• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) di Rumah Kasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) di Rumah Kasa"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Deskripsi Benih Padi Sawah

VARIETAS CIHERANG Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-Anakan produktif : 14-17 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Ketahanan terhadap Penyakit :Tahan terhadap hawar daun bakteri • strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

Dilepas tahun : 2000

(3)

Lampiran 3. Deskripsi Benih Padi Gogo

Anakan produktif : 11-13 batang

Warna kaki : Hijau

Warna lidah daun : Coklat susu Bentuk lidah daun : Tumpul

Warna telinga daun : Hijau kekuningan Posisi daun bendera : Agak tegak

Leher malai : Pendek

Tipe malai : Terbuka dan merunduk

Umur berbunga : - Dataran rendah ±90 hari - Dataran tinggi ±123 hari

Bentuk gabah : Medium

Warna gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Sedang

Ketahananterhadap penyakit : Blas ras 033 tahan (T), 073 agak Tahan (AT) Ketinggian tempat : 1300 mdpl

Toleran : Suhu rendah, keracunan aluminium

Tekstur nasi : Pera

(4)

Lampiran 4. Suhu dan kelembaban udara di rumah kasa Tabel 1. Data suhu dan kelembaban udara selama 26 hari

Parameter

Pengamatan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Suhu (oC) 34.6 31.1 31.6 30.4 34.8 30.5 35.8 32.3 28.8 29.5 27.2 27.5 33 Kelembaban(%) 65 61 63 62 55 63 59 59 70 85 84 74 59

Lampiran 5.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 1) Tabel 2. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 1)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(5)

Lampiran 6.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 2)

Tabel 3. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 2)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(6)

Lampiran 7.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 3) Tabel 4. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 3)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(7)

Lampiran 8.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 4) Tabel 5. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 4)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(8)

Lampiran 9.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 5) Tabel 6. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(9)

Lampiran 10.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 6) Tabel 7. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 6)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(10)

Lampiran 11.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 7) Tabel 8. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 7)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lampiran 12. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 8) Tabel 9. Data jumlah iamgoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 8)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(11)

Transformasi √x+0.5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lampiran 13.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 9) Tabel 10. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 9)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(12)

Daftar Sidik Ragam

Lampiran 14.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 10) Tabel 11. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 10)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(13)

Lampiran 15.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 11) Tabel 12. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 11)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lampiran 16.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 12) Tabel 13. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 12)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

T1 4 7 1 2 3 8 1 8 3 37 4.11

T2 1 2 2 0 1 2 0 1 0 9 1.00

T3 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 0.33

(14)

Transformasi √x+0.5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lampiran 17.Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 13) Tabel 14. Data jumlah imagoN. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 13)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(15)

Daftar Sidik Ragam

Lampiran 18.Jumlah populasi nimfaN. lugens (Pengamatan 5) Tabel 15. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(16)

Uji Jarak Duncan

SY rp RP Rataan rataan-RP notasi

1.54 3.00 4.63 2.96 -1.67 a

1.54 3.14 4.85 0.95 -3.90 b

1.54 3.24 4.99 0.71 -4.28 b

Lampiran 19. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 6)

Tabel 16. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 6)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(17)

Lampiran 20. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 7) Tabel 17. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 7)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(18)

Lampiran 21.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 8)

Tabel 18. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 8)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(19)

Lampiran 22.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 9)

Tabel 19. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 9)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(20)

Lampiran 23.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 10)

Tabel 20. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 10)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(21)

Lampiran 24.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 11) Tabel 21. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 11)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(22)

Lampiran 25.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 12) Tabel 22. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 12)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(23)

Lampiran 26.Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 13) Tabel 23. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 13)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(24)

Lampiran 27.Persentase Daun/Batang yang TerserangN. lugens Tabel 24. DataPersentase SeranganN. lugens

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(25)

Lampiran 28.Intensitas Serangan N. lugens Tabel 25. Data Intensitas SeranganN. lugens

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(26)

Lampiran 29.Dokumentasi Penelitian Pengamatan 26 HSI (Hari Setelah Introduksi) Ulangan I

Ulangan II

(27)

Ulangan IV

Ulangan V

(28)

Ulangan VII

Ulangan VIII

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., Herlinda, S., Irsan, C. dan Umayah, A. 2014.Serangga Hama Wereng dan Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan.Dalam Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. Palembang. 26-27 September 2014.

Astuti, M.S. 2006.Isolasi dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri Umbi Teki (Cyperus rotundus L.).Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Astuti, P., Supriyadi dan Supriyono. 2012. Karakterisasi Fenotip Kultifar Padi Tahan dan Rentan Wereng Coklat, Nilaparvata lugensStal. (Hemiptera: Delphacidae). J.Entomol Indon 9(2):57-63.

Baehaki.1993. Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi.Angkasa. Bandung. Baehaki dan Widiarta, I.N. 2010.Hama Wereng dan Cara Pengendaliannya pada

Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Padi.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Padi Sangat Genjah dan Tahan Wereng Cokelat. Departemen Pertanian. Jawa Barat.

Bangun, M.K. 1994. Analisi Sidik Ragam. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hariastuti, M. 2011. Pengujian Ketahanan Beberapa Kultivar Padi Beras Merah dan Hitam Terhadap Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stall (Homoptera : Delphacidae). Skripsi. Universitas Andalas. Padang.

Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays L.).Skripsi.Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Kastanja, A.Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Godo Varietas Lokal. J.Agrof. 6(2): 1907-7556.

Makarim, A.K.dan Suhartatik, E. 2009.Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Tanaman Padi.hlm 295-330.

(30)

Muzaholic, 2010.Resistensi Tanaman terhadap Serangga Hama.Diakses dari http://muzaholic.com/2010/01/03/resistensi tanaman terhadap serangga hama.Pada tanggal 1April 2015.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Tanjung Morawa.

Norsalis, E. 2011.Padi Gogo dan Padi Sawah.Diakses dari http://www.ekonorsalis.com/2011/10/29/padigogodansawah.Pada tanggal 9 April 2015.

