PERJANJIAN YANG
DILARANG
Bentuk-bentuk perjanjian secara
umum
1. Horizontal
“dilakukan diantara pelaku usaha yang saling bersaing”
contohnya: kartel, penetapan harga, persekongkolan tender. contohnya: kartel, penetapan harga, persekongkolan tender.
2. Vertikal
“dilakukan diantara pelaku usaha yang saling memiliki keterkaitan usaha”
contohnya: resale price maintenance (RPM), exclusive
Tujuan perjanjian yang positif (+)
1. Meningkatkan efesiensi
2. Mengurangi resiko
3. Menciptakan produk baru dan meningkatkan
kualitas produk
kualitas produk
4. Meningkatkan metode distribusi
5. Memperbaiki saluran informasi
Tujuan perjanjian yang negatif (-)
1. Menghilangkan persaingan
2. Membatasi produksi
3. Meningkatkan harga
3. Meningkatkan harga
Perjanjian menurut UU No.5/1999
“suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik
tertulis maupun tidak tertulis.” (Pasal 1 angka 7)
Perjanjian yang dilarang
(UU No.5/1999)
1. Oligopoli (Pasal 4 UU No.5/1999); 2. Penetapan harga
• price fixing (Pasal 5 UU No.5/1999);
• Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6 UU No.5/1999); • Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);
• Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);
• Resale Price Maintenance (Pasal 8 UU No.5/1999);
3. Pembagian wilayah / market division (Pasal 9 UU No.5/1999);
4. Pemboikotan (Pasal 10 UU No.5/1999); 5. Kartel (Pasal 11 UU No.5/1999);
Perjanjian yang dilarang
(UU No.5/1999)
6. Trust (Pasal 12 UU No.5/1999);
7. Oligopsoni (Pasal 13 UU No.5/1999) ;
8. Integrasi vertikal (Pasal 14 UU No.5/1999);
9. Perjanjian Tertutup
9. Perjanjian Tertutup
• exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat (1) UU
No.5/1999);
Perjanjian yang dilarang
1. Oligopoli
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Pasal 4 ayat (1) UU No.5/1999).
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Pasal 4 ayat (1) UU No.5/1999).
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila 2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis tertentu (Pasal 4 ayat (2) UU
1. Oligopoli
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) diartikan bahwa oligopoli itu sendiri merupakan suatu keadaan dimana pelaku
usaha (2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha) secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan jasa lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis dan jasa lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
1. Oligopoli
TIGA MODEL OLIGOPOLI
1. Non Kolusi (Kinked Demand Model)
Diantara oligopolis tidak mau melakukan kerja sama 2. Kolusi Dalam Penetapan Harga ( Collusive pricing)
Kerja yang dilakukan misalnya secara resmi dengan membentuk Kerja yang dilakukan misalnya secara resmi dengan membentuk kartel, tetapi jika secara resmi dilarang, dapat dilakukan secara informal atau implisit
3. Kepemimpinan Harga (Price Leadership)
Perusahaan-perusahaan yang dominan, memegang kendali dalam penetapan harga, sehingga mendapat laba yang lebih besar
1. Oligopoli
Salah satu bentuk struktur pasar dimana hanya terdapat sedikit pelaku usaha (baik produsen ataupun konsumen) yang menawarkan produk yang seragam/identik kepada pelaku usaha lain.
