• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lanjutan lampiran 2.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu

Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation on Non Wood Forest Product (1998) dalam Sofyan (2000), menyatakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai bahan yang diambil dari hutan selain dari kayu dengan ragam bentuk dan sifat yang sangat luas.

Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu yang dipakai di lingkungan kehutanan mencakup semua benda biologis termasuk jasa yang berasal dari hutan atau lahan sejenis di luar kawasan hutan dan tidak termasuk kayu dalam berbagai bentuk (www.google.com, 15/05/2010).

Jamur Tiram

Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.

Tubuh buah memiliki batang yang berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom (Suriawiria, 2001).

Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 - 20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8 - 11) × (3 - 4) µ m. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang.

Pembudidayaan jamur tiram biasanya dilakukan dengan media tanam serbuk gergaji. Selain campuran pada berbagai jenis masakan, jamur tiram merupakan bahan baku obat statin. Jamur tiram diketahui membunuh dan

mencerna nematoda yang kemungkinan besar dilakukan untuk memperoleh nitrogen.

Klasifikasi Jamur Tiram

Menurut sistematika secara taksonominya, klasifikasi jamur tiram putih, yaitu: Kerajaan : Fungi Filum : Basidiomycota Kelas : Homobasidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Agaricaceae Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

Budidaya Jamur Tiram

Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati (Suhardiman, 1989).

Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat 50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini, setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi.

Dilihat dari aspek kesehatan, jamur tiram merupakan bahan pangan bergizi berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkan obat modern. Secara ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Berikut gambaran secara umum untuk melakukan kegiatan budidaya jamur tiram, antara lain:

Tempat tumbuh

Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun lancip atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.

Dalam meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter.

Campuran bahan-bahan tersebut yang dijadikan sebagai media perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65% dengan menambah air bersih agar miselia

jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik. Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme.

Tingkat keasaman (pH)

Pertumbuhan jamur tiram dipengaruhi oleh tingkat keasaman medianya. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur.

Suhu udara

Dalam budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang sangat penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 280C dengan kelembaban 60 - 70% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 220C.

Cahaya

Miselium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar, sebaiknya selama masa pertumbuhan miselium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat intensitas penyinaran 60 - 70% cahaya.

Sarana Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih

Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, yaitu bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan.

· Bangunan

Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun.

· Rak-Rak Bambu

Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bendeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut.

· Peralatan

Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu :

· Jarum Inokulasi

Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.

· Sprayer

Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu jam sebelum melakukan inokulasi.

· Timbangan

Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur.

· Alkohol 70%

Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi.

· Saringan Pengayak

Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter.

· Autoklaf

Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog.

· Termometer

Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan atau kumbung jamur.

· Higrometer

Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi.

· Bahan-bahan

Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan.

· Bahan baku

Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut :

- Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya : oli, solar, minyak dan lain-lain.

- Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah.

- Serbuk kayu harus baru dan kering.

Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, setiap harinya digunakan sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp 1.500.

· Bahan tambahan

Bekatul

Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila

bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp 1.000 per kg.

Kapur

Kapur digunakan untuk mengatur pH media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari per sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya.

Gips

Gips digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah rusak. Gips yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 1 kg. Harga gips Rp 2.000 per kg.

Proses Budidaya Jamur Tiram Putih

Keberhasilan budidaya jamur tiram putih ditentukan oleh proses budidaya yang dilakukan. Proses budidaya jamur tiram putih mulai dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan 40 - 60 hari. Berapa tahapan proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan, yaitu :

Ruang persiapan

Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain : kegiatan pengayakan serbuk kayu, penimbangan serbuk kayu, perendaman serbuk kayu, penirisan serbuk kayu, pencampuran media, pengomposan media, pengantongan media, sterilisai media dan pendinginan media. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan baku dan bahan tambahan apabila skala produksi usaha tidak terlalu besar. Ukuran ruangan 6 m x 5 m x 5 m.

