• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Dan Implementasi Model Prabayar Berbasis Web Dengan Menggunakan Bahasa Pemrograman Php Dengan Memanfaatkan Chillispot, Freeradius Dan Mysql

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Dan Implementasi Model Prabayar Berbasis Web Dengan Menggunakan Bahasa Pemrograman Php Dengan Memanfaatkan Chillispot, Freeradius Dan Mysql"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT

DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN

KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS

DOMBA LOKAL JANTAN

SKRIPSI

OLEH:

TOGAR PANJAITAN 080306057

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT

DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN

KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS

DOMBA LOKAL JANTAN

SKRIPSI

TOGAR PANJAITAN 080306057

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan

Nama : Togar Panjaitan NIM : 080306057 Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui Oleh:

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi

(4)

ABSTRAK

TOGAR PANJAITAN 2014, “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan” Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan TRI HESTI WAHYUNI.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah perkebunan yang besar di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaaan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasi terhadap performans domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba jantan lokal dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0: pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chopper), P1: pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea), P2: pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger) dan P3: kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis).

Hasil penelitian menunjukkan konsumsi pakan (g/ekor/hari) untuk perlakuan P0; P1; P2 dan P3 yaitu (310,32; 309,80; 317,66 dan 316,52) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) (39,35; 42,56 46,90 dan 46,31) menunjukkan perbedaan yang nyata dan konversi pakan (7,89; ; 7,33; 6,78 dan 6,86) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kesimpulan hasil penelitian adalah pengolahan pelepah daun kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

(5)

ABSTRACT

TOGAR PANJAITAN 2014, “The used of Oil Palm Frond With Physical, Chemical, Biological and Their Combination Treatments on Males Performance of Local Ram "Under supervised by MA’RUF TAFSIN and TRI HESTI WAHYUNI .

Oil palm frond is a large by product from oil palm plantations in Indonesia, which can be used as animal feed. This study aimed to examine the effect of the used of oil palm frond with physical, chemical, biological and their combination treatment on performances of local ram. The research was conducted at the Laboratory of Animal Biology University of Sumatra. This research used 16 local rams with initial body weight of 9.85 ± 2.51 kg and experiment design used a completely randomized design with 4 treatments and 4 replications. The treatments consists of P0: oil palm frond processed physical (chopper), P1: oil palm frond chemically treated (physical + urea), P2: oil palm frond processed biological (physical + Aspergillus niger) and P3: combination treatment oil palm frond physical, chemical and biological).

The results showed that feed consumption (g / head / day) was for treatment P0; P1; P2 and P3 were (310.32; 309.80; 317.66 and 316.52,

respectively) showed no significantly different, body weight gain (g / head / day) (39.35; 42.56; 46.90 and 46.31, respectively ) showed

significantly different and feed conversion ratio (7.89; 7.33; 6.78 and 6.86, respectively) showed significantly different. The conclusion of the research is the processing of oil palm frond showed no significantly different on feed intake, but showed significantly different on body weight gain and feed conversion.

-

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Maret 1989 dari Ayah

Sabar Panjaitan dan Ibu Hermida Situmorang. Penulis merupakan anak pertama

dari empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis tamat dari SMK-TI swasta YP. RICO Tunas Harapan,

Tapanuli Tengah dan pada tahun 2008 masuk ke Fakultas Pertanian melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih

jurusan peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) dan Ikatan Mahasiswa Peternakan

(IMAPET). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelompok

Mitra Tani Jalan Dusun I, Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit

dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans

Domba”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin,

M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc

selaku anggota pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua civitas akademika

di Program Studi Peternakan dan semua rekan mahasiswa yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga dapat bermanfaat

(8)

DAFTAR ISI

Karakteristik Domba ... 4

Domba Lokal ... 4

Pakan Domba ... 5

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba ... 6

Pemberian Air Minum... 6

Sisitem Pencernaan Domba... 7

Pengolahan Bahan Pakan ... 8

a. Pengolahan Secara Fisik ... 8

b. Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi) ... 8

c. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger) ... 9

Aspergillus niger ...10

Konsentrat ...11

Pelepah Daun Kelapa Sawit ...11

Bahan Penyusun Konsentrat Bungkil Inti sawit ...13

Dedak padi ...13

Pertambahan bobot badan ...18

(9)

Lokasi dan Waktu Penelitian ...20

Bahan dan Alat Penelitian ...20

Bahan ...20

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ...22

Konversi Pakan ...23 a. Pengolahan Secara Fisik ...24

b. Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi) ...24

c. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger) ...24

d. Kombinasi ...25

Pemberian Pakan dan Air Minum ...26

Pemberian Obat-obatan ...26

Penimbangan Bobot Badan ...26

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan ...27

Pertambahan Bobot Badan ...29

Konversi Pakan ...31

Rekapitulasi Hasil Penelitian ...33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...35

