DAFTAR PUSTAKA
Ali, H Zainuddin. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009
Amari, Mohammad dan Asep N. Mulyana. Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi. Semarang : Aneka Ilmu, 2010
Djumialdji (1). Hukum Bangunan, Jakarta: Rineka Cipta, 1996
__________(2). Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Fuady, Munir. Kontrak Pemborongan Mega Proyek. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998
___________. Hukum kontrak. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. 2001
H. S, Salim. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2003
_________. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Cet.II. Jakarta: Sinar Grafika, 2004
Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Jusuf, Tony dan Erna Himawati. Memahami Kontrak Kerja Membangun Rumah. Jakarta: Penebar Swadaya, 2007
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. 4, (Jakarta: Balai Pustaka,1995)
Malik, Alfian. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Yogyakarta: Andi, 2010
Mukumoko, J.A. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1986
Rusli, Hardijan. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Simamora, Y. Sogar. Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia).Surabaya: Kantor Hukum “Wins & Partners”. Cetakan kedua. 2013
Subekti, R. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1987
________. Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Pembangunan, Cet.1. Yogyakarta: Liberty, 1982
Cetakan ke – 11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Syaifuddin, Muhammad. Hukum Kontrak, Bandung: CV. Mandar Maju, 2012
Toelle, Marthen H. Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah di Indonesia. Salatiga: Griya Media, 2011
Yasin, Nazarkhan. Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi. Jakarta: Gramedia
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
- Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
- Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 jo. Perpres Nomor 70 Tahun 2012
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
WEBSITE
Aldian Harikhman, “Prosedur Pembuatan Perjanjian Pemborongan Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Pengadaan Langsung”,
Apit Nurwidijanto, “ Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada PT. Purikencana Mulyapersada Di Semarang ”, Program pasca sarjana, (S emarang ; Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2007),eprints.undi p.ac.id/15371/1/Apit_Nurwidiyanto.pdf
Audia Novrita, “Makalah Hukum Perjanjian”,
, diakses pada tanggal 5 Februari 2014.
95
Buku Induk Kestatistikan Pekerjaaan Umum, http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/B-BIK-PU005670001-1113200745950. Januari 2014.
Eko Bayu Priawan, “Pengertian serta cara pendirian PT dan CV”,
Evaluasi Pembentukan Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hihir Kabupaten Tana Tidung, 10 januari 2014.
Ghilman Azim Nugraha, “Pengertian CV”, Kontraktor,
Khalid Mustafa, “Matriks Perbedaan Antara Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun
2011 (Perubahan Pertama)”, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 (Perubaha n Kedua),
Meta Dewi Subakti, “Metode Penelitian Hukum Normatif”,
pada tanggal 17 Januari 2014.
NJ Kontraktor “Jasa kontraktor”, http://njkontraktor.com/dunia-konstruksi/jasa-kontraktor/, diakses pada tanggal 16 Februari 2014.
Nurul Muslimah Kurniati, “Pengertian dan Arti Penting Kontrak”,
kontrak.html diakses 28 Januari 2014.
Patricia Paramita, “Hukum Perikatan dalam Jasa Konstruksi”,
Robaga Gautama Simanjuntak, “Prosedur, Cara dan Syarat Pendirian CV Serta UD”,
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/9511/1/10E00273.pdf
Tio & Partners, “Penjelasan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi”, http://tionpartner s.wordpress.com/category/uncategorized/, diakses t 2014.
BAB III
TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
(KONTRAK) PEMBORONGAN
A. Pengertian Perjanjian Pemborongan
Dalam penulisan skripsi ini digunakan secara bersama-sama atau secara
berganti-ganti masing-masing istilah “konstruksi” dan “pemborongan”.
Sungguhpun barangkali jika dikaji-kaji ada perbedaan di antara kedua istilah
tersebut. Tetapi dalam teori dan praktek hukum, kedua istilah tersebut dianggap
sama, terutama jika dikaitkan dengan istilah “hukum/kontrak konstruksi” atau
“hukum/kontrak pemborongan”. Karena itu, dalam tulisan ini, kedua istilah
tersebut digunakan untuk arti yang sama. Walaupun begitu, sebenarnya istilah
“pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas dengan istilah “konstruksi”.
Sebab, dengan istilah “pemborongan” dapat saja berarti bahwa yang diborong
tersebut bukan hanya konstruksinya (pembangunannya), melainkan dapat juga
berupa “pengadaan” barang saja (procurement).56
KUH Perdata vide Pasal 1601 b memberi arti pada kontrak pemborongan
sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, yaitu kontraktor
mengikatkan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk pihak lain yaitu
bouwheer, dengan harga yang telah ditentukan. Dari definisi itu terlihat bahwa KUH Perdata keliru memandang kontrak konstruksi atau kontrak pemborongan
sebagai suatu jenis kontrak unilateral, dimana seolah-olah hanya pihak kontraktor
56
yang mengikatkan diri dan harus berprestasi. Padahal dalam perkembangannya
saat ini, baik pihak kontraktor maupun pihak bouwheer saling mengikatkan diri,
dengan masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri.57
KUH Perdata Indonesia tidak banyak mengatur tentang perjanjian
pemborongan pekerjaan ini. Yaitu hanya terdapat dalam 14 pasal saja, mulai dari
Pasal 1601b dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617. Namun demikian,
sungguhpun singkat dan kelihatan sederhana sekali, tentunya KUH Perdata
tersebut berlaku sebagai hukum positif di lndonesia.58
Perjanjian pemborongan pada KUH Perdata itu bersifat pelengkap artinya
ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dapat digunakan
oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian
pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian
pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan.
Perlu ditegaskan bahwa
ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan didalam KUHPerdata berlaku baik
bagi perjanjian pemborongan pada proyek swasta maupun pada
proyek-proyek pemerintah.
59
Karena ketentuan dalam KUH Perdata yang menyangkut perjanjian
melakukan pekerjaan, khususnya mengenai pemborongan bangunan itu hanya
memuat beberapa ketentuan saja mengenai hak-hak dan kewajiban para pihak
dalam pemborongan, maka banyak hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
pemborongan lalu diatur dalam peraturan standar sebagaimana yang tercantum
57 Ibid. 58
Ibid. Hal. 26. 59
42
dalam AV (Algemene Voorwaarden voor de uitvoering bij anneming van
openbare werkwen in Indonesia) tahun 1941 tentang syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan di Indonesia. Kemudian hal ini diatur pula
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang kemudian dicabut dan digantikan
dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang kemudian disempurnakan dengan Perpres Nomor 35 Tahun
2011 dan Perpres Nomor 70 Tahun 2012. Lahirnya undang-undang ini
sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan iklim usaha, yang
mendukung peningkatan daya saing secara optimal dalam rangka tercapainya
pembangunan nasional.
