PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT
DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN
KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS
DOMBA LOKAL JANTAN
SKRIPSI
OLEH:
TOGAR PANJAITAN 080306057
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT
DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN
KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS
DOMBA LOKAL JANTAN
SKRIPSI
TOGAR PANJAITAN 080306057
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan
Nama : Togar Panjaitan NIM : 080306057 Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Ketua Anggota
Diketahui Oleh:
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi
ABSTRAK
TOGAR PANJAITAN 2014, “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan” Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan TRI HESTI WAHYUNI.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah perkebunan yang besar di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaaan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasi terhadap performans domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba jantan lokal dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0: pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chopper), P1: pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea), P2: pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger) dan P3: kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis).
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi pakan (g/ekor/hari) untuk perlakuan P0; P1; P2 dan P3 yaitu (310,32; 309,80; 317,66 dan 316,52) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) (39,35; 42,56 46,90 dan 46,31) menunjukkan perbedaan yang nyata dan konversi pakan (7,89; ; 7,33; 6,78 dan 6,86) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kesimpulan hasil penelitian adalah pengolahan pelepah daun kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
ABSTRACT
TOGAR PANJAITAN 2014, “The used of Oil Palm Frond With Physical, Chemical, Biological and Their Combination Treatments on Males Performance of Local Ram "Under supervised by MA’RUF TAFSIN and TRI HESTI WAHYUNI .
Oil palm frond is a large by product from oil palm plantations in Indonesia, which can be used as animal feed. This study aimed to examine the effect of the used of oil palm frond with physical, chemical, biological and their combination treatment on performances of local ram. The research was conducted at the Laboratory of Animal Biology University of Sumatra. This research used 16 local rams with initial body weight of 9.85 ± 2.51 kg and experiment design used a completely randomized design with 4 treatments and 4 replications. The treatments consists of P0: oil palm frond processed physical (chopper), P1: oil palm frond chemically treated (physical + urea), P2: oil palm frond processed biological (physical + Aspergillus niger) and P3: combination treatment oil palm frond physical, chemical and biological).
The results showed that feed consumption (g / head / day) was for treatment P0; P1; P2 and P3 were (310.32; 309.80; 317.66 and 316.52,
respectively) showed no significantly different, body weight gain (g / head / day) (39.35; 42.56; 46.90 and 46.31, respectively ) showed
significantly different and feed conversion ratio (7.89; 7.33; 6.78 and 6.86, respectively) showed significantly different. The conclusion of the research is the processing of oil palm frond showed no significantly different on feed intake, but showed significantly different on body weight gain and feed conversion.
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Maret 1989 dari Ayah
Sabar Panjaitan dan Ibu Hermida Situmorang. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara.
Tahun 2008 penulis tamat dari SMK-TI swasta YP. RICO Tunas Harapan,
Tapanuli Tengah dan pada tahun 2008 masuk ke Fakultas Pertanian melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih
jurusan peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) dan Ikatan Mahasiswa Peternakan
(IMAPET). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelompok
Mitra Tani Jalan Dusun I, Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit
dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans
Domba”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin,
M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc
selaku anggota pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua civitas akademika
di Program Studi Peternakan dan semua rekan mahasiswa yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga dapat bermanfaat
DAFTAR ISI
Karakteristik Domba ... 4Domba Lokal ... 4
Pakan Domba ... 5
Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba ... 6
Pemberian Air Minum... 6
Sisitem Pencernaan Domba... 7
Pengolahan Bahan Pakan ... 8
a. Pengolahan Secara Fisik ... 8
b. Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi) ... 8
c. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger) ... 9
Aspergillus niger ...10
Konsentrat ...11
Pelepah Daun Kelapa Sawit ...11
Bahan Penyusun Konsentrat Bungkil Inti sawit ...13
Dedak padi ...13
Pertambahan bobot badan ...18
Lokasi dan Waktu Penelitian ...20
Bahan dan Alat Penelitian ...20
Bahan ...20
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ...22
Konversi Pakan ...23 a. Pengolahan Secara Fisik ...24
b. Pengolahan Secara Kimia (Amoniasi) ...24
c. Pengolahan Secara Biologis (Fermentasi Aspergillus niger) ...24
d. Kombinasi ...25
Pemberian Pakan dan Air Minum ...26
Pemberian Obat-obatan ...26
Penimbangan Bobot Badan ...26
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan ...27
Pertambahan Bobot Badan ...29
Konversi Pakan ...31
Rekapitulasi Hasil Penelitian ...33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...35
Saran ...35
DAFTAR PUSTAKA ...36
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Kebutuhan pakan domba ... 5
2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit ... 12
3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit ... 13
4. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 14
5. Kandungan mineral ... 16
6. Kandungan nutrisi pada molasses ... 16
7. Data rataan konsumsi ternak domba jantan lokal dalam bahan kering selama penelitian (g/ekor/hari) ... 27
8. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 29
9. Data konversi pakan domba selama penelitian ... 31
10. Rekapitulasi hasil penelitian ... 33
11. Analisis ragam konsumsi jerami padi sebagai pakan domba jantan lokal selama penelitian ... 36
12. Analisis ragam rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian ... 36
13. Analisis ragam konversi pakan domba selama penelitian... 36
ABSTRAK
TOGAR PANJAITAN 2014, “Penggunaan Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasinya Terhadap Performans Domba Lokal Jantan” Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan TRI HESTI WAHYUNI.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah perkebunan yang besar di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaaan pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasi terhadap performans domba lokal jantan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba jantan lokal dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg dan rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0: pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chopper), P1: pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea), P2: pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger) dan P3: kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis).
