• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Prediksi Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Tutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2004 dan 2012

Tutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Timur dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu Bukaan Tambang (BT), Hutan (HT), Pemukiman (PM), Kebun Campuran (KC), Sawah (SW), dan Tegalan/Semak/Belukar (TG). Hasil interpretasi citra Landsat ETM-7 tahun 2004 dan 2012 menggambarkan adanya alihfungsi lahan. Pemanfaatan data citra landsat 2 titik tahun tersebut memiliki kendala yaitu adanya stripping sehingga perlu informasi tambahan dalam membantu interpretasi citra seperti Bingmap dan Google Earth. Adapun kenampakan tiap jenis tutupan/penggunaan lahan pada citra landsat dan keadaan lapangan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kenampakkan Tutupan/Penggunaan Lahan pada Citra Satelit No Tutupan/Penggunaan Lahan Keterangan Kenampakkan Citra Landsat Keadaan Lapangan 1 Bukaan Tambang

Jenis bukaan tambang terindikasi memiliki rona/warna kuning muda sampai ketuaan yang terpusat di bagian tengah wilayah Wasile dan Maba.

2 Hutan

Hutan ditandai oleh adanya vegetasi

pepohonan yang tumbuh secara alami di lahan yang tidak tergenang air.

3 Pemukiman Pemukiman merupakan gabungan areal perumahan/pemukiman, perkantoran, industri, sekolah/perguruan tinggi, peribadatan, dan rumah/toko. Rona pemukiman yaitu magenta tua, bertekstur halus-kasar dengan pola teratur memanjang yang mengikuti jaringan jalan di bagian pesisir.

4 Kebun Campuran

Kebun campuran terlihat di daerah datar dengan bentuk vegetasi berupa pepohonan yang ditanami secara sengaja dengan jenis tertentu seperti tanaman tahunan.

5 Sawah

Sawah direpresentasikan sebagai areal pertanian padi, yang dicirikan sebagai pertanian lahan basah. Pola dan bentuk tutupan lahan sawah dekat dengan permukiman (transmigrasi). 6 Tegalan/Smk/Blkr Tegalan/semak/belukar terciri berdasarkan tekstur yang kasar dan terlihat berbaur dengan permukiman serta berwarna hijau agak ketuaan.

Jenis bukaan tambang terkonsentrasi di bagian tengah wilayah Wasile dan Maba yaitu di Kecamatan Wasile Selatan, Kecamatan Wasile, Kecamatan Maba, Kecamatan Kota Maba. Bukaan tambang diduga akan semakin meningkat luasannya di tahun-tahun mendatang karena dalam izin usaha pertambangan masih terdapat 32 perusahaan yang belum melakukan eksploitasi.

Hutan memiliki ukuran yang sangat luas apabila dibandingkan dengan tutupan/penggunaan lahan lainnya. Pola penyebaran hutan terkonsentrasi di seluruh kecamatan, berwarna hijau tua sampai gelap dengan tekstur relatif kasar. Maraknya aktivitas penambangan akan mempengaruhi vegetasi hutan sehingga tidak menutup kemungkinan pola penyebaran hutan akan semakin berkurang luasannya. Jenis tutupan/penggunaan lahan pemukiman terlihat mengelompok, yang terindikasi di wilayah pesisir serta dominan di Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Maba, dan Kecamatan Kota Maba.

Jenis tutupan/penggunaan lahan kebun campuran terkonsentrasi di bagian pesisir yang didominasi oleh tanaman tahunan. Sedangkan untuk jenis tutupan/penggunaan lahan sawah terindikasi di Kecamatan Wasile (transmigrasi). Jenis tutupan/penggunaan lahan tegalan/semak/belukar terlihat di Kecamatan Wasile yang mengelompok dan terlihat berbaur di sekitar pemukiman transmigrasi. Distribusi tutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Timur untuk tahun 2004-2012 dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14.