Persiapan media merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum dimulainya pembuatan media tumbuh. Pada ruang persiapan dilakukan kegiatan

yang meliputi penyediaan bahan baku, yaitu sebuk kayu dan bahan tambahan persiapan media tanam seperti bekatul, kapur dan gips yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Selain itu, persiapan alat atau sarana kerja juga perlu dilakukan. Komposisi media tanam yang harus dipersiapkan dan digunakan adalah sebagai berikut :

- Serbuk gergaji : 199,6 kg dalam keadaan serbuk bersih - Bekatul (dedak) : 30 kg

- Kapur ( CaCO3) : 4 kg

- Gips ( CaSO4) : 1 kg

Setelah semuanya siap maka segera dibuat rencana kegiatan produksi untuk media tanam yang meliputi :

· Pengayakan serbuk gergaji

Pada prinsipnya pengayakan dilakukan untuk memisahkan serbuk gergaji dari sampah kulit kayu dan potongan kulit kayu yang tidak berguna, bahkan sampah tersebut dapat merusak kantong plastik dan mengakibatkan kontaminasi. Dalam hal ini, ukuran ayakan yang digunakan sama dengan dengan ukuran dalam mengayak pasir. Kawat ayakan yang digunakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 m dan lebar 1 m. Pengayakan dilakukan secara manual oleh satu orang tenaga manusia. Lama pengayakan serbuk gergaji adalah 1 - 2 jam untuk 12 karung atau 200 kg dengan limbah 0,4 kg, sehingga menghasilkan 199,6 kg serbuk gergaji bersih untuk 500 baglog tanam.

Adapun manfaat dari pengayakan adalah untuk mendapatkan keseragaman ukuran serbuk gergaji sehingga pada saat dilakukan pencampuran dengan bahan- bahan lainnya dapat merata dan penyebaran miselia pada media tanam substrat setelah diinokulasi diharapkan lebih sempurna.

· Penimbangan

Penimbangan dilakukan dengan tujuan mendapatkan komposisi yang tepat dari beberapa bahan-bahan yang akan disiapkan untuk pembuatan media tanam, apabila penimbangan tersebut tidak tepat, maka berdampak pada pertumbuhan dan kualitas jamur yang tidak normal. Jenis timbangan yang dipakai adalah timbangan 150 kg.

· Perendaman

Kegiatan perendaman serbuk gergaji mempunyai maksud tujuan untuk menghilangkan zat-zat penghambat pertumbuhan miselium seperti getah, minyak dan lain-lain. Fungsi lain dari perendaman ialah serbuk gergaji menjadi bersih dan lebih lunak serta kandungan kadar airnya lebih stabil. Sebelum melakukan perendaman, bak perendaman terlebih dahulu dibersihkan dari debu, lumut, dan kotoran-kotoran lainnya guna menjaga tidak tercemarnya air yang digunakan untuk merendam serbuk gergaji.

Perendaman dilakukan dengan cara serbuk gergaji dimasukkan ke dalam karung terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan serbuk gergaji selama perendaman. Kemudian serbuk gergaji direndam dalam bak air yang bersih dan ditindih dengan pemberat. Apabila tidak digunakan pemberat, maka serbuk gergaji tersebut akan mengapung. Perendaman dilakukan selama 24 jam.

· Penirisan

Setelah waktu perendaman selesai, selanjutnya dilakukan penirisan dengan cara meletakkan karung berisi sebuk gergaji yang telah direndam di atas para-para agar air yang berlebihan dalam serbuk gergaji tersebut tuntas (tidak banyak menetes).

Kadar air yang berlebihan diatas 60% dapat mengakibatkan kontaminasi atau pembusukan media. Selain itu apabila media tanam terlalu basah karena kadar air terlalu tinggi, maka dapat menghambat pertumbuhan miselium.

· Percampuran Media

Tujuan dari fungsi pencampuran media yaitu agar pencampuran komposisi media tanam yang terdiri dari serbuk gergaji + bekatul + kapur (CaCO3) + gips

(CaSO4) dapat teraduk merata. Sebelum melakukan kegiatan ini lantai yang akan

digunakan untuk pencampuran media tanam harus dibersihkan dahulu agar terhindar dari mikroorganisme pengganggu dan debu.

Cara pencampuran media yang dilakukan adalah sebagai berikut: ½ bagian serbuk gergaji dicampur dengan bekatul + kapur + gips diaduk sampai merata dengan menggunakan sekop. Setelah itu hasil pencampuran tersebut dicampur

dengan ½ bagian sisa serbuk gergaji yang lain, kemudian ditambah dengan air bersih. Penambahan air dihentikan pada saat kadar air media telah tercukupi, dimana jika media dikepal dengan tangan akan terbentuk gumpalan yang tidak mudah pecah.

