• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Populasi Imago N. lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki

Dari hasil sidik ragam jumlah imagoN. lugenspada setiap perlakuanmenunjukkan hasil yangsangat berbeda nyata antara perlakuan T1 (padi sawah) dengan T2 (padi gogo) dan T3 (rumput teki), T2 tidak berbeda nyata dengan T3 yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Populasi Imago N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (ekor) Perlakuan Populasi Imago N. lugens pada pengamatan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

T1 4.56a 3.44a 2.33a 1.89a 1.33a 1.56a 0.89 0.56 0.44 0.56 1.78 4.11a 6.00a T2 2.00b 1.89b 0.78b 0.92b 0.33b 0.22b 0.22 0.22 0.22 0.11 0.22 1.00b 1.78b T3 0.33c 0.00c 0.00c 0.44b 0.00b 0.00b 0.11 0.00 0.00 0.22 0.22 0.33b 1.11b Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang

sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat perbedaan jumlah populasi imago N. lugens pada perlakuan padi sawah dan pagi gogo. Hal ini disebabkan jumlah anakan padi sawah lebih banyak dibanding padi gogo, sehingga ketersediaan makanan lebih banyak dan jumlah imago N. lugens lebih banyak pada tanaman padi sawah. Hal ini sesuai dengan BBPTP (2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan tanaman padi sawah sebanyak 14-17 batang, Yusuf (2015) menyatakan bahwa jumlah anakan padi gogo sebanyak 11-13 batang dan Steenis (2005) menyatakan rumput teki memiliki 1 batang dengan 4-10 helai daun pada pangkal batang.

kebutuhan hidup imago N. lugens terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Yeherwandiet al. (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan hidup serangga yang terpenuhi dengan kualitas makanan yang lebih baik menyebabkan semakin sempurnanya perkembangan dan pertumbuhan serangga.

Jumlah Populasi Nimfa N. lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki

Dari hasil sidik ragamjumlah nimfaN. lugenspada setiap perlakuanmenunjukkan hasil yangsangat berbeda nyata antara perlakuan T1 denganT2 dan T3, T2 tidak berbeda nyata dengan T3 yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Nimfa N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (ekor) Perlakuan Populasi Nimfa N. lugens pada pengamatan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

T1 0.00 0.00 0.00 0.00 11.89a 18.78a 23.56a 25.56a 19.56a 24.89a 18.00a 15.78a 12.33a T2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.56b 3.56b 3.11b 2.78b 2.00b 2.11b 1.78b 4.56b 2.22b T3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00b 0.44b 0.11b 0.33b 0.22b 0.11b 0.22b 0.22c 0.00b Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Dari hasil pengamatan selama 26 hari menunjukkan bahwa nimfa N. Lugens muncul pada pengamatan ke 5 yaitu 10 hari setelah introduksi. Hal ini

dikarenakan hamaN. lugens bertelur 3 hari setelah introduksi dan telur menetas setelah 7 hari. Sesuai dengan Baehaki (1993) yang menyatakan bahwa masa prapeneluran hama N. lugens adalah 3 – 8 hari, Baehaki & Widiarta (2010) menyatakan bahwa telur menetas antara 7 – 11 hari.

Rataan nimfa tertinggi terdapat pada perlakuan padi sawah sebesar 25.56 ekor (pengamatan ke-8) dan terendah pada perlakuan rumput teki sebesar 0.00 ekor.Namun dilihat dari pengamatan ke-13 menunjukkan bahwa hasil padi gogo dan rumput teki tidak berbeda nyata.Hal ini berarti N. lugens lebih menyukai bertelur pada tanaman padi sawah dibanding dengan tanaman padi gogo dan

rumput teki karena jumlah nimfa yang muncul pada padi sawah lebih besar daripada padi gogo dan rumput teki.Sodiq (2009) mengatakan bahwa pada tumbuhan inang yang sesuai, wereng dapat mengambil pakan dan mengasimilasikan sehingga mempercepat pertumbuhan dan menghasilkan banyak telur, sebaliknya pada tumbuhan inang yang kurang sesuai nimfa dapat mencapai dewasa namun tidak menghasilkan telur.