39

40

Perubahan tutupan lahan dianalisis menggunakan matriks transisi. Informasi mengenai bentuk perubahan tutupan lahan didapatkan dari hasil tabulasi silang tutupan lahan periode 2004-2012. Selebihnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Matriks Transisi Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2004- 2012 (piksel)

Ke 2012

Tutupan/Penggunaan Lahan BT HT PM KC SW TG Jumlah

2012 Da ri 2 0 0 4 Bukaan Tambang (BT) 45246 29532 296 0 0 0 75074 Hutan (HT) 24182 5921872 1495 0 0 0 5947549 Pemukiman (PM) 0 3719 69727 0 119 0 73565 Kebun Campuran (KC) 5155 0 13169 966199 0 14 984537 Sawah (SW) 0 0 4524 0 104770 851 110145 Tegalan/Semak/Belukar (TG) 0 0 1818 3069 1037 81906 87830 Jumlah 2004 74583 5955123 91029 969268 105926 82771 7278700

Tabulasi silang di atas menggambarkan adanya perubahan tutupan/penggunaan lahan dari hutan ke bukaan tambang, dan sebagainya. Luasan hutan semakin berkurang dalam jangka waktu 8 tahun dari 2004 sampai 2012. Perubahan ini didasari oleh pengelolaan sumberdaya alam seperti terjadinya eksploitasi sumberdaya alam sehingga menimbulkan alihfungsi lahan hutan menjadi bukaan tambang. Tercatat pada tahun 2012 terdapat 12 perusahaan tambang yang telah memiliki izin usaha penambangan eksploitasi, sehingga tidak menutup kemungkinan bukaan lahan tambang akan semakin meningkat dalam waktu dekat.

Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Periode 2004-2012

Perubahan tutupan/penggunaan lahan periode 2004-2012 menunjukkan adanya trend peningkatan dan penurunan luasan. Peningkatan luasan terjadi pada beberapa jenis tutupan/penggunaan lahan seperti bukaan tambang dan pemukiman, sedangkan penurunan luasan terjadi pada jenis tutupan lahan hutan, kebun campuran, sawah, dan tegalan/semak/belukar.

Tutupan/penggunaan lahan hutan dikonversi menjadi bukaan tambang, yang terlihat di bagian tengah wilayah administrasi yaitu Kecamatan Wasile Selatan, Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Maba Tengah, Kecamatan Kota Maba, dan Kecamatan Maba. Pemukiman yang tersebar di bagian pesisir Kabupaten Halmahera Timur cenderung mengalami peningkatan luasan, beberapa tutupan/penggunaan lahan dikonversi menjadi pemukiman yaitu kebun campuran sawah, dan tegalan/semak/belukar.

Kebun campuran dikonversi menjadi pemukiman di bagian pesisir Wasile dan Maba, untuk bukaan tambang terlihat di Kecamatan Wasile tepatnya di pesisir Desa Subaim. Tutupan/penggunaan lahan sawah dan tegalan/semak/belukar mengalami hal yang sama dengan jenis hutan yaitu penurunan luasan. Kedua tutupan/penggunaan lahan ini diduga dikonversi menjadi kelas pemukiman yang terlihat di bagian Kecamatan Wasile. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Luas Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan di Kab. Halmahera Timur

NO TUTUPAN LAHAN 2004 2012 Perubahan

Hektar % Hektar % Hektar %

1 Bukaan Tambang 6017,22 0,92 7295,13 1,11 1277,91 21,24 2 Hutan 535460,5 81,74 534740,9 81,63 -719,56 -0,13 3 Pemukiman 4915,08 0,75 6623,92 1,01 1708,84 34,77 4 Kebun Campuran 89994,42 13,74 88608,33 13,53 -1386,09 -1,54 5 Sawah 10309,14 1,57 9913,05 1,51 -396,09 -3,84 6 Tegalan/Semak/Belukar 8389,71 1,28 7904,7 1,21 -485,01 -5,78 Jumlah 655086,1 100,00 655086,1 100,00

