Sebaran dan Struktur Tegakan Kerai Payung (Filicium decipiens) di Kampus Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara terhadap pohon Kerai Payung yaitu diameter pohon untuk mengetahui sebaran dan struktur tegakannya, ditemukan berbagai ukuran yang berbeda-beda (Lampiran). Dari data yang sudah didapat, diameter pohon paling besar adalah pohon dengan kode k180, diameter 74 cm, dan yang paling kecil adalah pohon dengan kode k97.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kampus Universitas Sumatera Utara (USU) Padang Bulan terletak di sebelah barat daya Kota Medan, tujuh kilometer dari pusat kota. Kampus ini yang memiliki luas 116 ha dengan zona akademik 93,4 ha, merupakan pusat kegiatan universitas. Lingkungan kampus USU memiliki banyak jenis pohon yang ditanami baik di sekitar kawasan fakultas, sepanjang jalan lingkungan kampus maupun di sekitar gedung-gedung akademik yang menyebar di seluruh area kampus USU. Banyaknya pohon kerai payung (Filicium decipiens) yang tersebar di USU ada beberapa lokasi ada beberapa titik dengan kumpulan kerai payung (Filicium decipiens) dengan jumlah yang banyak. Diantaranya adalah kawasan auditorium USU, fakultas pertanian, dan fakultas MIPA. Selebihnya tersebar di fakultas hukum, fakultas ilmu budaya, fakultas teknik, gedung kearsipan.
Gambar 2. Peta sebaran pohon Kerai Payung (Fillicium decipiens) di kampus USU Kondisi Kerusakan Pohon
Hasil pengamatan pohon kerai payung (Filicium decipiens) yang telah dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa banyak pohon yang mengalami kerusakan. Kerusakan pohon (tergantung lokasi, jenis/tipe dan keparahannya) tersebut akan sangat berdampak terhadap fungsi fisiologis
pohon, menurunkan laju pertumbuhan pohon, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pohon (Irwanto, 2006).Pengamatan yang dilakukan meliputi dua parameter yaitu lokasi kerusakan, tipe kerusakan.
Tipe kerusakan pohon
Gambar 3. Tipe kerusakan pohon kerai payung (Filicium decipiens) di Kampus USU Sumardi dan Widyastuti (2004) mengatakan tipe kerusakan pohon biasanya sangat spesifik dan masing-masing memiliki nilai yang spesifik juga.
Menurut Forest Health Monitoring (FHM) terdapat 12 tipe kerusakan pohon, namun pada pohon kerai payung hanya dijumpai 8 tipe kerusakan saja (Gambar 3). Tipe kerusakan terbanyak adalah tipe 23 yaitu cabang patah atau pohon, yang dialami 161 pohon. Sedangkan tipe kerusakan yang paling sedikit dijumpai adalah tipe 24 yaitu kerusakan daun.
Pengamatan yang dilakukan menunjukkan tipe kerusakan pohon kerai payung (Filicium decipiens) tidak terlalu bervariasi. Terdapat dua penyakit yang hampir dimiliki oleh semua pohon seperti luka terbuka dan cabang patah atau mati. Beberapa tipe kerusakan yaitu kanker, eksudasi, batang patah kurang dari
0,91m, dan akar patah atau mati kurang dari 0,91m tidak dijumpai pada pohon kerai payung.Beberapa tipe kerusakan yang dijumpai pada pohon kerai payung adalah sebagai berikut:
1. Busuk hati dan indikator lapuk lanjut
Gambar 4. Kerusakan tipe busuk hati dan indikator lapuk lanjut pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Kayu gembol merupakan penunjuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering mengandung air dan mengalami degradasi yang merupakan indikator lapuk (Pracaya, 2003). Tipe kerusakan busuk hati dan indikator lapuk lanjut (kode 02) yang ditemukan dalam pengamatan pohon kerai payung sebanyak 14 pohon atau 7,61 %. Tipe kerusakan ini ditemukan pada bagian batang utama pohon kerai payung. Kerusakan pada bagian batang akan sangat berakibat fatal karena dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas pengangkutan air dan unsur hara dari tanah ke daun sehingga pohon rentan rubuh karena lapuk pada batang pohon.
2. Luka terbuka
Gambar 5. Kerusakan luka terbuka pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Tipe kerusakan pohon dengan jumlah kerusakan tertinggi kedua adalah luka terbuka (kode3). Luka terbuka akan menyebabkan pohon rentan terhadap penyakit karena dapat menjadi peluang bagi patogen untuk menginfeksi pohon.
Surjokusumo dan Karlinasari (2010) mengatakan bahwa penyebab utama penyakit berupa organisme hidup patogenik ataupun faktor lingkungan fisik.
Luka terbuka pada pohon yang ditemukan lebih banyak karena bekas cabang patah atau dipotong. Sebanyak 123 pohon kerai payung atau 66,85 % yang diamati mengalami luka terbuka. Banyak pohon kerai payung yang seperti memiliki rongga lubang yang disebabkan oleh busuk atau mengeringnya luka terbuka tersebut.