Nurbaeti, B., Diratmaja, I.G.P.A. dan Putra, S. 2010.Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal) dan Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.

Painter, R.H. 1951.Insect Resistance in Crop Plants. Mac Millan and Co. NewYork : 25-33.

Perdana, A.S. 2012.Budidaya Padi Gogo. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Priasmoro, N., Sholahuddin dan Sulistyio, A. 2013.Study Population Abundance

of Brown Planthhopper on some Rice Varieties with Zeolite and Aplication of IPM. J.Agron Res. 2(4):44-51.

Rahmini, Hidayat, P., Ratna, E.S., Winasa, I.W. dan Manuwoto, S. 2012. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 13 (2).

Sampoerna. 2012. Tehnik dan Budidaya Penanaman Padi. Pusat Pelatihan Kewirausahaan.Sampoerna.

Saputra, S., Yuliani, N. dan Ekalinda, O.2012. Wereng Coklat dan Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau.

Setyorini, S.D., Shoahuddin dan Sulistyo, A. 2013. Existence of Brown Planthopper’ Natural Enemies on Some Rice Varieties Using Different Cultivation Techniques.J.Agron Res. 2(5):8-17.

Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman terhadap Hama.UPN Press. Jawa Timur. Steenis, C.G.G.J.V. 2005. Flora. Penerjemah: Surjowinoto, M. PT Pradnya

Paramita, Jakarta.

Suharno. 2005. Budidaya Tanaman Padi. Dinas Pertanian Provinsi DIY. http://distanpemda-diy.go.id. Diakses tanggal 2 Nopember 2015.

(31)

Sawah (Oryza sativa L.) di Kabupaten Aceh Tenggara.Tesis. Program Magister Agroekoteknologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suparyono dan Setyono, A. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wijaya, I. N. 2007. Preferensi Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera:Psyllidae) pada Beberapa Jenis Tanaman Jeruk. J. Agritrop 28(3):110-118

Wirajaswadi, L. 2010. Wereng Coklat dan Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Yeherwandi, Reflinaldon dan Rahmadani, A. 2009. Biologi Nilaparvata lugens Stall (Homoptera : Delphacidae) pada Empat Varietas Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unand. Padang.

Yusuf, A. 2015. Berita Resmi PVT. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sumatera Utara. Medan.

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m di atas permukaan laut.Penelitian ini akandilaksanakan mulai bulan Juni2015 sampai dengan Agustus 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih padi sawah, benih padi gogo, rumput teki, hama N.lugens, top soil, pasir, kompos,tanah sawah, pupuk urea,SP-36 dan KCL, polybag ukuran 5 kg, plastik bening ukuran 5 kg, label perlakuan, bambu dan air.

Alat yang digunakan adalah seed bed, kurungan serangga, aspirator serangga, sungkup (kain kasa),gembor, kamera, loop dan cangkul.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 3perlakuan yaitu:

T1 = Padi Sawah T2= Padi Gogo T3 = Rumput Teki

Jumlah ulangan diperoleh dengan menggunakan rumus : (t-1) (r-1) ≥ 15

(3-1) (r-1) ≥ 15 r – 1 ≥ 15

(33)

r ≥ 8,5

r = 9

maka diperoleh jumlah ulangan sebanyak 9 kali Model linear yang digunakan adalah:

Yij = µ + λi + βj +εij

Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-j dan ulangan ke-i µ = nilai tengah

λi = Pengaruh ulangan ke-i βj = pengaruh perlakuan ke-j

εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-j dan ulangan ke-i

(Bangun, 1994)

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diuji dengan Sidik Ragam, apabila hasil Sidik Ragam berpengaruh nyata akan dilanjut dengan Uji Jarak Duncan dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Persemaian

Disediakan top soil,pasir dan komposyang diayak dengan perbandingan 1:1:1 lalu dicampur secara homogen. Sebelum diisi, seed bedterlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang untuk mempermudah pencabutan dan menjaga kelembaban tanah kemudian media tanam diisi ke dalam seed bed dan disiram dengan air sampai lembab (Sampoerna, 2012).

(34)

polybag. Untuk tanaman padi sawah, polybag dilapisi dengan plastik transparan agar tidak tembus air

Penanaman Benih

Setelah media tanam selesai dipersiapkan, benih padi sawah, dan padi gogo terlebih dahulu dilakukan pemilihan dengan cara benih direndam dengan air, benih yang digunakan adalah benih yang terbenam atau bernas sedangkan benih yang terapung dibuang.Benih direndam selama 1 malam dan diperam selama 1 malam. Kemudian benih padi sawah ditabur ke seed bed, lalu ditutup dengan media tanam. Seed bed diletakkan di tempat yang aman. Selama masa persemaian, pemberian air dilakukan setiap hari.

Untuk padi gogo penanaman dilakukan dengan cara tanam langsung pada media tanam permanen (polybag ukuran 5 kg) di rumah kasa, benih ditanam secara tugal sebanyak 4 benih/polybag. Pemberian air disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Untuk rumput teki, diambil rumput teki yang sudah tua beserta akar dan tanah disekitar akarnya dari lapangan kemudian ditanam ke lahan kosong ukuran 1 x 1 m dan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya.

Penanaman Bibit

(35)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Pada padi sawah, pemberian air dilakukan saat tanam dengan ketinggin air 2 cm di atas permukaan tanah (Sampoerna, 2012).

Pada tanaman padi gogo, penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Pada rumput teki, pemberian air dilakukan setiap hari pada sore hari dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Pemupukan

Untuk padi sawah pemupukan dilakukan pada umur 7 HST yaitu dengan pupuk urea0,25 gr/polybag dan SP-36 0,13 gr/polybag(Sampoerna, 2012).

