PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DENGAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT, MODIFIKASI IKLIM
MIKRO DAN PENGATURAN JARAK TANAM
SKRIPSI
Oleh : ALIZA GISKA
060301037
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DENGAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT, MODIFIKASI IKLIM
MIKRO DAN PENGATURAN JARAK TANAM
SKRIPSI
OLEH: ALIZA GISKA
060301037
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Penelitian : Pertumbuhan dan produksi kedelai dengan pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro dan pengaturan jarak tanam
Nama : Aliza Giska
NIM : 060301037
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP Ir. Sanggam Silitonga
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir. Edison Purba, PhD
Ketua Departemen Budidaya Pertanian
ABSTRAK
ALIZA GISKA: Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dengan Pemberian Pupuk Fosfat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan SANGGAM SILITONGA.
Kedelai merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan fosfat dalam jumlah besar. Ketersediaan P merupakan faktor pembatas utama pada pertumbuhan dan produksinya. Managemen hara P, modifikasi iklim mikro dan pengaturan jarak tanam adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil biji. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro dan pengaturan jarak tanam serta ke tiga interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian dilakukan di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Sampali, Medan mulai November 2009 - Februari 2010 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 faktor. Faktor pertama adalah pupuk P dengan dosis 0, 10, dan 20 g/plot, faktor kedua adalah mulsa jerami padi dengan ketebalan 0 dan 5 cm, dan faktor ketiga adalah jarak tanam dengan 3 taraf yaitu 30 x 15, 40 x 20, dan 50 x 25.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pupuk P (20 g/plot) meningkatkan
kadar N 7,8 %, P 86,6 %, dan K 8,4 %. Mulsa jerami padi meningkatkan kadar K 8,4 %. Jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan volume akar 127,3 %, kadar N
3,06 %, jumlah polong per tanaman 42,06 %, produksi biji per tanaman 45,48 %, dan bobot 100 biji 14,5 %. Interaksi pupuk fosfat (20 g/plot) dan mulsa jerami padi meningkatkan kadar K 13,04 %. Interaksi pupuk fosfat (20 g/plot) dan jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan kadar N 11,61 % dan P 93,33 %. Interaksi antara pupuk fosfat (20 g/plot), mulsa jerami padi, dan jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan jumlah bintil akar.
ABSTRACT
ALIZA GISKA : Growth and soybean production by giving phosphate fertilizer, micro climate modification and plant spacing management, supervised by CHAIRANI HANUM and SANGGAM SILITONGA.
Soybean is one of plant require a lot of phosphate. Availability P is main limiting factor to growth and production. Management of phosphate nutrient, micro climate modification and plant spacing are one of effort to increase the seed production. The objective of the research is to examine the additional of phosphate fertilizer, micro climate modification and plant spacing management and the interaction of three factor to growth and production of soybean. The research was done in Institute Meteorology, Climatology and Geophysics, Sampali, Medan from November 2009 until February 2010 by using factorial completely randomized block design with 3 factors. The first factor is phosphate fertilizer dose that is : 0, 10, and 20 g/plot, second factor is paddy hay mulch that is : 0 and 5 cm and third factor is plant spacing that is : 30 cm x 15 cm, 40 cm x 20 cm, and 50 cm x 25 cm..
The result of this research indicated that phosphate fertilizer (20 g/plot) increased content of N 7,8 %, P 86,6 %, dan K 8,4 %. Paddy hay mulch increased
content of K 8,4 %. Plant spacing increased root volume 127,3 %, content of N 3,06 %, the amount pease per plant 42,06 %, seed production per plant 45,48 %,
and weight of 100 seeds 14,5 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot) and paddy hay mulch increased content of K 13,04 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot) and plant spacing (50 cm x 25 cm) increased content of N 11,61 % and P 93,33 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot), paddy hay mulch and plant spacing (50 cm x 25 cm) increased amount of the root nodule.
RIWAYAT HIDUP
Aliza Giska, lahir di Perdagangan, 7 Desember 1987, anak kedua dari tiga
bersaudara, putri dari pasangan Ali Amran dan Siti Hadijah.
Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Medan dan pada tahun
yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah
Biologi Dasar (pada tahun ajaran 2007/2008), Morfologi dan Taxonomi
Tumbuhan (pada tahun ajaran 2008-2010), Anatomi Tumbuhan (pada tahun
ajaran 2008-2010), Teknologi Benih (pada tahun ajaran 2008-2010). Penulis
juga aktif mengikuti kegiatan organisasi HIMADITA dan Pengajian
Nahdatus Syukban. PKL dilakukan di PTPN IV Kebun Pabatu, Tebing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) dengan
Pemberian Pupuk Fosfat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS sebagai Ketua Komisi dan Bapak Ir. Sanggam
Silitonga sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak memberikan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Selain itu, terima kasih saya ucapkan
kepada Bapak M. P. Aloho, SP, MSi sebagai pembimbing lapangan.
Terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Ali Amran, ibunda Siti
Hadijah, abang, adik, Affandy, serta teman-teman sejawat BDP 2006, Agronomi
2005 dan 2004 yang tidak dapat disebutkan atas semangat, doa, dukungan dan
bantuan kepada penulis.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi peningkatan hasil kedelai dan ilmu
pengeahuan.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Parameter yang Diukur ... 17
Tinggi Tanaman (cm) ... 17
Pelaksanaan Penelitian ... 19
Persiapan Lahan ... 19
Pemupukan Dasar ... 20
Aplikasi Pupuk Fosfat ... 20
Pemberian Mulsa Jerami Padi ... 20
Penyiraman ... 20
Penjarangan ... 20
Penyiangan ... 20
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21
Panen ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Tinggi kedelai (cm) pada perlakuan jarak tanam pada umur 4 MST ... 22
2. Jumlah klorofil kedelai (unit/6 mm3) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 23
3. Jumlah bintil akar kedelai (bintil) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 25
4. Jumlah bintil akar kedelai efektif (bintil) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 26
5. Volume akar kedelai (ml) pada perlakuan jarak tanam ... 27
6. Bobot kering akar kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 28
7. Bobot kering tajuk kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 29
8. Kadar hara N kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam ... 31
9. Kadar hara P kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam ... 32
10.Kadar hara K kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami padi ... 34
11.Jumlah polong per tanaman (polong) pada perlakuan jarak tanam ... 36
12.Produksi biji kedelai per tanaman (g) pada perlakuan jarak tanam ... 37
13.Produksi biji kedelai per plot (g) pada perlakuan perlakuan jarak tanam ... 38
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Jumlah bintil akar (bintil) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat,
mulsa jerami padi dan jarak tanam ... 25
2. Kadar hara N (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan
jarak tanam ... 31
3. Kadar hara P (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak
tanam ... 33
4. Kadar hara K (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1.Deskripsi varietas Grobogan ... 44
2.Bagan penelitian... 45
3.Bagan tanaman per plot ... 46
4.Analisa tanah daerah Sampali ... 47
5.Jadwal kegiatan penelitian ... 48
6.Rataan tinggi kedelai 2 MST (cm) ... 49
7.Sidik ragam tinggi kedelai 2 MST ... 49
8.Rataan tinggi kedelai 3 MST (cm) ... 50
9.Sidik ragam tinggi kedelai 3 MST ... 50
10.Rataan tinggi kedelai 4 MST (cm) ... 51
11.Sidik ragam tinggi kedelai 4 MST... 51
12.Rataan jumlah klorofil kedelai (unit/6 mm3) ... 52
13.Sidik ragam jumlah klorofil kedelai ... 52
14.Rataan jumlah seluruh bintil akar kedelai (bintil) ... 53
15.Sidik ragam jumlah seluruh bintil akar kedelai ... 53
16.Rataan jumlah bintil akar kedelai efektif (bintil) ... 54
17.Sidik ragam jumlah bintil akar kedelai efektif ... 54
18.Rataan volume akar kedelai (ml) ... 55
19.Sidik ragam volume akar kedelai ... 55
20.Rataan bobot kering akar kedelai (g) ... 56
22.Rataan bobot kering tajuk kedelai (g) ... 57
23.Sidik ragam bobot kering tajuk kedelai ... 57
24.Rataan kadar hara N kedelai (%) ... 58
30.Rataan jumlah polong kedelai kedelai (polong) ... 61
31.Sidik ragam jumlah polong kedelai ... 61
32.Rataan produksi biji kedelai per tanaman (g) ... 62
33.Sidik ragam produksi biji kedelai per tanaman ... 62
34.Rataan produksi biji kedelai per plot (g) ... 63
35.Sidik ragam produksi biji kedelai per plot ... 63
36.Rataan bobot kering 100 biji kedelai (g) ... 64
37.Sidik ragam bobot kering 100 biji kedelai ... 64
38.Rangkuman hasil uji beda rataan ... 65
39.Prosedur Kerja Penghitungan Kadar Hara N, P dan K (%) ... 66
40.Lahan penelitian ... 70
41.Kedelai 4 MST ... 70
42.Biji kedelai ... 73
ABSTRAK
ALIZA GISKA: Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dengan Pemberian Pupuk Fosfat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan SANGGAM SILITONGA.
Kedelai merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan fosfat dalam jumlah besar. Ketersediaan P merupakan faktor pembatas utama pada pertumbuhan dan produksinya. Managemen hara P, modifikasi iklim mikro dan pengaturan jarak tanam adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil biji. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro dan pengaturan jarak tanam serta ke tiga interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian dilakukan di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Sampali, Medan mulai November 2009 - Februari 2010 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 faktor. Faktor pertama adalah pupuk P dengan dosis 0, 10, dan 20 g/plot, faktor kedua adalah mulsa jerami padi dengan ketebalan 0 dan 5 cm, dan faktor ketiga adalah jarak tanam dengan 3 taraf yaitu 30 x 15, 40 x 20, dan 50 x 25.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pupuk P (20 g/plot) meningkatkan
kadar N 7,8 %, P 86,6 %, dan K 8,4 %. Mulsa jerami padi meningkatkan kadar K 8,4 %. Jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan volume akar 127,3 %, kadar N
3,06 %, jumlah polong per tanaman 42,06 %, produksi biji per tanaman 45,48 %, dan bobot 100 biji 14,5 %. Interaksi pupuk fosfat (20 g/plot) dan mulsa jerami padi meningkatkan kadar K 13,04 %. Interaksi pupuk fosfat (20 g/plot) dan jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan kadar N 11,61 % dan P 93,33 %. Interaksi antara pupuk fosfat (20 g/plot), mulsa jerami padi, dan jarak tanam (50 cm x 25 cm) meningkatkan jumlah bintil akar.
ABSTRACT
ALIZA GISKA : Growth and soybean production by giving phosphate fertilizer, micro climate modification and plant spacing management, supervised by CHAIRANI HANUM and SANGGAM SILITONGA.
Soybean is one of plant require a lot of phosphate. Availability P is main limiting factor to growth and production. Management of phosphate nutrient, micro climate modification and plant spacing are one of effort to increase the seed production. The objective of the research is to examine the additional of phosphate fertilizer, micro climate modification and plant spacing management and the interaction of three factor to growth and production of soybean. The research was done in Institute Meteorology, Climatology and Geophysics, Sampali, Medan from November 2009 until February 2010 by using factorial completely randomized block design with 3 factors. The first factor is phosphate fertilizer dose that is : 0, 10, and 20 g/plot, second factor is paddy hay mulch that is : 0 and 5 cm and third factor is plant spacing that is : 30 cm x 15 cm, 40 cm x 20 cm, and 50 cm x 25 cm..
The result of this research indicated that phosphate fertilizer (20 g/plot) increased content of N 7,8 %, P 86,6 %, dan K 8,4 %. Paddy hay mulch increased
content of K 8,4 %. Plant spacing increased root volume 127,3 %, content of N 3,06 %, the amount pease per plant 42,06 %, seed production per plant 45,48 %,
and weight of 100 seeds 14,5 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot) and paddy hay mulch increased content of K 13,04 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot) and plant spacing (50 cm x 25 cm) increased content of N 11,61 % and P 93,33 %. The interaction of phosphate fertilizer (20 g/plot), paddy hay mulch and plant spacing (50 cm x 25 cm) increased amount of the root nodule.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang
sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah
dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya
dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan
berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan
olahan berbahan baku kedelai di dalam negeri, permintaan kedelai terus
meningkat. Data statistik FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai
rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar 1,84-0,24 juta ton, sementara produksi
dalam negeri masih sangat rendah yaitu antara 0,67-0,81 juta ton dan kekurangan
tersebut harus diimpor sebesar 1,12-1,36 juta ton. Gambaran di atas
mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam
memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Sudaryanto dkk, 2007).
