• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman Karakter Kuantitatif Tanaman Cabai

Berdasarkan analisis ragam gabungan untuk 20 genotipe tanaman cabai pada dua lokasi menunjukkan bahwa umumnya genetik, lokasi dan interaksinya berpengaruh sangat nyata pada karakter yang diamati, kecuali umur panen, tinggi tanaman dan jumlah buah per tanaman (Tabel 2 dan 3). Kondisi ini menunjukkan bahwa penampilan karakter yang diamati dipengaruhi oleh faktor genetik, lokasi dan interaksi antara genetik dan lingkungan.

Pengujian pada dua lokasi penanaman yang dilakukan pada 20 genotipe cabai bertujuan untuk menduga nilai pengaruh interaksi genetik lingkungan. Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat respon yang berbeda pada penampilan karakter bobot buah per tanaman. Umumnya penampilan karakter bobot buah per tanaman pada lokasi penanaman di Rimbo Panjang memperlihatkan respon yang lebih baik daripada lokasi penanaman Leuwikopo, kecuali genotipe C140.

Selain untuk melihat interaksi genetik lingkungan, penanaman pada dua lokasi dilakukan agar pengaruh genetik yang didapat telah bebas dari pengaruh interaksi genetik dan lingkungannya (Syukur et al. 2012b). Selain itu penggunaaan model acak dalam perhitungan analisis ragam gabungan dilakukan untuk keperluan pendugaan ragam genetik dan menduga nilai-nilai parameter genetik yang berguna untuk program pemuliaan lanjutan dalam kegiatan seleksi pemilihan tetua yang tepat.

Gambar 2. Grafik interaksi genetik lingkungan pada karakter bobot buah per tanaman

Tabel 2 Kuadrat tengah analisis ragam gabungan 20 genotipe karakter non buah tanaman cabai pada dua lokasi

Sumber Keragaman db Kuadrat tengah Umur berbunga Umur panen Tinggi tanaman Tinggi

dikotomus Lebar tajuk

Lokasi 1 14322.67** 8619.08** 2067.52tn 1299.31** 13159.49**

Ulangan/Lokasi 4 41.20tn 5.24tn 329.98** 45.60** 136.27**

Genotipe 19 290.52** 23.52** 604.63** 91.73** 334.65**

Genotipe*Lokasi 19 107.24** 0.92tn 239.00** 22.88** 100.78**

Galat 76 23.58** 2.15tn 93.39 tn 9.29t n 37.48t n

Keterangan: *=berpengaruh nyata pada α = 5%, **=berpengaruh nyata pada α = 1%, tn=tidak nyata

Nilai tengah karakter non buah dari 20 genotipe tanaman cabai pada penanaman dua lokasi disajikan pada Tabel 4. Nilai tengah umur berbunga pada 20 genotipe cabai yang ditanaman pada dua lokasi penanaman adalah 51.43 hari setelah tanam (HST). Genotipe C5 merupakan tanaman cabai yang berbunga terlebih dahulu dari pada genotipe lainnya, yaitu pada 31 HST. Sementara itu genotipe C18 dan C19 merupakan tanaman cabai yang berbunga paling lama, yaitu pada 62 HST dan 61 HST (Tabel 4).

Tabel 3 Kuadrat tengah analisis ragam gabungan 20 genotipe karakter buah tanaman cabai pada dua lokasi

Sumber Keragaman db Kuadrat tengah Panjang buah Panjang tangkai buah Diameter buah Bobot per buah Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman Lokasi 1 250.31** 12.88** 167.76** 65.94** 9555.05tn 616787.93** Ulangan/Lokasi 4 7.33tn 0.61tn 10.24** 2.22tn 1399.42** 6814.37tn Genotipe 19 65.17** 3.02** 80.89** 76.01** 8296.82** 47429.16** Genotipe*Lokasi 19 10.41** 0.66** 14.46** 5.31** 407.54tn 9409.33** Galat 76 3.70t n 0.28t n 3.46 tn 1.68 tn 373.47tn 3943.45tn