Saran ...35

DAFTAR PUSTAKA ...36

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kebutuhan pakan domba ... 5

2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit ... 12

3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit ... 13

4. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 14

5. Kandungan mineral ... 16

6. Kandungan nutrisi pada molasses ... 16

7. Data rataan konsumsi ternak domba jantan lokal dalam bahan kering selama penelitian (g/ekor/hari) ... 27

8. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 29

9. Data konversi pakan domba selama penelitian ... 31

10. Rekapitulasi hasil penelitian ... 33

11. Analisis ragam konsumsi jerami padi sebagai pakan domba jantan lokal selama penelitian ... 36

12. Analisis ragam rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian ... 36

13. Analisis ragam konversi pakan domba selama penelitian... 36

(11)

ABSTRAK

TOGAR PANJAITAN 2014, “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan” Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan TRI HESTI WAHYUNI.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah perkebunan yang besar di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaaan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasi terhadap performans domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba jantan lokal dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0: pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chopper), P1: pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea), P2: pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger) dan P3: kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis).

Hasil penelitian menunjukkan konsumsi pakan (g/ekor/hari) untuk perlakuan P0; P1; P2 dan P3 yaitu (310,32; 309,80; 317,66 dan 316,52) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) (39,35; 42,56 46,90 dan 46,31) menunjukkan perbedaan yang nyata dan konversi pakan (7,89; ; 7,33; 6,78 dan 6,86) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kesimpulan hasil penelitian adalah pengolahan pelepah daun kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi

keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir

ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan karena semakin menyusutnya

lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk

keperluan manusia seperti tempat pemukiman, perkebunan, pembangunan industri

dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dicari sumber bahan pakan baru yang

potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang mampu menggantikan

sebagian atau seluruh penggunaan pakan hijauan.

Salah satu solusi yang mampu menggantikan sebagian atau seluruh

penggunaan pakan hijauan adalah dengan cara memanfaatkan limbah perkebunan

yang ada. Limbah perkebunan yang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan pakan

untuk ternak tersebut harus disukai ternak, tidak beracun, tersedia dalam jumlah

banyak, murah, tersedia sepanjang tahun dan tidak bersaing dengan manusia.

Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu limbah dari perkebunan

kelapa sawit, dimana keberadaannya cukup tersedia melimpah sepanjang tahun di

Indonesia khususnya Sumatera Utara. Luas lahan perkebunan kelapa

sawit di Indonesia mencapai 8.908.000 ha dengan tahun 2011

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Sumatera Utara sendiri pada tahun 2011

memiliki luas perkebunan kelapa sawit 1.017.570 ha.

Pelepah dan daun kelapa sawit dapat diperoleh sepanjang tahun

(13)

1–2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat menghasilkan

22–26 pelepah/pohon/tahun dengan rataan berat pelepah

daun sawit 4–6kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat

mencapai 40–50 pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/pelepah

(Jalaluddin dan Hutagalung, 1982). Hasil panen pelepah ini merupakan potensi

yang cukup besar sebagai pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini

belum dimanfaatkan secara optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti

hijauan (Kawamoto et al., 2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan

buah kelapa sawit.

Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas

Sumatera Utara(2000), menunjukkan bahwa pelepah dan daun kelapa sawit

mengandung serat kasar 32,55%, protein kasar 6,50%, lemak 4,47% dan TDN

56%. Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan limbah perkebunan kelapa

sawit seperti pelepah dan daun kelapa sawit adalah tingginya kandungan serat

kasar dan rendahnya nilai protein sehingga kecernaannya menjadi rendah. Upaya

yang dapat diupayakan mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan

pengolahan pakan secara fisik, kimia biologis dan kombinasinya.

Pelepah daun kelapa sawit tergolong bahan pakan dimana kandungan

protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum

digunakan sebagai pakan ternak sehingga memberikan nilai tambah yakni

menambah pakan dan mengurangi penggunaan hijauan lapangan yang semakin

(14)

mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat menambah persediaan

bahan makanan ternak.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian limbah perkebunan tersebut yang

mempunyai kandungan nutrisi rendah sehingga diharapkan dengan pengolahan

secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan nilai gizi sehingga dapat meningkatkan kecernaan ternak ruminansia.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh pengguna pelepah daun

kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasinya terhadap

performans domba lokal jantan.

Kegunaan Penelitiaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,

peternak dalam pengembangan usaha peternakan domba dan instansi terkait

tentang pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik, kimia,

biologi dan kombinasinya sebagai pakan domba.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik, kimia,

biologi dan kombinasinya dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan

bobot badan dan memperbaiki efesiensi penggunaan pakan pada domba jantan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Domba

Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu:

Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:

Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mammalia, Bangsa: Placentalia

(mempunyai plasenta), Suku: Ungulata (berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku

genap), Sub ordo: Seledontia, Famili: Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries

(Kartadisastra, 1997).

Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat

beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih

dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk

pemakan rumput sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah

(Tomaszweska et al., 1993).

Domba Lokal

Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya

ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh

dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain yaitu: 1) badannya

memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti

hitam belang-belang yang terletak disekitar mata. 2) Domba jantan memiliki

tanduk yang kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. 3) Ekor relatif

(16)

Pakan Domba

Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber

energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat dari

pada konsentrat. Hijauan tersebut pada umumnya merupakan bahan pakan yang

kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna

hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh

adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin

tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994). Kebutuhan harian zat

makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan pakan domba

BB

Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa

diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas

tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk

kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral.

Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan

hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi

(17)

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti

tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh

sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan

zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air

bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

Komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama

pertumbuhan sampai mengalami kedewasaan. Bagian-bagian dan komponen

tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan.

Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi

kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot

dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994).

Pemberian Air Minum Domba

Kompisisi tubuh domba, 70% dari berat badannya berupa berupa air.

Kekurangan air di dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba

mengalami dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Karena itu, ketersedian

air bersih di dalam kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu.

Kebutuhan domba terhadap air tergantung pada banyak faktor, misalnya kondisi

fisiologis, kondisi hijauan, ataupun kondisi lingkungan.

Domba muda relatif membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan

domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya

berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak dibandingkan

dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan cukup tinggi,

(18)

membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter per hari. Sebaiknya, air disediakan dalam

jumlah yang tidak terbatas (Sodiq dan Abidin, 2002).

Sistem Pencernaan Domba

Hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut

sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan pada hewan ini

lebih panjang dan kompleks. Pakan hewan ini banyak mengandung selulosa yang

sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda

dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan pakan pada

hewan ruminansia, tempat pada struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang

(molar yang besar), berfungsi untuk mengunyah rerumputaan yang sulit dicerna.

Disamping itu terdapat pada hewan ruminansia modifikasi lambung yang

dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut jala),

omasum dan abomasum. Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan

makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,

abomasums 7-8% (Prawirokusumo, 1994).

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun

mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam

mulut dan gerakan–gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh

kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi

dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang

berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga

dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel

(19)

Pengolahan Bahan Pakan

Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

merupakan fermentasi yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air

untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah

proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair

(Hardjo et al., 1989).

Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kecernaan potensial serat kasar (Preston dan Leng, 1987). Peningkatan kuantitas

bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah, dapat dilakukan

melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966).

a. Pengolahan Secara Fisik

Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk

merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun

dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan

menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,

penggilingan, peletting, penghancuran dan lain-lain.

b. Pengolahan Secara Kimia

Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan

kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah

komponen-komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat

(20)

perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari

perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)2 dan urea.

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan

yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat

berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%

atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1954).

Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang

baik untuk pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan

yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2.

Dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis. Dengan demikian amoniasi

akan serupa dengan perlakuan alkali. Amoniasi dapat menurunkan kadar zat

makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak. Yang berakibat

meningkatkan kecernaan pakan lebih jauh. Dari hasil percoban

Chuzaemi dan Soejono (1987) dengan level urea yang lebih tinggi yaitu 6% dan

8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan

organik juga energinya. Energi tercerna meningkat dari 6,07 MJ menjadi 8,32 dan

9,54 MJ.

c. Pengolahan Secara Biologis

Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah

bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi

kandungan anti nutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh

enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein

(21)

enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah

lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi

dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan

lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.

Menurut Saono (1974), fermentasi adalah segala macam proses

metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan

oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan

kimia pada substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi menurut Kuswanto (1989),

adalah konsentrasi gula, pH fermentasi, temperatur, penambahan nutrisi seperti

nitrogen dan fosfor, ammonium sulfat, ammonium fosfat dan lain-lain yang

mengandung N, P, K waktu fermentasi dan aerasi.

Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas

Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya

(22)

bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat (Suharto, 2003).

Konsentrat

Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan

makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak

sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).

Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup

tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat

dalam pakan akan semakin baik apabila konsumsi serat kasar tidak kurang dari

15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah

formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Siregar, 2003).

Pelepah Daun Kelapa Sawit

Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan ternak yang

memiliki potensi yang cukup tinggi, akan tetapi kedua bahan pakan tersebut

belum dimanfaatkan secara optimal oleh peternakan. Produksi pelepah daun

kelapa sawit dapat mencapai 10,5 ton pelepah kering/ha/tahun. Kandungan

protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masing mencapai 15% BK

(daun) dan 2 – 4% BK (pelepah) (Mathius, 2003). Sementara itu, campuran

kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi

4,8%.