Tingginya populasi nimfa N. lugens pada tanaman padi sawah disebabkan kondisi tanaman padi sawah yang digenangi, sehingga kelembaban lebih tinggi dan hamaN. lugens lebih memilih bertelur pada padi sawah sedangkan kondisi padi gogo dan rumput teki yang tidak digenangi kurang disukai hama N. lugens. Hal ini sesuai dengan Wirajaswadi (2010) yang menyatakan bahwa ledakan hama N. lugens timbul apabila pertanaman tergenang terus menerus, dan Nurbaeti et al. (2010) menyatakan bahwa populasi N. lugens meningkat dengan cepat pada kelembaban yang tinggi (70 - 80%).

GejalaSerangan N. lugens

Imago N. lugens yang telah diintroduksi pada masing-masing perlakuan menunjukkan gejala daun menguning pada bagian ujung kemudian daun berubah menjadi coklat kering, hal ini disebabkan N. lugens menghisap cairan pada bagian pangkal batang tanaman sehingga menyebabkankerusakan pada sel tanaman.Saputra et al. (2012) mengatakan bahwa gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman menguning kemudian mengering dengan cepat (seperti terbakar).

Gambar 4. Gejala serangan N.lugens (Sumber : Foto Langsung)

Dari hasil penelitian gejala serangan mulai muncul pada 33 HST (Hari Setelah Tanam) karena pada umur ini batang tanaman padi masih lunak sehingga hama N. lugens lebih mudah menghisap cairan tanaman. Hal ini sesuai dengan Anggraini et al. (2014) yang mengatakan bahwa gejala serangan hama wereng batang coklat mulai terlihat setelah tanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada fase vegetatif karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih muda, yaitu dengan menghisap cairan batang tanaman padi sehingga menyebabkan gejala pada daun menguning akibat batang tanaman sudah terganggu.

Persentase SeranganN.lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki(%)

Dari hasil sidik ragam persentase seranganN.lugenspada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata antara T1, T2 dan T3, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Persentase Serangan N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (%)

Perlakuan Persentase Serangan (%)

T1 33.65a

T2 8.51b

T3 1.17c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase serangan hamaN. lugens berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Tingginya serangan N. lugens pada padi sawah disebabkan jumlah nimfa dan imago yang tinggi.Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian pangkal batang sehingga menyebabkan kerusakan pada daun. Hal ini sesuai dengan Wirajaswadi (2010) yang menyatakan bahwa nimfa dan imago merusak tanaman dengan cara menghisap cairanbatang, menyebabkan batang dan daun menjadi kering dan berwarna coklat.

Persentase serangan N. lugens menunjukkan hasil yang berbeda nyata dimana tingkat serangan tertinggi terdapat pada perlakuan padi sawah. Hal ini disebabkan padi sawah merupakan inang utama hamaN. lugens. Sesuai dengan Astuti et al. (2012) yang menyatakan N. lugens merupakan hama utama tanaman padi sawah di Indonesia.

Intensitas SeranganN.lugensPada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (%)

Dari hasil sidik ragam intensitas serangan N.lugensmenunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata antara T1, T2 dan T3 dapat dilihat pada Tabel 5.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Dari Tabel 5 diketahui bahwa persentase intensitas serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan padi sawah sebesar 29.98%, hal ini menunjukkan bahwa hama wereng batang coklat lebih menyukai tanaman padi sawah daripada tanaman padi gogo dan rumbut teki. Hal ini dikarenakan tanaman padi sawah sesuai untuk makanan dan perkembangbiakan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai dengan literatur Metclaf & Luckman(1975) yang menyatakan kesesuaian inang (host suitability) ; tanaman yang memiliki nilai gizi dan tidak mengandung senyawa racun akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan serangga.Dari tabel 5 juga diketahui bahwa jumlah intensitas serangan hama N. lugens berbanding lurus dengan persentase serangan N. lugens, dimana apabila persentase serangan tinggi maka intensitas serangan juga tinggi, dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Persentase Serangan dengan Intensitas Serangan Hama

0 5 10 15 20 25 30 35 40 T1 T2 T3 J um la h Ra ta a n Perlakuan

Hubungan Persentase Serangan dengan Intensitas Serangan

Persentase Serangan (%) Intensitas Serangan (%)

Dokumen terkait