Mengatasi permasalahan di atas diperlukan upaya peningkatkan produksi
kedelai nasional berupa perbaikan teknologi budidaya. Beberapa di antaranya
yaitu, aplikasi pemupukan yang tepat dan berimbang terutama P, modifikasi iklim
mikro perakaran tanaman dan penentuan jarak tanam yang tepat. Manfaat fosfat
bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar, memacu pertumbuhan
tanaman da meningkatkan produksi biji-bijian.
Memodifikasi iklim mikro tanaman pangan merupakan suatu usaha yang
telah banyak dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Menurut Widiningsih (1985), dalam Noorhadi dan
Sudadi (2003), kelembaban dan suhu sekitar tanaman merupakan komponen iklim
mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Lingkungan mikro juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam tanah.
Bakteri Rhizobium japonicum tidak menyukai suhu dan kelembaban yang tinggi.
Rhizobium menghendaki suhu tanah 250 C. Peramalan jumlah populasi hama seperti lalat buah yang menyerang kedelai juga dapat diprediksi dengan
mengetahui pada waktu kapan terjadi peledakan. Lalat buah yang menyerang
kedelai pada awal pertumbuhan dapat ditekan dengan modifikasi iklim mikro
tanaman.
Jumlah populasi tanaman per luasan tertentu pada hakekatnya adalah
mengatur kesesuaian ruang yang paling baik untuk tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra
dan antar spesies. Kompetisi dalam memperoleh cahaya, unsur hara dan air.
Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak
tanam, maka akan menyebabkan persaingan tinggi tanaman, jumlah cabang dan
luas daun
Agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat optimal, maka
dilakukan modifikasi lingkungan mikro perakaran yang sesuai dengan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan
pemberian mulsa jerami padi pada tanah dengan ketebalan 5 cm. Mulsa jerami
memperoleh cahaya matahari langsung akibat tertutup oleh mulsa, dan unsur lain
seperti air dan 02, menstabilkan agregat tanah, mengurangi pencucian tanah,
menambah unsur tanah (mulsa organik), mencegah terjadinya evapotranspirasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk
Fosfat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam”.
Tujuan Penelitian
Menguji pengaruh pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro dan
pengaturan jarak tanam serta interaksi ketiganya terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai (Glycine max L. Merrill).
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan tanggap pada pertumbuhan dan produksi kedelai
(Glycine max L. Merril) akibat pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro
dan pengaturan jarak tanam serta interaksi ketiga faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat berguna untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya kedelai
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim
Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah
hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Sugeno, 2008).
Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan
mempengaruhi proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat
masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis
saat tanaman kedelai pada stadia perkecambahan dan pembentukkan polong
(Adisarwanto, 2008).
Balittan Malang (1990), dalam Agung dan Rahayu (2004) melaporkan
bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadap hasil biji kedelai.
Pemberian air setiap 10 hari selama musim tanam dapat meningkatkan hasil
menjadi 2 ton/ha dibandingkan pemberian 3 kali selama musim tanam (1.71
ton/ha) dan tanpa pemberian air dengan teratur hanya 1.47 ton/ha.
Pertumbuhan kedelai berkisar pada suhu 20–25ºC. Suhu yang sesuai untuk
proses pertumbuhan tanaman pada 12–20ºC (optimum). Jika berada di bawah
suhu optimum akan menghambat proses perkecambahan benih dan pemunculan
kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Jika berada di atas suhu
optimum, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis
memperoleh cahaya matahari langsung akibat tertutup oleh mulsa, dan unsur lain
seperti air dan 02, menstabilkan agregat tanah, mengurangi pencucian tanah,
menambah unsur tanah (mulsa organik), mencegah terjadinya evapotranspirasi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk
Fosfat, Modifikasi Iklim Mikro dan Pengaturan Jarak Tanam”.
Tujuan Penelitian
Menguji pengaruh pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro dan
pengaturan jarak tanam serta interaksi ketiganya terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai (Glycine max L. Merrill).
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan tanggap pada pertumbuhan dan produksi kedelai
(Glycine max L. Merril) akibat pemberian pupuk fosfat, modifikasi iklim mikro
dan pengaturan jarak tanam serta interaksi ketiga faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat berguna untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya kedelai
Kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari. Kedelai merupakan tanaman hari pendek artinya tidak
akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Jika
suatu varietas berproduksi tinggi di daerah subtropik dengan panjang hari 14-16
jam maka akan mengalami penurunan hasil di daerah tropik karena masa
berbunganya menjadi pendek (Adisarwanto, 2008).
Tanah
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus
sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur
dan agak masam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air
yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Sugeno, 2008).
Kedelai tumbuh baik pada pH tanah antara 5,8-7. Namun pada tanah
dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik karena kedelai toleran
terhadap tanah masam. Jenis tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,
latosol dan andosol. Pada tanah podzolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila
diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Jika pH terlalu rendah dapat menimbulkan keracunan aluminium dan
ferum serta pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan terhambat.
Pengapuran juga dapat meningkatkan pH tanah dan memperkaya tanah akan
Berdasarkan hasil penelitian Arinong, dkk (2005), pada tanah dengan
kandungan nitrogen yang tinggi, maka pertumbuhan kedelai lebih mengarah
kepada laju pertumbuhan vegetatif, yang terlihat dari permukaan daun menjadi
lebih lebar, laju fotosintesis lebih tinggi, indeks luas daun semakin tinggi dan
LAN yang semakin besar.
Pupuk Fosfat
Unsur hara yang akan diserap ditentukan oleh semua faktor yang
mempengaruhi ketersediaannya di permukaan akar sehingga pertumbuhan dan
perkembangan serta hasil tanaman optimal. Penambahan hasil tanaman sebagai
respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum
dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak
terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun
(Agustina, 1990).