3. Brum pada akar atau batang
Gambar 6. Kerusakan tipe brum pada akar aau batang pada pohon kerai payung(Filicium decipiens)
Pohon kerai payung yang terserang tipe kerusakan brum pada akar atau batang sebanyak 11 pohon atau 5,98 %. Gejalanya mudah diamati, yaitu munculnya tunas-tunas baru pada akar atau batang secara abnormal yang menghambat proses penyaluran metabolisme (tunasnya seperti bergerombol pada satu titik).
4. Hilangnya ujung dominan (mati ujung)
Gambar 7. Kerusakan tipe hilangnya ujung dominan (mati ujung) pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Sebanyak 47 pohon kerai payung (Filicium decipiens) atau 25,54 % terkena tipe kerusakan hilangnya ujung dominan (mati ujung). Pohon kerai
payung yang terkena tipe kerusakan ini dapat dilihat pada bagian ujung pohon mengalami kematian. Biasanya tipe kerusakan ini disebabkan oleh petir atau angin kencang.
5. Cabang patah atau mati
Gambar 8. Kerusakan tipe cabang patah atau mati pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Tipe kerusakan paling banyak dijumpai pada pohon kerai payung (Filicium decipiens) adalah cabang patah atau mati. Dari pengamatan visual yang dilakukan, pohon kerai payung yang mengalami cabang patah menunjukkan gejala cabangnya kering, daun berguguran atau tidak ada, bahkan cabang pohon tersebut mati kering. Sebanyak 161 pohon kerai payung atau 87,5 % mengalami cabang patah atau mati.
6. Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk
Gambar 9. Kerusakan tipe brum pada cabang atau daerah dalam tajuk pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Sebanyak 98 pohon atau 53,26 % mengalaminya mengalami kerusakan tipe brum pada cabang atau daerah dalam tajuk. Tipe kerusakan ini mudah diamati, yaitu terlihat adanya suatu gerombolan ranting/tunas yang padat dan tumbuh di satu titik yang sama pada cabang atau daerah tajuk pohon. Tumbuhnya tunas-tunas ini secara bergerombol dianggap tidak normal, yang bahkan mengganggu pertumbuhan pohon.
7. Kerusakan daun
Kerusakan daun ini merupakan tipe kerusakan yang paling sedikit dijumpai pada pohon kerai payung yaitu sebanyak 2 pohon atau 1,09 %. Gejala ini bisa dilihat dengan adanya daun yang dimakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang >50% pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas. Berdasarkan pengamatan, tipe kerusakan ini bukan 3 dominan yang ditemui pada pohon kerai payung.
Gambar 10. Kerusakan tipe kerusakan daun pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
8. Daun berubah warna (tidak hijau)
Gambar 11. Kerusakan tipe daun berubah warna (tidak hijau) pada pohon kerai payung (Filicium decipiens)
Pohon kerai payung yang terkena tipe kerusakan daun berubah warna (tidak hijau) ini sebanyak 20 pohon atau 10,87 %. Ada beberapa pohon yang mengalami perubahan warna tidak mencapai ambang yang dianggap termasuk tipe kerusakan daun berubah warna (tidak hijau).Banyak hal penyebab daun menjadi kuning. Tidak hanya disebabkan oleh masalah nutrisi, warna kuning bisa saja menjadi tanda gejala suatu penyakit. Seperti serangan hama, kelebihan air, kekurangan air, kekurangan cahaya matahari, kekurangan zat hara (K, N, Ca, Mg, Fe, dan Zinc).
Lokasi Kerusakan
Menurut Forest Health Monitoring (FHM) terdapat 9 lokasi kerusakan pada pohon. Lokasi kerusakan ini sejalan dengan tipe kerusakan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lokasi kerusakan pohon kerai payung hanya terdapat di 5 lokasi.
Gambar 12. Lokasi kerusakan pohon kerai payung (Filicium decipiens) di Kampus USU
Sebanyak 74,46% (137 pohon) memiliki lokasi kerusakan di bagian bawah dan atas batang (kode 4), sebanyak 5,98%(11 pohon)memiliki lokasi kerusakan bagian atas batang atau setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar hidup (kode 5). Terdapat 87,5% ( 161 pohon)memiliki lokasi kerusakan bagian cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup) (kode7).
Batang secara fisik merupakan penopang tajuk dan secara fisiologis berperan sebagai organ penyangga sistem transport untuk distribusi unsur hara.
Oleh karena itu jika batang telah mengalami kerusakan akan berpengaruh nyata
pada pertumbuhan karena menyalurkan unsur hara dari akar ke daun-daun.
Kerusakan pada bagian batang ini akan meningkatkan resiko pohon rubuh atau tumbang.
Sebanyak 78,8 % ( 145 pohon) memiliki lokasi kerusakan pada bagian kuncup dan tunas atau pertumbuhan tahun terakhir (kode 8). Sebanyak 22 pohon memiliki kerusakan pada bagian daun (kode 9). Daun memegang peranan penting dalam fotosintesis. Akibat umum yang disebabkan oleh kerusakan pada daun ini adalah terhambatnya proses fotosintesis sebagai fungsi utama daun. Daun merupakan bagian yang penting bagi pertumbuhan pohon sehingga diperlukan adanya perawatan terhadap kerusakan pohon.
30