Hasil Tinggi tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada umur
2-4 MST dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 11. Faktor tunggal pupuk fosfat
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 3 MST. Faktor tunggal
mulsa jerami padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 3 MST.
Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2, 3
dan 4 MST. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 2 MST. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji
beda rataan tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 1. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
kedelai umur 4 MST dapat dilihat pada Lampiran 39.
Tabel 1. Tinggi kedelai (cm) dengan perlakuan jarak tanam pada umur 4 MST
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm
0 31.17 30.50 27.22 29.63
10 30.83 29.64 28.06 29.51
20 30.78 29.33 28.17 29.43
Rataan 30.93a 29.82a 27.81b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan jarak tanam 30 cm x 15 cm nyata meningkatkan tinggi tanaman kedelai
4 MST. Jarak tanam yang semakin rapat akan menyebabkan persaingan antar
tanaman untuk memperoleh cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh. Menurut
Setyowati dkk (2002), jarak tanam yang berbeda mempengaruhi keefisienan
penggunaan cahaya dan kompetisi dalam penggunaan air dan hara. Sedangkan
menurut Whigham (1983), pengaruh peningkatan populasi menyebabkan tanaman
memanjang, menghasilkan batang lunak dan memudahkan tanaman roboh. Syam
(1992) juga menyatakan bahwa budidaya tanaman pada musim kering dengan
jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas karena jumlah cahaya
mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan
aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang.
Jumlah klorofil (unit/6 mm3)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah klorofil (unit/6 mm3)
dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah klorofil. Hasil rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) pada
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah klorofil kedelai (unit/6 mm3) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Fosfat Mulsa (cm) Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0 50.47 48.67 45.77 48.30 5 48.67 51.10 42.70 47.49 10 0 45.00 45.20 48.67 46.29 5 44.43 46.00 45.07 45.17 20 0 49.50 45.90 49.90 48.43 5 47.23 50.67 45.77 47.89 Rataan 47.55 47.92 46.31
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan
jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil (unit/6 mm3). Hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya pH tanah yang rendah yaitu 4,69
Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh ketersediaan karbohidrat di dalam
tanaman. Karbohidrat diperlukan sebagai nutrisi untuk daun-daun yang tidak
memperoleh cahaya matahari. P adalah pupuk yang berperan dalam metabolime
karbohidrat. Penyerapan P yang terhambat akan berpengaruh besar terhadap
jumlah klorofil di daun tanaman. Hal ini sesuai dengan Dwidjoseputro (1985)
menyatakan karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil
daun-daun yang tumbuh di tempat gelap (etiolasi). Tanpa pemberian gula, daun-daun-daun-daun
tersebut tidak mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain
mendukung.
Jumlah bintil akar (bintil)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar (bintil) dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Faktor tunggal pupuk fosfat tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah bintil akar. Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Faktor tunggal jarak tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa
jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Interaksi pupuk
fosfat dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar.
Interaksi jarak tanam dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil
akar. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah bintil akar. Hasil rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) pada
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa
Tabel 3. Jumlah bintil akar kedelai (bintil) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Fosfat Mulsa (cm) Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0 16.67bc 45.33abc 20.67bc 27.56 5 34.33abc 40.00abc 26.00bc 33.44 10 0 51.00ab 38.33abc 16.67bc 35.33 5 9.33c 37.00abc 72.00a 39.44 20 0 47.67abc 33.33bc 22.00bc 34.33 5 34.00c 49.33ab 42.67abc 42.00 Rataan 32.17 40.56 33.33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan jumlah seluruh bintil akar pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam Gambar 2.
. ŷP0J1 = 3.533x + 16.66 r = 0,99 ŷP0J2 = -1.066x + 45.33 r = 0,99 ŷP0J3 = 1.066x + 20.66 r = 0,99 ŷP1J1 = -8.333x + 51 r = 0,99 ŷP1J2 = -0.266x + 38.33 r = 0,99 ŷPIJ3 = 11.06x + 16.66 r = 0,99 ŷP2J1 = -2.733x + 47.66 r = 0,99 ŷP2J2 = 3.2x + 33.33 r = 0,99 ŷP2J3 = 4.133x + 22 r = 0.99
Gambar 2. Jumlah bintil akar (bintil) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam.