Simulasi Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2020

Simulasi tutupan/penggunaan lahan di tahun 2020 menggambarkan dua jenis tutupan/penggunaan lahan mengalami peningkatan luasan, yaitu bukaan tambang dan pemukiman, sedangkan tutupan/penggunaan lahan lainnya yang mengalami penurunan luasan adalah hutan, kebun campuran, sawah, dan tegalan/semak/belukar. Berikut dijabarkan perubahan yang terjadi tiap jenis tutupan/penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Timur :

a) Bukaan Tambang

Jenis bukaan tambang mengalami peningkatan pada tahun estimasi yaitu 2020. Meningkatnya tutupan/penggunaan lahan akibat dari di konversinya jenis hutan dan kebun campuran menjadi bukaan tambang. Pola penyebaran spasial bukaan tambang terlihat di bagian tengah administrasi yaitu Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Selatan, Kecamatan Wasile Tengah, Kecamatan Maba, dan Kecamatan Kota Maba.

b) Hutan

Tutupan/penggunaan lahan jenis hutan mengalami penurunan luasan akibat adanya aktivitas penambangan. Alihfungsi lahan terjadi di bagian tengah Wasile dan Maba, yaitu Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Selatan, Kecamatan Wasile Tengah, Kecamatan Maba, dan Kecamatan Kota Maba. Semakin banyak izin usaha pertambangan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah maka akan memberikan dampak perubahan luasan hutan.

c) Pemukiman

Tahun 2020 menunjukkan jenis pemukiman mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan jenis bukaan tambang. Pola penyebaran di tahun 2020 terlihat di wilayah pesisir seluruh kecamatan yang terdistribusi mengikuti jaringan jalan.

d) Kebun Campuran

Jenis kebun campuran semakin berkurang di tahun 2020. Tingginya kebutuhan masyarakat seperti tempat tinggal menyebabkan terjadinya alihfungsi lahan dari kebun campuran menjadi pemukiman. Selain itu, aktivitas penambangan juga menyebabkan dikonversinya tutupan/penggunaan lahan jenis kebun campuran ke bukaan tambang. Kebun campuran yang dikonversi menjadi bukaan tambang terlihat di Kecamatan Wasile, sedangkan yang menjadi pemukiman hampir di seluruh pesisir.

e) Sawah

Sawah merupakan lahan usaha pertanian yang secara fisik dapat ditanami padi. Pola penyebaran sawah terlihat di Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Tengah. Sawah mengalami penurunan luasan di tahun 2020, yang dikonversi menjadi pemukiman.

f) Tegalan/Semak/Belukar

Jenis tutupan/penggunaan lahan tegalan/semak/belukar terlihat menurun pada tahun 2020. Penyebaran tutupan/penggunaan lahan ini terlihat di Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Timur, dan Kecamatan Wasile Tengah. Menurunnya luasan tutupan/penggunaan lahan ini disebabkan oleh meningkatnya tutupan/penggunaan lahan pemukiman di ketiga kecamatan.

Hasil keluaran dari prediksi tutupan/penggunaan lahan tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 12, Gambar 15, dan fungsi ruang pada Gambar 16.

Tabel 12 Luas Tutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2020 Berdasarkan Prediksi

MarcovChain dan Perubahannya

No Tutupan Lahan 2012 2020 Perubahan

Hektar % Hektar % Hektar % 1 Bukaan Tambang 7.295 1,1 8.244 1,3 949 13,0 2 Hutan 534.741 81,6 534.418 81,6 -323 -0,1 3 Pemukiman 6.624 1,0 8.207 1,3 1583 23,9 4 Kebun Campuran 88.608 13,5 87.234 13,3 -1374 -1,6 5 Sawah 9.913 1,5 9.524 1,5 -389 -3,9 6 Tegalan/Semak/Belukar 7.905 1,2 7.459 1,1 -446 -5,6 Jumlah 655.086 100 655.086 100