Unsur P mempunyai peranan dalam pengisian polong, fase pertumbuhan
dan perkembangan hasil tanaman. Fosfor ditemukan dalam jumlah relatif lebih
banyak pada buah dan biji tanaman. Tetapi P anorganik relatif dalam jumlah kecil
dan kebanyakan dalam bentuk fitat (phytate). Kekurangan unsur P umumnya
menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun
menjadi gelap (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk posfat sangat dianjurkan digunakan saat atau sebelum tanam karena
dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat baik bila
mungkin akan mendorong pertumbuhan akar permulaan sehingga proses
penyerapan hara lebih baik (Hakim, dkk, 1986).
Bagi tanaman, hara ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar
semai, memacu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi biji-bijian.
Unsur-unsur P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan
penting bagi pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik, serta
meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1999).
Unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang
maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pembentukan bintil akar
dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hasil biji tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan
penambahan unsur P dalam bentuk pupuk yang cukup (Islami dan Hadi, 1995).
Kekurangan fosfor akan menunjukkan gejala pertumbuhan yang terhambat
karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi berwarna
hijau tua yang kemudian berubah menjadi ungu, juga terjadi pada cabang dan
batang tanaman muda. Gejala kekurangan fosfor juga akan menunjukkan
terlambatnya masa pemasakan buah dan biji. Gejala yang umum adalah
terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serat perakarannya miskin dan
produksi merosot (Hakim, dkk, 1986).
Karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil daun-daun
yang tumbuh di tempat gelap (etiolasi). Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut
tidak mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung
Mulsa jerami
Mulsa dapat mencegah terjadinya erosi karena melindungi permukaan
tanah dari daya timpa butir-butir hujan dan terkikis aliran air. Selain itu mulsa
juga berpengaruh pada suhu, kelembaban, sifat - sifat fisik, kesuburan dan biologi
tanah (Ibrahimovic, 2009).
Menurut Greenland dan LAL (1977) dengan dilakukannya pemulsaan
konservasi air dalam tanah dapat diperbaiki, jumlah pori-pori yang dapat
menginfiltrasikan air meningkat dan evaporasi yang berlebihan dapat dikurangi
serta suhu menjadi teratur.
Jerami padi ialah bahan yang berpotensi sebagai mulsa karena tersedia
dalam jumlah melimpah, sekitar 30 juta ton per tahun. Kemampuan mulsa dalam
pengendalian gulma tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ialah
jumlah dan jenis mulsa yang digunakan. Penggunaan mulsa jerami padi 5 ton
dikombinasikan dengan tanpa olah tanah (TOT) dapat berakibat terjadinya
peningkatan hasil kedelai 100% dibandingkan tanpa mulsa. Penggunaan mulsa
jerami padi dengan ketebalan maksimal 10 cm dapat menekan pertumbuhan
gulma 56–61% dibandingkan tanpa mulsa (Suhartina dan Adisarwanto, 1996).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia (BPBPI) kandungan hara kompos jerami :
Dari data analisa di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara setara dengan
41,3 kg Urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg
NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih
dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Di tingkat nasional, potensi nilai
hara dari kompos jerami adalah setara dengan 1,09 juta ton Urea, 0,15 juta ton
SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6 juta ton NPK. Jumlah ini kurang lebih
45% dari konsumsi pupuk nasional yang mencapai 7,9 juta ton tahun 2007. Jika
kandungan hara ini dinilai dengan harga pupuk kimia, maka kompos jerami secara
nasional bernilai Rp 5,42 trilyun (Isroi, 2010).
Penggunaan mulsa akan menyebabkan keadaan tanah menjadi
basah/lembab sehingga kalium yang terfiksasi oleh mineral liat 2:1
(montmorilonit) dibebaskan bersamaan dengan pelepasan kembali air yang
teretensi oleh mineral K tersebut (Purwowidodo, 1991).
Tanah dengan perlakuan mulsa jerami menunjukkan suhu tanah terendah.
Hal ini disebabkan panas yang diterima oleh mulsa jerami langsung mengalami
pertukaran dengan udara bebas. Pertukaran panas ini juga disebabkan oleh
kecepatan angin yang bertiup, sehingga panas yang diserap oleh permukaan tanah
dengan perlakuan mulsa jerami lebih rendah dari perlakuan tanpa mulsa dan
mulsa plastik (Noorhadi dan Sudadi, 2003)
Penggunaan pupuk organik (jerami) secara tunggal belum memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Namun
secara umum, penggunaan jerami padi sebanyak 2 ton/ha rata-rata memberikan
hasil yang lebih tinggi dibanding tanpa penggunaan jerami. Hal ini disebabkan
meningkatkan kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah.
Belum nampaknya pengaruh dari pupuk organik jerami terhadap pertumbuhan dan
hasil diduga karena pemberian jerami baru dilakukan pada musim tanam tersebut,
disamping dosisnya yang masih rendah (Arafah dan Sirappa, 2003).
Jarak tanam
Jarak tanam adalah jarak antar tanaman dalam satu barisan tanaman
maupun antar barisan tanaman.
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat yaitu :
1. Sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat
terkompensasi,sehingga tanaman tidak terlalu jarang
2. Permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat
ditekan
3. Jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi
pula.
Kerugian menggunakan jarak tanam rapat yaitu :
1. Polong per tanaman menjadi sangat berkurang, sehingga hasil per hektarnya
menjadi rendah
2. Ruas batang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang kokoh dan mudah
roboh
3. Benih yang dibutuhkan lebih banyak
4. Penyiangan sukar dilakukan
Sistem penanaman kedelai dapat dilakukan secara tugal dengan
jarak tanam 40 x 15 cm. Untuk mengurangi penguapan dan menekan
pertumbuhan gulma sangat disarankan menggunakan mulsa
(Tim Balai Penelitian Tanah, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kompetisi
tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Tingkat kerapatan yang optimum
akan diperoleh ILD yang tinggi dengan pembentukan bahan kering yang
maksimum. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman
terhadap gulma karena tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan
sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat
ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya
akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar
tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk
memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).
