• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil

Serasah daun Jarak pagar setelah terdekomposisi selama 4 minggu mengalami kehilangan bobot sebesar 35.16 % dari bobot awal sebesar 20 gram dengan rata-rata laju dekomposisi 14.38 % per minggunya dan laju dekomposisi tertinggi terjadi pada minggu pertama yaitu 24.03 %. Serasah daun Mahoni setelah terdekomposisi selama 4 minggu mengalami kehilangan bobot 21.68 % dari bobot awal sebesar 20 gram dengan rata-rata laju dekomposisi sebesar 9.70 % per minggunya dan laju dekomposisi tertinggi terjadi pada minggu pertama yaitu sebesar 16.86 %. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan penurunan bobot dan laju dekomposisi pada serasah daun Jatropha curcas Linn dan Swietenia macrophylla King Waktu

(Minggu )

No Serasah daun Jatropha curcas Linn Serasah daun Swietenia macrophylla King Bobot (gram) Penurunan bobot (%) Laju Dekomposisi (%perminggu) Bobot (gram) Penurunan bobot (%) Laju Dekomposisi (% perminggu) I 1 15.03 24.85 24.85 16.62 16.90 16.90 2 15.04 24.80 24.80 16.56 17.20 17.20 3 15.15 24.25 24.25 16.95 15.25 15.25 4 15.86 20.70 20.70 16.54 17.30 17.30 5 15.03 24.85 24.85 16.90 15.50 15.50 6 15.06 24.70 24.70 16.20 19.00 19.00 Rata-rata/minggu 24.03 24.03 16.86 II 1 14.70 26.50 13.25 16.01 19.95 9.98 2 14.59 27.05 13.53 16.04 19.80 9.90 3 14.32 28.40 14.20 16.45 17.75 8.88 4 14.71 26.45 13.23 16.22 18.90 9.45 5 14.54 27.30 13.65 16.50 17.50 8.75 6 14.37 28.15 14.08 16.02 19.90 9.95 Rata-rata/minggu 27.31 13.66 9.49 III 1 13.55 32.25 10.75 15.50 22.50 7.50 2 13.41 32.95 10.98 15.42 22.90 7.63 3 13.36 33.20 11.07 16.12 19.40 6.47 4 13.24 33.80 11.27 16.02 19.90 6.63 5 13.51 32.45 10.82 16.01 19.95 6.65 6 13.21 33.95 11.32 15.52 22.40 7.47

25

Waktu (Minggu )

No Serasah daun Jatropha curcas Linn Serasah daun Swietenia macrophylla King Bobot (gram) Penurunan bobot (%) Laju Dekomposisi (%perminggu) Bobot (gram) Penurunan bobot (%) Laju Dekomposisi (% perminggu) Rata-rata/minggu 33.10 11.04 7.06 IV 1 13.50 32.50 8.13 15.41 22.95 5.74 2 13.01 34.95 8.74 15.37 23.15 5.79 3 12.46 37.70 9.43 16.01 19.95 4.99 4 12.52 37.40 9.35 15.87 20.65 5.00 5 13.21 33.95 8.49 15.98 20.10 5.03 6 13.11 34.45 8.61 15.34 23.30 5.83 Rata-rata/minggu 35.16 8.79 5.40 Rata-rata 14.38 Rata-rata 9.70

Adapun analisis sidik ragam antara laju dekomposisi tanaman Jatropha terhadap minggu disajikan pada Tabel 2, didapatkan P value adalah 0.000. Nilai ini lebih kecil dari 0.05, yang artinya waktu (minggu) berpengaruh nyata terhadap laju dekomposisi.

Tabel 2. Analisis sidik ragam antara laju dekomposisi tanaman Jatropha terhadap minggu Sumber keragaman DB JK KT F hit P value Jenis 3 815.806 271.935 341.77 0.000 Galat 20 159.14 0.796 Total 23 831.720 r-sq = 98.09 %

Analisis sidik ragam antara laju dekomposisi tanaman Swietenia terhadap minggu disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui P value adalah 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti waktu (minggu) berpengaruh nyata terhadap laju dekomposisi.