Tabel 10 menunjukkan peningkatan luasan jenis bukaan tambang yang secara keruangan dominan terkonsentrasi di area hutan produksi terbatas (HPT), hutan lindung (HL), dan area penggunaan lain (APL). Pemukiman mengalami peningkatan yang terkonsentrasi di area penggunaan lain. Tutupan lahan hutan mengalami penurunan luasan yang terkonsentrasi di area hutan produksi terbatas dan hutan lindung, sedangkan jenis kebun campuran, sawah, tegalan/semak/belukar juga mengalami penurunan luasan yang terkonsentrasi di area penggunaan lain.

Trend Perkembangan Ekonomi Wilayah dan Komoditas Basis

Analisis Trend Perkembangan Ekonomi Wilayah

Perkembangan suatu wilayah tercermin dari meningkatnya aktivitas pada wilayah tersebut. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor dan tahapan perkembangan (Parr 1999 dalam Nugroho dan Dahuri 2012). Suatu wilayah dikatakan berkembang apabila jumlah komponen atau aktivitas di wilayah tersebut bertambah yang tersebar lebih luas. Kabupaten Halmahera Timur

G am ba r 1 5 T u tup an/ P engg unaa n L aha n H asi l Pr edi k si M ar cov C ha in Ta hun 202 0 di K ab. Ha lm ahe ra T im ur

45

memiliki jumlah jenis aktivitas bertambah dari tahun ke tahun, salah satunya adalah sektor pertambangan. Sektor ini banyak membuka peluang usaha, hal ini dikarenakan dengan banyaknya aktivitas perusahaan tambang yang beroperasi.

Semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka akan semakin tinggi entropi wilayah (Panuju dan Rustiadi 2011). Lebih jelasnya perhitungan trend perkembangan ekonomi berdasarkan data PDRB dapat dilihat pada Tabel 13 dan perkembangan pada Gambar 17 serta Gambar 18.

Tabel 13 Nilai Entropi Wilayah berdasarkan Data PDRB (2000-2010)

Tahun Pt Pp Ip Lga Bg Phr Pk Kpj Jj Tahun 2000 0.09 0.04 0.02 0.00 0.01 0.04 0.01 0.00 0.02 0.234967336 2001 0.09 0.04 0.00 0.00 0.01 0.04 0.01 0.01 0.02 0.228847067 2002 0.10 0.04 0.02 0.00 0.01 0.04 0.01 0.01 0.02 0.250767247 2003 0.11 0.04 0.02 0.00 0.01 0.05 0.01 0.01 0.02 0.267471967 2004 0.12 0.04 0.02 0.00 0.01 0.05 0.02 0.01 0.02 0.29185908 2005 0.13 0.05 0.02 0.00 0.01 0.05 0.02 0.01 0.02 0.309680325 2006 0.13 0.06 0.02 0.00 0.01 0.05 0.02 0.01 0.02 0.337105084 2007 0.15 0.08 0.02 0.00 0.02 0.06 0.02 0.01 0.02 0.386027976 2008 0.17 0.11 0.03 0.00 0.02 0.06 0.02 0.01 0.03 0.451277821 2009 0.18 0.12 0.04 0.00 0.03 0.07 0.03 0.02 0.03 0.51631046 2010 0.19 0.13 0.05 0.00 0.04 0.09 0.03 0.02 0.03 0.583797242 Jumlah 1.45 0.76 0.26 0.01 0.18 0.62 0.21 0.10 0.26 3.858111604 Keterangan : Pt (pertanian); Pp (pertambangan dan penggalian); Ip (Industri Pengolahan);

Lga (listrik, gas, dan air bersih); Bg (bangunan); Phr (perdagangan, hotel, dan restoran); Pk (pengangkutan dan komunikasi); Kpj (Keuangan, Persewaan, & Js. Prsh); Jj (jasa-jasa).