Jarak tanam yang teratur akan memberikan tanaman ruang tumbuh yang
seragam sehingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama
dan dapat mempermudah penyiangan. Jarak tanam yang berbeda mempengaruhi
populasi tanaman, keefisienan penggunaan cahaya dan kompetisi dalam
penggunaan air dan hara. Pada pertanaman kedelai, populasi tanaman akan
mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang dan polong isi. Hasil kedelai yang
ditanam dengan jarak tanam rapat tidak jauh berbeda dengan hasil kedelai dengan
jarak tanam renggang. Tetapi, jarak tanam akan berpengaruh terhadap biji yang
dihasilkan. Jarak tanam yang rapat menghasilkan biji yang lebih banyak
mempengaruhi berat biji, di mana biji kedelai yang ditanam pada jarak tanam
yang rapat memiliki bobot yang lebih berat (Setyowati dkk, 2002).
Populasi rendah biasanya menghasilkan peningkatan cabang dan buku
yang berubah per tanaman. Pada tingkat populasi rendah, hasil menurun
disebabkan karena kurangnya jumlah tanaman, namun pada populasi tinggi hasil
menurun karena kompetisi yang ekstrim antara tanaman. Peningkatan populasi
akan menyebabkan tanaman lebih panjang dan polong paling bawah juga
memanjang serta berpengaruh pada jumlah buku per tanaman, jumlah biji per
tanaman dan ukuran biji. Pengaruh peningkatan populasi menyebabkan batang
lunak dan memudahkan tanaman roboh. Tanaman roboh menyebabkan hasil
fotosintat dan kualitas biji rendah serta sulit dipanen (Whigham, 1983 ).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam terlalu rapat akan
menyebabkan tinggi tanaman semakin tinggi dan secara nyata berpengaruh pada
jumlah cabang dan luas daun. Hal tersebut mencerminkan bahwa pada jarak
tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula
pengambilan unsur hara, air dan udara. Budidaya tanaman pada musim kering
dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas karena jumlah
cahaya mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan
aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang. Kompetisi cahaya terjadi
apabila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi
naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada
proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas
Daun tanaman sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada
fotosintat. Fotosintat berupa gula reduksi digunakan sebagai sumber energi untuk
tubuh tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau
organ penimbun yang lain (sink). Hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian
vegetatif sebagian dimobilisasikan ke bagian generatif (polong). Fotosintat
di bagian vegetatif tersimpan dalam berat kering brangkasan dan di polong
tercermin dalam berat kering biji. Berat kering biji tanaman kacang hijau yang
ditanam dengan jarak tanam renggang ternyata lebih tinggi beratnya
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika, Sampali, Medan dengan ketinggian + 25 meter di atas
permukaan laut, mulai bulan November 2009 sampai Februari 2010
(Lampiran 39).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Grobogan, TSP, urea,
KCl, jerami padi, insektisida Decis 25 EC dan fungisida Dithane M-45
Alat yang digunakan yaitu cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik,
chloropyll meter, oven, tali, plastik, pacak, amplop dan handsprayer.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 3 faktor.
Faktor I yaitu Pupuk Fosfat (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
P 0 = 0 g (kontrol)
P 1 = 10 g (setara 100 kg/ha)
P 2 = 20 g (setara 200 kg/ha)
Faktor II : Mulsa Jerami Padi (M) yang terdiri atas 2 taraf, yaitu :
M0 = 0 cm
M 1 = jerami padi dengan ketebalan 5 cm
Faktor III : Jarak Tanam (J) yang terdiri atas 3 taraf :
J1 = 30 cm x 15 cm
J2 = 40 cm x 20 cm
J3 = 50 cm x 25 cm
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 18 kombinasi, yaitu :
P0M0J1 P0M1J1 P1M0J1 P1M1J1 P2M0J1 P2M1J1
P0M0J2 P0M1J2 P1M0J2 P1M1J2 P2M0J2 P2M1J2
P0M0J3 P0M1J3 P1M0J3 P1M1J3 P2M0J3 P2M1J3
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 54 plot
Ukuran plot : 120 cm x 120 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanaman seluruhnya : 774 tanaman
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman
Jumlah sampel destruktif/plot : 1 tanaman
Jumlah sampel destruktif : 54 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 216 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ+ρi+αj+βk+γl+(αβ)jk+(αγ)jl+(βγ)kl+(αβγ)jkl+εijkl
Dimana:
Yijk : hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-i dengan perlakuan pupuk
fosfat taraf ke-j, perlakuan mulsa jerami padi taraf ke-k dan perlakuan
pengaturan jarak tanam taraf ke-l.
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j
βk : Efek perlakuan mulsa jerami padi pada taraf ke-k
γl : Efek perlakuan pengaturan jarak tanam taraf ke-l
(αβ)jk : Respon interaksi perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j dan perlakuan
mulsa jerami padi pada taraf ke-k
(αγ)jl : Respon interaksi perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j dan perlakuan
pengaturan jarak tanam pada taraf ke-l
(βγ)kl : Respon interaksi perlakuan mulsa jerami pada taraf ke-k dan perlakuan
pengaturan jarak tanam pada taraf ke-l
(αβγ)jkl : Respon interaksi perlakuan pupuk fosfat pada taraf ke-j, perlakuan
mulsa jerami padi pada taraf ke-k dan perlakuan pengaturan jarak tanam
pada taraf ke-l
εijkl : Respon galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk fosfat
pada taraf ke-j, perlakuan mulsa jerami padi pada taraf ke-k dan
perlakuan perlakuan pengaturan jarak tanam pada taraf ke-l
Terhadap sidik ragam yang nyata, dianalisis lanjutan dengan menggunakan
Uji Rata-Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie,
Parameter yang Diukur Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh
tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST hingga 4 MST dengan interval
pengamatan 1 minggu.
Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)
Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat
chloropyll meter. Penghitungan jumlah klorofil dilakukan pada daun bagian
tengah yaitu pada cabang primer yang ke 3 atau 4 dari pangkal batang.
Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada akhir pertumbuhan vegetatif.
Jumlah Seluruh Bintil Akar (bintil)
Jumlah bintil akar diketahui dengan menghitung seluruh bintil yang
terbentuk pada akar tanaman kedelai dan dilakukan pada akhir pertumbuhan
vegetatif.
Jumlah Bintil Akar Efektif (bintil)
Akar tanaman diteliti untuk mengetahui berapa jumlah bintil akar yang
aktif pada tanaman kedelai. Hal ini dapat dilihat dengan menekan bintil akar yang
terdapat pada akar, apabila bintil akar berwarna merah jambu maka bintil akar
Volume Akar (ml)
Pengamatan volume akar dilaksanakan pada akhir pertumbuhan vegetatif
dengan menggunakan metode volumetric. Akar dimasukkan ke dalam beaker
gelas yang berisi air 50 ml lalu diamati peningkatan volume air.