Adapun perjanjian pemborongan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003
dikenal dengan istilah jasa pemborongan. Jasa Pemborongan adalah layanan
pekerjaan pelaksanaan kontruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis
dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan
Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat
Pembuat Komitmen. Sedangkan dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 terjadi
perubahan nama jasa pemborongan menjadi pekerjaan konstruksi. Pekerjaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Perubahan nama ini
dilakukan agar sejalan dengan International Best Practice.60
Menurut Wikipedia ensiklopedia , konstruksi diartikan sebagai suatu
kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur
atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai sebuah bangunan atau
satuan infrastrukstur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun
kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya
konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain
yang berbeda.61
Kontrak kerja konstruksi atau kontrak pemborongan meliputi tiga bidang
pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada prinsipnya,
pelaksaaan masing-masing jenis pekerjaan ini harus dilakukan oleh penyedia jasa
secara terpisah dalam suatu pekerjaan konstruksi/pemborongan. Tujuannya adalah
untuk menghindari konflik kepentingan. Dengan demikian tidak dibenarkan
adanya perangkapan fungsi, misalnya pelaksana konstruksi merangkap konsultan
pengawas atau konsultan perencana merangkap pengawas. pengecualian terhadap
prinsip ini dimungkinkan untuk pekerjaan yang bersifat kompleks, memerlukan
teknologi canggih serta mengandung resiko besar, seperti pembangunan kilang
minyak, pembangkit tenaga listrik dan reaktor nuklir.
62
60
Khalid Mustafa. “Matriks Perbedaan Antara Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2010, Perpres No. 35 Tahun 2011 (Perubahan Pertama)”, dan Perpres No. 70 Tahun 2012 (Perubahan Kedua),
61
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi. Semarang : Aneka Ilmu, 2010. Hal. 15.
62
44
Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama di bidang fisik, harus
pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi
nasional yang handal dan profesional, diharapkan dapat menggairahkan iklim
usaha yang kompetitif dan berdaya saing sekaligus juga dapat memaksimalkan
penggunaan jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi. Dengan
semakin banyak pengguna jasa konstruksi menggunakan usaha jasa konstruksi
nasional, maka secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan
penerimaan dan penghematan usaha devisa negara, serta memberikan lapangan
usaha dan kesempatan kerja.63
Didalam UU No. 18 Tahun 1999 terdapat asas-asas pengaturan jasa
konstruksi atau pemborongan, yaitu :64
1. Asas kemitraan, yang mengandung pengertian bahwa sesuatu yang
diharapkan dapat diwujudkan dengan keterkaitan yang makin erat dalam satu kesatuan baik, antara pengguna jasa dengan penyedia jasa ataupun sebaliknya.
2. Asas kejujuran dan keadilan, yang mengandung pengertian kesadaran akan
fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konstruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya.
3. Asas manfaat, yang mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa
konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional.
4. Asas keserasian, yang mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan
pekerjaan pemborongan harus berlandaskan pada prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya. Pengguna jasa dalam menetapkan jasa wajib memenuhi asas ini, untuk menjamin terpilihnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proporsional dalam kesempatan kerja pada penyedia jasa.
5. Asas kemandirian, yang mengandung pengertian tumbuh dan
berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional.
63
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op. Cit. Hal. 15. 64
6. Asas keterbukaan, yang mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai kekurangan dan penyimpangan.
7. Asas keamanan dan keselamatan, yang mengandung pengertian
terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.
B. Jenis-jenis perjanjian pemborongan
Berdasarkan Pasal 50 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 kontrak
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian pemborongan dibagi
atas beberapa jenis.
Dilihat dari bentuk imbalannya, maka kontrak pengadaan barang/jasa dapat
dibedakan dalam 5 (lima) jenis, yaitu :65
a. Lump sum, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.
b. Harga satuan, yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
c. Gabungan Lump sum dan harga satuan, yaitu kontrak yang merupakan
gabungan Lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Terima jadi (turn key) adalah kontrak pengadaan barang/jasa
pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/kontruksi, peralatan dan jaringan utama maupun
65
46
penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
e. Persentase, yaitu kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang
konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.
Sedangkan ditinjau dari jangka waktu pelaksanaannya, maka kontrak
pengadaan barang/jasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :66
a. Tahun tunggal, yaitu kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran untuk masa 1(satu) tahun anggaran.
b. Tahun jamak, yaitu kontrak pelaksaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran untuk masa lebih dari 1(satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh:
- Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN,
- Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Provinsi,
- Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD
Kabupaten/Kota.
Ditinjau dari jumlah pengguna barang/jasa, maka dapat dibedakan dalam 3
(tiga) jenis, yaitu :67
a. Kontrak pengadaan tunggal, yaitu kontrak antara satu unit kerja atau satu
proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Kontrak pengadaan bersama, yaitu kontrak antara beberapa unit kerja atau
beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.
c. Kontrak Payung (Framework Contract), yaitu merupakan kontrak harga
satuan antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/ Institusi lainnya.
C. Para Pihak dalam Perjanjian Pemborongan
Mariam Darus Badrulzaman mengartikan perjanjian pemborongan
bangunan merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu (kontraktor)
66
Ibid. Hal. 114-115. 67
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, yang
memborongkan (aanbesteder, pemberi tugas) dengan menerima suatu harga yang
ditentukan. Dalam pemborongan bangunan, disamping pihak yang
memborongkan/pemberi tugas (bouwheer, principal) dan pihak pemborong
(kontraktor, aanmener), dapat juga turut serta pihak-pihak lain seperti tenaga ahli
(arsitek), yaitu perancang, perencana, penaksir biaya, pekerja bangunan, dan
pengawas pekerja bangunan.68
Berbeda dengan perjanjian-perjanjian khusus lainnya perjanjian
pemborongan bangunan mengenal selera para pihak dalam perjanjian, juga
mengenal personalia/peserta perjanjian yang tidak merupakan pihak dalam
perjanjian pemborongan namun mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan
perjanjian.69 Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan itu disebut peserta dalam perjanjian pemborongan yang terdiri dari
unsur-unsur : 70
1. Yang memborongkan (bouwheer/aanbesteder/kepala kantor/satuan kerja/
pemimpin proyek/pemberi tugas).
2. Pemborong (rekanan, aannemer, contractor).
3. Perencana (arsitek).
4. Pengawas (direksi).
Ad.1. Yang memborongkan (bouwheer/aanbesteder/kepala kantor/satuan
kerja/pemimpin proyek/pemberi tugas).
68
Ibid. Hal. 104. 69
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Pembangunan, Cet.1. Yogyakarta: Liberty, 1982. Hal. 65.
70
48
Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah
ataupun swasta. Sipemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan
bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan
syarat-syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh instansi pemerintah,
direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi
pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian kerja.71
Hubungan hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak
pemborong diatur sebagai berikut :72
Dalam Pasal 12 Perpres No.54 Tahun 2010, disebutkan bahwa pihak yang
memborongkan/ pengguna jasa (dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen) harus
memenuhi persyaratan yakni :
a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.
c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Pemborongan/ Kontrak.