Gambar 18 Nilai Entropi Total Pertanian dan Pertambangan (2000-2010)

Tabel 13 memperlihatkan hasil total entropi wilayah dari data aktivitas tiap sektor menunjukkan nilai entropi sebesar 3,85. Nilai entropi ini belum mencapai nilai maksimum, karena dengan 9 komponen seharusnya dapat dicapai nilai entropi maksimum sebesar ln (9x10) yaitu 4,49. Perkembangan ekonomi wilayah terlihat kecil dalam 10 tahun terakhir (2000-2010) sekitar 0,8% pertumbuhan tiap tahunnya, yang ditunjukkan pada Gambar 17.

Keberadaan puluhan perusahaan tambang nikel yang beroperasi di wilayah ini belum memberikan kontribusi besar bagi perekonomian wilayah dalam mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Gambar 18 menunjukkan sektor pertanian lebih dominan di seluruh kecamatan, artinya sektor ini memiliki difusi inovasi yang paling efisien dan diikuti oleh sektor pertambangan. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian dan pertambangan/penggalian lebih dominan dalam 10 tahun terakhir. Sektor yang cenderung tidak merata adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.

Potensi Berdasarkan Komoditas Basis Tiap Kecamatan

Analisis Location Quotient (LQ) menjadi jembatan dalam melihat serta mendeskripsikan potensi sektor basis yang ada di tiap kecamatan. Analisis tersebut umumnya memanfaatkan data PDRB, namun di Kabupaten Halmahera Timur data PDRB tidak dirinci menurut kecamatan. Oleh karena itu, data yang dimanfaatkan adalah data jumlah produksi pertanian. Tingginya jumlah produksi pada suatu kecamatan menunjukkan kecenderungan bahwa telah terjadi pemusatan komoditas yang dikembangkan di wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya penilaian komoditas basis dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)

No Kecamatan Jumlah Produksi Hasil Pertanian

Pd Pl Sy Bh Pk Pr 1 Maba Selatan 0.00 0.36 0.17 0.36 1.13 2.03 2 Kota Maba 0.00 0.12 0.07 0.05 0.00 0.15 3 Maba 0.00 0.25 0.08 0.08 1.76 0.44 4 Maba Tengah 1.78 0.50 0.37 0.34 0.00 0.03 5 Maba Utara 0.02 0.45 0.23 0.45 0.00 1.33 6 Wasile Utara 0.00 0.27 0.14 0.38 0.00 0.09 7 Wasile Tengah 0.00 0.61 0.17 0.46 0.00 0.09 8 Wasile Timur 3.16 0.62 1.70 0.65 0.00 0.22 9 Wasile 2.68 0.41 1.14 0.70 0.76 0.09 10 Wasile Selatan 0.77 1.02 0.55 1.15 0.98 0.16 Keterangan Tabel : (Pd : Padi, Pl : Palawija, Sy : Sayur-sayuran, Bh : Buah-buahan,

Pk : Perkebunan, Pr : Perikanan)

Tabel di atas menunjukkan beberapa jenis hasil produksi pertanian yang memiliki nilai LQ >1 seperti padi (Kecamatan Maba Tengah, Kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Wasile), palawija (Kecamatan Wasile Selatan), sayur-sayuran (Kecamatan Wasile Timur dan Kecamatan Wasile), buah-buahan (Kecamatan Wasile Selatan), perkebunan (Kecamatan Maba Selatan dan Kecamatan Maba), perikanan (Kecamatan Maba Selatan dan Kecamatan Maba Utara), yang artinya komoditas tersebut memiliki perkembangan lebih besar atau terindikasi adanya pemusatan aktivitas. Sedangkan komoditas lainnya memiliki nilai LQ <1, yang artinya tiap kecamatan memiliki perkembangan komoditas yang kecil. Secara spasial hasil analisis LQ >1 dan LQ <1 dapat di lihat pada Gambar 19 dan Gambar 20. Selanjutnya analisis Localization Indeks (Li) dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil Analisis Localization Index (Li)

