• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih

Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan teknologi untuk kegiatan produksinya. Spesies jamur yang dibudidaya adalah jamur tiram putih yang memiliki ciri warna daging yang berwarna putih.

Usaha budidaya jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi memiliki luas lahan kurang lebih 1.200 m2, yang terdiri dari bangunan kumbung dengan luas rata-rata dari kedua kecamatan 800 m2 sebagai tempat

growing atau penumbuhan jamur tiram. 400 m2 luas lahan selain bangunan kumbung digunakan sebagai tempat penyimpanan sarana pendukung produksi. Ada beberapa aspek yang dapat diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya jamur tiram putih antara lain :

Sosial Ekonomi

Umumnya aspek sosial ekonomi berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar lokasi kegiatan budidaya dilakukan. Beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dari aspek sosial ekonomi adalah sebagai berikut :

- Lingkungan harus terjaga dengan baik. Artinya, usaha budidaya jamur tiram putih tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada. Kondisi iklim cuaca di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama. Suhu dari kedua daerah tersebut berkisar antara 15 - 22 0C dengan kelembaban 90%.

- Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.

- Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, yakni sarana produksi, sarana transportasi, sarana penerangan (listrik), dan sarana telekomunikasi seperti telepon guna menunjang kelancaran usaha. Dari lokasi usaha

budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi yang menjadi objek penelitian telah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana bagi

keberlangsungan usaha budidaya jamur tiram. Seperti kelengkapan sarana produksi yang berupa alat-alat kebersihan, masker, sepatu boot, dan lain

sebagainya. Untuk transportasi menggunakan motor maupun sepeda, dan sarana-sarana yang penunjang yang lainnya.

- Lokasi aman dan mendapat jaminan dari pihak-pihak yang berwenang di daerah setempat. Pada lokasi usaha di Kecamatan Ciampea yang telah berlangsung selama kurang lebih 5 tahun, tidak terjadi konflik dengan masyarakat sekitar. Begitu pun dengan lokasi usaha yang ada di Kecamatan Ciawi. Masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha terlihat tidak terganggu dengan adanya usaha budidaya jamur tiram tersebut.

Proses Budidaya Jamur Tiram Putih

Aspek budidaya mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan budidaya jamur tiram putih. Untuk lokasi bangunan dipilih lahan dengan tanah yang stabil. Untuk budidaya jamur tiram pada lokasi penelitian, responden memilih lahan yang berhawa sejuk dengan suhu 10 - 22 0C dengan kelembaban udara cukup tinggi berkisar 90%. Dari kedua lokasi usaha yang berada di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, kegiatan usaha buidaya jamur tiram telah memenuhi kriteria yang baik untuk lokasi usaha. Hal ini terlihat dari hasil produksi yang cukup baik. Pembudidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi telah mengukur suhu dan kelembaban yang ideal, sehingga dari segi pemilihan iklim cuaca untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciampea dan Ciawi sudah cukup memenuhi untuk standar produksi.

Sarana Produksi

Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, antara lain bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan.

· Bangunan

Secara umum bangunan yang digunakan untuk usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi seperti terlihat pada Gambar 2. Dalam usaha budidaya jamur tiram bangunan yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih disebut kumbung.

Gambar 2. Bangunan kumbung pemeliharaan di Kecamatan Ciampea.

Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaring anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun.

· Rak-Rak Bambu

Bagian dalam bangunan kumbung terdapat rak-rak yang terbuat dari bahan utama bambu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur. Dari lokasi usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi struktur rak- rak yang digunakan sama dari bahan dan bentuk. Yang berbeda hanya tingkatan dari setiap rak di Kecamatan Ciampea umumnya rak yang digunakan memilki 3 tingkat dengan masing-masing tingkat ditumpuk bibit jamur. Untuk lokasi usaha di Kecamatan Ciawi menggunakan rak sebanyak 4 - 5 tingkat. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang cukup sempit sehingga bentuk rak sedikit ditambah tingkatannya agar memenuhi kebutuhan produksi jamur tiram.

Gambar 3. Rak tempat penyimpanan baglog jamur di Kecamatan Ciampea.

Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bedeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log (bibit jamur) disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut.

· Peralatan

Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Peralatan yang digunakan pada usaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea dan Ciawi relatif sama, yang membedakan hanya pada kelengkapan peralatan yang dipakai dan teknologi alat yang dipakai. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu :

· Jarum Inokulasi

Jarum Inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, dengan cara mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.