Diantara pelaku usaha memiliki keterkaitan satu sama lain (Cournot {output} and Bertrand {harga} model)
1. Oligopoli
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
1.Efisiensi skala besar: -Investasi awal sangat besar
-Biaya produksi murah bila skala produksi sangat besar
sangat besar
2.Kompleksitas manajemen:
-Industri padat modal dan ilmu pengetahuan -Sumber daya manusia kualitas tinggi
-Multi disiplin
-Persaingan non harga -inteljen bisnis
KINKED DEMAND CURVE
P
P1
A
B
Pengambilan keputusan yang interdependen menyebabkan
perusahaan seolah-olah berhadapan dengan kurva permintaan yang patah (kinked
demand curve)
Jika harga lebih tinggi dari P1 kurva permintaan yang berlaku adalah D1
D1 P2
D2
permintaan yang berlaku adalah D1 namun jika harga lebih rendah dari
P2 kurva permintaan yang berlaku
adalah D2
Bonnie=s Decision
Confess Remain Silent
Clyde=s Decision
Confess Bonnie gets 8 years Clyde gets 8 years
Bonnie gets 20 years Clyde goes free
Remain
Silent Bonnie goes freeClyde gets 20 years Bonnie gets 1 year Clydegets 1 year
MODEL GAME THEORY
Marlboro's Decision
Advertise Don't Advertise
Camel's
Decision Advertise $3 billion profit for Marlboro$3 billion profit for Camel $2 billion profit for Marlboro$5 billion profit for Camel Don't
1. Oligopoli
Kekuatan:
• Mampu mengakumulasi laba super normal
• Produksi paling prima & dinamis
• Pionir riset dan pengembangan teknologi
• Pionir pengembangan SDM
• Pionir pengembangan SDM
1. Oligopoli
Bahan diskusi:
Industri semen nasional untuk saat ini dikuasai oleh
beberapa perusahaan semen seperti PT Semen Gresik yang menguasai 43% pangsa pasar, PT Indocement yang menguasai 34% pangsa pasar, PT Semen
yang menguasai 43% pangsa pasar, PT Indocement yang menguasai 34% pangsa pasar, PT Semen
Cibinong yang menguasai 13,6% pangsa pasar, PT Semen Andalas yang menguasai 4,3% pangsa pasar, dan sisanya dikuasai oleh PT Semen Baturaja, PT
Semen Basowa Maros, dan PT Semen Kupang.
Pertanyaannya apakah kondisi tersebut diperbolehkan oleh UU No.5/1999?
Perjanjian yang dilarang
2. Penetapan harga
• price fixing (Pasal 5 UU No.5/1999);
• Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6 UU No.5/1999);
• Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);
• Resale Price Maintenance (Pasal 8 UU
2. Penetapan harga
Price fixing
Pelaku usaha dilarang membuat peranjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama {Pasal 5 ayat (1) UU No.5/1999}
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
a.suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau b.suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku. {Pasal 5 ayat (2) UU No.5/1999}
Price fixing
Tujuan dari pelaku usaha melakukan price
fixing?
Mengapa price fixing perlu diatur secara
per se?
per se?
Price fixing
Bahan diskusi:
Agar dapat tetap melangsungkan usaha ditengah
persaingan yang semakin ketat dengan
perusahaan-perusahaan taksi besar, para pengusaha angkutan Taksi yang tergolong usaha kecil dan relatif masih baru
yang tergolong usaha kecil dan relatif masih baru
bersepakat untuk menetapkan tarif ekonomi (kembali kepada tarif lama sebelum kenaikan tarif baru) yang seragam kepada para penumpang mereka, dan hal tersebut oleh perusahaan-perusahaan taksi besar
dianggap sebagai salah satu bentuk persaingan usaha tidak sehat. Pertanyaannya apakah kesepakatan untuk menetapkan tarif ekonomi tersebut diperbolehkan oleh UU No.5/1999?