73
71 Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Op. Cit. Hal. 68. 72
Djumialdji (1). Op. Cit. Hal. 29. 73
Pasal 12 Perpres No. 54 Tahun 2010. a. memiliki integritas;
b. memiliki disiplin tinggi;
c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas;
d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
e. menandatangani Pakta Integritas;
Sedangkan yang menjadi tugas pihak yang memborongkan (pengguna jasa)
terdapat dalam Pasal 8 dan Pasal 11 Perpres No.54 Tahun 2010 yakni sebagai
berikut:74
a. Menyusun perencanaan pengadaan jasa;
b. Mengangkat panitia/pejabat pengadaan jasa;
c. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai
peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;
d. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal,
tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun panitia pengadaan;
e. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat
pengadaan sesuai kewenangannya;
f. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia jasa sesuai
ketentuan yang berlaku;
g. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak
penyedia jasa;
h. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan jasa kepada pimpinan
instansinya;
i. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
j. Menyerahkan aset hasil pengadaan jasa dan aset lainnya kepada Menteri,
Panglima TNI/Kepala Polri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota, Dewan Gubernur BI, Pemimpin BHMN, Direksi BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;
k. Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan jasa
dimulai;
l. Pengguna jasa dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia
jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBN/APBD;
m. Pengguna jasa bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan
dan fungsional atas pengadaan jasa yang dilaksanakan.
Ad. 2. Pemborong (rekanan, aannemer, contractor).
Pemborong adalah pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
dengan dokumen-dokumen perencana yang telah disiapkan dalam rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan menerima imbalan pembayaran
74
50
menurut jumlah yang telah ditetapkan.75
Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi
karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai
pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong
dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain
yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus.
Pemborong dapat berbentuk perorangan
ataupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta.
76
Persyaratan bagi pemborong/penyedia jasa konstruksi untuk ikut serta
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam Pasal 11 Keppres No. 80
Tahun 2003 jo. Pasal 19 Pepres No. 54 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:77
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manejerial
untuk menyediakan barang/jasa;
c. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;
d. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
e. Sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir, dibuktikan dengan melampirkan footokopi tanda bukti terima penyampaian Surat Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak (SPP) PPh Pasal 29;
f. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh
pekerjaan menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
g. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;
75
Aldian Harikhman. “Prosedur Pembuatan Perjanjian Pemborongan Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Pengadaan Langsung”
76
Apit Nurwidijanto. “Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada PT. Purikencana Mulyapersada Di Semarang”, Program pasca sarjana, (Semarang;Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2007), eprints.undip.ac.id/15371/1/Apit_Nurwidiyanto.pdf, diakses pada tanggal 5 Februari 2014.
77
h. Tidak masuk dalam daftar hitam;
i. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos;
j. Khusus penyedia barang/jasa perorangan persyaratan sama dengan di
atas kecuali huruf “f”.
Selain itu terdapat larangan-larangan untuk pihak pemborong/kontraktor
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (8) Keppres No. 80 Tahun 2003, yaitu:78
a. Pegawai negeri, pegawai BI, pengawas BHMN, BUMN atau BUMD
dilarang menjadi penyedia jasa (pemborong) kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan negara, BI, BHMN, BUMN atau BUMD.
b. Penyedia jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi penyedia jasa.
c. Terpenuhinya persyaratan penyedia jasa dinilai melalui prakualifikasi
atau pascakualifikasi oleh panitia/pejabat pengadaan.
Ad. 3. Perencana (arsitek).
Tugas perencanaan dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh orang
yang ahli yaitu arsitek atau insinyur (engineer). Arsitek adalah seseorang yang
ahli dalam membuat rancangan bangunan dan yang memimpin konstruksinya. 79
78
Ibid. Hal. 96. 79
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4,(Jakarta: Balai Pustaka,1995).
Meskipun perencana tidak merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan
namun mempunyai peranan yang penting dalam perjanjian ini. Perencana dapat
dari pihak pemerintah ataupun swasta (konsultan perencana). Perencana
merupakan peserta namun bukan merupakan pihak dalam perjanjian. Perencana
hanya mempunyai hubungan hukum dengan si pemberi kerja yang ditentukan atas
dasar perjanjian tersendiri, diluar perjanjian pemborongan. Hubungan kerja antara
52
bertindak sebagai penasehat dan sebagai wakil boowheer dan melakukan
pengawasan mengenai pelaksanaan pekerjaan.80
Adapun tugas perencana yaitu :81
a. Sebagai penasihat
Di sini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas dengan perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan perencana.
b. Sebagai wakil
Di sini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).
Sebagai wakil atau si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu (Pasal 1814 KUH Perdata). Perencana dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substitusi. Tentang substitusi itu dalam pasal 1803 KUH Perdata ditentukan sebagai berikut:
Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya.
1) Jika ia tidak diberikan hak untuk menunjuk orang lain sebagai
penggantinya.
2) Jika hak itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan seseorang
tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seseorang yang tak cakap atau tak mampu.
Ad.4 Pengawas (direksi).
Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong. Di
sini pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi seluruh kegiatan
pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan,
pelaksanaan pekerjaan serta pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum
80
J. A Mukumoko. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1986, Hal. 2.
81
penyerahan.82 Selain itu, pada waktu pelelangan pekerjaan dilangsungkan,
Pengawas (direksi) bertugas sebagai panitia pelelangan. Adapun tugas dari panitia
pelelangan yaitu :83
- Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan;
- Memberi penjelasan mengenai RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)
untuk pemborongan-pemborongan/pembelian dan untuk membuat berita acara penjelasan;
- Melaksanakan pembukuan surat penawaran dan membuat berita acara
pembukuan surat penawaran;
- Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta
membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.
Hubungan hukum antara direksi dengan pihak yang memborongkan
dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata),
yang diatur sebagai berikut :84
1. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.
2. Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa, dimana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan (pemerintah) sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi (swasta).
3. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
D. Prosedur Perjanjian Pemborongan
Dalam proses pemborongan bangunan terdapat kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan bangunan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan fase yang mendahului terjadinya
perjanjian. Adapun dari ke empat fase yang harus dilalui adalah sebagai berikut 85
82
Djumialdji (1) . Op. Cit. Hal. 34. 83 Djumialdji (2) . Op. Cit. Hal. 12.
84
Djumialdji (1) . Op. Cit. Hal. 34. 85
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Op. Cit. Hal. 8.
54
1. Pemberitahuan/pengumuman secara umum atau secara terbatas tentang
adanya pelelangan pekerjaan. Penjelasan mengenai pekerjaan sesuai dengan bestek dan persyaratan-persyaratan pekerjaan.
2. Persyaratan prakualifikasi, kualifikasi dan klasifikasi terhadap
pemborong
3. Pemenuhan jaminan yang diwajibkan dalam pemborongan bangunan
4. Pelelangan dan pelulusan.
4.1.
Pengumuman tentang adanya pelelangan umum atau terbatas memuat
petunjuk-petunjuk dimana bestek harus diambil, dimana penjelasan tentang
pekerjaan akan disampaikan, yang memungkinkan adanya penambahan ataupun
perubahan terhadap bestek yang telah disusun, dimana tempat lokasi proyek atau
pekerjaan, dimana tempat pendaftaran dan batas waktu pendaftaran, dimana dan
kapan saat pelelangan akan diadakan. Pengumuman dan pemberian penjelasan
86
Bestek adalah uraian tentang pekerjaan
yang disertai gambar-gambar dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan pekerjaan pemborongan tersebut.87
4.2.
Pemborong yang berminat untuk melaksanakan pekerjaan tersebut setelah
memenuhi persyaratan yang diwajibkan dapat mendaftarkan secara tertulis yaitu
melakukan penawaran secara tertulis dengan mengingat batas waktu yang telah
disebutkan dalam pengumuman, untuk kemudian ikut dalam pelelangan (tender).