26

Tabel 3. Analisis sidik ragam antara laju dekomposisi tanaman Swietenia terhadap minggu Sumber keragaman DB JK KT F hit P value Jenis 3 460.710 153.570 233.07 0.000 Galat 20 13.178 0.659 Total 23 475.888 r-sq = 97.22 %

Hubungan antara laju dekomposisi Jatropha curcas Linn dan Swietenia macrophylla King dengan periode waktu (minggu) masing-masing Y = 26.5 - 4.83X dan Y = 18.9 - 3.68X. Gambar 3 dan 4 menggambarkan laju dekomposisi Jatropha dan Swietenia terhadap waktu (minggu).

Gambar 3. Analisis regresi antara laju dekomposisi daun Jatropha curcas Linn terhadap waktu, Y = 26.5 – 4.83x

27

Gambar 4. Analisis regresi antara laju dekomposisi daun Swietenia macrophylla King terhadap waktu, Y = 18.9 - 3.68X

Analisis sidik ragam jenis tanaman terhadap laju dekomposisi disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5 menggambarkan perbedaan laju dekomposisi antara Jarak pagar dan Mahoni. Dari Tabel 4 dapat diketahui P value adalah 0.004 yang berarti lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti faktor jenis berpengaruh nyata terhadap laju dekomposisi.

Tabel 4. Analisis sidik ragam jenis tanaman terhadap laju dekomposisi Sumber keragaman DB JK KT F hit P value Jenis 1 262.55 262.55 9.25 0.004 Galat 46 1305.61 28.38 Total 47 1568.16

28

Gambar 5. Analisis sidik ragam jenis tanaman terhadap laju dekomposisi

B. Pembahasan

Salah satu tindakan pencegahan terjadi atau meluasnya kebakaran hutan dan lahan adalah dengan metode pembuatan jalur hijau. Jalur hijau biasanya tertutup vegetasi yang mempunyai volume bahan bakar rendah atau sulit terbakar. Menurut Husaeni (2003) dalam Suratmo (2003), jalur hijau merupakan modifikasi sekat bahan bakar. Jalur hijau merupakan sekat bahan bakar yang vegetasinya dipertahankan tetap hidup dan hijau, dengan cara irigasi. Biaya irigasi ini cukup mahal sehingga di Indonesia, jalur hijau ini berupa vegetasi pohon atau perdu. Bila jalur hijau ini dibuat dengan cara penanaman, pohon atau perdu yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Tahan kebakaran, artinya pohon/perdu itu bisa tetap hidup bila terbakar.

2. Selalu hijau (evergreen), artinya pohon/perdu itu tidak gugur daun pada musim kemarau.

3. Tajuknya rimbun, agar mampu menekan gulma yang tumbuh di bawahnya. 4. Cepat tumbuh dan mudah bertrubus bila dipangkas.

5. Serasah mudah terdekomposisi, agar tidak terjadi penumpukan serasah.

6. Mempunyai manfaat/kegunaan lain selain untuk menghambat penjalaran api kebakaran hutan.

Menurut penelitian Suryahadi (2006) didapatkan bahwa tanaman Jarak pagar memenuhi persyaratan sebagai tanaman jalur hijau berdasarkan kandungan

29

fisika dan kimianya. Hal ini dikarenakan tanaman Jarak pagar merupakan tanaman yang relatif tahan pembakaran. Dari hasil uji pembakaran Jarak pagar didapatkan persen tumbuh Jarak pagar setelah pembakaran sebesar 80%.

Jarak pagar juga merupakan tanaman yang selalu hijau (ever green) dimana perdu Jarak pagar selalu hijau sepanjang musim dan tidak mengalami gugur daun pada saat musim kemarau. Hal ini dapat meminimalisir penumpukan bahan bakar. Selain itu Jarak pagar juga memiliki tajuk yang cukup rimbun, dimana luas tajuk rata-rata tanaman Jarak pagar yang berasal dari stek pada umur tiga bulan adalah 635.5 cm2, sedangkan untuk Jarak pagar yang berasal dari benih pada umur tiga bulan memiliki luas tajuk rata-rata 780.8 cm2. Jarak pagar juga relatif cepat tumbuh, dimana tinggi rata-rata Jarak pagar yang berasal dari stek pada umur tiga bulan adalah 19.8 cm, sedangkan tinggi rata-rata Jarak pagar yang berasal dari benih pada umur tiga bulan adalah 24.5 cm.

Jarak pagar juga memiliki manfaat lain selain tanaman jalur hijau hijau. Tanaman ini juga memiliki manfaat sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa Jarak pagar adalah vegetasi yang sesuai untuk jalur hijau.

Jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan air dan tanah, sehingga merupakan tanaman yang tahan terhadap kekeringan dan berfungsi sebagai tanaman penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur dan jenis tanah, baik pada tanah berbatu, tanah berpasir maupun tanah berlempung atau tanah liat. Disamping itu Jarak pagar juga dapat beradaptasi pada tanah-tanah yang kurang subur atau tanah bergaram, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 – 6.5.

Salah satu syarat vegetasi yang sesuai dijadikan jalur hijau adalah serasahnya cepat terdekomposisi. Dekomposisi didefinisikan sebagai penghancuran bahan organik mati secara gradual yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika. Definisi yang lain mengatakan bahwa dekomposisi adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh keberadaan dekomposer, baik dalam jumlah maupun diversitasnya. Sedangkan keberadaan dekomposer sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan yang sangat

30

berpengaruh terhadap dekomposisi antara lain oksigen, bahan organik tanah, dan bakteri sebagai agen utama dekomposisi (Sunarto, 2004 dalam Dita, 2007).

Hasil penelitian ini menunjukkan serasah daun Jarak pagar lebih cepat terdekomposisi dibandingkan serasah daun Mahoni. Rata-rata laju dekomposisi serasah daun Jarak pagar adalah 14.38 % perminggu dan rata-rata laju dekomposisi serasah daun Mahoni adalah 9.70 % perminggu. Selisih rata-rata laju dekomposisi antara serasah daun Jarak pagar dan Mahoni adalah 4.68 % perminggu.

Waktu (minggu) sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi serasah daun tanaman Jarak pagar maupun Mahoni. Waktu memiliki pengaruh nyata terhadap dekomposisi, dan dapat diartikan semakin lama waktunya semakin besar persen kehilangan bobotnya. Semakin banyak jumlah pengurangan bobot, berarti semakin besar nilai dekomposisi.

Faktor jenis juga berpengaruh nyata terhadap dekomposisi. Faktor jenis memiliki pengaruh nyata terhadap dekomposisi karena kedua jenis tanaman ini memiliki habitus yang berbeda. Jarak pagar termasuk pada habitus perdu sedangkan Mahoni merupakan pohon. Perdu dibedakan dengan pohon karena perdu merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu tinggi (5-6) dan tidak mempunyai batang tegak.

Menurut Anderson dan Swift (1983) dalam Hilwan (1993), variabel yang sangat menentukan proses dekomposisi adalah (1) organisme pengurai (terdiri dari hewan dan mikroorganisme) (2) kualitas serasah (karakter bahan organik yang sangat menentukan kemampuan untuk dilapukkan) dan (3) lingkungan fisik dan kimia (terdiri dari iklim mikro dan tanah).

Berdasarkan hasil penelitian ini, perbedaan laju dekomposisi disebabkan perbedaan kualitas serasah. Hal ini karena lokasi penelitian yang sama, sehingga dapat diasumsikan organisme pengurai yang melakukan pelapukan sama dan lingkungan fisik dan kimia yang sama pula.

Komposisi serasah sangat menentukan kualitas bahan sebagai sumber makanan bagi organisme pengurai. Menurut Brady (1974) dalam Hilwan (1993), gula dan protein larut mudah untuk didekomposisi, hemiselulosa dan selulosa relatif agak sukar didekomposisi, dan lignin, lemak, serta lilin (waxes) adalah

31

senyawa organik yang sukar didekomposisi. Dapat dikatakan serasah daun Jarak pagar lebih banyak mengandung senyawa organik yang mudah untuk didekomposisi dibandingkan serasah daun Mahoni, atau serasah daun Mahoni lebih banyak mengandung senyawa organik yang sukar untuk didekomposisi dibandingkan dengan serasah daun Jarak pagar.

Berdasarkan kondisi fisik setelah terdekomposisi selama empat minggu, terlihat perbedaan yang nyata antara Jarak pagar dan Mahoni. Pada akhir pengamatan serasah daun Jarak pagar sudah tidak berupa daun utuh dan hancur. Sedangkan serasah daun Mahoni masih berupa lembar-lembar daun utuh. Secara kasat mata tidak terlihat adanya penghancuran pada serasah daun Mahoni. Perbandingan kondisi fisik serasah daun Jarak pagar dan Mahoni akan disajikan pada Gambar 6a. Gambar 6b akan menampilkan bentuk kantung-kantung serasah.