Keterangan: *=berpengaruh nyata pada α = 5%, **=berpengaruh nyata pada α = 1%, tn=tidak nyata

100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 Riau Bogor B o bo t bu a h per t a na m a n (g t a n -1) C5 C18 C143 C2 C19 C157 F5 12X5 11-1 F5 11X5 13-5 F5 11X5 13-12 F8 2X5 12-1 C51 C105 C111 C117 C118 C120

Nilai tengah umur panen pada 20 genotipe cabai yang ditanam pada dua lokasi penanaman adalah 92 HST. Genotipe yang memiliki nilai tengah umur panen genjah adalah genotipe C2, yaitu 89 HST. Sedangkan genotipe C120 adalah tanaman cabai yang memiliki nilai tengah umur panen paling lama, yaitu 99 HST. Hal ini dikarenakan genotipe C120 merupakan tipe cabai keriting.

Genotipe C159 dan F5110005-13-12 merupakan tanaman cabai yang tertinggi, dikarenakan memiliki nilai tengah tinggi tanaman mencapai 77.09 cm dan 78.13 cm. Genotipe C157 merupakan genotipe yamg memiliki nilai tengah tinggi dikotomus tertinggi yaitu 34.85 cm. Sementara itu genotipe C18 merupakan tipe tanaman pendek karena memiliki nilai tengah tinggi tanaman dan tinggi dikotomus kurang dari ½ meter, yaitu 45.15 cm dan 21.31 cm. Kisaran lebar tajuk dari 20 genotipe yang ditanaman antara 69.37 cm (C140) hingga 95.11 cm (C120). Tabel 4 Nilai tengah 20 genotipe karakter non buah tanaman cabai pada dua lokasi

Genotipe Umur berbunga (HST) Umur panen (HST) Tinggi tanaman (cm) Tinggi dikotomus (cm) Lebar tajuk (cm) C2 41.00cdc 89.67i--e 48.04cdc 22.50fgh 70.60ef- C5 31.83dcc 90.67ghi 69.59abc 27.67b-h 77.01c-f C18 62.17acc 92.50b-e 45.15d-e 21.31h-e 70.54ef

C19 61.33acc 90.00i--e 63.30a-d 29.06a-f 80.61b-f

C51 49.67abc 92.50b-e 70.58abc 28.18b-g 83.87a-e

C105 51.00abc 92.00b-f 75.64abc 29.68a-e 91.56ab-

C111 58.33ab 92.83bcd 65.01a-d 31.28abc 85.18a-d

C117 55.33abc 92.17b-e 71.56abc 32.18abc 83.56a-e

C118 50.33abc 92.67b-e 71.09abc 31.00a-d 87.13a-d

C120 54.67abc 99.33a-e 75.05abc 27.88b-h 95.11a-e

C140 56.50ab 92.00b-f 58.86a-d 24.41c-h 69.37f-e

C143 48.00abc 93.00bc 62.58a-d 31.68abc 88.04abc

C145 51.50abc 91.67c-g 47.22d-e 25.70c-h 73.07def

C157 56.00ab 93.33b 69.65abc 34.85a-e 83.52a-e

C159 48.67abc 91.50d-h 77.09a-e 32.62abc 86.60a-d

C160 53.00abc 92.00b-f 54.57bcd 26.23b-h 73.14def

F5110005-13-5 48.00abc 91.33e-h 56.39a-d 22.29ghc 74.74c-f F5110005-13-12 45.67bcc 90.33hi 78.13a-e 24.23e-h 78.52b-f F5120005-11-1 55.83abc 90.83f-i 62.19a-d 24.22e-h 73.38def