4.2.1 Prakualifikasi Pemborong
Persyaratan prakualifikasi, kualifikasi dan klasifikasi terhadap pemborong
Sebelum ditentukan pemborong mana yang dipilih untuk mengerjakan
proyek-proyek pemerintah, terlebih dahulu haruslah dilakukan prakualifikasi
terhadap calon-calon pemborong yang ada. Perbuatan prakualifikasi ini
86
Ibid. Hal. 9. 87
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar perusahaan, baik yang
berbentuk badan hukum, maupun yang tidak bentuk badan hukum dimana mereka
mempunyai usaha pokok berupa pelaksanaan pekerjaan pemborongan, konsultasi,
dan pengadaan barang/jasa lainnya. Prakualifikasi diselenggarakan oleh suatu
panitia yang di daerah dikepalai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang
bersangkutan.88 Cara penilaian dilakukan dengan pengisian questionnaire yang
harus diisi oleh pemborong yang memuat syarat-syarat tertentu, yang ternyata
berbeda untuk daerah Provinsi yang satu dengan yang lain.89
4.2.2. Kualifikasi dan klasifikasi
Kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan
penggolongan pemborong di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman
kompetensi dan kemampuan usaha, atau penggolongan profesi keterampilan dan
keahlian kerja orang perorangan di bidang jasa konstruksi menurut
tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian.
Kualifikasi usaha di bidang jasa konstruksi/jasa pemborongan terdiri dari 3
(tiga) kategori :
a. Kualifikasi usaha besar
b. Kualifikasi usaha menengah
c. Kualifikasi usaha kecil, termasuk usaha orang perseorangan.
88
Munir Fuady. Op. Cit. Hal. 170. 89
56
Kualifikasi usaha jasa pemborongan tersebut dilakukan untuk mengukur
kemampuan badan usaha dan usaha orang perorangan untuk melaksanakan
pekerjaan menurut nilai pekerjaannya.90
Klasifikasi adalah bagian dari kegiatan registrasi untuk menetapkan
penggolongan perusahaan pemborong di bidang jasa pemborongan/konstruksi
sesuai bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan
dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa pemborongan tersebut.
Klasifikasi usaha jasa pemborongan/konstruksi terdiri dari :91
a. Klasifikasi usaha bersifat umum, diberlakukan kepada badan usaha yang
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih bidang pekerjaan. Bidang usaha jasa pemborongan yang bersifat umum ini harus memenuhi kriteria mampu mengerjakan bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain, mulai dari penyiapan lahan sampai penyerahan akhir atau berfungsinya bangunan konstruksi.
b. Klasifikasi usaha bersifat spesialis, diberlakukan kepada usaha orang
perseorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan hanya melaksanakan satu sub bidang atau satu bagian sub bidang pekerjaan. Badan usaha jasa pemborongan/konstruksi yang bersifat spesialis ini harus memenuhi kriteria mampu mengerjakan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain.
c. Klasifikasi usaha orang perseorangan yang berketerampilan kerja
tertentu, diberlakukan kepada usaha orang perseorangan yang mempunyai kemampuan hanya melaksanakan suatu keterampilan tertentu. Badan usaha jasa pemborongan ini mampu mengerjakan sub bagian pekerjaan pemborongan dan bagian tertentu bangunan konstruksi dengan menggunakan teknologi sederhana.
Pelaksanaan klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perorangan dan badan
usaha dapat dilakukan oleh asosiasi perusahaan yang telah mendapat akreditasi
dari lembaga. Tujuan diadakannya standarisasi klasifikasi dan kualifikasi jasa
pemborongan/konstruksi yaitu untuk mewujudkan standar produktifitas dan mutu
90
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op. Cit. Hal. 28. 91
hasil kerja sehingga mendorong berkembangnya tanggung jawab profesional di
antara para pihak.92
4.3.
Di dalam perjanjian pemborongan dikenal adanya 4 (empat) macam
jaminan, yaitu :
Pemenuhan jaminan yang diwajibkan dalam pemborongan bangunan
93
a. Bank Garansi/Garansi Bank/Jaminan Bank
b. Surety Bond
c. Jaminan Pemeliharaan
d. Jaminan Pembangunan/Bouw Garansi
Ad.a. Bank Garansi/Garansi Bank/Jaminan Bank
Bank garansi merupakan salah satu bentuk dari perjanjian penanggungan
(borgtocht). Pengertian borgtocht terdapat di dalam pasal 1820 KUHPerdata,
yaitu suatu perjanjian dimana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang, apabila
orang ini tidak memenuhinya.94
Dalam Bank Garansi yang bertindak sebagai penanggung adalah Bank
apabila si debitur wanprestasi. Sifat Bank Garansi adalah suatu perjanjian
tambahan (accessoir), yaitu adanya tergantung pada perjanjian pokok. Dengan
demikian Bank Garansi akan berakhir apabila perjanjian pokoknya berakhir.95
92 Ibid. Hal. 31.
93 Djumialdji (1) . Op. Cit. Hal. 128. 94
Djumialdji (2). Op. Cit. Hal. 30. 95
58
Macam-macam bank Garansi dalam Perjanjian Pemborongan:96
Dalam Surety Bond dikenal (tiga) pihak yaitu:
1) Jaminan Penawaran/Jaminan Pelelangan/Bid Bond/Tender Bond
2) Jaminan Pelaksanaan/Performance Bond
3) Jaminan Uang Muka/Pre Payment Bond/Advance Payment Bond
Ad.b. Surety Bond
Surety Bond adalah suatu perikatan jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi kerugian yang mengakibatkan kewajiban
membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin cidera
janji (wanprestasi). Dengan demikian Surety Bond merupakan perjanjian
tambahan dan bersifat accesoir terhadap perjanjian pokok, sama dengan sifat
Bank Garansi.
97
96
Djumialdji (1) . Op. Cit. Hal. 137. 97
Djumialdji (2). Op. Cit. Hal. 40.
1) Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan pihak yang dilindungi dengan jaminan Surety Bond terhadap suatu kerugian adalah instansi Pemberi Pekerjaan/ Pemilik Proyek/ Yang Memborongkan.
2) Prinsipal yaitu pihak yang berwajib memberikan prestasi serta merupakan pihak yang dijamin dengan jaminan Surety Bond, adalah Pemborong.
3) Surety Company yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk Surety Bond.
Macam-macam Surety Bond dalam Perjanjian Pemborongan:
- Jaminan Penawaran/ Bid Bond/ Tender Bond
- Jaminan Pelaksanaan/Performance Bond
- Jaminan Pembayaran Uang Muka/Advance Payment Bond
Ad.c. Jaminan Pemeliharaan/Maintenance Bond
Apabila pemborong telah menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan
perjanjian pemborongan, maka pemborong menyerahkan pekerjaannya dan
pemborong menerima pembayarannya. Namun bagi pihak pemborong masih ada
kewajiban-kewajiban untuk memelihara hasil pekerjaannya selama jangka waktu
tertentu, yang dinamakan masa pemeliharaan. Jaminan pemeliharan merupakan
sejumlah uang tertentu yakni sebesar 5% (lima persen) dari harga borongan yang
digunakan untuk menjamin kerusakan-kerusakan pada pekerjaan tersebut selama
jangka waktu tertentu. Apabila masa pemeliharaan sudah selesai, maka uang
jaminan pemeliharaan tersebut dapat diambil oleh pemborong.98
Dalam perjanjian pemborongan, pihak yang memborongkan/pemberi tugas
dapat mensyaratkan adanya pemborong peserta yang akan melanjutkan pekerjaan
jika pemborong utama tidak menyelesaikan pekerjaannya, misalnya karena
pemborong utama meninggal dunia.