Untuk padi gogo, pupuk yang digunakan adalah SP-36 0,25gr/polybagdan KCL 0,125gr/polybag yang diberikan saat tanam dan pupuk urea 0,5gr/polybag diberikan pada umur 14 HST.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan membersihkan gulma yang terdapat disekitar tanaman dalam maupun diluar polybag.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati. Pemasangan sungkup

(36)

Perbanyakan Hama

Imago dan nimfa wereng batang coklat dikumpulkan dari pertanaman padi.Kemudian dibawa ke laboratorium dan dipelihara dalam kurungan kasa (30x30x100 cm).Ke dalam kurungan dimasukkan tanaman padi fase vegetatif (berumur 15 hari) yang ditanam dalam pot plastik, pada tiap pot ditanam 4 bibit tanaman padi, kemudian wereng dimasukkan ke dalam kurungan tersebut untuk dibiakkan.

Introduksi Hama

Hasil dari perbanyakanhamaN.lugensyang berupa imago umur 2 hari diintroduksikan kedalam sungkup pada saat tanamanberumur 17hari. Tinggi dan rumpun tanaman padi sawah, padi gogo dan rumput teki harus seragam. Jumlah hama yang diintroduksi adalah sebanyak 12 ekor.

Parameter Pengamatan

1. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Rumah Kasa

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan untuk melihat apakah perkembangan hamaN. lugens dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara di rumah kasa. Pengukuran dilakukan setiap hari setelah hama diintroduksi dengan menggunakan termometer udara untuk mengukur suhu udara dan higrometer untukmengukur kelembaban udara.

2. Populasi Imago N.lugens

(37)

3. Populasi Nimfa N.lugens

Pengamatan populasi nimfaN.lugens dilakukan 2 hari setelah hama diintroduksi,dengan interval waktu 2 hari selama 3 minggu dengan cara menghitung populasi nimfa yang terdapat pada daun masing-masing komoditi. 4. Gejala SeranganN.lugens

Pengamatan gejala serangandilakukan untuk mengetahui jenis tanaman yang mudah terseranghama N.lugens. Pegamatandilakukan mulai tanaman padi berumur 20 HST dengan cara melihat gejala yang ditimbulkan pada daun dan batang padi dari masing-masing perlakuan.

5. Persentase Daun/Batang Terserang (%)

Pengamatan persentase seranganN.lugens dilihat setelah tanaman padiberumur 43 HST, kemudian diamati daun dan batangnya menggunakan rumus:

P =

Keterangan:

P : Persentase daun/batang terserang dalam 1 pot (1 rumpun)

n : Jumlah daun/batang terserang pada 1 rumpun yang diamati per pot N : Jumlah daun/batang pada 1 rumpun per pot

(Anggraini et al., 2014).

6. Intensitas SeranganN.lugens (%)

(38)

Tabel 1. Skala Kerusakan Tanaman

Nilai Skala Gejala

0 Tidak ada kerusakam 1 Daun pertama kuning

2 Daun pertama dan daunkedua sebagian kuning 3 Daun pertama dan daunkedua sebagian kuning 4 Tanaman layu dan kerdilhebat

5 Semua tanaman mati

Kemudian skala kerusakan tanaman dikonversikan dengan menggunakan rumus : I = Σ (n v)×100%

Z N Di mana :

I = Intensitas serangan

n = Jumlah tanaman rusak tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori serangan

Z = Nilai skala tertinggi kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Populasi Imago N. lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki

Dari hasil sidik ragam jumlah imagoN. lugenspada setiap perlakuanmenunjukkan hasil yangsangat berbeda nyata antara perlakuan T1 (padi sawah) dengan T2 (padi gogo) dan T3 (rumput teki), T2 tidak berbeda nyata dengan T3 yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Populasi Imago N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (ekor)

Perlakuan Populasi Imago N. lugens pada pengamatan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat perbedaan jumlah populasi imago N. lugens pada perlakuan padi sawah dan pagi gogo. Hal ini disebabkan jumlah anakan padi sawah lebih banyak dibanding padi gogo, sehingga ketersediaan makanan lebih banyak dan jumlah imago N. lugens lebih banyak pada tanaman padi sawah. Hal ini sesuai dengan BBPTP (2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan tanaman padi sawah sebanyak 14-17 batang, Yusuf (2015) menyatakan bahwa jumlah anakan padi gogo sebanyak 11-13 batang dan Steenis (2005) menyatakan rumput teki memiliki 1 batang dengan 4-10 helai daun pada pangkal batang.

(40)

kebutuhan hidup imago N. lugens terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Yeherwandiet al. (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan hidup serangga yang terpenuhi dengan kualitas makanan yang lebih baik menyebabkan semakin sempurnanya perkembangan dan pertumbuhan serangga.

Jumlah Populasi Nimfa N. lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki

Dari hasil sidik ragamjumlah nimfaN. lugenspada setiap perlakuanmenunjukkan hasil yangsangat berbeda nyata antara perlakuan T1 denganT2 dan T3, T2 tidak berbeda nyata dengan T3 yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Nimfa N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (ekor)

Perlakuan Populasi Nimfa N. lugens pada pengamatan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 N. Lugens muncul pada pengamatan ke 5 yaitu 10 hari setelah introduksi. Hal ini

dikarenakan hamaN. lugens bertelur 3 hari setelah introduksi dan telur menetas setelah 7 hari. Sesuai dengan Baehaki (1993) yang menyatakan bahwa masa prapeneluran hama N. lugens adalah 3 – 8 hari, Baehaki & Widiarta (2010) menyatakan bahwa telur menetas antara 7 – 11 hari.

(41)

rumput teki karena jumlah nimfa yang muncul pada padi sawah lebih besar daripada padi gogo dan rumput teki.Sodiq (2009) mengatakan bahwa pada tumbuhan inang yang sesuai, wereng dapat mengambil pakan dan mengasimilasikan sehingga mempercepat pertumbuhan dan menghasilkan banyak telur, sebaliknya pada tumbuhan inang yang kurang sesuai nimfa dapat mencapai dewasa namun tidak menghasilkan telur.

