177 211 388 46 54 1:1.192 Juli 82 119 201 41 59 1:1.451 Agustus 82 143 225 36 64 1:1.744 September 69 105 174 40 60 1:1.522
Jantan 37% Betina 63% N =1758 .
Gambar 16. Nilai proporsi Udang Kelong (Penaeus merguiensis) jantan dan betina di Kabupaten Langkat
Faktor Kondisi Udang Kelong
Hasil perhitungan faktor kondisi (FK) Udang Kelong jantan maupun betina berdasarkan pola pertumbuhan allometrik negatif berada dalam kisaran 0.947 - 1.592 (Tabel 8). Tabel 8 menunjukkan Udang Kelong di Kabupaten Langkat mempunyai bentuk tubuh kurang pipih (kurus), sesuai dengan harga FK yang diperoleh. Nilai FK Udang Kelong (P. merguiensis) disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Faktor kondisi Udang Kelong (Penaeus merguiensis) berdasarkan jenis
kelamin pada setiap bulan pengamatan Waktu Pengamatan Jenis Kelamin Rata-rata L (mm) Rata-rata W (g) FK Juni Jantan 24.312 12.757 1.024 Betina 27.962 13.556 0.947 Juli Jantan 24.157 13.556 1.099 Betina 28.002 20.103 1.152 Agustus Jantan 23.982 12.643 1.072 Betina 27.031 17.842 1.132 September Jantan 23.790 12.483 1.033 Betina 27.371 16.790 1.196 Oktober Jantan 25.992 15.151 1.040 Oktober 45 191 236 19 81 1:4.244 November 73 127 200 37 64 1:1.740 Desember 126 208 334 38 62 1:1.651 Gabungan 654 1104 1758 37 63 1:1.688
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1 2 3 4 5 6 7 N il a i F a k to r K o n d is i Waktu Pengamatan Jantan Betina November Jantan 23.945 12.626 1.047 Betina 24.799 13.9 1.144 Desember Jantan 24.797 14.154 1.019 Betina 26.413 16.985 1.239
Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan antara faktor kondisi Udang Kelong betina dengan faktor kondisi Udang Kelong jantan (Gambar 17).
Gambar 17. Faktor kondisi Udang Kelong (Penaeus merguiensis) berdasarkan waktu pengamatan
Kualitas Air
Kondisi lingkungan perairan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi distribusi Udang Kelong. Distribusinya di alam juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, diantaranya kondisi lingkungan perairan pada habitatnya. Hasil pengamatan kondisi kualitas perairan di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil pengukuran kualitas air di lokasi penelitian
No. Parameter Satuan Hasil Pengukuran
1. Suhu ˚C 26.4 – 29.5
2. pH - 6 – 8.1
3. Salinitas ‰ 2 – 8
Pembahasan
Hubungan Panjang Karapas dan Bobot Udang Kelong (P. merguiensis)
Hasil analisis hubungan panjang dan bobot diperoleh persamaan hubungan panjang dan bobot Udang Kelong jantan (Gambar 8) adalah W = 0.012L2.165 dengan kisaran nilai b sebesar 2.165, persamaan hubungan panjang dan bobot Udang Kelong betina (Gambar 9) adalah W = 0.006L2.382 dengan kisaran nilai b sebesar 2.382. Berdasarkan nilai b yang diperoleh diketahui bahwa Udang Kelong di Kabupaten Langkat memiliki pertumbuhan allometrik negatif, artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobotnya. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Susetiono, dkk (1990) di Kufar, Seram Timur dengan nilai b = 2.1859 (jantan) dan nilai b = 2.8059 (betina), Saiful (2003) di Kawasan Segara Anakan dengan nilai b = 2.2244, dan Budianto (2012) dengan nilai b = 0.77. Pola pertumbuhan biota perairan yang bersifat allometrik negatif secara umum dapat disebabkan oleh tangkap lebih.