Gambar 4. Peralatan budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciawi.

Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan 1 jam sebelum melakukan inokulasi.

· Timbangan

Gambar 5. Timbangan panen jamur tiram di Kecamatan Ciawi.

Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 100 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur.

· Alkohol 70%

Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi.

· Saringan Pengayak

Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter.

· Autoklaf

Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog.

Gambar 6. Autoklaf yang sedang diloading dengan baglog yang akan disterilkan di Kecamatan Ciampea.

· Termometer

Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan atau kumbung jamur.

Bahan-bahan

Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan.

· Bahan baku

Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu

yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut :

- Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya: oli, solar, minyak dan lain-lain.

- Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah.

- Serbuk kayu kering.

Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, rataan setiap harinya digunakan sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp. 1.500.

· Bahan tambahan - Bekatul

Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp. 1000 per kg.

- Kapur

Kapur digunakan untuk mengatur pH media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari setiap sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp. 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya.

Teknis Budidaya Jamur Tiram Putih

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi usaha, teknis kegiatan budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi tidak ada kegiatan yang berbeda jauh. Hasil pengamatan kegiatan budidaya jamur tiram putih dengan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ciampea dan Ciawi secara umum memiliki kegiatan yang sama. Kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Alur Teknik Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Tahap 1. Persiapan Media

Persiapan media merupakan tahap awal untuk menghasilkan jamur tiram putih yang berkualitas baik sehingga menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram putih. Mutu media yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi. Adapun kegiatan persiapan media meliputi :

· Persiapan substrat

Bahan baku media pembuatan jamur tiram putih ini pada umumnya terdiri dari serbuk gergaji, kapur, bekatul (dedak padi), dengan komposisi yang disesuaikan dengan besarnya produksi jamur yang akan dihasilkan, masing- masing dari bahan baku.

Tahap 1. Persiapan media

Tahap 3. Inkubasi

Tahap 4. Penumbuhan

Tahap 5. Pemanenan Tahap 2. Inokulasi

· Pengayakan serbuk kayu

Pengayakan serbuk kayu dilakukan sebelum serbuk kayu dicampur bersama bahan-bahan yang lain. Tujuan dari pengayakan serbuk kayu untuk menghasilkan serbuk kayu yang halus dan seragam. Dalam artian, serbuk ini tidak terlalu bercampur dengan benda-benda asing seperti kerikil, potongan kayu kecil, pecahan kaca ataupun plastik dan lain sebagainya.

· Pencampuran media

Semua bahan baku yang diperlukan untuk membentuk media dicampur dengan air dan diaduk secara merata dengan komposisi yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dari hasil penelitian kebutuhan baglog per hari kurang lebih 300 baglog yang didapat dari pencampuran serbuk kayu sebanyak 100 kg, bekatul 15 kg, dan kapur 5 kg.

· Pengomposan media

Proses pengomposan media perlu dilakukan untuk menguraikan senyawa- senyawa komplek dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Waktu yang diperlukan dalam kegiatan pengomposan media adalah kira- kira 1 - 2 hari.

· Pembungkusan atau pengantongan media

Media yang siap dimasukan ke dalam kantong plastik yaitu media yang tidak pecah atau terurai bila kepalan tangan dilepas. Plastik pembungkus yang digunakan yaitu plastik polipropilen (pp) karena plastik ini relatif tahan panas. Setelah media dibungkus, maka selanjutnya ujung plastik ujung plastik dapat disatukan dengan cincin yang terbuat dari potongan bambu pada leher plastik, sehingga bungkusan menyerupai botol.

· Sterilisasi media

Kegiatan selanjutnya adalah mensterilkan media yang telah dibungkus. Tujuan dari mensterilkan media tersebut adalah untuk menghambat perkembangbiakan kontaminan atau benda asing yang tidak diinginkan yang

masuk ke dalam media atau bahan baku. Hal ini perlu dilakukan pada suhu 90 - 95

0

C selama kurang lebih 8 jam.

· Pendinginan media

Setelah kegiatan strelilisasi selasai selama hampir 8 jam. Media yang dikeluarkan dari alat sterilisasi lalu didinginkan agar supaya bibit jamur tidak mati pada saat dilakukan pembibitan.