Tingginya populasi nimfa N. lugens pada tanaman padi sawah disebabkan kondisi tanaman padi sawah yang digenangi, sehingga kelembaban lebih tinggi dan hamaN. lugens lebih memilih bertelur pada padi sawah sedangkan kondisi padi gogo dan rumput teki yang tidak digenangi kurang disukai hama N. lugens. Hal ini sesuai dengan Wirajaswadi (2010) yang menyatakan bahwa ledakan hama N. lugens timbul apabila pertanaman tergenang terus menerus, dan Nurbaeti et al. (2010) menyatakan bahwa populasi N. lugens meningkat dengan cepat pada kelembaban yang tinggi (70 - 80%).

GejalaSerangan N. lugens

(42)

Gambar 4. Gejala serangan N.lugens (Sumber : Foto Langsung)

Dari hasil penelitian gejala serangan mulai muncul pada 33 HST (Hari Setelah Tanam) karena pada umur ini batang tanaman padi masih lunak sehingga hama N. lugens lebih mudah menghisap cairan tanaman. Hal ini sesuai dengan Anggraini et al. (2014) yang mengatakan bahwa gejala serangan hama wereng batang coklat mulai terlihat setelah tanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada fase vegetatif karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih muda, yaitu dengan menghisap cairan batang tanaman padi sehingga menyebabkan gejala pada daun menguning akibat batang tanaman sudah terganggu.

Persentase SeranganN.lugens Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki(%)

(43)

Tabel 4. Rataan Persentase Serangan N. lugens pada setiap perlakuan selama 26 hari (%)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase serangan hamaN. lugens berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Tingginya serangan N. lugens pada padi sawah disebabkan jumlah nimfa dan imago yang tinggi.Nimfa dan imago menghisap cairan tanaman pada bagian pangkal batang sehingga menyebabkan kerusakan pada daun. Hal ini sesuai dengan Wirajaswadi (2010) yang menyatakan bahwa nimfa dan imago merusak tanaman dengan cara menghisap cairanbatang, menyebabkan batang dan daun menjadi kering dan berwarna coklat.

Persentase serangan N. lugens menunjukkan hasil yang berbeda nyata dimana tingkat serangan tertinggi terdapat pada perlakuan padi sawah. Hal ini disebabkan padi sawah merupakan inang utama hamaN. lugens. Sesuai dengan Astuti et al. (2012) yang menyatakan N. lugens merupakan hama utama tanaman padi sawah di Indonesia.

Intensitas SeranganN.lugensPada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (%)

Dari hasil sidik ragam intensitas serangan N.lugensmenunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata antara T1, T2 dan T3 dapat dilihat pada Tabel 5.

(44)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Dari Tabel 5 diketahui bahwa persentase intensitas serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan padi sawah sebesar 29.98%, hal ini menunjukkan bahwa hama wereng batang coklat lebih menyukai tanaman padi sawah daripada tanaman padi gogo dan rumbut teki. Hal ini dikarenakan tanaman padi sawah sesuai untuk makanan dan perkembangbiakan hama wereng batang coklat. Hal ini sesuai dengan literatur Metclaf & Luckman(1975) yang menyatakan kesesuaian inang (host suitability) ; tanaman yang memiliki nilai gizi dan tidak mengandung senyawa racun akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan serangga.Dari tabel 5 juga diketahui bahwa jumlah intensitas serangan hama N. lugens berbanding lurus dengan persentase serangan N. lugens, dimana apabila persentase serangan tinggi maka intensitas serangan juga tinggi, dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Persentase Serangan dengan Intensitas Serangan Hama

0

Hubungan Persentase Serangan dengan Intensitas Serangan

Persentase Serangan (%)

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jumlah rataan populasi imago N. lugens tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (padi sawah) yaitu sebesar 2,39 dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 (rumput teki) yaitu sebesar 0,71.

2. Jumlah rataan populasi nimfa pada N. lugenstertinggi terdapat pada pada perlakuan T1 (Padi Sawah) yaitu sebesar 4,87 dan yang terendah pada perlakuan T3 (Rumput Teki) yakni sebesar 0,71.

3. Nimfa N. lugens muncul 10 hari setelah introduksi.

4. Gejala serangan yang ditimbulkan olehN. lugens adalah daun menguning pada bagian ujung kemudian berubah menjadi coklat kering.

5. Gejala serangan muncul 33 hari setelah tanam

6. Persentase serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (Padi Sawah) dengan rataan sebesar 35,15% dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 (Rumput Teki) dengan rataan sebesar 6,25%.

7. Intensitas serangan hama N.lugens tertinggi terdapat pada T1 dengan rataan 32,91% dan terendah pada perlakuan T3 dengan rataan sebesar 6,25%.

Saran

(46)

TINJAUAN PUSTAKA

Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Biologi Hama

Klasifikasi wereng coklat menurut Nurbaeti et al. (2010) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Homoptera Famili : Delphacidae Genus : Nilaparvata

Spesies : Nilaparvata lugens Stal.

Metamorphosis wereng coklat sederhana (heterometabola).Telur berbentuk lonjong, diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi kalau polpulasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun.Jumlah telur yang diletakkan beragam, dalam satu kelompok antara 3-21 butir.Telur menetas antara 7-11 hari atau rata-rata 9 hari (Baehaki & Widiarta, 2010).

(47)

Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama dengan induknya. Nimfa mengalami pergantian kulit (instar), rata-rata stadium nimfa adalah 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam tergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul (Nurbaetiet al., 2010). Baehaki (1993) menyatakan lamanya stadia nimfa instar I, II, III, IV dn V berturut-turut 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari, 2,4 hari dan 3,1 hari.

Nimfa wereng coklat berwarna krim akan berubah menjadi keabuan seiring denga usia, panjang nimfa dewasa sekitar 2,1 mm, bersamaan dengan itu garis hitam pada thorax mulai menghilang (Wirajaswadi, 2010).

Gambar 2. Nimfa N.lugens, A= instar 1, B= instar 2, C= instar 3, D= instar 4, E= instar 5

(Sumber : Foto Langsung)

(48)

tanaman setengah rusak daripada tanaman sehat (Baehaki & Widiarta, 2010).