No Kecamatan Jumlah Produksi Hasil Pertanian

Pd Pl Sy Bh Pk Pr 1 Maba Selatan 0.11 0.07 0.09 0.07 0.01 0.11 2 Kota Maba 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 3 Maba 0.07 0.04 0.06 0.06 0.12 0.02 4 Maba Tengah 0.01 0.04 0.02 0.02 0.02 0.01 5 Maba Utara 0.06 0.01 0.03 0.01 0.06 0.09 6 Wasile Utara 0.01 0.02 0.00 0.03 0.01 0.00 7 Wasile Tengah 0.02 0.05 0.00 0.03 0.02 0.01 8 Wasile Timur 0.14 0.00 0.12 0.01 0.06 0.04 9 Wasile 0.13 0.03 0.05 0.00 0.00 0.07 10 Wasile Selatan 0.02 0.04 0.01 0.05 0.03 0.05 Nilai Li 0.57 0.30 0.38 0.28 0.35 0.41

Tabel 15 memperlihatkan hanya jenis produksi padi yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kecamatan lain, sedangkan jenis produksi pertanian lainnya hanya dapat dimanfaatkan di kecamatan tertentu. Selanjutnya untuk melihat Specialization Index (Si) dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 21.

Tabel 16 Hasil Analisis Specialization Index (Si)

No Kecamatan Jumlah Produksi Hasil Pertanian NILAI SI Pd Pl Sy Bh Pk Pr 1 Maba Selatan 0.09 0.03 0.01 0.05 0.02 0.16 0.35 2 Kota Maba 0.09 0.04 0.00 0.02 0.12 0.19 0.46 3 Maba 0.09 0.03 0.01 0.07 0.23 0.04 0.47 4 Maba Tengah 0.07 0.08 0.01 0.08 0.12 0.12 0.49 5 Maba Utara 0.08 0.01 0.01 0.01 0.12 0.23 0.46 6 Wasile Utara 0.09 0.06 0.00 0.18 0.12 0.04 0.49 7 Wasile Tengah 0.09 0.12 0.00 0.15 0.12 0.07 0.55 8 Wasile Timur 0.19 0.00 0.02 0.01 0.12 0.10 0.44 9 Wasile 0.14 0.02 0.01 0.00 0.01 0.14 0.32 10 Wasile Selatan 0.02 0.02 0.00 0.06 0.06 0.12 0.28

Hasil Specialization Index (Si) di atas menunjukkan Kecamatan Wasile Tengah memiliki aktivitas khas dan perkembangannya relatif menonjol, sedangkan kecamatan lainnya tidak memiliki aktivitas khas yaitu Kecamatan Maba Selatan, Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan Maba Tengah, Kecamatan Maba Utara, Kecamatan Wasile Utara, Kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Selatan.

Perkembangan wilayah yang dilihat dari aspek trend perkembangan ekonomi wilayah dan potensi sektor basis menunjukkan belum berkembang. Besarnya dinamika perubahan tutupan lahan akibat aktivitas pertambangan baik lahan aktual maupun prediksi dan belum berkembangnya wilayah, maka perlu adanya strategi perencanaan penggunaan lahan pascatambang nikel untuk dapat mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Halmahera Timur.

Arahan Rencana Pengembangan Penggunaan Lahan Pascatambang Nikel

Perencanaan penggunaan lahan di kawasan pertambangan merupakan konsep yang diusulkan berdasarkan rencana pemanfaatan lahan (Sheng dan Li- zhong 2009). Sistem pemanfaatan lahan pertambangan dilihat berdasarkan faktor penting seperti ruang dan penataan sosial ekonomi yang strategis, serta perlu adanya konsep perbaikan lingkungan.