· Pengomposan

Pengomposan dilakukan dengan cara menekan campuran serbuk gergaji, kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50 °C. Semakin tinggi suhu dan kelembaban saat pengomposan berlangsung akan mempercepat proses fermentasi media. Tujuan dari pengomoposan ialah untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawa- senyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah dicerna oleh jamur tiram putih sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur tiram putih lebih baik.

· Pengantongan Media

Media hasil pengomposan dimasukkan ke dalam kantong plastik polipropilen (pp) ukuran 18 cm x 30 cm, dengan ketebalan 0,5 - 0,6 mm, diameter kantong 15 cm dan tinggi kantong 20 cm. Penggunaan kantong plastik dimaksud untuk menjaga kondisi lembab media dan memudahkan penanganan media selama pertumbuhan. Pemilihan kantong plastik berwarna putih bertujuan untuk mempermudah melihat pertumbuhan miselium. Kantong plastik yang terlalu tipis mudah pecah saat pengantongan, sedangkan kantong plastik yang terlalu tebal mempersulit pengantongan. Adapun prosedur media yaitu sebagai berikut :

- Media dimasukkan ke dalam kantong plastik sedikit demi sedikit sambil dipadatkan, apabila media di dalam kantong plastik tidak padat, maka pertumbuhan bibit atau miselium tidak merata. Media yang dimasukkan ke setiap kantong plastik sebanyak 1,3 kg. Cara memadatkan media tersebut secara normal, yaitu ditumbuk dengan botol atau alat lainnya.

- Setelah log media dipadatkan, bagian atasnya diberikan cincin leher dan disumbatkan dengan kapas serta ditutup dengan potongan kertas koran yang diikat dengan karet gelang. Dengan demikian bungkusan akan menyerupai

botol. Perlakuan tersebut sangat berguna agar pada saat penyeterilan dilakukan, log tersebut tidak kemasukan air.

· Sterilisasi

Log media tanam yang akan ditanam bibit jamur harus disterilkan terlebih dahulu. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 - 90 °C selama delapan jam. Untuk melakukan sterilisasi media digunakan alat pengukus, yaitu autoklaf yang dapat menampung kurang lebih 500 baglog, yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan bambu sebagai pembatas antara air dengan tempat media.

Penyusunan baglog di dalam autoklaf dibuat bertingkat dalam posisi tidur sampai memenuhi autoklaf dan ditutup dengan plastik supaya uap panas tidak keluar. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk membebaskan kontaminasi, yaitu mematikan jasad hidup atau bibit jamur liar yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium. Akibat dari kurang baiknya sterilisasi dapat menyebabkan kegagalan sekitar 30% pada media tanam. Adapun sebab-sebab kegagalan dalam sterilirsasi, yaitu:

- Tekanan uap air panas tidak tercapai. Kondisi ini dapat disebabkan oleh nyala api kompor yang tidak konstan atau stabil, serta dapat juga disebabkan oleh uap panas yang tidak merata karena penyusunan log dalam autoklaf terlalu padat. Oleh karena itu kompor harus selalu dibersihkan dan wadah minyak harus diperhatikan.

- Waktu pemanasan terlalu singkat yakni kurang dari 8 jam sehingga spora jamur liar yang ada di dalam media tanam tidak mati.

Selain itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menekan kegagalan adalah :

- Bahan untuk pembuatan log tanam harus terbebas dari benda asing

- Autoklaf harus sterilisasi dan dapat menghasilkan uap air panas dengan temperatur atau tekanan yang sesuai dengan kebutuhan.

· Pendinginan Media

Sebelum dilakukan pemberian bibit atau inokulasi, media yang telah disterilisasi harus didinginkan terlebih dahulu sekitar 8 - 12 jam. Pendinginan

dilakukan hingga suhu mencapai 35 - 40 °C. Apabila suhu media terlalu tinggi, maka bibit yang ditanam akan mati karena kepanasan.

Ruang Pembibitan

Ruang pembibitan adalah ruangan yang khusus digunakan untuk proses produksi bibit. Ruang ini digunakan bila produksi sudah besar. Ruangan ini seklaigus dijadikan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur yang dibentuk dalam kemasan botol. Menyediakan ruangan pembibitan yang diatur kebersihannya sedemikian rupa sehingga terbebas dari kontaminan.

Ruang Inokulasi

Ruang Inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar. Ventilasi sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat

Dokumen terkait