A B

Gambar 3. Imago N.lugens,A= Makroptera, B= Brakhiptera (Sumber: Foto Langsung)

Wereng coklat memiliki ukuran panjang badan sekitar 2,6 – 2,9 mm, serangga dewasa berwarna coklat kehitaman, bergerak dengan berjalan dan terbang. Siklus hidup N.lugens cukup singkat sehingga proses pergantian generasi

berlangsung dengan cepat stadia dewasa (imago) 10-20 hari (Wirajaswadi, 2010).

Gejala Serangan

N.lugens dapat menyebabkan kerusakan secara langsung maupun tidak langsung.Kerusakan langsung oleh N.lugen adalah menghisap cairan sel tanaman padi, sehingga pertumbuhan tanaman padi terhambat, mati kekeringan dan tampak seperti terbakar.Kerusakan tidak langsung oleh N.lugens adalah sebagai vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa (Hariastuti, 2011).

(49)

dengan menghisap cairan batang tanaman padi sehingga menyebabkan gejala pada daun menguning akibat batang tanaman sudah terganggu.

Gejala kerusakan seperti tanaman menguning kemudian mengering dengan cepat (seperti terbakar) dikenal dengan istilah hopperbum.Dalam suatu hamparan gejala hopperbum terlihat seperti lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran (Saputra et al., 2012).

Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah menjadi berwarna cokelat jerami dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas berwarna kuning coklat dan mengering. Apabila menyerang pada fase generatifakan menyebabkan terjadinya puso (gagal panen) (Nurbaeti et al., 2010).

Wereng coklat merupakan hama laten dan dapat mentransfer virus kerdil hampa (VKH = ragged stunt) dan virus kerdil rumput (VKR = Grassy Stunt) yang serangannya lebih besar dari serangan wereng itu sendiri dan bahkan saat ini wereng coklat sedang aktif bekerja menularkan penyakit kerdil rumput tipe 2 (Grassy Stunt Type 2 = GST2) (Baehaki & Widiarta, 2010).

(50)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hama

Beberapa faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya serangan wereng coklat antara lain: 1) kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau tetapi masih turun hujan, 2) ketahanan varietas, 3) pola tanam padi-padi-padi, 4) keberadaan musuh alami rendah, 5) penggunaan pestisida kurang bijaksana. Secara umum serangan wereng coklat lebih dominan terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah – daerah yang sering hujan dan populasi wereng coklat cepat meningkat pada kelembaban tinggi (70 – 80%), suhu siang hari optimum (28 – 30oC), intensitas cahaya matahari rendah, pemupukan N tinggi, tanaman rimbun, air, lahan basah serta angina kencang (Nurbaeti et al., 2010).

Ledakan hama wereng coklat akan timbul apabila lingkungan untuk berkembangbiak cukup kondusif diantaranya: hujan berlebih di musim kemarau atau kemarau basah akibat penyimpangan iklim. Penyimpangan iklim menyebabkan suhu minimum 1-2oC dan kelembaban nisbih 6-10% lebih tinggi dibandingkan kondisi saat iklim normal (Wirajaswadi, 2010).

Perbedaan populasi wereng batang coklat diduga karena adanya perbedaan karakter biofisik dan ketahanan yang berbeda antar varietas.Variasi ukuran daun, bentuk, warna dan ada atau tidaknya sekresi glandular mungkin dapat berperandalam menentukan penerimaan serangga terhadap inangnya.Morfologi tanaman merupakan salah satu kunci ketahanan tanaman (Priasmoro et al., 2013).

(51)

pertumbuhan dan perkembangan serangga jika makan dan hidup pada kultivar tahan (Hariastuti, 2011)

Yeherwandi et al. (2009) menyatakan bahwa batang yang keras dan daun yang kasarkurang disukai oleh wereng batang coklat, karena dapat menyulitkan wereng batang coklat saat menusukkan alat mulutnya untuk menghisap cairan tanaman dan dapat pula menyebabkan kematian pada nimfa karena tidak dapat makan.Tinggi rendahnya populasi wereng yang mampu mencapai dewasa eret hubungannya dengan jumlah dan mutu makanan yang diperoleh.Kebutuhan hidup serangga yang terpenuhi dengan kualitas makanan yang lebih baik menyebabkan semakin sempurnanya perkembangan dan pertumbuhannya.

Wereng coklat mempunyai plastisitas genetik yang tinggi sehingga mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan pada waktu yang relatif singkat. Hal ini terbukti dengan timbulnya biotipe/populasi baru yang dapat mengatasi sifat ketahanan tanaman atau hama tersebut menjadi resisten terhadap insektisida. Sifat demikian menimbulkan ledakan dan menurunnya produksi padi nasional secara drastis (Baehaki & Widiarta, 2010).

(52)

Waktu perkembangan yang pendek dan tingkat reproduksi yang tinggi menggambarkan kesesuaian wereng dengan tanaman inangnya.Laju pertumbuhan intrinsik, waktu generasi, dan waktu penggandaan populasi berguna sebagai indikasi pertumbuhan populasi. Lama hidup, fluktuasi populasi, laju reproduksi, dan laju pertumbuhan dipengaruhi oleh sumber makanan (Rahminiet al., 2012). Pengendalian Hama

Setyorini et al.(2013) menyatakan bahwa alternatif pengendalian wereng batang coklat dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya tanaman padi, sehingga kondisinya kurang mendukung untuk perkembangan wereng batang coklat. Upaya lain adalah dengan memenuhi kebutuhan unsur hara padi, dengan menggunakan musuh alami yaitu organisme di alam yang dapat melemahkan serangga, membunuh serangga sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga dan mengurangi fase reproduksi dari serangga.

Tanam padi serempak dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng batang coklat, karena hama ini sering berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Menggunakan sistem padi legowo dan tanam varietas padi tahan wereng

coklat seperti Inpari 1, Inpari 2, Inpari 13, Indragiri dan Punggur (Saputra et al., 2012).

(53)

tanam berarti sudah mencapai ambang ekonomi dan perlu dilakukan pengendalian dengan insektisida (Wirajaswadi, 2010).