Penetapan harga
Diskriminasi harga / price discrimination
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembali satu harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama (Pasal 6 UU No.5/1999)
Diskriminasi harga / price discrimination
Tujuan utamanya mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi
Keuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus
diperoleh dengan cara merebut surplus
konsumen
Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen
dengan harga yang benar-benar dibayar
oleh konsumen
Diskriminasi harga / price discrimination
Didasari adanya kenyataan bahwa
konsumen sebenarnya bersedia untuk
membayar lebih tinggi, maka perusahaan
akan berusaha merebut surplus konsumen
akan berusaha merebut surplus konsumen
tersebut dengan cara melakukan
Diskriminasi harga / price discrimination
Syarat utama penerapan diskriminasi harga:
1. Memiliki market power
Diskriminasi harga / price discrimination
Bentuk-bentuk diskriminasi harga:
1) 1
stdegree
2) 2
nddegree
3) 3 degree
Bentuk-bentuk price discrimination:
1
stdegree PD
Menerapkan harga yang berbeda-beda untuk
setiap konsumen berdasarkan reservation price
masing-masing konsumen
masing-masing konsumen
Disebut juga perfect / full PD karena berhasil
mengambil surplus konsumen paling besar
Syarat utama, perusahaan harus mengetahui
First-degree Price Discrimination
$/output unit
p y
(
)
p y
(
)
MC(y)
p y
(
)
p y
(
)
Bentuk-bentuk price discrimination:
2
nddegree PD
PD dilakukan dengan cara menerapkan harga
yang berbeda-beda pada jumlah unit produk
yang dijual
yang dijual
PD ini dilakukan karena perusahaan tidak
memiliki informasi mengenai reservation price
konsumen
Contoh: perbedaan harga per unit pada
pembelian grosir dan pembelian eceran
2
nddegree PD
P0 P
P1
Pelaku usaha menetapkan harga P1, P2, P3
berdasarkan jumlah konsumsi (blok 1, blok 2, blok 3)
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah dan
harga jual semakin murah
Bentuk-bentuk price discrimination
3
rddegree PD
PD dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok konsumen PD dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui PD dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok konsumen Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi
geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dll.
3
rd
degree PD
MC PT P P P MR=MC MR=MC MR=MC DA DB DT=DA+DB MR MR PA PB PT MR=MC MR=MCDiskriminasi harga / price discrimination
Bahan diskusi:
Sebuah organisasi advokat/pengacara yang menjadi wadah dari beberapa organisasi advokat yang ada di Indonesia dalam penyelenggaraan suatu kegiatan Indonesia dalam penyelenggaraan suatu kegiatan
misalnya seminar, workshop, pendidikan advokat, dan lain-lain mengenakan tariff yang berbeda kepada
peserta yang bukan menjadi anggota dari organisasi advokat tersebut, dimana bagi peserta yang bukan menjadi anggota dikenakan tarif yang lebih mahal. Pertanyaannya apakah tindakan yang dilakukan oleh organisasi advokat tersebut diperbolehkan oleh UU
Penetapan harga
Predatory Pricing
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga dibawah harga pasar, yang
menetapkan harga dibawah harga pasar, yang
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
Predatory Pricing
• Definisi: Pelaku usaha yang menjual dengan
harga lebih rendah untuk mendepak pesaingnya
keluar dari industri dan mendorong pelaku
usaha baru untuk tidak masuk ke industri,
kemudian dalam jangka panjang ia akan
kemudian dalam jangka panjang ia akan
meningkatkan labanya.
• Tujuan: mengurangi persaingan dengan
membangkrutkan pesaing dan menciptakan
penghalang masuk (barrier to entry) bagi pelaku
usaha potensial yang ingin masuk ke industri
Penetapan harga
Resale Price Maintenance
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan/atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan/atau jasa yang
memasok kembali barang dan/atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
Resale Price Maintenance
• Tujuan utamanya untuk menghidari terjadinya
persaingan ditingkat pengecer
• kurangnya persaingan di tingkat eceran dapat
melindungi laba supranormal untuk pengecer
melindungi laba supranormal untuk pengecer
• RPM juga dapat membatasi pelanggan terhadap
pilihan rangkaian kualitas harga yang diinginkan,
termasuk pilihan untuk membali produk pada
tingkat harga yang lebih rendah melalui jasa
atau iklan sebelumnya.
Resale Price Maintenance
Studi kasus:Perusahaan Multi Level Marketing ternama di Amerika, yang juga mempunyai cabang usaha di Indonesia, ternyata pernah juga berurusan dengan hukum persaingan. Tahun 1979, Amway Corporation,Inc, dinyatakan bersalah oleh pengadilan Amerika, setelah terbukti melakukan perjanjian penetapan harga jual kembali (resale price maintenance/RPM ) terhadap para distributor downlinenya, dalam melakukan penjualan produk-produknya. Hukum yang dilanggar adalah
Federal Trade Commision Act Section 5(a)(1): Unfair methods of competition in commerce, and unlawful or deceptive acts or practices in commerce, are
declared unlawful. Combining and conspiring to fix resale prices is a
prohubited act, yang pada intinya melarang pelaku usaha untuk melakukan tindakan
untuk menetapkan harga jual suatu produk usahanya. untuk menetapkan harga jual suatu produk usahanya.