Fosfat berperan dalam pembentukan bintil akar. Fosfat merupakan nutrisi bagi
perkembangan bakteri Rhizobium japonicum. Semakin tinggi pupuk fosfat yang
diberikan maka jumlah bintil akar yang terbentuk juga tinggi. Hal ini sesuai
dengan Islami dan Hadi (1995) yang menyatakan bahwa unsur P diperlukan untuk
pembentukan dan aktivitas bintil akar yang maksimal. Unsur P ternyata
diperlukan lebih banyak bagi pembentukan bintil akar dibandingkan untuk
pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil biji
tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan penambahan unsur P dalam
bentuk pupuk yang cukup. Selain itu, dengan jarak tanam yang renggang akan
mengoptimalkan akar dalam penyerapan hara P sedangkan mulsa jerami padi
sebagai buffer terhadap fluktuasi suhu dan laju evapotranspirasi mendukung
pembentukan bintil akar karena bakteri dipengaruhi oleh suhu dan RH tanah.
Jumlah bintil akar efektif (bintil)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar efektif (bintil)
dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah bintil akar efektif. Hasil rataan jumlah bintil akar efektif
(bintil) dengan kombinasi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh
Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif (bintil) dengan kombinasi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Fosfat Mulsa (cm) Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0 3.00 4.00 3.33 3.44 5 3.00 4.33 3.00 3.44 10 0 7.33 5.67 3.00 5.33 5 1.67 4.00 5.33 3.67 20 0 5.67 5.67 2.67 4.67 5 2.33 8.33 3.33 4.67 Rataan 3.83 5.33 3.44
Jumlah bintil akar efektif sangat dipengaruhi dengan umur dan periode
hidup bintil. Pada penelitian ini, parameter jumlah bintil akar efektif dilakukan
pada saat tanaman telah memasuki fase pembungaan. Pada saat itu, bintil akar
berumur 2 minggu yang menandakan bintil telah menua. Pada umumnya
bintil akar akan mati pada saat fase pembungaan dan pembentukan biji. Hal ini
disebabkan pada fase tersebut, karbohidrat yang dihasilkan tanaman akan
ditranslokasikan ke biji. Selain itu, nitrogen dari bintil akar juga digunakan untuk
perkembangan biji.
Volume akar (ml)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari volume akar (ml) dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan 19. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap
volume akar. Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap
volume akar. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap volume
akar. Faktor ganda tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar. Interaksi pupuk
fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar (ml).
Tabel 5. Volume akar kedelai (ml) pada perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam Mulsa (c Rataan
0 5
30 cm x 15 cm 2.83 3.67 3.25c
40 cm x 20 cm 4.22 4.94 4.58b
50 cm x 25 cm 7.00 7.78 7.39a
Rataan 4.69 5.46
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam meningkatkan volume akar
(ml). Jarak tanam yang renggang akan berpengaruh baik bagi pertumbuhan akar.
Akar akan tumbuh dan berkembang ke segala arah. Selain itu, dengan ruang
tumbuh akar yang semakin luas, kompetisi akar antar tanaman semakin berkurang
sehingga memperluas ruang penyerapan air dan hara. Tersedianya hara dan air
akan meningkatkan volume akar tanaman. Menurut Setyowati, dkk (2002) dengan
jarak tanam yang teratur akan memberikan tanaman ruang tumbuh yang seragam
sehingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama.