F8002005-12-1 49.67abc 91.50d-h 62.77a-d 24.28e-h 78.07b-f

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT taraf 5%

Karakter buah yang diamati pada populasi ini mencakup panjang buah, panjang tangkai buah, diameter buah, bobot per buah, jumlah buah pertanaman dan bobot buah pertanaman (Tabel 5). Genotipe C120 merupakan tanaman cabai yang memiliki buah terpanjang, yaitu 19.20 cm. Sementara itu genotipe C160 merupakan tipe cabai rawit yang memiliki panjang buah hanya 3.88 cm. Karakter panjang tangkai buah pada 20 genotipe yang diamati memiliki nilai tengah 4.38 cm, dalam rentang antara 3.29-5.71 cm. Diameter buah pada populasi yang diamati memiliki kisaran antar 6.79-18.96 cm. Jauhnya rentang diameter buah yang diamati dikarenakan genotipe cabai yang digunakan berasal dari tipe cabai rawit hingga cabai besar. Hal ini juga terlihat pada karakter bobot per buah yang memiliki rentang antara 1.16 cm hingga 16.61 cm.

Program pemuliaan tanaman bertujuan untuk menghasilkan tanaman unggul. Tanaman unggul umumnya diarahkan pada produktivitas yang tinggi juga. Pada tanaman cabai, jumlah buah yang banyak dan bobot buah pertanaman yang tinggi sangat diharapkan. Kondisi yang berbeda dapat dilihat dari data pada Tabel 5. Genotipe C5 merupakan tanaman yang memiliki nilai tengah bobot buah per tanaman yang tinggi, tetapi memiliki jumlah buah yang tidak termasuk pada kategori terbanyak. Sebaliknya genotipe C145 merupakan tanaman yang memiliki bobot buah per tanaman dalam terendah, yaitu 165.58 g tanaman-1, tetapi genotipe ini memiliki jumlah buah per tanaman yang terbanyak, yaitu 160 buah tanaman-1. Oleh karena itu, program pemuliaan diperlukan untuk menghasilkan tanaman cabai unggul baru dengan jumlah dan ukuran buah tertentu.

Tabel 5 Nilai tengah 20 genotipe karakter buah tanaman cabai pada dua lokasi

Genotipe Panjang buah (cm) Panjang tangkai buah (cm) Diameter buah (mm) Bobot per buah (g) Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman (g)

C2 13.81bc 3.95def 14.26a-d 7.58bcd 61.91efg 385.73abc

C5 10.46bcd 4.46b-e 18.96a 9.69b 53.64fg 471.49a

C18 11.66bcd 3.28f 16.16ab 7.67bcd 35.70g 216.65de

C19 12.26bcd 4.02def 15.93ab 7.95bcd 43.19g 345.34a-d

C51 11.68bcd 4.10def 12.51b-e 2.97fgh 84.51b-e 224.75de

C105 18.98a 5.71a 9.75c-f 5.48c-f 52.34fg 254.82cde

C111 11.02bcd 3.66ef 6.79f 2.95fgh 110.36b 289.01cde

C117 11.56bcd 4.22c-f 7.54ef 4.04fgh 91.49bcd 226.02de

C118 11.75bcd 5.27abc 10.46c-f 3.15fgh 101.24bc 221.34de

C120 19.20a 5.08a-d 7.74ef 4.41efg 71.02def 235.85de

C140 9.65cd 4.31b-f 10.05c-f 3.11fgh 78.58c-f 250.88cde C143 13.88bc 5.36ab 16.78ab 16.61a 37.73g 454.97ab C145 8.42d 3.29f 9.12c-f 1.16h 160.18a 165.58e C157 12.24bcd 4.70a-e 8.50ef 3.35fgh 108.08b 293.59cde C159 12.66bcd 4.00def 7.58ef 3.07fgh 98.21bcd 282.95cde C160 3.88e 3.31f 6.95f 1.48gh 175.71a 216.53de

F5110005-13-5 14.54b 5.01a-d 14.34abc 8.46cb 59.23efg 442.00ab F5110005-13-12 14.32b 4.73a-e 9.03def 5.72c-f 75.41c-f 375.71abc F5120005-11-1 12.34bcd 4.25b-f 11.81b-f 7.20b-e 54.38fg 351.51a-d F8002005-12-1 13.11bc 4.89a-d 10.64c-f 5.13def 78.22c-f 322.90bcd Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut

DMRT taraf 5%

Komponen ragam dari setiap karakter yang diamati disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 terdapat komponen ragam interaksi genotipe × lingkungan, informasi ini membuat pendugaan ragam genetik pada populasi ini akan lebih baik jika dibandingkan dengan penanaman populasi hanya pada satu lokasi (Syukur et al.2012b). Menurut Baihaki (2000), informasi ragam genetik akan lebih baik lagi jika populasi ditanam pada minimal dua lokasi dan dua musim, sehingga interaksi genotipe × lingkungan, genotipe × musim, dan genotipe × musim × lingkungan dapat dipisahkan. Kondisi ini memungkinkan dugaan ragam genetik murni dari pengaruh interaksi lingkungannya, baik itu lokasi ataupun musim penanaman.

Tabel 6 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas dari 20 genotipe tanaman cabai pada dua lokasi

Karakter Komponen ragam dan heritabilitas

σ2

g σ2e σ2gxe σ2p KKG Kriteria h2bs Kriteria

UB 30.55 23.58 27.89 48.42 10.75 sempit 0.63 Tinggi UP 3.77 2.15 0.00 4.13 2.11 luas 0.91 Tinggi TT 60.94 93.39 48.54 100.77 12.16 sempit 0.60 Tinggi TD 11.48 9.29 4.53 15.29 12.29 luas 0.75 Tinggi LT 38.98 37.48 21.10 55.78 7.79 luas 0.70 Tinggi PB 9.13 3.70 2.24 10.86 24.42 luas 0.84 Tinggi PTB 0.39 0.28 0.12 0.50 14.34 luas 0.78 Tinggi DB 11.07 3.46 3.67 13.48 29.59 luas 0.82 Tinggi BB 11.78 1.68 1.21 12.67 61.76 luas 0.93 Tinggi JBT 1314.88 373.47 11.35 1382.80 44.46 luas 0.95 Tinggi BBT 6336.64 3943.45 1821.96 7904.86 26.41 luas 0.80 Tinggi Keterangan: σ2g = ragam genetik, σ2e = ragam lingkungan, σ2gxe = ragam interaksi, σ2p = ragam fenotipe,

KKG = koefisien keragaman genetik, h2bs = heritabilitas arti luas, UB = umur berbunga, UP =

umur panen, TT = tinggi tanaman, TD = tinggi dikotomus, LT = lebar tajuk, PB = panjang buah, PTB = panjang tangkai buah, DB = diameter buah, BB = bobot per buah, JBT = jumlah buah pertanaman, dan BBT = bobot buah per tanaman.

Pendugaan nilai heritabilitas arti luas (h2bs) pada setiap karakter yang diamati

termasuk dalam kategori tinggi (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa keragaan karakter yang diamati lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (Geleta dan Labuschagne 2006) dan memiliki peluang yang besar untuk dapat terwariskan kepada zuriatnya. Penelitian cabai sebelumnya juga menunjukkan nilai heritabilitas arti luas yang tinggi pada karakter bobot buah per tanaman (Marame et al. 2008), bobot per buah (Mishra et al. 2004), panjang buah (Sreelathakumary dan Rajamony 2004), dan diameter buah (Lestari et al. 2006; Tembhume dan Rao 2012). Selain itu nilai heritabilitas yang tinggi pada suatu karakter menjadi salah satu syarat pemilihan penanda atau kriteria seleksi dalam suatu program pemuliaan tanaman.

Salah satu kunci keberhasilan dari suatu program pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas unggul baru adalah pemilihan tetua yang tepat. Pemilihan tetua yang memiliki tingkat keragaman yang besar akan mempermudah pemulia untuk mendapatkan informasi mengenai pewarisan sifat untuk karakter penting pada suatu tanaman. Umumnya karakter yang diamati pada 20 genotipe tanaman cabai yang digunakan memiliki tingkat keragaman genetik yang tinggi (Tabel 6).