Botani Tanaman Padi

Klasifikasi botani tanaman padi menurut Perdana (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar yaitu :1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, 2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikanakar seminal.Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005).

(54)

reproduktif.Oleh karena itu stadia reproduktif disebut juga sebagai stadia perpanjang ruas (Makarim dan Suhartatik, 2009).

Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-selang satu daun pada tiap buku.Tiap daun terdiri atas (1) helai daun, (2) pelepah daun yang membungkus ruas, (3) telinga daun (auricle), (4) lidah daun (ligule).Sifat daun yang dikehendaki pada tanaman padi adalah daun yang tumbuh tegak, tebal, kecil dan pendek(Sumoharjo, 2014).

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai.Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yang pada hakikatnya adalah bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior.Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakikatnya adalah floret yang hanya terdiri atas sat bunga. Satu floret berisi satu bunga dan satu bunga terdiri atas organ betina (pistil) dan 6 organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma melalui stile pendek (Makarim dan Suhartatik, 2009).

(55)

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan (Perdana, 2012).

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah Iklim

Padi sawah tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis.Ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat pentimg.Untuk kebutuhan ait tersebut diperlukan sumber mata iar yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk.Dari waduk inilah sewatu-waktu air dapat

dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono & Setyono, 1997).

Tanah

(56)

Budidaya Padi Sawah ada beberapa tahapan yang dilakukan para petani dalam malakukan budidaya padi sawah diantaranya yaitu: persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan,pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit serta panen. 1. Persemaian Persemaian dilakukan 25 harisebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawahyang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanammudah diangkut dan tetap segar (Norsalis, 2011).

Pemberian air dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5 cm). pada periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian air terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan pertumbuhan tunas tidak optimal (Sampoerna, 2012).

Tanaman Padi Gogo Iklim

(57)

padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27OC sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23OC (Perdana, 2012). Tanah

Padi gogo harus dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.Sedangkan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 – 30 cm (Perdana, 2011).

Struktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo ialah struktur tanah yang remah.Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak.Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P, keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami kekahatan Zn (Perdana, 2012) . Botani Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)

Menurut Steenis (1997) dalam Astuti (2006), klasifikasi Teki adalah sebagai berikut:

(58)

Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus rotundusL.

C.rotundus adalah teki tahunan yang memiliki ciri khas tumbuh rendah, perbungaan berwarna coklat kemerah-merahan terdapat di ujung batang, mempunyai 2-4 braktea yang bentuknya menyerupai daunnya, buliran tersusun berselang-seling sedikit tumpang tindih, berumbi dan mempunyai rimpang, rimpangnya dapat mencapai kedalaman 15 cm dalam tanah dan dapat membentuk tunas-tunas baru (Nasution, 1986).

C.rotundus tumbuh dominan di perkebunan karet, terdapat di tanah alluvial atau podsolik yang lembab atau agak kering dengan suasana terbuka atau sedikit ternaung, daerah penyebarannya meliputi 0-1000 m di atas permukaan laut.Di luar perkebunan karet, rumput ini juga sering terdapat di ladang, tepi jalan, tepi sungai/tebing berpasir dan di pekarangan berpasir (Nasution, 1986).

(59)

Syarat Tumbuh Iklim

Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan atau di lahan pertanian. Tumbuhan ini merupakan gulma yang susah diberantas (Wijaya, 2006 dalam Izah 2009).

Tanah

Tanaman teki tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, banyak tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.Pada umumnya teki tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu kering, di ladang dan kebun (Sudarsono dkk, 1996 dalamAstuti, 2006).

Preferensi

Pengertian preferensi / non preferensi ialah disukai atau tidak disukainya suatu tanaman oleh serangga sebagai tempat bertelur, berlindung, sebagai makanannya atau kombinasi dari ketiganya (Painter, 1951).

Serangga juga akan melakukan pemilihan dalam mencari inangnya, proses pemilihan inang oleh serangga ini dilakukan dengan beberapa cara seperti melalui penglihatan (visual), penciuman (olfaktori), pencicipan (gustatori) dan perabaan (taktil) (Sodiq, 2009).

(60)

b. Pencarian inang (host finding); pada umumnya mempergunakan mekanisme sensorik jarak panjang yang melibatkan tanggap penglihatan dan penciuman. c. Pengenalan inang (host recognition); serangga menerima rangsangan dengan

menggigit tanaman.

d. Penerimaan inang (host acceptance) ; adanya bahan kimia yang berbeda yang dikandung inang akan mengatur proses pakan serangga.

e. Kesesuaian inang (host suitability) ; tanaman yang memiliki nilai gizi dan tidak mengandung senyawa racun akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan serangga.

(Metclaf & Luckman, 1975).

(61)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativaL.) merupakan komoditas penting dan menempati urutan pertama di Indonesia. Bahan pangan ini mengandung 8 g protein dan 73 g karbohidrat dalam setiap 100 g. Sebagai bahan pangan utama, kesinambungan produksi sangat dibutuhkan agar kualitas dan kuantitasnya tetap terjaga. Selain itu peningkatan teknologi, perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya, dan pasca panen perlu dilakukan secara berkesinambungan agar produksi padi terus berlanjut (Kastanja, 2011).

Produksi padi di Sumatera Utara selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Produksi padi tahun 2012 sebesar 3,72 juta ton gabah kering giling, tahun 2013 naik sebesar 0,32% (11.735 ton) namun di tahun 2014 produksi padi turun sebesar 2,64% (98.281 ton) dibanding tahun 2013 (BPS Sumatera Utara, 2015).

Upaya peningkatan produksi padi masih banyak mengalami kendala.Salah satu kendala utama dalam budidaya padi adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu OPT yang penting pada tanaman padi adalah wereng batang coklatNilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae). Kerusakan yang ditimbulkan oleh wereng batang coklat bahkan mampu mengakibatkan terjadinya gagal panen (Setyorini et al., 2013).

(62)

Selanjunya dilaporkan pada tahun 1982/1983 terjadi lagi ledakan wereng coklat biotipe 3 dan biotipe Sumatera Utara (Nurbaeti et al., 2010).