Ad.d. Jaminan Pembangunan/Bouw Garansi
99
Jaminan pembangunan dapat menguntungkan pihak yang memborongkan
maupun pihak pemborong. Karena bagi pihak yang memborongkan tidak
mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan bagi pihak
pemborong tidak perlu membayar ganti rugi jika tidak dapat melanjutkan
pekerjaannya. Di dalam praktek, jaminan pembangunan ini jarang digunakan.
Jaminan pembangunan ini merupakan jaminan yang baik karena dengan adanya
jaminan ini dapat menghilangkan kemungkinan terbengkalainya suatu pekerjaan,
98
Ibid. Hal. 54. 99
60
yakni dengan adanya pihak yang akan meneruskan pekerjaannya, yaitu
pemborong peserta sehingga pekerjaan akan selesai tepat pada waktunya.100
4.4.
Dalam melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan, pejabat
pengadaan harus terlebih dahulu menetapkan metode pemilihan penyedia
barang/jasa, metode penyampaian dokumen, metode evaluasi penawaran, metode
penilaian kualifikasi dan jenis kontrak yang paling sesuai dengan pengadaan
barang/jasa yang bersangkutan. Untuk pengadaan pekerjaan pemborongan sendiri
dapat digunakan metode pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan
langsung, penunjukan langsung, atau pengadaan langsung. Pelelangan dan Pelulusan.
101
(a) Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
(b) Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang
diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
(c) Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa
melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan langsung dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.
(d) Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
(e) Pengadaan Langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa dengan
penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
100
Ibid. Hal. 56. 101
Mekanisme pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan ini harus
senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip persaingan yang sehat (fair
competition) dan transparan. Ukuran untuk menentukan pelulusan adalah penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara dan yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai calon pemenang, dengan memperlihatkan
keadaan umum dan keadaan pasar, baik untuk jangka pendek atau jangka
menengah. Dalam praktek pelaksanaan pelelangan, penentuan pelulusan
pelelangan didasarkan atas penawaran yang terendah yang dapat
dipertanggungjawabkan (the lowest responsible bid).102
E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal sebagai berikut:103
1. Pekerjaan telah selesai.
Pekerjaan telah selesai oleh pemborong setelah masa pemeliharaan selesai
atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan telah dibayar
oleh pihak yang memborongkan. Didalam perjanjian pemborongan dikenal
adanya dua macam penyerahan yaitu:
a. Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai 100%.
b. Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan
selesai.
2. Pembatalan perjanjian pemborongan.
102
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Op. Cit. Hal. 32. 103
62
Mengenai pembatalan perjanjian pemborongan, menurut Pasal 1611 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata bahwa:
“Pihak yang memborongkan, jika dikehendaki demikian, boleh menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaannya telah di mulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang terhilang karenanya.”
3. Kematian pemborong.
Menurut Pasal 1612 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa pekerjaan
berhenti dengan meninggalnya si pemborong. Pihak yang memborongkan harus
membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang telah
disediakan, demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh melanjutkan
pekerjaan tersebut tanpa izin yang memborongkan. Oleh karena itu ahli waris
dari yang memborongkan dapat melanjutkan atau membatalkan dengan kata
sepakat kedua belah pihak. Pada waktu sekarang pemborong adalah berbentuk
badan hukum, maka dengan meninggalnya pemborong, perjanjian pemborongan
tidak akan berakhir karena pekerjaan dapat dilanjutkan anggota lain dari badan
hukum tersebut.
4. Kepailitan yang dinyatakan dengan keterangan hakim.
Pailit adalah keadaan dimana debitur telah berhenti membayar
hutang-hutangnya, maksudnya tidak mampu membayar hutang atau memenuhi
prestasi.104
104
R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio. Kamus Hukum. Cet. Ke 13. Jakarta: Pradnya Paaramita, 2000. Hal. 85.
Jika pemborong jatuh pailit, maka ini berakhir terhentinya pekerjaan
yang dirugikan dapat menuntut haknya pada pemborong atau wakilnya untuk
minta ganti rugi.
5. Pemutusan perjanjian pemborongan.
Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai dalam melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan
debitur.105
Perjanjian pemborongan pekerjaan yang telah berakhir karena para pihak yang
mengadakan perjanjian sepakat dengan mengambil keputusan untuk tidak
melanjutkan apa yang telah diperjanjikan. Hal ini mungkin dengan diadakannya
persetujuan-persetujuan mengenai konsekuensi yang harus ditanggung atau
dihadapi oleh para pihak.
Dalam hal ini terjadi antara pihak pemborong dan pihak yang
memborongkan proyek. Jika pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
menurut waktu yang telah ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak
baik, maka atas gugatan dari si pemberi tugas, Hakim dapat memutuskan
perjanjian tersebut sebagian ataupun seluhnya beserta akibatnya. Akibat
pemutusan perjanjian maksudnya di sini adalah pemutusan untuk waktu yang
akan datang (ontbinding voor de toekomst), dalam arti bahwa pekerjaan yang
telah diselesaikan/dikerjakan akan tetap di bayar (nakoming van hetverleden),
namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputus.
6. Persetujuan kedua pihak
105
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS SURAT PERJANJIAN (KONTRAK)
PEMBORONGAN ANTARA DINAS KIMPRASDA ( DINAS
PERMUKIMAN DAN PRASARANA DAERAH ) LABUHANBATU
DENGAN CV. RAUT AGUNG GROUP
A. Profil Umum CV. Raut Agung Group
Sebelum menguraikan proses pelaksanaan perjanjian pemborongan antara
Dinas KIMPRASDA dengan CV. Raut Agung Group, penulis terlebih dahulu
akan mengulas sedikit tentang sejarah serta tujuan didirikannya CV. Raut Agung
Group. CV. Raut Agung Group merupakan sebuah persekutuan komanditer yang
beralamat di Jalan Flamboyan Raya No. 15 Medan. CV ini didirikan pada tanggal
18 April 1983 berdasarkan akta notaris Agoes Salim Nomor 38. Mengenai
Persekutuan Komanditer atau yang sering disebut CV menurut Pasal 19 KUHD
adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama antara
orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, serta bertanggung jawab
penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan
pinjaman dan tidak bersedia memimpin perusahaan serta bertanggung jawab
terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan itu.106
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian
CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris, bisa juga pendirian tersebut dilakukan
secara lisan. Namun pada prakteknya negara Indonesia telah menunjukkan suatu
106
kebiasaan bahwa orang mendirikan CV berdasarkan Akta Notaris (otentik). Untuk
memperkokoh posisi suatu CV, maka sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada
Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat
Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang
bersangkutan.107 Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender
pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka
dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun,
apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk
keperluan tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu :108
1. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3. Tanda Daftar Perseroan (khusus CV)
4. Keanggotaan pada KADIN Jakarta
Dalam proses menjalankan kegiatan usaha di bidang jasa pelaksana
konstruksi, CV. Raut Agung Group telah mendapatkan sertifikasi dari Gabungan
Pelaksana Kontraktor Nasional Indonesia (GAPENSI) sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 Tentang Jasa Kontruksi dan Peraturan
Pemerintah Nomor 28, 29 dan 30 Tahun 2000 Surat Keputusan Dewan Lembaga
Pengembangan Jasa Kontruksi Nasional (LPKJN) telah menetapkan bahwa CV.