Perusahaan atau pelaku usaha hanya bisa menyarankan suatu tingkat harga, dimana harga jual nantinya akan bervariasi sesuai keadaan pasar yang
bersangkutan. Bukan menetapkan harga tertentu.
Hal yang dilakukan Amway sejak tahun 1963, hingga kasus ini diputuskan adalah menetapkan harga jual produknya, dimana distributor sama sekali tidak
Resale Price Maintenance
Bahan diskusi:
Untuk menghindari terjadinya praktek perang harga yang terjadi diantara distributornya di Jawa Timur, perusahaan semen terbesar SG kemudian menetapkan harga jual
semen di tingkat distributornya dan mewajibkan para semen di tingkat distributornya dan mewajibkan para distributornya untuk menjual sesuai dengan harga yang telah ditentukan, dan akan mengenakan sanksi kepada distributor yang tidak mematuhi ketentuan itu, kemudian dengan alasan untuk meningkatkan daya saing
perusahaannya SG juga melarang para distributornya untuk menjual produk semen merek lain. Pertanyaannya apakah perbuatan yang dilakukan oleh SG dan para
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran
atau alokasi pasar terhadap barang dan atau
jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat (Pasal 9 UU No.5/1999)
3. Pembagian Wilayah
Tujuan utamanya adalah untuk menghindari
terjadinya persaingan diantara pelaku usaha
yang saling bersaing
Dengan hilangnya persaingan mengakibatkan
pelaku usaha dapat mengenakan harga yang
pelaku usaha dapat mengenakan harga yang
lebih tinggi sehingga mereka dapat menikmati
laba yang lebih besar
Akhirnya masing-masing pelaku usaha dapat
menentukan sendiri jumlah produk, kualitas dan
harga yang harus dibayar oleh konsumen
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha tidak berupaya lagi melakukan
efisiensi, dan tidak mengupayakan
peningkatkan kualitas produk dan pelayanan
yang baik bagi konsumen
Pembagian wilayah ini telah mengakibatkan
hilangnya pilihan bagi konsumen dan juga
harus membayar dengan harga yang lebih
3. Pembagian Wilayah
Pembagian wilayah ini membuat pelaku usaha
yang terlibat di dalam praktek ini akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan
aktifitas usahanya, tetapi hal ini dikompensasi
dengan cara melakukan eksploitasi secara
dengan cara melakukan eksploitasi secara
besar-besaran terhadap konsumen
Namun pembagian wilayah tidak dapat berjalan
secara efektif bila konsumen mempunyai
kemampuan yang cukup untuk berpindah dari
pasar yang satu ke pasar yang lain untuk
4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri (Pasal 10 ayat (1) UU No.5/1999) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa pesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut:
a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; atau b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap
barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan
4. Pemboikotan
Salah satu bentuk strategi yang dilakukan di antara pelaku usaha untuk mengusir pelaku usaha lain dari pasar yang sama, atau juga untuk mencegah pelaku
usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk ke dalam pasar yang sama, yang kemudian pasar tersebut dalam pasar yang sama, yang kemudian pasar tersebut dapat terjaga hanya untuk kepentingan pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebut
Dengan terusirnya pelaku usaha pesaing dan tidak bisa masuknya pelaku usaha yang berpotensial menjadi
pesaing ke dalam pasar yang sama, berakibat terhadap semakin menurunnya tingkat persaingan
4. Pemboikotan
Agar praktek pemboikotan yang dilakukan para pelaku usaha yang berada di pasar dapat berjalan sukses,
diperlukan partisipasi yang seluas mungkin dari pelaku usaha yang ada di dalam pasar yang bersangkutan,
karena apabila tidak adanya dukungan atau keterlibatan karena apabila tidak adanya dukungan atau keterlibatan secara luas para pelaku usaha yang ada di dalam pasar biasanya pemboikotan akan sulit untuk berhasil
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa yang dapat
barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 11 UU
No.5/1999)
5. Kartel
salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha yang berasumsi jika produksi mereka di dalam pasar dikurangi sedangkan permintaan terhadap produk mereka di dalam pasar tetap, akan berakibat kepada