Perubahan tutupan lahan di Kabupaten Halmahera Timur terutama pada kelas bukaan tambang yang dikonversi akibat masuknya perusahaan tambang nikel melalui IUP telah dianalisis dan diskenariokan untuk estimasi tahun 2020. Selain mempertimbangkan hasil estimasi perubahan tutupan lahan, adapula faktor penting dalam merumuskan reklamasi lahan pascatambang yaitu kebijakan fungsi ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Selain itu, sektor basis tiap kecamatan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan skenario pemanfaatan lahan yang tepat untuk direncanakan pada lahan pascatambang nikel.

Pertumbuhan penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan mencapai 160.376 jiwa pada tahun 2020 berdasarkan hasil prediksi. Peningkatan terjadi ± 95,11% dari tahun 2011 sampai 2020. Hal ini kemudian menjadi acuan dalam memanfaatkan bukaan tambang untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya pemanfaatan lahan pascatambang dialokasikan berdasarkan potensi komoditas basis dan fungsi ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur. arahan yang ditawarkan adalah sebagai berikut.

Pertama : Memanfaatkan lahan pascatambang nikel untuk budidaya tanaman pangan. Melihat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Halmahera Timur jika dibandingkan dengan hasil produksi pertanian di tahun 2011 tidak akan mampu melayani kebutuhan masyarakat di tahun 2020 dalam kaitannya dengan sandang dan papan. Oleh karena itu, dari hasil analisis LQ, Li, dan Si mengisyaratkan pemanfaatan lahan pascatambang nikel yang berada dalam fungsi ruang Area Penggunaan Lain (APL) dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan. Arahan ini diterapkan di Kecamatan Wasile yang diindikasikan jenis bukaan tambang berada pada area penggunaan lain dengan potensi komoditas basis yaitu tanaman pangan. Selain itu, Kecamatan Wasile didukung oleh adanya program pemerintah yaitu transmigrasi sejak tahun 1990-an sehingga dalam pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan dapat dengan mudah dilakukan.

Kedua : Menjadikan lahan pascatambang nikel sebagai lahan Perkebunan Rakyat yang dikelola langsung oleh rakyat/pekebun serta dikelompokkan dalam usaha kecil tanaman perkebunan rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat. Skenario ini disarankan karena lahan pascatambang berada di Area Penggunaan Lain (APL) dalam fungsi ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur. Hasil perhitungan LQ, Li, dan Si mengindikasikan wilayah ini memiliki potensi komoditas basis yaitu perkebunan yang berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Maba dan Kecamatan Kota Maba. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan pascatambang nikel di kecamatan tersebut dapat menggunakan skenario kedua.

Ketiga : Memanfaatkan lahan pascatambang nikel sebagai Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Hutan Tanaman Rakyat adalah program pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pemberian kemudahan akses berbagai macam sumberdaya yang dikelola oleh Departemen Kehutanan (Dephut), selain itu program HTR memudahkan masyarakat untuk mengakses lahan hutan. Arahan tersebut dimaksudkan karena koordinat IUP berada tepat di fungsi ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), yang dijelaskan dalam kebijakan RTRW Kabupaten Halmahera Timur. Skenario ini dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat untuk mengelola Hutan Tanaman Rakyat sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita dan khususnya PAD. Arahan ini dilakukan pada kecamatan-kecamatan yang memiliki komoditas basis tanaman pangan dan perkebunan, serta memang berada tepat pada kawasan HPT.

Keempat : Mengembalikan status lahan menjadi hutan, apabila lahan tersebut berada pada status Hutan Lindung (HL). Berdasarkan UU Kehutanan No. 41 Tahun 1999 menjelaskan definisi Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Beberapa koordinat IUP di Kabupaten Halmahera Timur berada pada kawasan lindung, seperti Taman Nasional Ake Tajawe (Lolobata). Hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis (Kodoatie dan Sjarif 2010). Hutan Lindung merupakan skenario alternatif apabila pemanfaatan guna lahan lainnya tidak dapat terealisasi pada kawasan pertambangan yang berada pada kondisi tertentu (protected area).