Bobot kering akar (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering akar (g) dapat dilihat
pada Lampiran 20 dan 21. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering akar. Hasil rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil
pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami
Tabel 6. Bobot kering akar kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Fosfat Mulsa (cm) Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0 1.10 1.13 0.90 1.04 5 0.90 1.13 0.93 0.99 10 0 1.32 1.23 0.97 1.18 5 0.83 0.87 1.30 1.00 20 0 1.03 1.03 1.23 1.10 5 1.27 1.20 1.33 1.27 Rataan 1.06 1.10 1.11
Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Akan tetapi hasil rataan
pada Tabel 6 dapat dilihat terjadi peningkatan bobot kering akar pada jarak tanam
yang renggang (50 cm x 25 cm) dibandingkan jarak tanam lainnya. Pada jarak
tanam renggang jumlah tanaman per plotnya jauh lebih kecil. Pada kondisi ini
ruang tumbuh kedelai jauh lebih besar sehingga akar tanaman dapat berkembang
dengan optimal. Penyerapan hara dan air di dalam tanah semakin baik yang akan
berpengaruh terhadap bobot kering akar. Menurut Setyowati dkk (2002), jarak
tanam yang teratur akan memberikan tanaman ruang tumbuh yang seragam
sehingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama. Jarak
tanam yang berbeda mempengaruhi keefisienan penggunaan cahaya dan
Bobot kering tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering tajuk (g) dapat dilihat
pada Lampiran 22 dan 23. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering tajuk. Hasil rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil
pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
Tabel 7. Bobot kering tajuk kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Fosfat Mulsa (cm) Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0 10.10 15.07 12.40 12.52 5 14.60 12.00 10.77 12.46 10 0 9.50 14.27 14.27 12.68 5 10.93 12.43 10.70 11.36 20 0 12.97 14.27 13.43 13.56 5 13.90 14.20 16.03 14.71 Rataan 12.00 13.71 12.93
Dari tabel 7 dapat dilihat perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak
tanam meningkatkan bobot kering tajuk. Jarak tanam yang renggang akan
mengurangi kompetisi tanaman terhadap penyerapan air dan unsur hara serta
penerimaan intensitas cahaya. Penerimaan intensitas cahaya yang besar akan
memberikan kesempatan pada tanaman untuk tumbuh ke arah menyamping.
Dengan demikian akan mempengaruhi banyak sedikitnya cabang yang terbentuk.
Daun dan cabang yang tidak saling menaungi akan meningkatkan proses
fotosintesis. Menurut Syam (1992) kompetisi cahaya terjadi apabila suatu
tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada
fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas
pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang
Kadar N (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar N (%) dapat dilihat pada
Lampiran 24 dan 25. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap
kadar N. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata terhadap kadar N.
Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi pupuk
fosfat dan mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi
pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi jarak
tanam dan mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar N. Hasil uji beda rataan kadar N (%) pada pupuk fosfat dan jarak tanam
dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi
pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N (%).
Tabel 8. Kadar N kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan (g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm
0 .79c 3.84c 3.86c 83
10 .92bc 4.00b 4.03b 98
20 .06b 4.10a 4.23a 3
Rataan .92 3.98 4.04
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan kadar N (%) pada perlakuan pupuk fosfat dan jarak
Gambar 4. Kadar N (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pupuk fosfat dan jarak tanam
meningkatkan kadar N (%). Pada jarak tanam renggang, jumlah populasi
tanaman jauh lebih sedikit dibandingkan jarak tanam lainnya sehingga
kompetisi tanaman dalam penyerapan air dan hara semakin rendah. Fosfat
juga berperan dalam pertumbuhan akar permulaan yang akan berkembang
dan menyerap air dan unsur hara. Selain itu, fosfat berperan dalam
pembentukan bintil akar dalam penyediaan karbohidrat bagi bakteri.
Semakin banyak fosfat yang diberikan ke dalam tanah maka pembentukan
bintil akar meningkat. Dengan demikian, ketersediaan N di dalam tanah juga
akan meningkat. Hal ini sesuai dengan Islami dan Hadi (1995) yang
menyatakan unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar
yang maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pembentukan
bintil akar dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil biji tanaman leguminosae yang
Kadar P (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar P (%) dapat dilihat
pada Lampiran 26 dan 27. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
kadar P. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Interaksi jarak tanam dan mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar P. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar P. Hasil uji
beda rataan kadar P (%) pada pupuk fosfat dan jarak tanam dapat dilihat
pada Tabel 9. Hasil pada Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi pupuk fosfat
dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar P (%).
Tabel 9. Kadar P kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 0.15h 0.15h 0.16g 0.15 10 0.19f 0.22e 0.24d 0.21 20 0.26c 0.28b 0.29a 0.28 Rataan 0.20 0.22 0.23
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan Kadar P (%) pada perlakuan pupuk fosfat dan jarak
Gambar 5. Kadar P (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam.