terkereknya harga ke tingkat yang lebih tinggi. Dan sebaliknya, jika di dalam pasar produk mereka
melimpah, sudah barang tentu akan berdampak melimpah, sudah barang tentu akan berdampak
terhadap penurunan harga produk mereka di pasar. Tujuannya untuk mengeruk keuntungan yang
5. Kartel
Praktek kartel dapat berjalan sukses apabila pelaku usaha yang terlibat di dalam perjanjian kartel tersebut haruslah mayoritas dari pelaku usaha yangberkecimpung di dalam pasar tersebut. Karena bila
hanya sebagian kecil saja pelaku usaha yang terlibat di hanya sebagian kecil saja pelaku usaha yang terlibat di dalam perjanjian kartel biasanya perjanjian kartel tidak akan efektif dalam mempengaruhi pasokan produk di
pasar, karena kekurangan pasokan di dalam pasar akan ditutupi oleh pasokan dari pelaku usaha yang tidak
5. Kartel
Bahan diskusi:
Untuk meningkatkan posisi tawar mereka dengan
Kontraktor Singapura yang membeli pasir laut dari Riau untuk keperluan reklamasi daratan Singapura, para
eksportir pasir laut di Riau bersepakat untuk membentuk untuk keperluan reklamasi daratan Singapura, para
eksportir pasir laut di Riau bersepakat untuk membentuk asosiasi yang nantinya akan mengatur mengenai harga dan jumlah pasir laut yang akan mereka jual ke
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama denganmembentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseoran anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 12 UU No.5/1999)
6. Trust
Trust merupakan wadah antar perusahaan yang
didisain untuk membatasi persaingan dalam
bidang usaha atau industri tertentu
Gabungan antara beberapa perusahaan dalam
Gabungan antara beberapa perusahaan dalam
bentuk trust dimaksudkan untuk secara kolektif
mengendalikan pasokan, dengan melibatkan
trustee sebagai koordinator penentu harga
.
7. Oligopsoni
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai
pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat (Pasal 13 ayat (1) UU No.5/1999) pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama
menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
7. Oligopsoni
Oligopsoni adalah struktur pasar yang di
dominasi oleh sejumlah konsumen yang
memiliki kontrol atas pembelian
Struktur pasar ini memiliki kesamaan dengan
struktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasar
struktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasar
ini terpusat di pasar input
Dengan adanya praktek oligopsoni produsen
atau penjual tidak memiliki alternatif lain untuk
7. Oligopsoni
Mengakibatkan produsen atau penjual hanya
dapat menerima saja harga yang sudah
ditentukan oleh pelaku usaha yang melakukan
praktek oligopsoni.
8. Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
8. Integrasi Vertikal
Ketika suatu pelaku usaha ingin agar pangsa pasar yang dimilikinya menjadi lebih besar, pertumbuhan
perusahaan dan perolehan laba yang semakin
meningkat, tingkat efesiensi yang semakin tinggi dan juga untuk mengurangi ketidak pastian akan pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan akan menempuh jalan untuk melakukan penggabungan
dengan pelaku-pelaku usaha lain yang mempunyai kelanjutan proses produksi (integrasi vertikal).
Integrasi antar pelaku usaha juga dengan sendirinya
8. Integrasi Vertikal
mengakibatkan meningkatnya hambatan masuk
(entry barriers) bagi pelaku usaha lain yang
ingin masuk ke dalam pasar
Integrasi vertikal ke arah hulu (downstream
integration) dapat memfasilitasi diskriminasi
integration) dapat memfasilitasi diskriminasi
harga, dimana integrasi sampai di tingkat ritailer
dapat memungkinkan perusahaan manufaktur
mempraktekan diskriminasi harga
9. Perjanjian Tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. (Pasal 15 ayat (1) UU No.5/1999)
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999)
harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999)
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usaha
pemasok :
a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; atau
b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
a.