Menurut Direktoral Jenderal Perkebunan, 2008 luas lahan perkebunan

kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,1 juta. Sumatera Utara sendiri pada tahun

2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 Ha. Pelepah dan daun

(23)

Pelepah kelapa sawit dipanen 1 – 2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat

menghasilkan 22 – 26 pelepah/ pohon/ tahun dengan rataan berat pelepah daun

sawit 4 – 6 kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai

40 – 50 pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/ pelepah

(Jalaluddin dan Hutagalung, 1982).

Hasil panen pelepah ini merupakan potensi yang cukup besar sebagai

pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini belum dimanfaatkan secara

optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti hijauan

(Kawamoto et al., 2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan buah

kelapa sawit.

Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit dapat di lihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit

Zat nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 26,07a

Protein kasar 5,02b

Lemak kasar 1,07a

BETN 39,82a

TDN 45,00a

Ca 0,96a

P 0,08a

Energi (MCal/ME) 56,00c

Serat kasar 36,94a

Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).

b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2000). c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000).

(24)

Bungkil Inti Sawit

Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan

dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau

cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat

kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak

monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia.

Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan

bobot badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari

bungkil inti sawit ialah 1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan

ternak domba. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit

Uraian Kandungan (%)

Protein kasar 15,4a

TDN 81b

Serat kasar 16,9a

Lemak kasar 2,4a

Bahan kering 92,6a

Ca 0,10c

P 0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).

Dedak Padi

Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim

kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini

disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau

ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi

(25)

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras

dengan kulit gabah melalui proses penggilingan dan pengayakan padi

(Parakkasi, 1999). Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah

sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kandungan nilai gizi dalam dedak padi

cukup tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat.

Kandungan nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 89,6

Protein kasar 13,8

Lemak kasar 7,2

Serat kasar 8,0

TDN 67,0

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).

Garam

Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan

menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Devisiensi garam lebih

sering terlihat pada hewan herbivora, hal ini disebabkan karena hijauan dan

butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam yaitu nafsu makan

menghilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi

mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1994). Menurut Parakkasi (1999),

kebutuhan domba akan garam sebanyak 9 % dalam makanan.

(26)

Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam

hal pertumbuhan dan reproduksi ternak domba, seperti metabolisme protein,

energi serta biosintesa zat – zat pakan esensial (Davendra dan Burns, 1994).

Menurut Murtidjo (1993) juga berpendapat bahwa di Indonesia yang

beriklim tropis defisiensi mineral tertentu merupakan kasus lapangan yang sering

terjadi, dimana hal ini dapat mengakibatkan ternak domba yang dipelihara

mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi pakan tidak dicapai, terjadi

penurunan bobot tubuh dan gangguan kesuburan ternak bibit. Kandungan mineral

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan mineral

Kandungan Zat Kadar Zat (%)

Kalsium karbonat 50,00

Phospor 25,00

Mangan 0,35

Iodium 0,20

Kalium 0,10

Cuprum 0,15

Sodium klorida 23,05

Besi 0,80

Zn 0,20

Mg 0,15

Sumber : Eka Farma disitasi Warisman (2009).

Molases

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan

molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai

gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molasses atau tetes tebu juga

mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi

ternak. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi.

Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma.

(27)

menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nutrisi pada molasses

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 92,6

Protein kasar 4,00

Lemak kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,00

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FPUSU (2000)

Urea

Urea dengan rumus molekul Co (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah di peroleh, harganya murah dan sedikit resiko

keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk

kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagi sumber NPN (Non

Protein Nitrogen) dan mengandung lebih kurang 45% unsur Nitrogen sehingga

pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada

domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentratnya

dalam rumen dapat menimbulkan keracunan (Hartadi, et. al., 1990).

Parameter Penelitian

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan

apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan

merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang

(28)

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan

meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging

lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993).

Ransum adalah campuran dari beberapa jenis bahan makanan yang

diberikan pada ternak dalam waktu 24 jam, makanan itu dapat diberikan

seluruhnya sekaligus atau dalam beberapa kali sebagian-sebagian dari padanya.

Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan yang

bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada ternak

dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi

fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum ternak di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino,

tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan pertumbuhan

dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995). Menurut Pilliang (1997), bahwa untuk

memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan ternak

sebanyak 8,0 kilogram.

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,

(29)

mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan

konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan

berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang – ulang

dan di ketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau

tiap waktu lainnya (Tillman, et al., 1991).

Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap

minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot

badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk

mengetahui kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).