Volume akar = Volume air akhir – 50 ml
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran, lalu diovenkan dengan suhu 70º C selama 24 jam.
Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang bobot
keringnya. Pengamatan ini dilakukan pada akhir pertumbuhan vegetatif.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran. Kemudian
diovenkan dengan suhu 70ºC selama 24 jam. Setelah itu dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang bobot keringnya. Pengamatan ini
dilakukan pada akhir pertumbuhan vegetatif.
Kadar Hara N, P dan K (%)
Kadar hara N, P dan K dilakukan di laboratorium. Adapun prosedur yang
dilakukan dapat dilihat pada lampiran 42.
Jumlah Polong per Tanaman (polong)
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman
Produksi Biji per Tanaman (g)
Pengamatan ini dilakukan pada saat kadar air biji ± 14 %. Untuk
mencapai kadar air tersebut dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar
matahari selama 2–3 hari, kemudian ditimbang.
Produksi Biji per Plot (g)
Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh
tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah
dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot 100 Biji (g)
Bobot 100 Biji (g) = Bobot biji per tanaman x 100 Jumlah biji per tanaman
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma dan sampah, lalu dibuat plot percobaan berukuran 120 cm x 120 cm, jarak
antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm, yang memanjang dari arah
utara-selatan.
Penanaman Benih
Benih ditanam pada kedalaman ± 2 cm dari permukaan tanah sebanyak
Pemupukan Dasar
Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk urea 5 g/plot dan KCl
5 g/plot. Seluruh jenis pupuk diberikan pada saat tanam dan diberikan dalam
larikan.
Aplikasi Pupuk Fosfat
Bersamaan dengan penanaman dilakukan aplikasi pupuk fosfat dengan
dosis sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan di dalam larikan.
Pemberian Mulsa Jerami Padi
Mulsa jerami padi yang baru dipanen, dikeringkan sampai berwarna
kuning muda. Mulsa jerami padi diberikan bersamaan dengan penanaman dan
pemberian pupuk dasar.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 1 MST.
Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak normal sehingga
hanya tinggal satu tanaman yang paling baik pertumbuhannya.
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sesuai
dengan kondisi lahan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis
25 EC dengan konsentrasi 2 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit
dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi
2-3 gr/liter air. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan sesuai kondisi
tanaman di lapangan.
Panen
Kriteria panen yaitu sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan
karena serangan hama penyakit, lalu gugur, buah berubah warna dari hijau sampai
kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak kecoklatan. Panen dilakukan
sekali dengan cara memotong 5 cm diatas pangkal batang utama dengan
menggunakan pisau. Kemudian polong dijemur dibawah sinar matahari dan biji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada umur
2-4 MST dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 11. Faktor tunggal pupuk fosfat
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 3 MST. Faktor tunggal
mulsa jerami padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 3 MST.
Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2, 3
dan 4 MST. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 2 MST. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji
beda rataan tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 1. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
kedelai umur 4 MST dapat dilihat pada Lampiran 39.
Tabel 1. Tinggi kedelai (cm) dengan perlakuan jarak tanam pada umur 4 MST
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan jarak tanam 30 cm x 15 cm nyata meningkatkan tinggi tanaman kedelai
4 MST. Jarak tanam yang semakin rapat akan menyebabkan persaingan antar
tanaman untuk memperoleh cahaya, air, unsur hara dan ruang tumbuh. Menurut
Setyowati dkk (2002), jarak tanam yang berbeda mempengaruhi keefisienan
penggunaan cahaya dan kompetisi dalam penggunaan air dan hara. Sedangkan
menurut Whigham (1983), pengaruh peningkatan populasi menyebabkan tanaman
memanjang, menghasilkan batang lunak dan memudahkan tanaman roboh. Syam
(1992) juga menyatakan bahwa budidaya tanaman pada musim kering dengan
jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas karena jumlah cahaya
mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat lebih jauh terjadi peningkatan
aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang.
Jumlah klorofil (unit/6 mm3)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah klorofil (unit/6 mm3)
dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah klorofil. Hasil rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) pada
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah klorofil kedelai (unit/6 mm3) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan
jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil (unit/6 mm3). Hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya pH tanah yang rendah yaitu 4,69
Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh ketersediaan karbohidrat di dalam
tanaman. Karbohidrat diperlukan sebagai nutrisi untuk daun-daun yang tidak
memperoleh cahaya matahari. P adalah pupuk yang berperan dalam metabolime
karbohidrat. Penyerapan P yang terhambat akan berpengaruh besar terhadap
jumlah klorofil di daun tanaman. Hal ini sesuai dengan Dwidjoseputro (1985)
menyatakan karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil
daun-daun yang tumbuh di tempat gelap (etiolasi). Tanpa pemberian gula, daun-daun-daun-daun
tersebut tidak mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain
mendukung.
Jumlah bintil akar (bintil)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar (bintil) dapat
dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Faktor tunggal pupuk fosfat tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah bintil akar. Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Faktor tunggal jarak tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa
jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Interaksi pupuk
fosfat dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar.
Interaksi jarak tanam dan jerami padi berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil
akar. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah bintil akar. Hasil rataan jumlah klorofil (unit/6 mm3) pada
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa
Tabel 3. Jumlah bintil akar kedelai (bintil) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan jumlah seluruh bintil akar pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah bintil akar (bintil) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam.
Fosfat berperan dalam pembentukan bintil akar. Fosfat merupakan nutrisi bagi
perkembangan bakteri Rhizobium japonicum. Semakin tinggi pupuk fosfat yang
diberikan maka jumlah bintil akar yang terbentuk juga tinggi. Hal ini sesuai
dengan Islami dan Hadi (1995) yang menyatakan bahwa unsur P diperlukan untuk
pembentukan dan aktivitas bintil akar yang maksimal. Unsur P ternyata
diperlukan lebih banyak bagi pembentukan bintil akar dibandingkan untuk
pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil biji
tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan penambahan unsur P dalam
bentuk pupuk yang cukup. Selain itu, dengan jarak tanam yang renggang akan
mengoptimalkan akar dalam penyerapan hara P sedangkan mulsa jerami padi
sebagai buffer terhadap fluktuasi suhu dan laju evapotranspirasi mendukung
pembentukan bintil akar karena bakteri dipengaruhi oleh suhu dan RH tanah.