Gambar 6. (a) Perbedaan kondisi fisik serasah daun Jarak pagar dan Mahoni. (b) Kantung-kantung serasah

Penurunan bobot dan laju dekomposisi semakin lama semakin berkurang. Serasah daun Jarak pagar rata-rata laju dekomposisi minggu pertama adalah 24.03 % per minggu, minggu kedua berkurang menjadi 13.66 % per minggu, minggu ketiga mengalami penurunan kembali dan laju dekomposisinya hanya 11.04 % per minggu, dan pada minggu terakhir laju dekomposisi hanya sebesar 8.79 % per minggu. Sedangkan pada serasah daun tanaman Mahoni rata-rata laju dekomposisi minggu pertama sebesar 16.86 % per minggu, minggu kedua mengalami penurunan sehingga laju dekomposisinya berkurang menjadi 9.49 % per minggu, minggu ketiga menurun menjadi 7.06 % per minggu, dan minggu

32

terakhir rata-rata laju dekomposisi hanya sebesar 5.40 % per minggu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perbandingan laju dekomposisi Jarak pagar dan Mahoni

Laju dekomposisi yang semakin lama semakin menurun ini disebabkan oleh kandungan bahan organik yang semakin lama semakin sedikit. Pada waktu awal serasah jatuh kandungan hara dan senyawa organik yang terkandung dalam serasah tersebut masih cukup tinggi. Organisme pengurai dapat menjadikan hara dan senyawa organik tersebut sebagai substrat atau bahan makanan. Jika kandungan bahan organik yang terkandung semakin menurun maka laju dekomposisi juga semakin menurun karena semakin sedikitnya substrat atau kandungan bahan makanan bagi organisme pengurai.

Selain itu, pada waktu awal dekomposisi, senyawa organik yang mudah terurai yang masih mendominasi kandungan bahan organik serasah tersebut. Saat kandungan hara dan senyawa organik yang mudah untuk didekomposisi menurun, maka laju dekomposisi menurun pula. Semakin lama senyawa organik yang mudah didekomposisi ini akan menurun jumlahnya dan proses dekomposisi pun semakin melambat. Saat kandungan senyawa organik yang tersisa berupa senyawa organik yang sulit untuk didekomposisi misalnya lignin, maka laju dekomposisi akan sangat lambat.

0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 La ju d e k o m p o si si Waktu (minggu) Jarak pagar Mahoni

33

Komponen-komponen yang penting dari serasah adalah daun, ranting, dengan ukuran diameter < 1 cm dan cabang kecil dengan ukuran diameter ≤ 2 cm, alat-alat produksi (bunga dan buah) dan kulit pohon (Proctor, 1983 dalam Hilwan, 1993).

Daun merupakan sebagian besar dari serasah yang ada di lantai hutan, bahkan 70% dari serasah yang ada di lantai hutan berupa daun. Sisanya ranting, patahan cabang, batang dan lain sebagainya. Sehingga kecepatan terdekomposisi serasah daun tanaman tersebut menjadi salah satu penentu sesuai atau tidaknya suatu vegetasi dijadikan sebagai jalur hijau.

Tanaman yang serasahnya cepat terdekomposisi mampu memperbaiki siklus hara dalam tanah. Jika terjadi penumpukan serasah di lantai hutan, maka akan memperlama perputaran siklus hara. Jadi, selain mengurangi volume bahan bakar kecepatan dekomposisi serasah suatu jenis tanaman juga membantu menyuburkan tanah.

Penumpukan bahan organik dapat terjadi bila tidak ada kesetimbangan antara suplai bahan organik dengan kecepatan dekomposisi. Beban bahan organik semakin berat seiring dengan terhambatnya kecepatan dekomposisi (Irawan, 2003

dalam Dita, 2007).

Serasah yang cepat terdekomposisi menyebabkan pengurangan volume bahan bakar di lantai hutan. Jika suatu vegetasi memiliki serasah yang sulit untuk didekomposisikan maka akan terjadi penumpukan bahan bakar yang justru mengakibatkan kejadian kebakaran hutan dan lahan menjadi lebih besar. Berdasarkan pendugaan laju dekomposisi serasahnya, Jarak pagar adalah vegetasi yang cocok dijadikan jalur hijau. Serasah yang jatuh dapat dengan cepat didekomposisi oleh organisme pengurai.

BAB VI

Dokumen terkait