Pada periode 1970-1980, luas serangan wereng batang coklat mencapai 2,5 juta ha. Peristiwa ledakan wereng batang coklat ini juga terjadi sekitar tahun 1985-1986 setelah Indonesia berswasembada beras pada tahun 1984.Implementasi Inpres No. 3 Tahun 1986 menyebabkan secara drastis luas serangan wereng batang coklat menurun sejak akhir tahun 1980-an sampai 5 tahun yang lalu. Peningkatan serangan hama wereng batang coklat kembali terjadi pada musim hujan 2009/2010 dan permulaan musim kemarau 2010 di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sejak tahun 2000-an peningkatan serangan hama wereng batang coklat ini juga terjadi di beberapa negara di Asia(Meilin& Hayata, 2012).

Wereng batang coklat hanya terdapat pada padi dan padi liar (Oryza parennis dan Oryza spontanea) (Nurbaeti et al., 1010).Namun,setelah

panen atau tidak ada tanaman padi, ternyata wereng coklat dapat hidup pada rumput-rumputan seperti Cyperus rotundus (Baehaki, 1993). Hal ini berarti rumput teki (C. rutundus) berpotensi menjadi inang alternatif sehingga saat musim tanam berikutnya hama ini akan selalu ada dan menjadi ancaman dalam budidaya padi.

(63)

preferensi suatu hama terhadap varietas yang diuji, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas menjadi inang utama atau sebagai inang alternatif. Makin tinggi tingkat preferensi suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak(Muzaholic, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan uji preferensi terhadap hama N.lugens pada tanamanpadi sawah, padi gogo dan rumput teki di rumah kasa guna melihat tanaman inang utama dan gulma yang berpotensi menjadi inang alternatif, sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuitingkat preferensihama wereng batang coklat (N.lugens)pada tanaman padi gogo, padi sawah dan rumput teki di lapangan.

Hipotesa Penelitian

- Ada perbedaan tingkat kesukaan hama wereng batang coklat terhadap tanaman padi sawah, padi gogo dan rumput teki.

- Hama wereng batang coklat (N.lugens)diasumsikan lebih menyukai tanaman padi sawah daripada padi gogo dan rumput teki.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

(64)

ABSTRACT

SANTI FIORA SINAGA, 2015. “The preferences test of Brown Planthopper (Nilaparvata lugens Stal.)on Irrigated paddy field, Nonirrigated paddy field and Sedges (Cyperus rotundus L.) at Screenhouse.” Supervised by Marheni and Mukhtar Iskandar Pinem. The objectives of this research was study the preference of feeding activity of brown planthopper (N. lugens) on irrigated paddy field, nonirrigated paddy field and sedges (C. rotundus) in field. This research was held at screenhouse in Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara fromJuni to August 2015. This research used a non factorial Block Randomized Design method with 3 treatments, namely: Irrigated paddy field, nonirrigated paddy field and sedges with 9 replications. The result showed that the highest population of adults wereon Irrigated paddy field treatment (±6.00) and the lowest (±1.11) was on sedges treatment. The highest population of nymph was on Irrigated paddy field treatment (±25.56) and the lowest on sedgestreatment (±0.00). The highest attact percentage of N. lugens was on treatment Irrigated paddy field treatment(33.65%) and followed by nonirrigated paddy field treatment(8.51%) and the lowest on sedges) treatment (1.17%).

(65)

ABSTRAK

SANTI FIORA SINAGA, 2016.“Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus roduntusL.) di Rumah Kasa” di bawah bimbingan Marheni dan Mukhtar Iskandar Pinem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi makan hama wereng batang coklat (N. lugens) pada tanaman padi sawah, padi gogo dan rumput teki (C. rotundus) di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara padabulan Juni sampai Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu: Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki dengan 9 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi imago tertinggi pada perlakuan Padi Sawah (±6.00) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (±1.11). Populasi nimfa tertinggi terdapat pada perlakuan Padi Sawah (±25.56) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (±0.00). Kemudian persentase serangan hama N. lugens tertinggi terdapat pada perlakuan Padi Sawah (33.65%) setelah itu diikuti perlakuan Padi Gogo (8.51%) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (1.17%).

(66)

UJI PREFERENSI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) PADA TANAMAN PADI SAWAH, PADI GOGO DAN RUMPUT TEKI

(Cyperus rotundus L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH:

SANTI FIORA SINAGA 110301039

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(67)

UJI PREFERENSI WERENG BATANG COKLAT (Nilaparvata lugens Stal.) PADA TANAMAN PADI SAWAH, PADI GOGO DAN RUMPUT TEKI

(Cyperus rotundus L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH:

SANTI FIORA SINAGA 110301039

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

Skripsi Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

(68)

Judul : Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) di Rumah Kasa

Nama : Santi Fiora Sinaga

NIM : 110301039

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Marheni, MP Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr Ketua Anggota

Diketahui Oleh :

(69)

ABSTRACT

SANTI FIORA SINAGA, 2015. “The preferences test of Brown Planthopper (Nilaparvata lugens Stal.)on Irrigated paddy field, Nonirrigated paddy field and Sedges (Cyperus rotundus L.) at Screenhouse.” Supervised by Marheni and Mukhtar Iskandar Pinem. The objectives of this research was study the preference of feeding activity of brown planthopper (N. lugens) on irrigated paddy field, nonirrigated paddy field and sedges (C. rotundus) in field. This research was held at screenhouse in Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara fromJuni to August 2015. This research used a non factorial Block Randomized Design method with 3 treatments, namely: Irrigated paddy field, nonirrigated paddy field and sedges with 9 replications. The result showed that the highest population of adults wereon Irrigated paddy field treatment (±6.00) and the lowest (±1.11) was on sedges treatment. The highest population of nymph was on Irrigated paddy field treatment (±25.56) and the lowest on sedgestreatment (±0.00). The highest attact percentage of N. lugens was on treatment Irrigated paddy field treatment(33.65%) and followed by nonirrigated paddy field treatment(8.51%) and the lowest on sedges) treatment (1.17%).

