• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Rataan konsumsi pakan domba setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Data rataan konsumsi ternak domba jantan lokal dalam bahan kering selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataantn ± sd

1 2 3 4 P0 310,62 314,85 311,04 304,76 1241,26 310,32±4,16 P1 308,56 309,90 300,68 320,04 1239,19 309,80±7,95 P2 318,40 319,86 318,64 313,73 1270,63 317,66±2,69 P3 297,44 307,66 330,37 330,59 1266,06 316,52±16,66 Total 1235,02 1252,27 1260,72 1269,12 5017,13 Rataan 308,75 313,07 315,18 317,28 313,57

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata (P>0,05)

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi pakan yaitu 313,57 g/ekor/hari. Rataan konsumsi yang tertinggi diperoleh P2 (pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis yaitu Aspergillu niger) yaitu sebesar 317,66 g/ekor /hari dan yang terendah diperoleh P1 (pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia yaitu urea) sebesar 309,80 g/ekor/hari. Hasil rataan konsumsi pakan selama penelitian tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan pelepah daun kelapa sawit terhadap domba tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05). Ini menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit yang diolah dengan berbagai perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memiliki palatabilitas yang hampir sama pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan

keempat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya sehingga kebutuhan domba pada setiap perlakuan sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1993), yang menyatakan pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan seleksi terhadap pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Kartadisastra (1997), yang menyatakan bahwa kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.

Hal ini juga dapat diasumsikan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai teknologi pakan mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik umur maupun bobot badannya. Palatabilitas juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan domba jantan lokal seperti dinyatakan Parakkasi (1995), bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda.

Jika dilihat secara nilai angka, maka nilai rataan konsumi pakan pada P2 tidak jauh berbeda dengan P3 begitu juga dengan P0 tidak berbeda jauh dengan P1. Hal ini diasumsikan karena bentuk fisik pakan yang diolah secara P0 dan P1 memiliki bentuk fisik yang hampir sama begitu juga dengan P2 dan P3 sehingga mempunyai tingkat palatabilitas yang sama. Secara keseluruhan jika dilihat secara kasat mata, semua bentuk fisik dari pakan hampir sama dan yang membedakannya tekstur dari pakan tersebut. Pakan yang diolah secara P2 dan P3 memiliki tekstur yang hampir sama.

Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pertambahan bobot badan domba jantan lokal dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal setiap perlakuan yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

1 2 3 4 P0 37,86 39,76 40,71 39,05 157,38 39,35a±1,20 P1 42,38 47,62 42,14 38,10 170,24 42,56ab±3,90 P2 49,05 44,29 46,67 47,62 187,62 46,90b±2,00 P3 45,24 43,33 44,52 52,14 185,24 46,31b±3,97 Total 174,53 175 174,04 176,91 700,48 Rataan 43,64 43,75 43,51 44,23 43,78

Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba yaitu sebesar 43,78 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan yang tertinggi terdapat pada P2 yaitu sebesar 46,90 g/ekor/hari. Data yang terendah dapat dilihat pada P0 yaitu sebesar 39,35 g/ekor/hari.

Hasil menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian berlangsung. Walaupun rataan konsumsi pakan pada domba menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, namun pertambahan bobot badannya berbeda nyata. Hal ini diasumsikan karena adanya perbedaan nilai nutrisi pada setiap pengolahan pelepah daun kelapa sawit. Hasil analisa menunjukkan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara P2 yaitu pengolahan secara biologis menggunakan Aspergillus niger. Namun kandungan nutrisinya tidak jauh berbeda dengan pengolahan secara P3 (kombinasi dari semua perlakuan).

Hasil uji BNJ dapat dilihat bahwa P0 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap P1 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kombinasi) namun tidak berbeda nyata dengan P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis dengan Aspergillus niger). Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan yang paling potensial yaitu P2 dan P3, karena memiliki potensial yang sama.

Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas pakan sangat menentukan pertambahan bobot badan domba seperti yang dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang

tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi ternak untuk menaikkan per satuan bobot badan ternak. Rataan konversi pakan domba jantan lokal setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Data konversi pakan domba selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd 1 2 3 4 P0 8,21 7,92 7,64 7,80 31,57 7,89b±0,24 P1 7,28 6,51 7,13 8,40 29,32 7,33ab±0,79 P2 6,49 7,22 6,83 6,59 27,13 6,78a±0,33 P3 6,57 7,10 7,42 6,34 27,44 6,86a±0,49 Total 28,55 28,78 29,02 29,13 115,46 Rataan 7,14 7,19 7,25 7,28 7,22

Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

Rataan konversi pakan yang diperoleh selama penelitian yaitu 7,22. Konversi pakan yang tertinggi diperoleh pada P0 yaitu sebesar 7,89 dan konversi pakan yang terendah diperoleh pada P2 sebesar 6,78.

Angka ini berada di bawah angka yang dinyatakan oleh Pilliang (1997), bahwa untuk memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan ternak sebanyak 8,0 kilogram. Dari penyataan di atas dapat dikatakan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit terhadap domba cukup baik jika dilihat dari nilai konversi pakannya. Konversi pakan terendah dapat dilihat pada P2 yaitu sebesar 6,78 yang mana berarti 6,78 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg daging.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit pada domba menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yakni kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi

pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.

Sama seperti halnya hasil pertambahan bobot badan, hal ini diasumsikan karena adanya perbedaan kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit pada setiap pengolahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995) konversi pakan pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya.

Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis dengan Aspergillus niger) memberikan perbedaan yang nyata terhadap P0 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik) namun menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap P1 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kombinasi). Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa pengolahan yang potensial diperoleh pada P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis menggunakan Aspergillus niger).

Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas pakan sangat menentukan konversi ransum pada domba. Semakin kecil angka konversi yang diperoleh maka semakin efesien penggunaan pakan tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan

yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi hasil penelitian terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan Konsumsi Pakan

(g/ekor/hari)tn

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 310,32±4,16 39,35a±1,20 7,89b±0,24 P1 309,80±7,95 42,56ab±3,90 7,33ab±0,79 P2 317,66±2,69 46,90b±2,00 6,78a±0,33 P3 316,52±16,66 46,31b±3,97 6,86a±0,49

Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai pengolahan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan antar perlakuan. Hal ini diasumsikan karena pengolahan pelepah daun kelapa sawit memiliki bentuk fisik yang hampir sama sehingga menimbulkan tingkat palatabilitas yang tidak berbeda nyata pula. Tingkat palatabilitas sangat mempengaruhi konsumsi pakan. Namun pertambahan bobot badan dan konversi pakan menunjukkan perbedaan yang nyata. Jika dilihat dari pertambahan bobot badan, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan P2 dan P3 (46,90 g/ekor/hari dan 46,31 g/ekor/hari) menunjukkan potensi yang sama karena memiliki notasi yang sama begitu juga dengan konversi pakan. Akan tetapi jika dilihat dari angka, maka P2 lebih potensial dibandingkan dengan P3.

Dokumen terkait