Tahap 2. Inokulasi

Sebelum kegiatan inokulasi dilakukan, ruangan untuk inokulasi, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu dengan menyemprotkan alkohol 70%. Umumnya kegiatan ini dilakukan dengan cara tusukan yaitu dengan membuat lubang dibagian tengah media melalui cincin sekitar 3/4 dari tinggi media. Alat tusuk dapat berupa lidi atau kayu dengan

diameter 1 inci. Media kemudian ditutup dengan kapas setelah diinokulasi.

Tahap 3. Inkubasi

Tahap inkubasi ini dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah diinokulasi agar bibit jamur tumbuh. Suhu yang dibutuhkan selama proses inkubasi ini berkisar 20 - 25 0C. Kegiatan ini dilakukan hingga seluruh media berwarna putih karena ditutupi oleh miselia jamur. Setelah seluruh media memutih karena ditutupi oleh miselia jamur selama kurang lebih 40 - 60 hari dibuka tutup baglognya dan sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Pada dasarnya pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan oksigen yang cukup maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik.

Tahap 4. Penumbuhan

Satu sampai dua minggu setelah media dibuka maka tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2 - 3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal. Apabila jamur yang sudah tumbuh tersebut dibiarkan terlalu lama maka bentuk jamur tersebut akan kurang baik dan daya simpannya akan menurun.

Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu 16 - 22 0C dengan kelembaban 80 - 90%. Kondisi tersebut dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, apabila suhu terlalu tinggi sedangkan kelembaban terlalu rendah (hal ini terjadi pada musim panas) perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan sprayer atau dengan menggunakan pengabut yang bekerja dengan mesin pompa air.

Tahap 5. Pemanenan

Panen dilakukan sebanyak 4 sampai 8 kali panen, dimana keadaannya tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur serta lingkungan selama pemeliharaan. Panen jamur dilakukan pada pagi hari ketika jamur sudah memenuhi syarat untuk dipanen. Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata antara 5 - 10 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat atau mencabut jamur yang dipanen. Bekas batang jamur dalam substrat tanam harus dibersihkan. Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian per tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel pada bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan jamur pun akan lebih lama. Hasil panen jamur tiram dapat langsung dipasarkan dalam kondisi segar.

Tahap 6. Pemasaran

Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 20 kg/hari. Untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Harga jual jamur tiram putih segar adalah Rp 7.000 per kilogram. Harga ini dilihat dari rata-rata harga yang biasa dipakai oleh penjual jamur itu sendiri.

Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen

yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta.

Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyek/usaha melalui pengujian. Aspek finansial dalam penelitian ini berkaitan dengan nilai dari manfaat dan biaya dalam usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi untuk usaha budidaya jamur tiram putih meliputi bangunan, sekop, timbangan pembibitan, pengayak, cidukan serbuk, alat strerilisasi, oven (drum), lampu spiritus, sendok tanam, sprayer strerilisasi, cangkul, pompa air, nostle, selang air, cutter, sprayer budidaya, sapu, pisau, timbangan pemanenan, dan keranjang.

Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. No Komponen Investasi Jumlah

(unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) Umur Teknis (tahun) 1 Bangunan 1 90.000.000 90.000.000 10 2 Sekop 2 65.000 130.000 3 3 Timbangan Pembibitan 1 75.000 75.000 3 4 Pengayak 1 50.000 50.000 3 5 Cidukan Serbuk 0 - - - 6 Alat Sterilisasi 1 10.000.000 10.000.000 5 7 Oven (Drum) 0 - - 3 8 Lampu Spriritus 2 15.000 30.000 5 9 Sendok Tanam 3 15.000 45.000 5 10 Sprayer Sterilisasi 3 7.000 21.000 3 11 Cangkul 0 - - - 12 Pompa air 1 150.000 150.000 5 13 Nostle 1 12.000 12.000 2 14 Selang air 1 250.000 250.000 5 15 Cutter 0 - - 1 16 Sprayer Budidaya 0 - - 3

Tabel 2. Investasi Budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea. 17 Sapu 0 - - 3 18 Pisau 3 5.000 15.000 3 19 Timbangan Pemanenan 1 85.000 85.000 3 20 Keranjang 2 60.000 120.000 3 Total 23 100.789.000 100.983.000

Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciampea rata-rata adalah sebesar Rp. 100.983.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.100 m2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri.