Konversi Ransum

Konversi ransum sangat penting artinya sebab berkaitan dengan biaya

produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya produksi. Konversi

ini merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana

efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang

diterima oleh peternak (Rasyaf, 1994).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

(30)

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Konversi pakan pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai

kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam

jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan

diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien

(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak dan Laboratorium

Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dimulai

dari bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih sebanyak

16 ekor dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg. Pelepah daun kelapa sawit

diperoleh dari daerah Kabupaten Langkat. Konsentrat yang terdiri dari bungkil

inti sawit, dedak padi, molasses, urea, mineral mix dan garam. obat-obatan seperti

obat cacing (kalbazen), anti bloat untuk obat gembung, Rhodallon untuk

desinfektan dan vitamin. Air minum diberikan ad libitium.

Alat

Kandang terdiri atas kandang individu 16 unit dengan ukuran 1 x 1 m2

beserta perlengkapannya, ember sebanyak 16 buah tempat pakan dan 16 buah

tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg

dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk

menimbang bahan konsentrat/pakan, terpal plastik untuk mencampur bahan

konsentrat/pakan, alat penerangan, goni plastik tempat pakan, chopper digunakan

(32)

dalam dan diluar kandang, alat pembersih kandang, alat penerangan kandang. Alat

tulis untuk mencatat data selama penelitian.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara

experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut:

P0: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chooper)

P1: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea)

P2: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger)

P3: Kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis)

Metode linier rancangan percobaan yang digunakan menurut Mattjik dan

Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ti+ Єij

Keterangan:

I = 1,2…. Perlakuan.

j = 1,2….. Ulangan.

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = nilai tengah umum.

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.

Єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

(33)

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data

yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1993).

Peubah yang diamati

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data

konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang

diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan

yang dilakukan pada pagi hari besoknya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Konsumsi Pakan = Pakan yang diberikan (dalam % BK) – Pakan yang sisa

(dalam % BK)

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot

badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan

selama satu minggu sekali selama 2 bulan, dinyatakan dengan gram per ekor per

hari.

PBBH = bobot akhir – bobot awal (g/ekor) Lama pemeliharaan (hari)

(34)

Konversi pakan dihitung dengan cara membagi angka rata – rata konsumsi

bahan kering per ekor per hari dengan angka rata – rata produksi pertambahan

bobot badan per ekor per hari pada waktu yang sama.

Konversi Pakan =

PBBH (g/hari)

pakan yang dikonsumsi (g/hari)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan

pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.

Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan Rhodallon

(dosis 10 ml / 2,5 liter air).

Persiapan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 ekor yang terdiri

dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dan tiap ulangannya terdiri dari 1 ekor domba.

Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan

bobot badan domba.

Persiapan Pakan

Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan limbah berupa pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan. Pelepah daun kelapa sawit dirajang menggunakan alat pencincang (chopper). Selanjutnya dilakukan penjemuran dengan sinar matahari.

Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan

bahan pakan dimana bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan

(35)

dalam pengawetan dan menghilangkan kandungan antinutrisi bahan dapat

dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966).

Pengolahan Pakan

a. Proses Pengolahan Fisik

Proses pengolahan fisik bertujuan untuk merombak stuktur fisik bahan dan

menghilangkan antinutri bahan. Perlakuan fisik berupa pelayuan, pencincangan

dengan menggunakan chopper, kemudian dilakukan penjemuran di bawah sinar

matahari dimana bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pakan, lalu

dapat diberikan pada ternak.

b. Proses Pembuatan Amoniasi (Urea)

Daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan menggunakan

chopper menjadi potongan 2 – 3 cm. Potongan diperciki secara merata dengan

larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke wadah yang telah disediakan,

diaduk hingga merata kemudian diusahakan agar kedap udara. Dibiarkan selama

21 hari kemudian diangin-aginkan selama 24 jam, lalu diberikan kepada ternak.

c. Proses Pengolahan Fermentasi (Aspergillus niger)

Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah

bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi

kandungan antinutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh

enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein

mikroorganisme. Perlakuan secara biologis dilakukan dengan menggunakan

Aspergiilus niger dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu

(36)

Pelepah daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan

menggunakan chopper menjadi potongan 2 – 3 cm. Hasil potongan tersebut

ditempatkan pada wadah yang telah disediakan lalu di tabur secara merata dengan

serbuk Aspergillus niger sebanyak 2% pada pelepah daun kelapa sawit yang

cukup basah kemudian ditutupi supaya kedap udara dibiarkan selama 7 hari.

Setelah 7 hari penutup di buka lalu diangin-anginkan 1 hari kemudian hasil

fermentasi di simpan lalu dapat di berikan pada ternak.

d. Kombinasi

Hasil pengolahan fisik, pengolahan kimia dan pengolahan biologi

digabungkan menjadi satu, Dimana hasil gabungan tersebut dijadikan pakan dan

diberikan pada ternak.