exclusive distribution agreement
Pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima produk hanya akan memasok atau tidak
memasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu saja
atau pada tempat tertentu saja
Dilakukan oleh pelaku usaha manufaktur yang memiliki beberapa perusahaan yang mendistribusikan hasil
a.
exclusive distribution agreement
Dengah berkurangnya atau bahkan hilangnya
persaingan pada tingkat distributor membawa implikasi kepada harga produk yang didistribusikan menjadi lebih mahal
Dibatasinya distribusi hanya untuk pihak dan tempat Dibatasinya distribusi hanya untuk pihak dan tempat
tertentu saja dapat juga mengakibatkan pihak distributor menyalahgunakan kedudukan eksklusive yang
dimilikinya untuk mungkin mengenakan harga yang
tinggi terhadap produk yang didistribusikannya kepada konsumen pihak dan wilayah tertentu
a.
exclusive distribution agreement
Bahan diskusi:
Produsen jam tangan ternama ROLEX dalam menjual produknya di Indonesia, menerapkan persyaratan
kepada setiap distributornya untuk hanya menjual
produk ROLEX pada tempat-tempat tertentu saja, dan produk ROLEX pada tempat-tempat tertentu saja, dan apabila ada distributor yang tidak mematuhi
persyaratan yang sudah ditentukan tersebut maka produsen dari jam tangan ROLEX tidak akan
b.
tying agreement
Defenisi tying agreement adalah perjanjian yang dibuat di antara pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang atau jasa tertentu harus
bersedia membeli barang atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.
usaha pemasok.
Dengan praktek tying agreement, pelaku usaha dapat melakukan perluasan kekuatan monopoli yang dimiliki pada tying Product (barang atau jasa yang pertama kali dijual) ke tyied product (barang atau jasa yang dipaksa harus dibeli juga oleh konsumen).
b.
tying agreement
Dengan memiliki kekuatan monopoli untuk kedua produk sekaligus (tying product dan tyied product) oleh pelaku usaha, dapat menciptakan hambatan bagi calon pelaku usaha pesaing untuk masuk ke dalam pasar
Membuat konsumen harus membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan
sebenarnya tidak dibutuhkan
Ada dua alasan yang menyebabkan praktek tying agreement tersebut dilarang, yaitu:
(1) pelaku usaha yang melakukan praktek tying agreement tidak menghendaki pelaku usaha lain memiliki kesempatan yang
b.
tying agreement
Bahan diskusi:
Sebagian besar Rumah Sakit yang ada, mengharuskan pasien-pasien yang berobat di Rumah Sakit mereka untuk membeli obat di apotik Rumah Sakit (apotik yang dimiliki oleh Rumah Sakit), kecuali obat yang diperlukan si pasien tidak dijual di Rumah Sakit tersebut, bahkan terkadang harga obat di apotik Rumah Sakit lebih mahal dibandingkan di apotik biasa, dan juga tidak jarang pasien harus bahkan terkadang harga obat di apotik Rumah Sakit lebih mahal dibandingkan di apotik biasa, dan juga tidak jarang pasien harus mengantri lebih lama untuk mendapatkan obat yang mereka beli karena biasanya yang membeli obat di apotik Rumah Sakit lebih banyak dibandingkan di apotik biasa. Dengan kondisi tersebut telah mengurangi pendapatan dari apotik-apotik biasa secara signifikan. Pertanyaannya apakah perbuatan sebagian besar Rumah Sakit tersebut diperbolehkan oleh UU No.5/1999?
c.
vertical agreement on discount
Suatu perjanjian yang mengisyaratkan jika pelaku usaha ingin mendapatkan harga diskon untuk produk tertentu yang dibelinya dari pelaku usaha lain, pelaku usaha harus bersedia membeli produk lain dari pelaku usaha tersebut atau tidak akan membeli
produk yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing.
Memiliki akibat yang sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh Memiliki akibat yang sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh
tying agreement, yaitu menghilangkan hak pelaku usaha untuk
secara bebas memilih produk yang ingin mereka beli, dan membuat pelaku usaha harus membeli produk yang sebenarnya tidak