Nilai b Udang Kelong betina lebih besar dibandingkan Udang Kelong jantan. Hal ini berarti pada selang waktu pengamatan, Udang Kelong jantan menggunakan energi lebih besar dibanding Udang Kelong betina, yang menyebabkan bentuk Udang Kelong jantan lebih kurus dan kemungkinan Udang Kelong jantan telah menghabiskan energinya untuk melakukan pemijahan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bagenal (1978), bahwa perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad, dan tahap perkembangan udang. Harmiyati (2009) menambahkan bahwa perbedaan nilai b juga dapat disebabkan oleh perbedaan
Persamaan hubungan panjang dan bobot Udang Kelong (Tabel 2) secara umum memiliki korelasi yang erat. Hal tersebut didasarkan pada nilai koefisien korelasi (R2) memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan mendekati angka 1 atau berkisar antara 0.625 – 0.910. Nilai R2 menunjukkan bahwa setiap penambahan bobot akan diiringi dengan penambahan panjang setiap waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartnoll (1982), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien korelasi menunjukkan bahwa pertambahan panjang diikuti dengan pertambahan bobot tubuh. Hal tersebut juga merupakan sifat umum dari crustacea yang biasanya mengalami perubahan bentuk tubuh selama tumbuh.
Distribusi Sebaran Frekuensi Panjang Karapas
Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi panjang kelas diperoleh data panjang untuk jantan dan betina terdiri atas 12 kelas panjang dengan interval kelas 1.30. Jumlah populasi Udang Kelong (P.merguiensis) yang terkumpul selama tujuh bulan penelitian adalah 1758 yang terdiri atas 654 populasi jantan dan 1104 betina. Sebaran frekuensi Udang Kelong secara total (Gambar 11) menunjukkan bahwa terlihat adanya pergeseran sebaran ukuran panjang yaitu 13.07 – 39.68 mm, dengan frekuensi tertinggi berkisar pada selang kelas 24.57-25.88 mm.
Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan jumlah frekuensi Udang Kelong betina lebih banyak dibandingkan dengan Udang Kelong jantan. Sebaran ukuran panjang Udang Kelong jantan berkisar antara 15.37 – 35.08, Udang Kelong betina berkisar antara 13.07 – 39.68. Perbedaan ukuran tersebut diduga karena ada faktor dalam antara lain jenis kelamin, keturunan dan umur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lagler (1977) diacu oleh Sparre dan Venema (1999) menjelaskan bahwa perbedaan ukuran Udang Kelong antar jenis kelamin kemungkinan
disebabkan oleh adanya faktor genetik dari Udang Kelong, hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan Udang Kelong berbeda di setiap tempat dan waktu. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila dikaitkan dengan umur populasi, maka terlihat adanya pergeseran umur Udang Kelong yang tertangkap dengan adanya pemisahan kelompok ukuran panjang karapas yang terlihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3 dan 4 menunjukkan hasil analisis pemisahan kelompok ukuran populasi Udang Kelong jantan dan betina selama tujuh bulan pengamatan. Pengelompokkan ini menggambarkan beberapa kelompok ukuran yang menjelaskan umur pada waktu tertentu. Dalam pemisahan kelompok ukuran dengan metode Bhattacharya sangat penting untuk memperhatikan nilai indeks separasi (SI) yang diperoleh. Menurut Sparre dan Venema (1999), menjelaskan bahwa indeks separasi merupakan kuantitas yang relevan terhadap studi bila dilakukan kemungkinan bagi suatu pemisahan yang berhasil dari dua komponen yang berdekatan, bila indeks separasi kurang dari dua (SI < 2) maka tidak mungkin dilakukan pemisahan di antara dua kelompok ukuran karena terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran tersebut.