G am ba r 19 S eba ran Ni la i L Q >1 di K ab . H al m ah er a Ti m ur

G am ba r 2 0 S eba ran Ni la i L Q <1 di K ab . H al m ah er a Ti m ur

G am ba r 21 S eba ran Ni la i S pec ia li za ti on Ind ex ( S i) di K ab. Hal m ah er a T im ur

Berdasarkan arahan yang dibangun dalam melakukan reklamasi lahan pascatambang nikel di wilayah tersebut, berikut diperlihatkan sintesis penelitian dalam bentuk matriks pada Tabel 17 dan sketsa IUP yang diarahkan sebagai arahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat pada Gambar 22.

Tabel 17 Sintesis Penelitian

TUJUAN 1

1. Perubahan tutupan lahan khususnya kelas bukaan tambang lebih terkonsentrasi pada bagian tengah Kabupaten Halmahera Timur yaitu Kecamatan Wasile, Wasile Selatan, Kota Maba, dan Maba. 2. Kelas hutan dan kebun campuran dikonversi menjadi

kelas bukaan tambang. Sedangkan sebagian kebun campuran dikonversi menjadi pemukiman.

3. Kelas sawah dan tegalan/semak/belukar dikonversi menjadi pemukiman yang lebih terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Wasile.

4. Simulasi MCA menggambarkan adanya alokasi ruang baru seperti kelas bukaan tambang dan pemukiman yang meningkat. Kelas bukaan tambang meningkat tanpa adanya pengaruh reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan, artinya simulasi MCA ini dilakukan secara alami.

TUJUAN 2

1. Perkembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Halmahera Timur yang dilihat berdasarkan data PDRB, mengisyaratkan pertumbuhan hanya mencapai 0,8% tiap tahun selama 10 tahun terakhir (2000-2010). Artinya dengan keberadaan sektor pertambangan seharusnya mampu meningkatkan ekonomi wilayah yang lebih baik.

2. Komoditas unggulan tiap kecamatan didominasi oleh tanaman pangan yang tersebar di wilayah Wasile dan Maba tengah seperti ; padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan lainnya diunggulkan untuk sektor perkebunan dan perikanan, dengan cakupan wilayah maba, kecuali Kecamatan Maba Tengah dan Kota Maba.

TUJUAN 3

Dari hasil analisis sebelumnya menghasilkan beberapa skenario perencanaan penggunaan lahan pascatambang nikel yaitu :

1. Arahan Pertama : Memanfaatkan lahan pascatambang sebagai tanaman pangan.

2. Arahan Kedua : Memanfaatkan lahan pascatambang sebagai lahan perkebunan rakyat (cengkeh, pala, dll).

3. Arahan Ketiga : Memanfaatkan lahan pascatambang sebagai hutan tanaman rakyat (sengon, jati, dll).

TUJUAN 3

4. Arahan Keempat : Mengembalikan status lahan pascatambang nikel menjadi hutan karena letak IUP berada tepan di kawasan hutan lindung atau Taman Nasional Aketajawe.

SIMPULAN

Aktivitas pembukaan lahan tambang yang semakin banyak di wilayah ini belum mampu memberikan kontribusi bagi daerah dari aspek ekonomi maupun secara keruangan. Pemanfaatan lahan pascatambang berdasarkan komoditas unggulan serta yang sesuai dengan fungsi ruang wilayah Kabupaten Halmahera Timur dapat menjadi acuan dalam membantu peningkatan ekonomi wilayah dan tentunya masyarakat, sehingga tingkat perumbuhan tidak hanya pada kisaran nilai rata-rata 0,8% tetapi mampu untuk lebih dari itu.

56

Dokumen terkait