• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan yaitu bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2013. Pengambilan sampel udang dilakukan 14 kali dengan interval waktu pengambilan data 2 minggu sekali. Lokasi pengambilan sampel udang dilakukan di Desa Sungai Ular, Kecamatan Secanggang, di salah satu pengumpul/pengepul untuk nelayan yang menangkap udang di perairan Kabupaten Langkat (Gambar 6). Analisis sampel dan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 6. Peta lokasi pengambilan sampel Udang Kelong di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah digital caliper dengan tingkat ketelitian 0,01 mm, timbangan digital Ohaus dengan ketelitian 0,01 g, cool box, thermometer, pH meter, refraktometer, keping Secchi, alat tulis, dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah Udang Kelong (P. merguiensis) dengan ukuran yang bervariasi, dan es yang diletakkan di cool box.

Pelaksanaan Penelitian Tahap Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh dari nelayan dengan observasi, wawancara dan diskusi berdasarkan kuisioner yang telah disusun dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang dikumpulkan menyangkut kegiatan usaha penangkapan udang yang meliputi kegiatan operasi penangkapan, dan produksi hasil tangkapan, serta pengambilan sampel Udang Kelong.

Penentuan responden dan pengambilan sampel Udang Kelong dilakukan secara Purposive Random Sampling. Responden ditentukan dengan tujuan representatif data yang dianggap sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki peneliti, yaitu nelayan yang menangkap Udang Kelong menggunakan alat tangkap trammel net di perairan Kabupaten Langkat.

Udang Kelong diambil secara acak dari beberapa bakul sebanyak 100 ekor per pengambilan sampel dengan ukuran yang bervariasi di lokasi penelitian. Setelah sampel Udang Kelong diambil dilakukan identifikasi, pengukuran panjang karapas dan bobot Udang Kelong (Gambar 7), serta identifikasi jenis kelamin. Kemudian dilakukan pengambilan data kualitas air (suhu, salinitas, pH dan

Gambar 7. Pengukuran Panjang Karapas Udang Kelong

Analisis Data

Hubungan Panjang Karapas dan Bobot Udang Kelong

Hubungan panjang dan bobot mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot udang sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Analisis pertumbuhan panjang dan bobot bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan Udang Kelong di alam. Dalam menghitung hubungan panjang dan bobot sebaiknya dipisahkan antara Udang Kelong jantan dan betina, karena biasanya terdapat perbedaan hasil antara kedua jenis kelamin tersebut.

Untuk mencari hubungan antara panjang dan bobot Udang Kelong digunakan persamaan sebagai berikut (Effendie, 1997):

W = aLb

Keterangan:

W = Bobot Udang Kelong (g) L = Panjang karapas (mm)

a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang bobot dengan sumbu y) b = Penduga pola pertumbuhan panjang – bobot

Dengan pendekatan regresi linier maka hubungan kedua parameter tersebut dapat dilihat. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Ketentuan yang digunakan adalah :

1. Jika nilai b = 3 maka disebut pola pertumbuhan isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan berat).

2. Jika nilai b ≠ 3 maka disebut allometrik yaitu :

a. Jika b > 3 disebut pola pertumbuhan allometrik positif (pertumbuhan berat lebih dominan).

b. Jika b < 3 disebut pola pertumbuhan allometrik negatif (pertumbuhan lebar lebih dominan).

Distribusi Sebaran Frekuensi Panjang Karapas Udang Kelong

Sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang pada kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Walpole, 1992):

1. Menentukan nilai maksimum (Max) dan minimum (Min) dari seluruh data panjang karapas Udang Kelong.

2. Menentukan wilayah kelas (WK) = max – min , max = data terbesar; min = data terkecil.

3. Menentukan jumlah kelas (JK) = 1 + 3,32 log N; N = jumlah contoh. 4. Menghitung lebar kelas (L) = WK/JK.

5. Menentukan limit bawah kelas dan limit atas kelas bagi selang kelas yang pertama.

6. Menentukan frekuensi panjang untuk masing-masing selang kelas.

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada dan terlihat pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Menurut Sparre dan Venema (1999), metode yang dapat digunakan untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal adalah metode Bhattacharya (1976) diacu oleh Sparre dan Venema (1999) dengan bantuan software program FiSAT II. Parameter Pertumbuhan Udang Kelong

Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dilakukan dengan menggunakan metode Ford-Walford, Metode Ford Walford merupakan model sederhana untuk menduga parameter pertumbuhan L∞ dan K dari persamaan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (King, 1995 diacu oleh Desrita, 2011), serta nilai dugaan t0 (umur teoritis udang pada saat panjang sama dengan nol). Berikut ini adalah persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy.