Analisis gerombol merupakan salah satu analisis yang dapat mengelompokkan objek perlakuan berdasarkan setiap data pengamatannya ke dalam beberapa kelas (gerombol), sehingga setiap kelas terdiri dari objek perlakuan yang lebih homogen atau mirip (Yunianti et al. 2007; Nisya 2010). Pengelompokan ini didasarkan pada ukuran kemiripan menggunakan sebuah indeks dengan makna tertentu seperti jarak euclidean (akar ciri) atau jarak lain, sejenis indeks peluang, atau yang lainnya (Djuraidah 1991). Jarak akar ciri antar objek perlakuan akan menentukan kemiripan dari setiap objek perlakuan (Mattjik dan Sumertajaya 2011).

Nilai Ketidakmiripan (Unsimilarity)

Gambar 3 Dendrogram hasil analisis gerombol 20 genotipe cabai

Percobaan ini menggunakan 20 genotipe cabai (objek perlakuan) dengan 11 karakter yang diamati (data pengamatan) menghasilkan dendrogram dengan 7 kelompok dengan ketidakkemiripan (similarity) sebesar 10 satuan seperti pada Gambar 3. Kelompok I terdiri atas genotipe C51, C105, C111, C117, C118, C157 dan C159. Kelompok II terdiri atas genotipe C2, C19, C140, F5 11×5 13-5, F5 11×5 13-12, F5 12×5 11-1 dan F8 2×5 12-1. Kelompok III hanya terdiri atas C18. Selanjutnya kelompok IV terdiri atas C145 dan C160. Sementara itu kelompok V, VI dan VII juga hanya terdiri atas C2, C143 dan C120. Kelompok yang terbentuk mencerminkan tipe tetua (cabai) yang digunakan. Dapat dilihat bahwa kelompok I mewakili tipe cabai keriting pendek, kelompok II mewakili tipe cabai semi keriting, kelompok III, V dan VI mewakili tipe cabai besar dengan ukuran spesifik, kelompok IV mewakili tipe cabai rawit dan kelompok VII mewakili tipe cabai keriting panjang. Pengelompokan genotipe dengan menggunakan analisis gerombol ini diharapkan dapat membantu pemilihan tetua dalam kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya yaitu untuk merakit varietas cabai unggul baru dengan ukuran buah tertentu.

Pemilihan Kriteria Seleksi Tanaman Cabai

Hasil analisis korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa karakter umur berbunga, diameter buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman memiliki korelasi yang nyata terhadap bobot buah per tanaman.

Karakter umur berbunga dan jumlah buah per tanaman berkorelasi negatif, sementara itu karakter diameter buah dan bobot per buah berkorelasi positif. Menurut Gasperz (1992), dua karakter yang memiliki korelasi positif cenderung secara bersama dalam arah yang sama atau cenderung meningkat atau menurun secara bersama.

Tabel 7 Nilai korelasi Pearson antar karakter terhadap karakter hasil per tanaman

Karakter UP TT TD LT PB PTB DB BB JBT BBT UB -0.29** -0.16** -0.10** -0.05** -0.07** -0.27** -0.35** -0.30** -0.09** -0.57** UP -0.27** -0.28** -0.60** -0.36** -0.26** -0.35** -0.15** -0.08** -0.37** TT -0.61** -0.76** -0.46** -0.58** -0.33** -0.10** -0.11** -0.06** TD -0.73** -0.06** -0.26** -0.33** -0.11** -0.20** -0.13** LT -0.59** -0.59** -0.29** -0.02** -0.09** -0.10** PB -0.71** -0.08** -0.33** -0.64** -0.24** PTB -0.09** -0.37** -0.44** -0.36** DB -0.79** -0.69** -0.63** BB -0.75** -0.79** JBT -0.57**

Keterangan: UB = umur berbunga, UP = umur panen, TT = tinggi tanaman, TD = tinggi dikotomus, LT = lebar tajuk, PB = panjang buah, PTB = panjang tangkai buah, DB = diameter buah, BB = bobot per buah, JBT = jumlah buah pertanaman, dan BBT = bobot buah per tanaman.