Berdasarkan nilai indeks separasi pada Tabel 3 dan 4, dapat dilakukan pemisahan kelompok ukuran Udang Kelong jantan dan betina terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12 menunjukkan kurva pergeseran panjang karapas yang dapat digunakan untuk menentukan kelompok ukuran Udang Kelong yang ada di perairan Kabupaten Langkat. Gambar 12 memperlihatkan bahwa kelompok ukuran Udang Kelong (P. merguiensis) jantan pada bulan Juni menunjukkan dua kelompok ukuran, hal ini berarti terdapat dua generasi yang hidup bersama dalam
satu waktu. Pada bulan Juli sampai Desember menunjukkan satu kelompok ukuran. Kelompok ukuran Udang Kelong jantan selama tujuh bulan penelitian hanya ditemukan dua kelompok ukuran pada bulan Juni. Panjang karapas rata-rata Udang Kelong jantan pada bulan Juni adalah 23.06 dan 26.70 mm dengan jumlah 178 ekor, Juli dengan rata-rata 23.30 mm jumlah 83, Agustus dengan rata-rata 24.31 mm jumlah 84, September dengan rata-rata 24.47 jumlah 66, Oktober dengan rata-rata 24.59 jumlah 46, November dengan rata-rata 24.62 jumlah 74 dan bulan Desember dengan rata-rata 25.52 dengan jumlah 123 ekor Udang Kelong jantan. Kelompok ukuran Udang Kelong jantan di atas menggambarkan adanya pergeseran ukuran panjang setiap bulan pengambilan kearah kanan menunjukkan adanya pertumbuhan Udang Kelong jantan, meskipun pergeseran sebaran ukuran panjang karapas relatif sedikit.
Gambar 12 menunjukkan bahwa kelompok ukuran Udang Kelong (P. merguiensis) betina pada bulan Juni - Desember menunjukkan dua kelompok ukuran, kecuali pada bulan Oktober. Kelompok ukuran Udang Kelong betina selama tujuh bulan penelitian dengan panjang karapas rata-rata pada bulan Juni adalah 24.42 dan 30.63 mm dengan jumlah 235, Juli dengan rata-rata 24.70 dan 30.72 mm jumlah 103, Agustus dengan rata-rata 24.96 dan 32.04 mm jumlah 149, September dengan rata-rata 25.19 dan 32.21 jumlah 113, Oktober dengan rata-rata 28.84 jumlah 183, November dengan rata-rata 25.32 dan 32.48 mm jumlah 130, dan bulan Desember dengan rata-rata 26.88 dan 36.07 mm jumlah 191. Kelompok ukuran Udang Kelong betina di atas menggambarkan adanya pergeseran ukuran panjang setiap bulan pengambilan kearah kanan menunjukkan adanya pertumbuhan Udang Kelong betina.
Parameter Pertumbuhan Udang Kelong
Berdasarkan hasil analisis parameter pertumbuhan dari formula pertumbuhan Von Bertalanffy untuk Udang Kelong (P. merguiensis) (Tabel 5) diperoleh nilai dugaan panjang asimtotik (L∞) Udang Kelong jantan yaitu 36.30 mm dengan koefisien laju pertumbuhan (K) 0.5/tahun, sedangkan nilai dugaan panjang asimtotik (L∞) Udang Kelong betina yaitu 41.91 mm dengan koefisien pertumbuhan (K) 0.62/tahun. Berdasarkan dugaan parameter pertumbuhan yang diperoleh, maka kurva pertumbuhan Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat (Gambar 13 -14), dengan persamaan yaitu Lt = 36.3*(1 – e[0.5(t + 1.885)) untuk udang jantan dan Lt = 41.91*(1 – e[0.62(t + 1.450)) untuk udang betina.
Panjang total maksimum Udang Kelong jantan dan betina adalah 35.14 dan 40. 16, panjang ini tidak berbeda jauh dengan panjang asimtotik (L∞) Udang Kelong jantan dan betina yang diperoleh. Nilai pada ukuran panjang maksimum untuk Udang Kelong jantan dan betina merupakan pertumbuhan maksimal yang sudah tidak memungkinkan untuk tumbuh atau bertambah panjang lagi. Jika terdapat energi yang berlebih maka energi tersebut digunakan untuk reproduksi maupun perbaikan sel-sel yang rusak. Pertumbuhan ini sangat ditentukan oleh koefisien pertumbuhan (K). Hal ini sesuai dengan pernyataan Setyobudiandi (2004), bahwa apabila nilai koefisien (K) rendah maka dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan untuk bisa tumbuh maksimal.