(70)

ABSTRAK

SANTI FIORA SINAGA, 2016.“Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus roduntusL.) di Rumah Kasa” di bawah bimbingan Marheni dan Mukhtar Iskandar Pinem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi makan hama wereng batang coklat (N. lugens) pada tanaman padi sawah, padi gogo dan rumput teki (C. rotundus) di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara padabulan Juni sampai Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu: Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki dengan 9 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi imago tertinggi pada perlakuan Padi Sawah (±6.00) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (±1.11). Populasi nimfa tertinggi terdapat pada perlakuan Padi Sawah (±25.56) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (±0.00). Kemudian persentase serangan hama N. lugens tertinggi terdapat pada perlakuan Padi Sawah (33.65%) setelah itu diikuti perlakuan Padi Gogo (8.51%) dan terendah pada perlakuan Rumput Teki (1.17%).

(71)

RIWAYAT HIDUP

Santi Fiora Sinaga lahir di Ambarita, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 04 Januari 1994 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari Ayah K. Sinaga dan Ibu R. Munthe.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Swasta Assissi Siantar dan pada tahun yang sama diterima dan terdaftar di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester VII tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat Hama dan Penyakit Tanaman.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) (2011 – 2015). Pernah menjadi asisten beberapa laboratorium, yaitu Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub – Hama (2015), Pestisida dan Teknik Aplikasi (2015), Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Sub – Hama (2015) dan Pengelolaan Hama Terpadu (2015).

(72)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Uji Preferensi Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Pada Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo dan Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) di Rumah Kasa”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Orangtua penulis, Ayah K. Sinaga (Alm) dan Ibu R. Munthe serta ketiga saudara penulis Erfan P. Sinaga, Natal Boris B. Sinaga dan Basa Marina Sinaga yang telah member dukungan materi dan doanya kepada penulis. Kepada Ibu Dr. Ir. Marheni, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan member masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. Kepada Paman M. Saragih dan keluarga yang telah membantu penulis selama penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar dan pegawai program studi Agroekoteknologi, kepada Eko Sihite, Hotmanil Hsb., bang Ricky, Hendri, Yehezkiel, Josua, Ulin, Erick dan Herliza yang telah membantu selama penelitian dan semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(73)

DAFTAR ISI

Hama Wereng Batang Coklat (NilaparvatalugensStal.) ... 4

Biologi Hama ... 4

Gejala Serangan. ... 6

Faktor - faktor yang mempengaruhi hama ... 8

Pengendalian Hama ... 10

Botani Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) ... 15

Syarat Tumbuh ... 17

Iklim ... 17

Tanah ... 17

(74)

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Persiapan Media Persemaian ... 20

Persiapan MediaTanam Permanen ... 20

Penanaman Benih ... 21

Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara di Rumah Kasa ... 23

Populasi Imago N. lugens ... 23

Populasi Nimfa N. lugens ... 24

Gejala Serangan N. lugens ... 24

Persentase Daun/Batang Terserang (%) ... 24

Intensitas Serangan N. lugens (%) ... 24

(75)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1 Skala Kerusakan Tanaman... 25

2 Rataan Populasi Imago N. lugens pada setiap perlakuan... 26

3 Rataan Populasi Nimfa N. lugens pada setiap perlakuan... 27

4 Rataan Persentase Serangan N. lugens pada setiap perlakuan... 30

(76)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Telur N. lugens... 4

2. Nimfa N. viridula... 5

3. Imago N. viridula... 6

4. Gejala serangan N. viridula... 29

(77)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian... 36

2. Deskripsi Benih Padi Sawah... 37

3. Deskripsi Benih Padi Gogo... 38

4. Suhu dan kelembaban udara selama 26 hari... 39

5. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 1)... 39

6. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 2)... 40

7. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 3)... 41

8. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 4)... 42

9. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 5)... 43

10. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 6)... 44

11. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 7)... 45

12. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 8)... 45

13. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 9)... 46

14. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 10)... 47

15. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 11)... 48

16. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 12)... 48

17. Jumlah populasi imago N. lugens (Pengamatan 13)... 49

18. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 5)... 50

19. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 6)... 51

20. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 7)... 52

(78)

24. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 11)... 56

25. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 12)... 57

26. Jumlah populasi nimfa N. lugens (Pengamatan 13)... 58

27. Persentase daun/batang yang terserang hama N. lugens... 59

28. Intensitas Serangan N.lugens... 60

Gambar

Tabel 15. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 5)
Tabel 16. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 6)
Tabel 17. Data jumlah nimfa N. lugens pada setiap perlakuan (Pengamatan 7)
Tabel 1. Skala Kerusakan Tanaman Nilai Skala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dapatan kajian menunujukkan sebelum menggunakan pendekatan projek gaya pengajaran utama yang digunakan oleh guru-guru adalah nilai min tertinggi iaitu gaya

Hasil penelitian menunjukkan semua hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 054938 Alur Dua Sei Lepan yang diajar dengan

(ii) timbul daripada pencemaran atau kontaminasi harta yang tidak dilindungi oleh Sijil ini. dengan syarat liabiliti maksimum Syarikat tidak boleh melebihi jumlah tercatat

dengan sistem penambahan tekanan udara melalui penghasilan alat Wiz merupakan salah satu cara untuk meninggikan kecekapan isipadu dapat meningkatkan kuasa keluaran enjin pada

Mata kuliah ini dimaksudkan untuk pembentukan kompetensi utama dengan materi tentang pengantar struktur komputer, sistem organisasi komputer, memori komputer, modul

This paper describes the combination of multi-data in stratifying the natural evergreen broadleaved tropical forest of the Central Highlands of Vietnam. The

Bentuk pernyataan yang digunakan untuk memberikan nilai ke variabel yang telah dideklarasikanatau didefinisikan :2. Pernyataan diatas sering disebut

The experiments performed and discussed in the paper let us evaluate the effective contribution of texture information, and compare the most suitable vector components and metrics