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat dan jarak
tanam meningkatkan kadar P (%). Dengan jarak tanam yang semakin
renggang, perakaran akan tumbuh baik dan membentuk bulu-bulu akar yang
berperan menyerap air dan hara di sekitar perakaran. Dengan demikian, hara
P yang berada di area resapan air dapat diserap akar dengan baik. Menurut
Hakim, dkk (1986) pupuk posfat sangat dianjurkan sebagai pupuk yang
digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam karena dibutuhkan pada
stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat baik bila ditempatkan pada
daerah resapan air (catchman area). Pemberian pupuk seawal mungkin
dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan
sehingga proses penyerapan hara lebih baik.
Kadar K (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar K (%) dapat
dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh
nyata terhadap kadar K. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata
kadar K. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar K. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar K. Interaksi jarak tanam dan mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar K. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar K. Hasil uji
beda rataan kadar K (%) pada pupuk fosfat dan mulsa jerami padi dapat
dilihat pada Tabel 10. Hasil pada Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi
pupuk fosfat dan mulsa jerami berpengaruh nyata terhadap kadar K (%).
Tabel 10. Kadar K kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami
Pupuk Fosfat Mulsa (cm) Rataan
(g/plot) 0 5
0 1.69d 1.65
10 d 1.73c 1.72
20 1.82a 1.79
Rataan 1.75
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan kadar K (%) pada pupuk fosfat dan mulsa jerami padi
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kadar K (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami padi.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami
padi meningkatkan kadar K (%). Mulsa jerami padi berperan dalam menjaga suhu,
kelembaban, sifat - sifat fisik tanah, kesuburan dan biologi tanah. Mulsa jerami
mengandung unsur K dan di dalam tanah akan mengalami dekomposisi sehingga
dapat menambah ketersediaan K di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan Isroi
(2010) yang menyatakan kandungan hara kompos jerami yaitu rasio C/N 18,88,
35,11 (%) C-organik, 1,82 (%) N, 0,21 % P2O5, 5,35 % K2O, 55% kadar
air. Dari data analisa di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara
setara dengan 41,3 kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau
total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.
Jumlah polong per tanaman (polong)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong per
tanaman (polong) dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Faktor tunggal
pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman.
Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
polong per tanaman. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong per tanaman. Semua faktor ganda tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong per tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per
tanaman. Hasil uji beda rataan jumlah polong per tanaman (polong) pada
perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil pada Tabel 11
menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong per tanaman (polong).
Tabel 11. Jumlah polong per tanaman (polong) pada perlakuan jarak tanam
(g/plot) 30cmx15cm 40cmx20cm 50cmx25cm 0 71.44 79.06 84.56 78.35 10 57.56 82.55 89.67 76.59 20 64.50 85.22 100.67 83.46
Rataan 4.50b 82.28a 91.63a 64.50
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam
meningkatkan jumlah polong per tanaman (polong). Jarak tanam yang
renggang memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan akar
dalam penyerapan hara dan air. Selain itu, daun dan cabang yang tidak
saling menaungi memperoleh intensitas matahari yang optimal sehingga
berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Fotosintat yang besar berpengaruh
terhadap pembentukan polong. Hal ini sesuai dengan Syam (1992) yang
menyatakan kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi
tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada daun lain.
Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis.
Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur
hara serta air menjadi berkurang.
Produksi biji per tanaman (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari produksi biji per
tanaman (g) dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Faktor tunggal pupuk
fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman. Faktor
tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji
produksi biji per tanaman. Semua faktor ganda tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi biji per tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per
tanaman. Hasil uji beda rataan produksi biji per tanaman (g) pada perlakuan
jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Hasil pada Tabel 12 menunjukkan
bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi biji per
tanaman (g).
Tabel 12. Produksi biji kedelai per tanaman (g) pada perlakuan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
(g/plot) 30cmx15cm) 40cmx20cm 50cmx25cm
0 30.38 39.26 40.46 36.70
10 26.87 35.10 40.05 34.00
20 29.17 40.27 45.21 38.21
Rataan 28.80c 38.21a 41.90a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam
meningkatkan produksi biji per tanaman (g). Pengaturan jarak tanam yang
optimal akan memberikan pengaruh yang besar terhadap produksi biji
tanaman. Akar memiliki ruang yang lebih besar untuk menyerap air
sehingga unsur hara P dapat diserap oleh akar. P dalam tanaman berperan
dalam metabolisme karbohidrat, pembentukan dan pemasakan biji. Menurut