107
Robaga Gautama Simanjuntak, “Prosedur, Cara dan Syarat Pendirian CV Serta UD”, diakses pada tanggal 16 Februari 2014.
108
66
Raut Agung Group termasuk golongan kecil yakni grade 4 (empat) dalam usaha
jasa pelaksana konstruksi.
Adapun pengkualifikasian golongan ini berdasarkan pengalaman (lama
badan usaha itu berdiri), jumlah tenaga ahli/terampil yang dimiliki dan jumlah
tenaga kerja serta nilai modal yang dimilikinya.109
1. Untuk kualifikasi tertinggi atau yang sering disebut golongan besar,
ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 6 atau grade 7 dimana badan usaha tersebut bisa menangani proyek dengan nilai yang tidak terbatas.
2. Golongan menengah ditujukan kepada badan usaha yang memiliki grade 5
dengan nilai proyek berkisar antara 1 – 10 Milyar.
3. Golongan kecil ditujukan untuk grade 4 – 2 dengan nilai proyek di bawah
1 Milyar.
4. Sedangkan grade 1 merupakan golongan usaha perorangan.
Tujuan dari pengklasifikasian ini hanya agar para badan usaha yang ada
dapat mengikuti tender dan mengerjakan proyek sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki sekaligus untuk menjaga kelangsungan usaha bagi golongan menengah
sampai kecil.110
109
Mohammad Amari dan Asep N. Mulyana. Op. Cit. Hal. 29.
Para pengurus CV. Raut Agung Group semuanya aktif. Dimana
pengurusnya terdiri dari tenaga-tenaga muda profesional yang berpengalaman di
dalam bidangnya. Hal ini sesuai dengan anjuran dan program pemerintah untuk
memberikan kesempatan berusaha kepada tenaga-tenaga muda profesional ikut
secara aktif didalam melanjutkan roda-roda pembangunan ini. Selanjutnya sampai
saat ini CV. Raut Agung telah memiliki pengalaman dan keahlian dalam
mengerjakan proyek-proyek pemerintah maupun swasta.
110
NJ Kontraktor. “Jasa kontraktor”,
Adapun yang menjadi misi dari CV. Raut Agung Group adalah menjadi
perusahaan penyedia jasa konstruksi teknik pembangunan dan pengelola proyek
terpercaya, terbaik dan mampu bersaing di Provinsi Sumatera Utara dengan
bertanggung jawab dan memberikan hasil pekerjaan dengan tepat waktu dengan
mutu yang sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan misi dari CV ini sendiri
adalah menjadi pelayan dalam jasa keahlian profesional diberbagai bidang seperti
perencanaan rinci, studi analisis, teknik pembangunan, pengelolaan proyek kepada
instansi pemerintah dan swasta secara etik, transaparan, jujur dan bertanggung
jawab. 111
Maksud dan tujuan pendirian perseroan ini adalah :112
- Menjalankan usaha pemborongan bangunan, jembatan-jembatan, jalan-jalan,
irigasi, pemasangan instalasi air dan listrik;
- Berdagang umum, termasuk ekspor-impor, leveransir, grosir, distributor dan
eceran, baik untuk perhitungan sendiri maupun atas dasar komisi dan
memegang perwakilan-perwakilan;
- Menjalankan usaha pengangkutan, baik dengan alat pengangkutan milik sendiri
maupun milik orang lain;
- Menjalankan usaha industri;
- Menjalankan usaha pertanian dan perkebunan (dalam arti kata yang
seluas-luasnya).
Dalam menjalankan usahanya di bidang pemborongan bangunan, CV. Raut
Agung Group sebelumnya telah memiliki berbagai pengalaman antara lain
111
Company Profile CV. Raut Agung Group. 112
68
pembuatan perkuatan tebing Sungai Bah Tongguran sepanjang 250 M Kabupaten
Simalungun pada tahun 2004 dengan nilai proyek Rp 607.668.600, Rehabilitasi
jaringan irigasi D.I. Pardomuan Pakpak Barat pada tahun 2005 dengan nilai
proyek Rp 659.000.000 dan masih banyak lainnya. Pada tahun 2007 CV. Raut
Agung Group kembali melakukan penandatanganan kontrak dengan Dinas
Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Labuhanbatu dalam proyek
pengaspalan jalan dusun gunung tempurung desa Aek Goti Kecamatan
Silangkitang dengan ukuran 500×3,5 M² dengan nilai Rp. 399.999.000 . Kontrak
pengaspalan jalan inilah yang akan dibahas lebih mendalam pada penulisan
skripsi ini.
B. Profil Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah (KIMPRASDA)
Kabupaten Daerah Labuhabatu secara administratif merupakan salah satu
daerah tingkat II otonom di Propinsi Sumatera Utara. Letak koordinat dari
kabupaten Labuhanbatu ini adalah 1°26’ - 2°11’ Lintang Utara dan 91°01’ -
98°53’ Bujur Timur dengan ibukotanya Rantau Prapat.
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dipimpin oleh seorang Bupati dan
Wakil Bupati Labuhanbatu. Bupati dan Wakil Bupati ini melimpahi sebagian
wewenangnya kepada Sekretaris Daerah (Sekda) untuk menjalankan tugas-tugas
kepala daerah. Sekda dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para Asisten
terdiri dari tiga Asisten, lima belas Dinas, tujuh Badan, enam kantor dan dua
puluh dua camat. Adapun dinas-dinas tersebut adalah: 113
1) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura;
2) Dinas Kehutanan;
3) Dinas Perkebunan;
4) Dinas Perikanan dan Kelautan;
5) Dinas Peternakan;
6) Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
7) Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;
8) Dinas Tenaga Kerja;
9) Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah;
10) Dinas Perhubungan;
11) Dinas Pendidikan;
12) Dinas Kesehatan;
13) Dinas Pendapatan;
14) Dinas Informasi dan Komunikasi;
15) Dinas Pasar dan Kebersihan
Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah (Kimprasda) Labuhanbatu
merupakan salah satu dinas yang ada di Kabupaten Labuhanbatu ini. Dinas ini
beralamat di Jalan W.R. Supratman Nomor 48 Rantauprapat. Salah satu susunan
organisasi yang ada pada dinas Kimprasda ini adalah bidang pengembangan
prasarana jalan dan jembatan.