Jumlah bintil akar efektif (bintil)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar efektif (bintil)
dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah bintil akar efektif. Hasil rataan jumlah bintil akar efektif
(bintil) dengan kombinasi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh
Tabel 4. Jumlah bintil akar efektif (bintil) dengan kombinasi perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Pupuk
Jumlah bintil akar efektif sangat dipengaruhi dengan umur dan periode
hidup bintil. Pada penelitian ini, parameter jumlah bintil akar efektif dilakukan
pada saat tanaman telah memasuki fase pembungaan. Pada saat itu, bintil akar
berumur 2 minggu yang menandakan bintil telah menua. Pada umumnya
bintil akar akan mati pada saat fase pembungaan dan pembentukan biji. Hal ini
disebabkan pada fase tersebut, karbohidrat yang dihasilkan tanaman akan
ditranslokasikan ke biji. Selain itu, nitrogen dari bintil akar juga digunakan untuk
perkembangan biji.
Volume akar (ml)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari volume akar (ml) dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan 19. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap
volume akar. Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap
volume akar. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap volume
akar. Faktor ganda tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar. Interaksi pupuk
fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar (ml).
Tabel 5. Volume akar kedelai (ml) pada perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam Mulsa (c Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam meningkatkan volume akar
(ml). Jarak tanam yang renggang akan berpengaruh baik bagi pertumbuhan akar.
Akar akan tumbuh dan berkembang ke segala arah. Selain itu, dengan ruang
tumbuh akar yang semakin luas, kompetisi akar antar tanaman semakin berkurang
sehingga memperluas ruang penyerapan air dan hara. Tersedianya hara dan air
akan meningkatkan volume akar tanaman. Menurut Setyowati, dkk (2002) dengan
jarak tanam yang teratur akan memberikan tanaman ruang tumbuh yang seragam
sehingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama.
Bobot kering akar (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering akar (g) dapat dilihat
pada Lampiran 20 dan 21. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering akar. Hasil rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil
pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami
Tabel 6. Bobot kering akar kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami
Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Akan tetapi hasil rataan
pada Tabel 6 dapat dilihat terjadi peningkatan bobot kering akar pada jarak tanam
yang renggang (50 cm x 25 cm) dibandingkan jarak tanam lainnya. Pada jarak
tanam renggang jumlah tanaman per plotnya jauh lebih kecil. Pada kondisi ini
ruang tumbuh kedelai jauh lebih besar sehingga akar tanaman dapat berkembang
dengan optimal. Penyerapan hara dan air di dalam tanah semakin baik yang akan
berpengaruh terhadap bobot kering akar. Menurut Setyowati dkk (2002), jarak
tanam yang teratur akan memberikan tanaman ruang tumbuh yang seragam
sehingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama. Jarak
tanam yang berbeda mempengaruhi keefisienan penggunaan cahaya dan
Bobot kering tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering tajuk (g) dapat dilihat
pada Lampiran 22 dan 23. Semua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering tajuk. Hasil rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil
pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
Tabel 7. Bobot kering tajuk kedelai (g) pada perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam
Dari tabel 7 dapat dilihat perlakuan pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak
tanam meningkatkan bobot kering tajuk. Jarak tanam yang renggang akan
mengurangi kompetisi tanaman terhadap penyerapan air dan unsur hara serta
penerimaan intensitas cahaya. Penerimaan intensitas cahaya yang besar akan
memberikan kesempatan pada tanaman untuk tumbuh ke arah menyamping.
Dengan demikian akan mempengaruhi banyak sedikitnya cabang yang terbentuk.
Daun dan cabang yang tidak saling menaungi akan meningkatkan proses
fotosintesis. Menurut Syam (1992) kompetisi cahaya terjadi apabila suatu
tanaman menaungi tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada
fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas
pengambilan unsur hara serta air menjadi berkurang
Kadar N (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar N (%) dapat dilihat pada
Lampiran 24 dan 25. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap
kadar N. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata terhadap kadar N.
Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi pupuk
fosfat dan mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi
pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi jarak
tanam dan mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N. Interaksi
pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar N. Hasil uji beda rataan kadar N (%) pada pupuk fosfat dan jarak tanam
dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi
pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar N (%).
Tabel 8. Kadar N kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan kadar N (%) pada perlakuan pupuk fosfat dan jarak
Gambar 4. Kadar N (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pupuk fosfat dan jarak tanam
meningkatkan kadar N (%). Pada jarak tanam renggang, jumlah populasi
tanaman jauh lebih sedikit dibandingkan jarak tanam lainnya sehingga
kompetisi tanaman dalam penyerapan air dan hara semakin rendah. Fosfat
juga berperan dalam pertumbuhan akar permulaan yang akan berkembang
dan menyerap air dan unsur hara. Selain itu, fosfat berperan dalam
pembentukan bintil akar dalam penyediaan karbohidrat bagi bakteri.
Semakin banyak fosfat yang diberikan ke dalam tanah maka pembentukan
bintil akar meningkat. Dengan demikian, ketersediaan N di dalam tanah juga
akan meningkat. Hal ini sesuai dengan Islami dan Hadi (1995) yang
menyatakan unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar
yang maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pembentukan
bintil akar dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil biji tanaman leguminosae yang
Kadar P (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar P (%) dapat dilihat
pada Lampiran 26 dan 27. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
kadar P. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap kadar P. Interaksi jarak tanam dan mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar P. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar P. Hasil uji
beda rataan kadar P (%) pada pupuk fosfat dan jarak tanam dapat dilihat
pada Tabel 9. Hasil pada Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi pupuk fosfat
dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap kadar P (%).
Tabel 9. Kadar P kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan Kadar P (%) pada perlakuan pupuk fosfat dan jarak
Gambar 5. Kadar P (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan jarak tanam.