Gambar 1. Diagram Pengolahan Bahan Pakan Ternak

Pelepah Daun Kelapa

(37)

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan adalah konsentrat, olahan Pelepah daun kelapa

sawit tanpa hijauan segar sesuai dengan perlakuan (P1= Pelepah daun kelapa

sawit diolah secara fisik (chopper); P2= Pelepah daun kelapa sawit diolah secara

mekanik (chopper) + Kimiawi (Urea); P3= Pelepah daun kelapa sawit diolah

secara mekanik (chopper) + Biologi (Aspergillus niger); P4= Kombinasi (P1, P2

dan P3). Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Sisa pakan ditimbang

pada waktu pagi keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi pakan kembali

untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan

penelitian diberikan waktu untuk adaptasi lingkungan dan penyesuaian terhadap

perlakuan pakan selama 10 hari.

Pemberian Obat-obatan

Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan

obat cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/50 berat badan untuk menghilangkan

parasit dalam saluran pencernaan.

Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan domba dilakukan saat awal penelitian dan

pengambilan data pertambahan bobot badan selama dua minggu sekali

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah

pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan

jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Rataan konsumsi pakan

domba setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Data rataan konsumsi ternak domba jantan lokal dalam bahan kering selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataantn ± sd

1 2 3 4

P0 310,62 314,85 311,04 304,76 1241,26 310,32±4,16 P1 308,56 309,90 300,68 320,04 1239,19 309,80±7,95 P2 318,40 319,86 318,64 313,73 1270,63 317,66±2,69 P3 297,44 307,66 330,37 330,59 1266,06 316,52±16,66 Total 1235,02 1252,27 1260,72 1269,12 5017,13

Rataan 308,75 313,07 315,18 317,28 313,57

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata (P>0,05)

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi pakan yaitu

313,57 g/ekor/hari. Rataan konsumsi yang tertinggi diperoleh P2 (pelepah daun

kelapa sawit diolah secara biologis yaitu Aspergillu niger) yaitu sebesar 317,66

g/ekor /hari dan yang terendah diperoleh P1 (pelepah daun kelapa sawit diolah

secara kimia yaitu urea) sebesar 309,80 g/ekor/hari. Hasil rataan konsumsi pakan

selama penelitian tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan pelepah daun

kelapa sawit terhadap domba tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar

perlakuan (P>0,05). Ini menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa

sawit yang diolah dengan berbagai perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memiliki

(39)

keempat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan

ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya

sehingga kebutuhan domba pada setiap perlakuan sama. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Williamson dan Payne (1993), yang menyatakan pengukuran

konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan

seleksi terhadap pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan

kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak

menjadi berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Kartadisastra (1997), yang

menyatakan bahwa kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan

oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya

sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.

Hal ini juga dapat diasumsikan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa

sawit dengan berbagai teknologi pakan mempunyai kandungan nutrisi yang relatif

sama dan ternak yang digunakan homogen baik umur maupun bobot badannya.

Palatabilitas juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan domba jantan

lokal seperti dinyatakan Parakkasi (1995), bahwa tingkat perbedaan konsumsi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur,

tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang

berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan yang relatif sama maka tingkat

(40)

Jika dilihat secara nilai angka, maka nilai rataan konsumi pakan pada P2

tidak jauh berbeda dengan P3 begitu juga dengan P0 tidak berbeda jauh dengan

P1. Hal ini diasumsikan karena bentuk fisik pakan yang diolah secara P0 dan P1

memiliki bentuk fisik yang hampir sama begitu juga dengan P2 dan P3 sehingga

mempunyai tingkat palatabilitas yang sama. Secara keseluruhan jika dilihat secara

kasat mata, semua bentuk fisik dari pakan hampir sama dan yang membedakannya

tekstur dari pakan tersebut. Pakan yang diolah secara P2 dan P3 memiliki tekstur

yang hampir sama.

Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pertambahan bobot badan domba jantan lokal dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu

berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan

g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal setiap perlakuan

yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

1 2 3 4

Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba

yaitu sebesar 43,78 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan yang tertinggi terdapat

pada P2 yaitu sebesar 46,90 g/ekor/hari. Data yang terendah dapat dilihat pada P0

(41)

Hasil menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada pertambahan bobot

badan domba jantan lokal selama penelitian berlangsung. Walaupun rataan

konsumsi pakan pada domba menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, namun

pertambahan bobot badannya berbeda nyata. Hal ini diasumsikan karena adanya

perbedaan nilai nutrisi pada setiap pengolahan pelepah daun kelapa sawit. Hasil

analisa menunjukkan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa sawit yang diolah

secara P2 yaitu pengolahan secara biologis menggunakan Aspergillus niger.

Namun kandungan nutrisinya tidak jauh berbeda dengan pengolahan secara P3

(kombinasi dari semua perlakuan).

Hasil uji BNJ dapat dilihat bahwa P0 (pelepah daun kelapa sawit

yang diolah secara fisik) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap P1

(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun

kelapa sawit yang diolah secara kombinasi) namun tidak berbeda nyata dengan P2

(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis dengan Aspergillus niger).

Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan yang paling potensial yaitu P2 dan

P3, karena memiliki potensial yang sama.

Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2

(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan

bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat

dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas

pakan sangat menentukan pertambahan bobot badan domba seperti yang

dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi pakan.

(42)

tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang

dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi ternak untuk

menaikkan per satuan bobot badan ternak. Rataan konversi pakan domba jantan

lokal setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Data konversi pakan domba selama penelitian

Perlakuan Ulangan

Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).

Rataan konversi pakan yang diperoleh selama penelitian yaitu 7,22.

Konversi pakan yang tertinggi diperoleh pada P0 yaitu sebesar 7,89 dan konversi

pakan yang terendah diperoleh pada P2 sebesar 6,78.

Angka ini berada di bawah angka yang dinyatakan oleh Pilliang (1997),

bahwa untuk memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan

ternak sebanyak 8,0 kilogram. Dari penyataan di atas dapat dikatakan bahwa

pemberian pelepah daun kelapa sawit terhadap domba cukup baik jika dilihat dari

nilai konversi pakannya. Konversi pakan terendah dapat dilihat pada P2 yaitu

sebesar 6,78 yang mana berarti 6,78 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg daging.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa

sawit pada domba menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini

(43)

pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.

Sama seperti halnya hasil pertambahan bobot badan, hal ini diasumsikan karena

adanya perbedaan kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit pada setiap

pengolahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995) konversi pakan

pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi

pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.

Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan

bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya.

Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa P2 (pelepah daun kelapa sawit yang

diolah secara biologis dengan Aspergillus niger) memberikan perbedaan yang

nyata terhadap P0 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik) namun

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap P1 (pelepah daun kelapa sawit

yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah

secara kombinasi). Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa pengolahan yang potensial

diperoleh pada P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis

menggunakan Aspergillus niger).

Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2

(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan

bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat

dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas

pakan sangat menentukan konversi ransum pada domba. Semakin kecil angka

konversi yang diperoleh maka semakin efesien penggunaan pakan tersebut, seperti

yang dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi

(44)

yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang

dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi hasil penelitian terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan dan konversi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)tn

Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)

Konversi pakan

P0 310,32±4,16 39,35a±1,20 7,89b±0,24

P1 309,80±7,95 42,56ab±3,90 7,33ab±0,79

P2 317,66±2,69 46,90b±2,00 6,78a±0,33

P3 316,52±16,66 46,31b±3,97 6,86a±0,49

Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit

dengan berbagai pengolahan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap

konsumsi pakan antar perlakuan. Hal ini diasumsikan karena pengolahan pelepah

daun kelapa sawit memiliki bentuk fisik yang hampir sama sehingga

menimbulkan tingkat palatabilitas yang tidak berbeda nyata pula. Tingkat

palatabilitas sangat mempengaruhi konsumsi pakan. Namun pertambahan bobot

badan dan konversi pakan menunjukkan perbedaan yang nyata. Jika dilihat dari

pertambahan bobot badan, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan P2 dan

P3 (46,90 g/ekor/hari dan 46,31 g/ekor/hari) menunjukkan potensi yang sama

karena memiliki notasi yang sama begitu juga dengan konversi pakan. Akan

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pelepah daun

kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan

akan tetapi pengolahan secara P2 (biologis) dan P3 (kombinasi) memiliki

kemampuan yang sama dalam meningkatkan pertambahan bobot badan domba

begitu juga terhadap konversi pakan. Disimpulkan bahwa pengolahan dengan

perlakuan P2 dan P3 merupakan pengolahan yang terbaik selama penelitian.

Saran

Disarankan pengolahan yang baik untuk pelepah daun kelapa sawit yaitu

secara biologis (Aspergillus niger) dan secara kombinasi

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ammirroenas, D.E., 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet dengan Bahan Serat Biomassa Pod Kakao (Theobroma cacao L.) untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

____________1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.

Aregheore, E.M., 2000. Crop Residues and Agroindustrial By Product In Four Pacific Island Countries: Availability, Utilization and Potensial Value In

Ruminant Nutrition. Asian-Aust. J. of Anim. Sci. 13 (Supplement B): 266-269.

Balitnak, 2010. Pembuatan Silase Dedak Padi. Unit Komersialisasi Balai Penelitian Ternak.

Belasco, J.C., 1954. New nitrogen coumpound for ruminant A laboratory Evaluation. J.Anim. Sci. 13 : 601 – 610.

Chuzaemi, S dan M. Soejono, 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Ternak Sapi Peranakan Onggole. Dalam: Proceedings Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati.

Davendra, C., 1997. Utilization of Feedings Tuff From The Oil Palm. Feedings Tuff for Livestock In South Asia, Serdang Malaysia.