Nilai koefisien pertumbuhan (K) Udang Kelong jantan dan betina masing-masing sebesar 0.5 dan 0.62 pertahun. Nilai yang didapat menunjukkan bahwa nilai K betina lebih besar dibandingkan nilai K jantan. Hal ini berarti Udang Kelong betina memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat untuk mendekati nilai
L∞, sedangkan Udang Kelong jantan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai panjang maksimum (L∞). Kondisi ini diduga adanya kegiatan pengambilan Udang Kelong yang tidak selektif terhadap ukuran dan jenis kelamin Udang Kelong. Nilai K yang relatif kecil tersebut dikarenakan Udang Kelong yang tertangkap di perairan Kabupaten Langkat pada umumya adalah Udang Kelong yang telah dewasa atau tua.
Dugaan nilai parameter pertumbuhan Udang Kelong di Kabupaten Langkat (Tabel 5), menunjukkan adanya perbedaan jika dibandingkan dengan nilai parameter pertumbuhan (L∞ dan K) yang diduga oleh peneliti lain, seperti Subagyo (2005) di Perairan Cilacap yaitu L∞ = 219.59 dan K = 1.2216 pertahun. Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini terlihat bahwa nilai L∞ dan K menjadi lebih kecil. Hal ini berarti pertumbuhan Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat lebih lama untuk mendekati nilai L∞ atau dengan kata lain Udang Kelong di perairan Langkat merupakan udang yang berumur tua. Hal ini didukung oleh pendapat Effendie (1997), yang menyatakan bahwa udang yang berumur muda akan memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, sedangkan udang dewasa akan semakin lambat untuk mencapai panjang asimtotiknya. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat sudah mengalami tekanan dalam laju penangkapan.
Perbedaan nilai parameter pertumbuhan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah udang yang diambil saat pengambilan sampel serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kesesuaian kualitas air perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartnoll (1982), bahwa perbedaan nilai parameter pertumbuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal seperti
umur, parasit dan penyakit, serta faktor eksternal seperti jumlah dan ukuran makanan yang tersedia serta lingkungan perairan
Kurva pertumbuhan (Gambar 13 -14) merupakan garis pertumbuhan yang menghubungkan modus kelompok panjang pada histogram untuk menunjukkan pertambahan ukuran panjang selama periode pengamatan dan menduga laju pertumbuhan populasi dari kelompok ukuran panjang Udang Kelong. Histogram berwarna hitam menunjukkan restrukturisasi bernilai positif dan histogram yang putih bernilai negatif. Nilai restrukturisasi positif menunjukkan puncak-puncak sebaran frekuensi panjang dan nilai restrukturisasi negatif menunjukkan lembah-lembah. Kurva pertumbuhan yang diperoleh sebagian besar melewati histogram positif atau melewati puncak-puncak tertinggi. Dengan demikian parameter ini dapat digunakan dalam menggambarkan pertumbuhan Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat.
Laju Eksploitasi Udang Kelong
Penentuan tingkat eksploitasi diawali dengan menentukan laju mortalitas baik mortalitas alami maupun mortalitas penangkapan. Pendugaan laju mortalitas merupakan hal yang penting dalam menganalisis dinamika populasi Udang Kelong dimana laju kematian memberikan gambaran mengenai besarnya stok Udang Kelong yang akan dieksploitasi pada daerah penangkapan. Gambar 15 menunjukkan kurva hasil tangkapan dalam menduga nilai Z. Lingkaran hitam digunakan dalam perhitungan nilai Z yang didasari R2 pada analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis laju mortalitas Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat (Tabel 6) diperoleh laju mortalitas total (Z) Udang Kelong 2.526
pertahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 1.161 pertahun dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 1.365 pertahun.
Nilai dugaan mortalitas total (Z) dari penelitian ini sebesar 2.526 pertahun, nilai tersebut menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan Z yang diperoleh Subagyo (2005) di perairan Cilacap, yaitu 5.78 pertahun. Tingginya tingkat mortalitas total, menunjukkan bahwa bekurangnya stok Udang Kelong di perairan bukan hanya disebabkan oleh besarnya tekanan penangkapan, tetapi juga akibat kematian alami.