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat dan jarak
tanam meningkatkan kadar P (%). Dengan jarak tanam yang semakin
renggang, perakaran akan tumbuh baik dan membentuk bulu-bulu akar yang
berperan menyerap air dan hara di sekitar perakaran. Dengan demikian, hara
P yang berada di area resapan air dapat diserap akar dengan baik. Menurut
Hakim, dkk (1986) pupuk posfat sangat dianjurkan sebagai pupuk yang
digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam karena dibutuhkan pada
stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat baik bila ditempatkan pada
daerah resapan air (catchman area). Pemberian pupuk seawal mungkin
dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan
sehingga proses penyerapan hara lebih baik.
Kadar K (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari kadar K (%) dapat
dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Faktor tunggal pupuk fosfat berpengaruh
nyata terhadap kadar K. Faktor tunggal mulsa jerami padi berpengaruh nyata
kadar K. Interaksi pupuk fosfat dan mulsa jerami padi berpengaruh nyata
terhadap kadar K. Interaksi pupuk fosfat dan jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar K. Interaksi jarak tanam dan mulsa jerami padi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar K. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar K. Hasil uji
beda rataan kadar K (%) pada pupuk fosfat dan mulsa jerami padi dapat
dilihat pada Tabel 10. Hasil pada Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi
pupuk fosfat dan mulsa jerami berpengaruh nyata terhadap kadar K (%).
Tabel 10. Kadar K kedelai (%) pada interaksi perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Grafik rataan kadar K (%) pada pupuk fosfat dan mulsa jerami padi
dapat dilihat pada Gambar 6.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk fosfat dan mulsa jerami
padi meningkatkan kadar K (%). Mulsa jerami padi berperan dalam menjaga suhu,
kelembaban, sifat - sifat fisik tanah, kesuburan dan biologi tanah. Mulsa jerami
mengandung unsur K dan di dalam tanah akan mengalami dekomposisi sehingga
dapat menambah ketersediaan K di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan Isroi
(2010) yang menyatakan kandungan hara kompos jerami yaitu rasio C/N 18,88,
35,11 (%) C-organik, 1,82 (%) N, 0,21 % P2O5, 5,35 % K2O, 55% kadar
air. Dari data analisa di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara
setara dengan 41,3 kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau
total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.
Jumlah polong per tanaman (polong)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong per
tanaman (polong) dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Faktor tunggal
pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman.
Faktor tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
polong per tanaman. Faktor tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong per tanaman. Semua faktor ganda tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong per tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per
tanaman. Hasil uji beda rataan jumlah polong per tanaman (polong) pada
perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil pada Tabel 11
menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
jumlah polong per tanaman (polong).
Tabel 11. Jumlah polong per tanaman (polong) pada perlakuan jarak tanam
(g/plot)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam
meningkatkan jumlah polong per tanaman (polong). Jarak tanam yang
renggang memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan akar
dalam penyerapan hara dan air. Selain itu, daun dan cabang yang tidak
saling menaungi memperoleh intensitas matahari yang optimal sehingga
berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Fotosintat yang besar berpengaruh
terhadap pembentukan polong. Hal ini sesuai dengan Syam (1992) yang
menyatakan kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi
tanaman lain atau apabila suatu daun memberi naungan pada daun lain.
Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis.
Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsur
hara serta air menjadi berkurang.
Produksi biji per tanaman (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari produksi biji per
tanaman (g) dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Faktor tunggal pupuk
fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per tanaman. Faktor
tunggal mulsa jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji
produksi biji per tanaman. Semua faktor ganda tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi biji per tanaman. Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami
padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per
tanaman. Hasil uji beda rataan produksi biji per tanaman (g) pada perlakuan
jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Hasil pada Tabel 12 menunjukkan
bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi biji per
tanaman (g).
Tabel 12. Produksi biji kedelai per tanaman (g) pada perlakuan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam
meningkatkan produksi biji per tanaman (g). Pengaturan jarak tanam yang
optimal akan memberikan pengaruh yang besar terhadap produksi biji
tanaman. Akar memiliki ruang yang lebih besar untuk menyerap air
sehingga unsur hara P dapat diserap oleh akar. P dalam tanaman berperan
dalam metabolisme karbohidrat, pembentukan dan pemasakan biji. Menurut
Sutedjo dan Kartasapoetra (1999) unsur-unsur P merupakan bahan
pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan
sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik, serta meningkatkan
produksi biji-bijian.
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari produksi biji per plot (g)
dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Faktor tunggal pupuk fosfat tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi biji per plot. Faktor tunggal mulsa
jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per plot. Faktor
tunggal jarak tanam berpengaruh nyata terhadap produksi biji per plot.
Semua faktor ganda tidak berpengaruh nyata terhadap produksi biji per plot.
Interaksi pupuk fosfat, mulsa jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi biji per plot. Hasil uji beda rataan produksi biji per
plot (g) pada perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 13. Hasil pada
Tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap produksi biji per plot (g).
Tabel 13. Produksi biji kedelai per plot (g) pada perlakuan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam
meningkatkan produksi biji per plot (g). Pada jarak tanam yang renggang,
jumlah tanaman per plotnya jauh lebih kecil dibandingkan jarak tanam rapat.
Pada kondisi ini, produksi biji tentu akan berbeda pada jarak tanam
renggang, produksinya jauh lebih rendah dibandingkan jarak tanam rapat.
Hal ini sesuai dengan Wigham (1983) yang menyatakan populasi rendah
tanaman. Pada tingkat populasi rendah, hasil menurun disebabkan karena
kurangnya jumlah tanaman, namun pada populasi tinggi hasil menurun
karena kompetisi yang ekstrim antara tanaman.
Bobot 100 biji (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot 100 biji (g) dapat
dilihat pada Lampiran 32 dan 34. Faktor tunggal pupuk fosfat tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Faktor tunggal mulsa jerami padi
tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Faktor tunggal jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Semua faktor ganda tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Interaksi pupuk fosfat, mulsa
jerami padi dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100
biji. Dari hasil uji beda rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan jarak tanam
dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji (g).
Tabel 14. Bobot 100 biji kedelai (g) pada perlakuan jarak tanam
Pupuk Fosfat Jarak Tanam Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan jarak tanam meningkatkan bobot 100 biji (g) dapat dilihat
pada lampiran 40. Jarak tanam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
akan meningkatkan hasil. Penerimaan intensitas cahaya matahari yang besar