Tabel 3. Investasi budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.

No Komponen Investasi Jumlah (unit) Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) Umur Teknis (tahun) 1 Bangunan 1 14.000.000 14.000.000 5 2 Sekop 2 65.000 130.000 3 3 Timbangan Pembibitan 1 75.000 75.000 3 4 Pengayak 1 50.000 50.000 3 5 Cidukan Serbuk 0 - - - 6 Alat Sterilisasi 4 80.000 320.000 5 7 Oven (Drum) 4 350.000 1.400.000 3 8 Lampu Spriritus 1 25.000 25.000 5 9 Sendok Tanam 2 17.500 35.000 5 10 Sprayer Sterilisasi 1 6.000 6.000 3 11 Cangkul 0 - - - 12 Pompa air 1 175.000 175.000 5 13 Nostle 1 13.000 13.000 2 14 Selang air 1 200.000 200.000 5 15 Cutter 0 - - 1 16 Sprayer Budidaya 0 - - 3 17 Sapu 0 - - 3 18 Pisau 4 2.500 10.000 3 19 Timbangan Pemanenan 1 75.000 75.000 3 20 Keranjang 7 55.000 385.000 3 21 Tabung Gas 4 500.000 2.000.000 10 Total 32 15.689.000 18.899.000

Biaya investasi yang dikeluarkan di Kecamatan Ciawi rata-rata adalah sebesar Rp 18.899.000 dengan luas lahan yang digunakan seluas 1.000 m2. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih untuk investasi ini berasal dari modal sendiri.

Biaya operasional

Biaya operasional yang dikeluarkan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.

· Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya output. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya jamur tiram putih terdiri atas gaji karyawan, dan penyusutan. Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea adalah sebesar Rp 13.133.944. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya tetap usaha (tahunan) budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi.

No. Jenis Total Biaya (Rp)

Ciampea Ciawi

1 Gaji Tenaga Kerja Tetap 6.140.000 5.600.000

2 Penyusutan 6.993.944 5.719.211

Total 13.133.944 11.319.211

Biaya tetap usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi adalah sebesar Rp 11.319.211. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciawi dapat dilihat pada Tabel 4.

· Biaya Variabel

Biaya vaiabel adalah biaya yang berubah dengan adanya perubahan jumlah

output. Biaya variabel yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Ciampea dan Ciawi meliputi serbuk gergaji, kapur pertanian, dedak, tepung jagung, bibit jamur, spiritus, alkohol 70%, cincin, kapas sintetis, plastik baglog, masker, kayu bakar, plastik packing, tali rafia. Rincian biaya variabel Kecamatan Ciampea dan Ciawi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciampea.

No Jenis Jumlah

(unit)

Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Serbuk Gergaji 1.500 2.500 3,750,000 2 Kapur Pertanian 100 500 50.000 3 Dedak 1.000 1.000 1.000.000 4 Tepung Jagung 17 4.000 68.000 5 Bibit Jamur 30,000 27 810.000 6 Spiritus 1 7.000 7.000 7 Alkohol 70% 1 16.000 16.000 8 Cincin 35.000 25 875.000 9 Kapas Sintetis 250 6.000 1.500.000 10 Plastik Baglog 90 12.000 1.080.000 11 Masker 12 3.000 36.000 12 Gas 1 150.000 150.000 13 Plastik Packing 5 45.000 225.000 14 Tali Rafia 1 15.000 15.000 Total 67.978 262.052 9.582.000

Berdasarkan tabel diatas biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha budidaya jamur tiram di Kecamatan Ciampea selama satu bulan adalah sebesar Rp. 9.582.000. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih ini dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar terdapat pada penggunaan bahan utama media yaitu serbuk kayu sebesar Rp. 3.750.000 hal ini dikarenakan serbuk kayu merupakan komponen penting dari usaha budidaya jamur tiram putih. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih adalah spiritus yaitu sebesar Rp. 7.000.

Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi.

No Jenis Jumlah

(unit)

Harga per Unit (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Serbuk Gergaji 6.000 2.500 15.000.000 2 Kapur Pertanian 2 500 1.000 3 Dedak 3 1.000 3.000 4 Tepung Jagung 1 4,500 4.500

Tabel 6. Biaya variabel usaha budidaya Jamur Tiram Putih di Kecamatan

Dokumen terkait