Umur berbunga merupakan karakter yang memiliki korelasi negatif dan sangat nyata terhadap bobot buah per tanaman, artinya dua karakter tersebut memiliki hubungan erat yang berlawanan dengan karakter bobot buah per tanaman dengan nilai korelasi -0.57. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi produksi maka tanaman cabai akan mempercepat masa pertumbuhan vegetatif untuk memasuki masa pertumbuhan generatif. Akan tetapi karakter diameter dan bobot per buah memiliki korelasi positif dan sangat nyata terhadap bobot buah per tanaman dengan nilai korelasi 0.63 dan 0.79. Artinya pertambahan lebar diameter dan bobot per buah diikuti juga dengan pertambahan bobot buah per tanaman yang dijelaskan dari hasil korelasi posistif dan sangat nyata.

Metode analisis korelasi secara umum (korelasi Pearson) yang merupakan metode seleksi langsung, hanya menjabarkan korelasi antar karakter yang diamati secara kasat mata atau secara fenotipik tanpa memperhatikan sejauh mana suatu karakter memberikan sumbangan peningkatan nilai terhadap karakter lain. Namun seleksi ini dianggap tidak efisien dibandingkan dengan seleksi secara tidak langsung (Moeljopawiro 2002). Nilai korelasi merupakan gambaran tingkat keeratan antar karakter yang satu dengan yang lain, namum tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dan tingkat keeratan antar karakter (Roy 2000). Oleh karena itu seleksi secara tidak langsung diperlukan untuk mengidentifikasi kontribusi suatu karakter terhadap karakter utama melalui analisis lintasan. Analisis lintasan (path analysis) merupakan salah satu metode seleksi yang banyak digunakan untuk mengukur pengaruh langsung dari satu karakter atas karakter lainnya dengan pemisahan dari koefisien korelasi dalam komponen pengaruh langsung dan tidak langsung (Ambarwati dan Murti 2001).

Tabel 8 Pengaruh langsung dan tidak langsung karakter yang diamati terhadap bobot buah per tanaman

Karakter Pengaruh Langsung

Pengaruh Tak Langsung

Total UB UP TT TD PB PTB DB BB JBT UB -0.15 -0.02 -0.09 0.02 -0.03 0.01 -0.03 -0.29 0.04 -0.53 UP -0.06 -0.04 0.14 0.05 0.16 -0.01 -0.03 -0.15 0.04 0.10 TT 0.53 0.02 -0.02 0.11 0.21 -0.03 -0.03 -0.10 -0.05 0.65 TD 0.17 -0.02 -0.02 0.33 0.03 -0.01 -0.03 -0.10 0.09 0.45 PB 0.46 0.01 -0.02 0.24 0.01 -0.03 0.01 0.32 -0.29 0.71 PTB -0.04 0.04 -0.01 0.31 0.04 0.33 0.01 0.36 -0.20 0.82 DB 0.08 0.05 0.02 -0.18 -0.06 0.04 0.00 0.76 -0.31 0.40 BB 0.96 0.04 0.01 -0.06 -0.02 0.15 -0.02 0.06 -0.34 0.80 JBT 0.45 -0.01 0.00 -0.06 0.03 -0.29 0.02 -0.06 -0.72 -0.64 Sisa 0.39

Keterangan: UB = umur berbunga, UP = umur panen, TT = tinggi tanaman, TD = tinggi dikotomus, PB = panjang buah, PTB = panjang tangkai buah, DB = diameter buah, BB = bobot per buah, JBT = jumlah buah pertanaman, dan BBT = bobot buah per tanaman.

Path analysis dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat dari beberapa karakter yang menentukan kisaran karakter kuantitatif yang dianggap penting. Karakter tersebut umumnya produksi per tanaman atau penilaian terhadap ketahanan penyakit tertentu. Beberapa karakter yang terpilih dijadikan sebagai kriteria atau penanda seleksi yang merupakan kunci keberhasilan seleksi suatu tanaman. Pemilihan kriteria atau penanda seleksi tersebut dianggap baik dan memberikan hasil yang memuaskan jika tanpa berpedoman pada nilai-nilai parameter genetiknya, seperti: nilai heritabilitas, ragam genetik, ragam fenotipe dan koefisien keragaman genetik (KKG) (Bahar dan Zein 1993). Analisis ini telah banyak digunakan untuk mempelajari keeratan hubungan antar karakter dengan daya hasil dan mengembangkan kriteria seleksi pada berbagai tanaman seperti kapas (Soomro et al. 2008), kedelai (Bizeti et al. 2004, Wirnas et al. 2006), dan padi (Prasad et al. 2001).