Laju mortalitas penangkapan (F) dari penelitian ini sebesar 1.365 pertahun menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan F yang diperoleh Subagyo (2005) di perairan Cilacap, yaitu 4.53 pertahun dan Saiful (2003) di kawasan Segara Anakan yaitu 2.40 pertahun. Tingginya tingkat mortalitas penangkapan tergantung pada jumlah effort dan efektivitas (daya tangkap) alat tangkap.
Laju mortalitas alami (M) dari penelitian ini sebesar 1.161 pertahun, menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan M yang diperoleh Saiful (2003) di kawasan Segara Anakan yaitu 2.35 pertahun, dan Subagyo (2005) di perairan Cilacap yaitu 1.26 pertahun. Nilai M sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, dalam hal ini adalah besarnya nilai rata-rata suhu perairan.
Laju mortalitas total (Z) menunjukkan bahwa faktor kematian Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat diakibatkan oleh kedua faktor yaitu mortalitas alami dan mortalitas akibat penangkapan, namun lebih besar diakibatkan oleh kegiatan penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1999), mortalitas alami dipengaruhi oleh pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan dan usia tua.
Berdasarkan hasil analisis mortalitas, dapat ditentukan tingkat eksploitasi Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat (Tabel 6). Tabel 6 menunjukkan nilai dugaan laju eksploitasi (E) untuk Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat sebesar 0.54. Nilai laju eksploitasi (E) Udang Kelong menyebabkan adanya tekanan penangkapan yang tinggi atau kondisi tangkap lebih (overfishing) terhadap stok Udang Kelong di perairan Kabupaten Langkat. Hal ini dikarenakan nilai laju eksploitasi (E) yang melebihi eksploitasi optimum yaitu 0.5. Hasil analisis eksploitasi Udang Kelong diduga bahwa Udang Kelong merupakan satu diantara beberapa target utama selain ikan dalam penangkapan dan diduga penggunaan alat tangkap yang berlebih di perairan Langkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bahtiar (2005), menjelaskan bahwa apabila upaya penangkapan begitu besar atau tepat menyamai ketersediaan populasi induk yang tersedia maka populasi ini akan mengalami penurunan secara terus menerus dan pada tingkat tertentu organisme akan mengalami kepunahan.
Nisbah Kelamin Udang Kelong
Hasil perhitungan nisbah kelamin (Tabel 7) menunjukkan bahwa jumlah Udang Kelong betina lebih mendominasi dibandingkan jumlah Udang Kelong jantan. Hal ini terlihat dari nilai proporsi betina (63%) yang lebih besar dibandingkan nilai proporsi jantan (37%). Perbandingan nisbah kelamin Udang Kelong jantan dan betina dalam penelitian ini berkisar pada 1:1.688. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmono (1991), menjelaskan bahwa udang jantan akan mengalami kematian lebih awal pada saat memasuki fase matang gonad/betelur dibandingkan udang betina sehingga populasi udang jantan akan menurun. Inilah
yang menjadi faktor kenapa udang betina lebih banyak dibandingkan udang jantan di suatu perairan.
Jumlah udang betina lebih banyak dibandingkan udang jantan sangat menguntungkan bagi suatu perairan karena pada saat musim pemijahan sel telur akan lebih besar peluangnya untuk dibuahi sel sperma sehingga kesempatan mempertahankan populasinya lebih besar. Perbedaan hasil pengamatan kondisi nisbah kelamin ini dapat disebabkan oleh faktor tingkah laku udang itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya. Tabel 7 juga dapat diartikan pada perairan tersebut, jumlah stok Udang Kelong betina lebih banyak bila dibandingkan Udang Kelong jantan, sehingga recruitment lebih banyak ditunjukkan oleh Udang Kelong jantan, dan dapat diduga karena Udang Kelong jantan dan Udang Kelong betina yang tidak berada dalam satu area pemijahan, sehingga peluang tertangkapnya berbeda.
Faktor Kondisi Udang Kelong
Berdasarkan hasil analisis faktor kondisi (FK) Udang Kelong di perairan