Lt = L∞ [1 – e -K(t-t0)] Keterangan:

Lt = Panjang udang pada saat umur t (satuan) L∞ = Panjang asimptot udang (mm)

K = Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)

Umur teoritis udang pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah dengan menggunakan persamaan empiris Pauly (Pauly, 1983):

Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 (Log L) – 1,038 (Log K)

Selanjutnya dari hasil di atas, analisis perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode ELEFAN I (Electronic Length Frequencys Analysis) yang terdapat dalam program FiSAT II.

Laju Eksploitasi Udang Kelong

Pendugaan laju eksploitasi Udang Kelong dilakukan dengan penentuan parameter-parameter pertumbuhan yang telah dihitung sebelumnya. Setelah nilai ini diketahui, maka dilakukan pendugaan laju mortalitas total (Z) dengan menggunakan metode Jones dan Van Zalinge yang dikemas dalam program FiSAT II. Nilai Z diduga dengan pendekatan rumus empiris Pauly (1984) diacu oleh Sparre dan Venema (1999), dimana laju kematian total berhubungan erat dengan suhu rata-rata perairan, dengan persamaan sebagai berikut:

Log M = - 0,0066 – 0,279 (Log L∞) + 0,6543 (Log K) + 0,463 (Log T) Keterangan:

M : mortalitas alamiah T : suhu rata-rata perairan.

Berdasarkan parameter laju kematian di atas (Z dan M), maka secara langsung laju kematian akibat penangkapan (F) dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Berdasarkan nilai tersebut maka laju eksploitasi udang (E) ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly, 1984 diacu oleh Sparre dan Venema, 1999):

E = Keterangan:

Z = total laju mortalitas

F = laju mortalitas penangkapan E = laju eksploitasi

Ketentuan:

1. Jika E > 0,5 menunjukkan tingkat eksploitasi tinggi (overfishing). 2. E < 0,5 menunujukan tingkat eksplotasi rendah (under fishing). 3. E = 0,5 menunjukkan pemanfaatan optimal.

Nisbah Kelamin Udang Kelong

Nisbah kelamin penting untuk melihat perbandingan Udang Kelong jantan dan betina yang ada pada suatu perairan. Persamaan untuk mencari kelamin adalah (Effendie, 1997) :

p =

× 100% Keterangan:

p = Proporsi Udang Kelong (jantan/betina) n = Jumlah jantan atau betina

N = Jumlah total Udang Kelong (jantan + betina) Faktor Kondisi Udang Kelong

Menganalisis faktor kondisi (FK) Udang Kelong terlebih dahulu udang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Udang Kelong yang mempunyai jenis kelamin yang sama dilihat koefisien pertumbuhan (model gabungan panjang

karapas dan bobot). Setelah pola pertumbuhan panjang dan bobot tersebut

diketahui, maka baru dapat ditentukan kondisi dari Udang Kelong tersebut (Effendie, 2002).

a. Jika pertumbuhan Udang Kelong isometrik (b = 3) maka persamaan yang digunakan adalah:

K = 10

5 �3 W

b. Jika pertumbuhan Udang Kelong adalah model pertumbuhan allometrik (b ≠ 3) maka persamaan yang digunakan adalah:

K = ���

Keterangan:

K = faktor kondisi W = bobot udang (g)

L = panjang karapas udang (mm) a dan b = konstanta

Kualitas Air

Dalam penelitian ini terdapat beberapa parameter kualitas air yang diukur seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian

No. Parameter Satuan Alat Lokasi

1. Suhu ˚C Thermometer In situ

2. pH - pH-Meter In situ

3. Salinitas ‰ Refraktometer In situ 4. Kecerahan Cm Keping Secchi In situ

Dokumen terkait