Berdasarkan analisis lintas (Tabel 8) karakter bobot per buah adalah karakter dengan nilai pengaruh langsung terbesar, diikuti karakter tinggi tinggi tanaman, panjang buah dan jumlah buah per tanaman. Karakter bobot per buah merupakan karakter yang memiliki nilai korelasi positif dan sangat nyata dengan karakter bobot buah per tanaman pada analisis korelasi pearson. Kondisi ini mengindikasikan bahwa karakter bobot buah per tanaman dapat menjadi salah satu karakter seleksi yang efektif dan menurut Rohaeni (2010) karakter yang memiliki korelasi nyata antar karakter dengan karakter utaman lebih disebabkan oleh pengaruh langsung. Faktor lain yang harus dimiliki oleh suatu karakter untuk dijadikan kriteria seleksi adalah nilai heritabilitas yang sedang hingga tinggi. Karakter bobot per buah memiliki nilai heritabilitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter tersebut dapat digunakan sebagai karakter seleksi yang efektif untuk menduga hasil (Gambar 4).

Selain itu karakter lain yang memiliki nilai korelasi nyata dengan karakter bobot buah per tanaman pada analisi korelasi pearson adalah panjang buah, jumlah buah per tanaman dan tinggi tanaman. Sedangkan karakter diameter buah dan tinggi dikotomus memiliki nilai pengaruh langsung yang lebih kecil dari nilai pengaruh totalnya. Hal ini menunjukkan bahwa karakter tersebut dapat digunakan

sebagai karakter seleksi tak langsung yang efektif untuk menduga hasil (Gambar 4). Hal yang sama terjadi pada karakter lainnya yang memiliki nilai korelasi yang nyata terhadap suatu karakter yang berhubungan dengan karakter utama. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Heliyanto (1996) yang mengemukakan bahwa karakter yang memiliki pengaruh langsung yang tinggi tidak dapat berdiri sendiri sebagai karakter seleksi untuk menduga hasil, diperlukan karakter lain yang memiliki kontribusi besar terhadap karakter hasil.

Gambar 4 Diagram lintasan beberapa karakter dengan bobot buah per tanaman cabai

Nilai sisa dari hasil analisis lintasan pada Gambar 4 sebesar 0.39. Hal tersebut menunjukkan model analisis lintasan menggunakan karakter-karakter tersebut di atas dapat menjelaskan hubungan komponen yang mempengaruhi bobot buah per tanaman sebesar 61.2%. Masih terdapat 39.8% pengaruh karakter lain yang belum dapat dijelaskan oleh model yang digunakan.

SIMPULAN

1. Interaksi genetik lingkungan berpengaruh sangat nyata pada karakter yang diamati, kecuali umur panen dan jumlah buah per tanaman. Umumnya penampilan karakter bobot buah per tanaman pada lokasi penanaman di Rimbo Panjang memperlihatkan respon yang lebih baik daripada lokasi penanaman Leuwikopo.

2. Karakter yang diamati umumnya memiliki nilai koefisien keragam genetik kriteria luas. Nilai heritabilitas arti luas setiap karakter yang diamati memiliki kriteria tinggi.

3. Analisis gerombol yang dilakukan telah mengelompokkan 20 genotipe menjadi 7 kelompok.

4. Karakter seleksi yang efektif untuk menghasilkan cabai berdaya hasil tinggi dapat menggunakan karakter bobot per buah, panjang buah, jumlah buah per tanaman dan tinggi tanaman yang berkorelasi nyata dan berpengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman.

Keterangan:

BBT = bobot buah per tanaman BB = bobot per buah PB = panjang buah

JBT = jumlah buah per tanaman TT = tinggi tanaman

DB = diameter buah TD = tinggi dikotomus

Dokumen terkait