Adapun rincian tugas bidang pengembangan prasarana jalan dan jembatan
adalah sebagai berikut:
- Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan
dengan pengelolaan jalan dan jembatan;
- Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan
kegiatan seksi;
113
70
- Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis
yang berkaitan dengan pengelolaan jalan dan jembatan;
- Menyusun dan melaksanakan standar perencanaan Ruang Milik Jalan
(Rumija), Ruang Manfaat Jalan (Rumaja);
- Melaksanakan pemanfaatan, promosi dan penyediaan teknis yang berkaitan
dengan pemanfaatan jalan dan jembatan;
- Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugas tersebut, bidang pengembangan
prasarana jalan dan jembatan Labuhanbatu membuat beberapa perjanjian/kontrak
untuk melakukan perbaikan jalan dan jembatan di daerahnya. Salah satunya
adalah pengaspalan jalan Dusun Gunung Tempurung Desa Aek Goti Kecamatan
Silangkitang Kecamatan Silangkitang dengan ukuran 500×3,5 M². Dinas
Kimprasda bidang pengembangan jalan dan jembatan Kabupaten Labuhan batu ini
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PPK bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik, keuangan, dan
fungsional terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Tugas PPK antara lain
adalah membuat perencanaan teknis, menetapkan spesifikasi pekerjaan,
mengawasi proses dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta mengendalikan
pelaksanaan kontrak, hingga menyerahkan hasil pekerjaan kepada atasannya.
Sebagai penanggung jawab pelaksanaan konstruksi, PPK akan menandatangani
kontrak sebagai pihak pertama mewakili Pemerintah.114
114
C. Proses Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Antara Dinas
KIMPRASDA dengan CV. Raut Agung Group dalam Pelaksanaan
Pekerjaan Pengaspalan Jalan.
Seperti perjanjian atau kontrak pemborongan pada umunya, perjanjian
pemborongan pengaspalan jalan antara CV. Raut Agung Group dengan Dinas
Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari proses
pembuatan perjanjian/kontrak pemborongan dan proses pelaksanaan perjanjian
pemborongan.
Dalam proses pemborongan terdapat kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Kegiatan-kegiatan tersebut
dapat dikatakan merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian
(precontractuale fase). Fase sebelum kontrak ini lazim disebut prosedur
pelelangan.
c.1. Proses pembuatan perjanjian/kontrak pemborongan
115
Menurut Pasal 17 ayat (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
yang dimaksud dengan Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan Pengaspalan Jalan
Dusun Gunung Tempurung Desa Aek Goti Kec. Silangkitang yang memiliki nilai
proyek sebesar Rp. 399.000.000,- (tiga ratus sembilan puluh sembilan juta
rupiah), digunakan metode pelelangan umum dengan proses pasca kualifikasi.
115
72
sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar
provinsi.
Sehubungan dengan adanya pengumuman pelelangan yang dibuat oleh
Dinas Kimprasda dengan Nomor : 03/PAN-LEL/DPPD/LB-2007 tertanggal 13
Juli 2007 dibeberapa surat kabar lokal, banyak para pihak penyedia barang/jasa
yang mengajukan penawaran pelelangan untuk mengikuti lelang tersebut. Pada
proses pelelangan umum ini, terpilihlah CV. Raut Agung Group sebagai
pemenang lelang karena mempunyai jumlah nilai penawaran paling rendah.
Adapun prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan dengan metode
pelelangan umum pasca kualifikasi adalah sebagai berikut :116
1) Pengumuman pelelangan umum;
2) Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;
3) Pengambilan dokumen lelang umum;
4) Penjelasan;
5) Penyusunan berita acara penjelasan dokumen lelang dan
perubahannya;
6) Pemasukan penawaran;
7) Pembukaan penawaran;
8) Evaluasi penawaran termasuk evaluasi kualifikasi;
9) Penetapan pemenang;
10)Pengumuman pemenang;
11)Masa sanggah;
12)Penunjukan pemenang;
13)Penandatanganan kontrak.
Untuk penetapan pemenang lelang sesuai ketentuan Lampiran I Bab
II.A.1.i.1 Keppres No.80 Tahun 2003 memberikan arahan supaya:”Panitia/pejabat
pengadaan menetapkan calon pemenang lelang yang menguntungkan bagi negara
dalam arti :
116
a. Penawaran memenuhi syarat administratif dan teknis yang ditentukan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
b. Perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah dan reponsif;
c. Telah melakukan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi
dalam negeri;
d. Penawaran tersebut adalah terendah diantara penawaran yang memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam angka 1 (huruf a) sampai dengan
huruf c).”
Pelaksanaan pekerjaan pengaspalan jalan antara dinas Kimprasda dengan
CV. Raut Agung Group ini diatur dalam surat perjanjian pemborongan Nomor :
602/18/SPP/APBD/PJ/WIL.VIII/LB/2007 pada tanggal 3 September tahun 2007.
Dimana para pihak yang menandatangani adalah :
1. Nama : Ir. Muhammad Safrin
NIP : 400043127
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen
Bidang Pengembangan Prasarana Jalan dan
Jembatan
Dinas Kimprasda Kabupaten Labuhanbatu
Alamat : Jl. WR. Supratman No.48 Rantauprapat
Dalam hal ini bertindak didalam jabatan tersebut diatas, berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten
Labuhanbatu Nomor : 050/681/DPPD/2007 tanggal 15 Juni 2007 dan oleh karena
itu bertindak atas nama Pemerintah Indonesia c.q. Dinas Permukiman dan
Prasarana Daerah Kabupaten Labuhanbatu selaku Pejabat Pembuat Komitmen
74
2. Nama : Mardi G. Mounthe
Jabatan : Direktur
Alamat : Jl. Flamboyan Raya No. 15 Tj. Selamat-Medan.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama CV.Raut Agung Group, berdasarkan
Akte Notaris H. Marwansyah Nasution. SH yang berkedudukan di Medan dengan
Nomor 83 tertanggal 28 Juni 2007 yang selanjutnya disebut sebagai “Pihak
Kedua”.
Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah sepakat mengadakan
perjanjian/kontrak untuk melaksanakan pekerjaan sebagai hasil pelelangan yaitu
pengaspalan jalan Dusun Gunung Tempurung Desa Aek Goti Kec. Silangkitang
Uk. 300×3,5 M². Penetapan ini didasarkan pada Keppres No. 80 Tahun 2003 dan
perubahannya Perpres No. 8 Tahun 2006.117
1. Surat perjanjian;
Adapun isi dari dokumen kontrak yang harus dibaca dan diperhatikan oleh
para pihak untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya adalah sebagai
berikut :
2. Surat penunjukan penyedia jasa;
3. Surat penawaran;
4. Addendum dokumen lelang (bila ada);
5. Syarat-syarat khusus kontrak, yang terdiri dari : definisi, jaminan,
asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadwal pelaksanaan pekerjaan,
penggunaan penyedia jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil,
117
penyelesaian perselisihan, denda dan ganti rugi, serta kegagalan
bangunan;
6. Syarat-syarat umum kontrak, yang terdiri dari : Definisi, Penerapan,
Asal Jasa, Penggunaan Dokumen Kontrak dan Informasi, Hak Paten,
Hak Cipta dan Hak Merek, Jaminan, Asuransi, Keselamatan Kerja,
Pembayaran, Harga dan Sumber Dana, Wewenang dan Keputusan
Pejabat Pembuat Komitmen, Direksi Teknis dan Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak, Delegasi, Penyerahan Lapangan, Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK), Persiapan Pelaksanaan Kontrak, Program Mutu,
Perkiraan Arus Uang, Pemeriksaan Bersama, Perubahan Kegiatan
Pekerjaan, Pembayaran, untuk Perubahan, Perubahan Kuantitas dan
Harga, Addendum Kontrak, Hak dan Kewajiban Para Pihak, Resiko
Pejabat Pembuat Komitmen dan Penyedia Jasa, Laporan Hasil
Pekerjaan, Cacat Mutu, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Penyedia Jasa
Lainnya, Wakil Penyedia Jasa, Pengawasan,Keterlambatan Pelaksanaan
Pekerjaan, Kontrak Kritis, Perpanjangan Waktu Pelaksanaan, Kerjasama
antara Penyedia Jasa dan Sub Penyedia Jasa, Penggunaan Penyedia Jasa
Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil, Keadaan Kahar, Peringatan Dini,
Rapat Pelaksanaan, Itikad Baik, Penghentian dan Pemutusan Kontrak,
Pemanfaatan Milik Penyedia Jasa, Bahasa dan Hukum serta
Penyelesaian Perselisihan, Perpajakan, Korespondensi, Penyesuaian
Harga, Denda dan Ganti Rugi, Serah Terima Pekerjaan, Gambar
76
Penilaian Pekerjaan, Percepatan, Penemuan-penemuan, Kompensasi,
Penangguhan Pembayaran, Hari Kerja, Pengambilalihan, Pedoman
Pengoperasian dan Pemeliharaan, Penyesuaian Biaya, Penundaan atas
Perintah Pejabat Pembuat Komitmen, Instruksi;
7. Spesifikasi teknis;
8. Gambar-gambar;
9. Daftar kuantitas dan harga;
10.Dokumen lain yang tercantum dalam kontrak.
Dalam setiap perjanjian pemborongan pekerjaan pemberi tugas selalu
meminta jaminan, karena dalam perjanjian pemborongan pekerjaan, jaminan
merupakan salah satu syarat yang diminta oleh pemberi tugas terhadap pelaksana.
Maksud dari permintaan jaminan tersebut, adalah agar pelaksana dalam
menyelenggarakan pekerjaannya penuh ketelitian dan kesungguhan. Yang
dimaksud dengan jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditor untuk
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. Pada proses pembuatan
perjanjian pemborongan pekerjaan tepatnya sebelum dilakukan penandatanganan
kontrak, CV. Raut Agung Group memberikan jaminan pelaksanaan sebesar Rp.
19.000.000,- (sembilan belas juta rupiah) dengan yang bertindak sebagai penjamin
adalah PT. Asuransi Puri Asih.
Untuk melaksanakan seluruh kegiatan pekerjaan pemborongan jalan ini,
Dinas Kimprasda telah menyediakan seluruh biaya yang diperlukan yakni Rp.
Anggaran 2006. Adapun pembayaran untuk hasil pelaksanaan pekerjaan itu
dilakukan menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal 6 Surat Perjanjian dengan
ketentuan sebagai berikut :118
a. Angsuran pertama dibayar 25% dari nilai kontrak/harga borongan apabila
volume fisik telah mencapai 30% dari volume fisik keseluruhan.
b. Angsuran kedua dibayar 30% dari nilai kontrak/harga borongan apabila
volume fisik telah mencapai 60% dari volume fisik keseluruhan.
c. Angsuran ketiga dibayar 20% dari nilai kontrak/harga borongan apabila
volume fisik telah mencapai 80% dari volume fisik keseluruhan.
d. Angsuran pertama dibayar 20% dari nilai kontrak/harga borongan apabila
volume fisik telah mencapai 100% dari volume fisik keseluruhan.
e. Angsuran kelima dibayar 5% dari nilai kontrak/harga borongan apabila
telah habis masa pemeliharaan dan hasil pekerjaan masih dalam keadaaan
baik atau pembayaran angsuran keempat sebesar 25% setelah pihak kedua
menyerahkan jaminan bank sebesar 5% dari nilai kontrak yang diterbitkan
oleh bank pemerintah.
Dari ketentuan pembayaran diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa
kontrak ini termasuk ke dalam kontrak harga satuan. Yang dimaksud kontrak
harga satuan adalah kontrak pengadaan jasa pelaksanaan konstruksi atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga
satuan untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu,
yang kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan
118
78
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas kuantitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.119
Berikut ini merupakan uraian pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh CV.
Raut Agung Group dalam pelaksanaan pengaspalan jalan serta jumlah
pembayaran yang dibayarkan oleh dinas Kimprasda sesuai dengan ketentuan
pembayaran yang ada di Pasal 6 kontrak tersebut :
c.2. Proses pelaksanaan perjanjian/kontrak pemborongan
Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kontrak antara CV. Raut Agung
Group dengan Dinas Kimprasda (dalam hal ini diwakili oleh PPK bidang
pengembangan prasarana jalan dan jembatan), maka pihak pertama mengeluarkan
Surat Penyerahan Lapangan (SPL) dengan
Nomor:602/40/SPL/APBD/JJ/WIL-VIII/LB/2007 tertanggal 03 September 2007 kepada pihak kedua. Bersamaan
dengan keluarnya SPL, pihak kedua juga mengeluarkan Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dengan Nomor: 602/40/SPL/APBD/JJ/WIL-VIII/LB/2007 dimana
pelaksanaan perjanjian pengaspalan jalan tersebut harus sudah dimulai 5 (lima)
hari setelah dikeluarkannya SPL oleh pihak kedua. Jadwal waktu pelaksanaan
perjanjian pemborongan ini adalah 114 hari kalender, terhitung dari tanggal 03
September 2007 sampai dengan 24 Desember 2007 dengan ketentuan pekerjaan
harus dilaksanakan dengan baik dan memuaskan sesuai dengan ketentuan dalam
dokumen kontrak.
120
119
Pasal 1 Huruf h, Syarat-Syarat Umum Kontrak, Surat Perjanjian Pemborongan Nomor: 602/18/SPP/APBD/PJ/WIL.VIII/LB/2007.
120
1.Pekerjaan Pendahuluan
a) Pengukuran kembali
b) Sewa direksi/gudang bahan
c) Papan pengenal proyekk
d) Transport alat berat
e) Photo dokumentasi
Jumlah biaya : Rp 10.124.164,90
2.Pekerjaan Subgrade
a) Pembentukan bahu jalan
b) Membersihkan rumput dan tanaman pada bahu jalan
c) Membersihkan parit samping
Jumlah biaya : Rp 11.966.240,00
3.Pekerjaan Konstruksi
a) Leveling LPB
b) Leveling LPA
c) Menghampar lapis aspal beton (Laston)
Jumlah biaya : Rp 283.023.854,00
4.Pekerjaan Drainase
a) Galian parit
b) Cetakan beton
c) Beton cor Klas K.125
d) Plesteran
80
f) Besi tulangan
Jumlah biaya : Rp 57.613.014,10
Jadi, total keseluruhan biaya ditambah dengan pajak adalah Rp 399.000.000,00
Dalam perjanjian pengaspalan jalan