Davendra, C. dan M. Burns, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung dan Universitas Udayana Bali.

[Direktorat Jenderal Perkebunan] 2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2011. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Hardjo, S., N. S. Indrasti dan B. Tajuddin., 1989. Bio-konversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Hartadi, H. S., Reksohadiprodjo, A. D., Tillman, 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Ternak di Indonesia. UGM-Press, Yogyakarta.

(47)

Jalaluddin, S. dan R. I. Hutagalung, 1982, Feeds for Farm Animals from the Oil Palm. University Pertanian Malaysia, Malaysia.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Kawamoto, H, M. Wan Azhari; N.I. Mohd. Shukur; M.S. Ali; J. Ismail and S. Oshiho, 2002. Palatability digestibility and volumary intake of processed

oil fronds in cattle. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9 – 10 September 2003.

Kuswanto, K. R., 1989. Fermentasi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.

[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak]. 2000. Institut Pertanian Bogor-IPB, Bogor.

[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak], 2000. Departemen Peternakan FP USU, Medan.

[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak]. 2010. Hasil Analisa Nutrisi Kulit Kakao. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.

Mathius, I. W. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan kambing potong. Warta Litbang Pertanian 25 (5): 1-4.

Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaman Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.

Murtidjo, B. A., 1993, Memelihara Domba, Kanisius, Yogyakarta.

Novirma, J. 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian, Universitas Andalas, Padang.

N.R.C, 1995. Nutrien Requiment Of Sheep, National Academy of Sceince, Washinton DC, USA.

Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.

(48)

Bogor, Bogor.

Prawirokusumo, S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. UGM-Press, Yogyakarta.

Pond, W. G., D. D. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition. 4 th

Edition . John Willey and Sons, Inc. New York. p: 273 – 289

Preston, T.R dan R.A. Leng, 1987. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. 2013.

Rangkuti, M. A., Musufie., P. Sitorus, I. P. Kompiang, Kusuma Wardani dan A. Roesjat., 1985. Proceeding: Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Saono, S., 1974. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan/Sisa-sisa Produksi Pertanian. Jakarta: LIPI.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S. B., 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A. dan Z. Abidin, 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Steel, G.D.R. dan James H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Suharto, 2003. Pengalaman pengembangan usaha system integrasi sapi-kelapa sawit di Riau. Prosiding Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10September 2003. P. 57-63.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadimomodjo dan S. Prawirokusumo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Univeritas Gajah Mada, Yogakarta.

_______________. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tomaszweska, M. W., I. M. Mastika. A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya, 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret, Surabaya.

(49)

Widayati. E dan Y. Widalestari, 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana, Surabaya.

(50)

LAMPIRAN

Tabel 11. Analisis ragam konsumsi jerami padi sebagai pakan domba jantan lokal

selama penelitian

Keterangan: tn= tidak berbeda nyata

Tabel 12. Analisis ragam rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian

Keterangan: *= berbeda nyata

Tabel 13. Analisis ragam konversi pakan domba selama penelitian

SK DB JK KT F hitung

Keterangan: *= berbeda nyata

Tabel. Susunan ransum

FISIK

kandungan nutrisi bahan jumlah

(51)

KIMIA

kandungan nutrisi bahan jumlah

bahan PK SK LK TDN

kandungan nutrisi bahan jumlah

(52)

KOMBINASI

kandungan nutrisi bahan jumlah

bahan PK SK LK TDN

pelepah (kombinasi) 50 12,3 29,06 4,38 0

t. jagung 7,5 0,645 0,15 0,2925 0

bis 20,5 3,157 3,4645 0,492 16,605

dedak padi 16 2,208 1,792 1,312 10,288

molasses 4 0,16 0,0152 0,0032 3,24

garam 0,5 0 0 0 0

mineral 0,5 0 0 0 0

urea 1 2,8 0 0 0

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan pakan domba
Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berupaya menggambarkan nilai-nilai sosial yang terefleksi

Simpulan penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa profil Kepala Sekolah Dasar sekecamatan Curup Timur dapat dilihat dari: 1) kualifikasi pendidikan Kepala

ambeyen atau bisa juga disebut ambeien atau wasir adalah suatu kondisi atau keadaan dimana penderita mengalami pembengkakan yang terjadi di sekitar anus karena adanya

Berdasarkan hasil dan pembahasan mulai dari pratindakan, observasi sampai dengan nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal dengan menggunakan rumus-rumus yang telah

[r]

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Impulsiveness, Website Quality, Money Available dan Time Available dalam Pembelian Impuls pada Website Fashion ”.. Penulis sadar bahwa

perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga jetty yang

ƒ Disebabkan karena sinyal pada frekuensi yang berbeda tersebar pada medium transmisi yang sama, sehingga menghasilkan sinyal pada suatu frekuensi yang merupakan penjumlahan atau