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi pakan (g/ekor/hari) untuk perlakuan P0; P1; P2 dan P3 yaitu (310,32; 309,80; 317,66 dan 316,52) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) (39,35; 42,56 46,90 dan 46,31) menunjukkan perbedaan yang nyata dan konversi pakan (7,89; ; 7,33; 6,78 dan 6,86) menunjukkan perbedaan yang nyata. Kesimpulan hasil penelitian adalah pengolahan pelepah daun kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi
keberhasilan suatu usaha peternakan. Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir
ini terasa semakin terbatas. Hal ini disebabkan karena semakin menyusutnya
lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk
keperluan manusia seperti tempat pemukiman, perkebunan, pembangunan industri
dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dicari sumber bahan pakan baru yang
potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang mampu menggantikan
sebagian atau seluruh penggunaan pakan hijauan.
Salah satu solusi yang mampu menggantikan sebagian atau seluruh
penggunaan pakan hijauan adalah dengan cara memanfaatkan limbah perkebunan
yang ada. Limbah perkebunan yang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan pakan
untuk ternak tersebut harus disukai ternak, tidak beracun, tersedia dalam jumlah
banyak, murah, tersedia sepanjang tahun dan tidak bersaing dengan manusia.
Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu limbah dari perkebunan
kelapa sawit, dimana keberadaannya cukup tersedia melimpah sepanjang tahun di
Indonesia khususnya Sumatera Utara. Luas lahan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia mencapai 8.908.000 ha dengan tahun 2011
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Sumatera Utara sendiri pada tahun 2011
memiliki luas perkebunan kelapa sawit 1.017.570 ha.
Pelepah dan daun kelapa sawit dapat diperoleh sepanjang tahun
1–2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat menghasilkan
22–26 pelepah/pohon/tahun dengan rataan berat pelepah
daun sawit 4–6kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat
mencapai 40–50 pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/pelepah
(Jalaluddin dan Hutagalung, 1982). Hasil panen pelepah ini merupakan potensi
yang cukup besar sebagai pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti
hijauan (Kawamoto et al., 2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan
buah kelapa sawit.
Hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas
Sumatera Utara(2000), menunjukkan bahwa pelepah dan daun kelapa sawit
mengandung serat kasar 32,55%, protein kasar 6,50%, lemak 4,47% dan TDN
56%. Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan limbah perkebunan kelapa
sawit seperti pelepah dan daun kelapa sawit adalah tingginya kandungan serat
kasar dan rendahnya nilai protein sehingga kecernaannya menjadi rendah. Upaya
yang dapat diupayakan mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan
pengolahan pakan secara fisik, kimia biologis dan kombinasinya.
Pelepah daun kelapa sawit tergolong bahan pakan dimana kandungan
protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan pengolahan yang tepat sebelum
digunakan sebagai pakan ternak sehingga memberikan nilai tambah yakni
menambah pakan dan mengurangi penggunaan hijauan lapangan yang semakin
mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat menambah persediaan
bahan makanan ternak.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian limbah perkebunan tersebut yang
mempunyai kandungan nutrisi rendah sehingga diharapkan dengan pengolahan
secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan nilai gizi sehingga dapat meningkatkan kecernaan ternak ruminansia.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menguji pengaruh pengguna pelepah daun
kelapa sawit dengan perlakuan fisik, kimia, biologi dan kombinasinya terhadap
performans domba lokal jantan.
Kegunaan Penelitiaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
peternak dalam pengembangan usaha peternakan domba dan instansi terkait
tentang pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik, kimia,
biologi dan kombinasinya sebagai pakan domba.
Hipotesis Penelitian
Penggunaan pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik, kimia,
biologi dan kombinasinya dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan dan memperbaiki efesiensi penggunaan pakan pada domba jantan
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Domba
Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu:
Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga:
Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mammalia, Bangsa: Placentalia
(mempunyai plasenta), Suku: Ungulata (berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku
genap), Sub ordo: Seledontia, Famili: Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries
(Kartadisastra, 1997).
Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat
beranak lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih
dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk
pemakan rumput sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah
(Tomaszweska et al., 1993).
Domba Lokal
Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya
ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh
dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain yaitu: 1) badannya
memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti
hitam belang-belang yang terletak disekitar mata. 2) Domba jantan memiliki
tanduk yang kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. 3) Ekor relatif
Pakan Domba
Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber
energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat dari
pada konsentrat. Hijauan tersebut pada umumnya merupakan bahan pakan yang
kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna
hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin
tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994). Kebutuhan harian zat
makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan pakan domba
BB
Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa
diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas
tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk
kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral.
Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan
hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi
Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Domba
Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti
tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh
sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan
zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air
bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).
Komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama
pertumbuhan sampai mengalami kedewasaan. Bagian-bagian dan komponen
tubuh mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan.
Jaringan-jaringan tubuh mengalami pertumbuhan maksimal yang berbeda pula. Komposisi
kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot
dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh (Soeparno, 1994).
Pemberian Air Minum Domba
Kompisisi tubuh domba, 70% dari berat badannya berupa berupa air.
Kekurangan air di dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba
mengalami dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian. Karena itu, ketersedian
air bersih di dalam kandang untuk minum merupakan hal yang mutlak perlu.
Kebutuhan domba terhadap air tergantung pada banyak faktor, misalnya kondisi
fisiologis, kondisi hijauan, ataupun kondisi lingkungan.
Domba muda relatif membutuhkan air lebih banyak dibandingkan dengan
domba tua. Jika hijauan yang diberikan dan dikonsumsi sudah tua, yang umumnya
berkadar air rendah, domba akan membutuhkan air lebih banyak dibandingkan
dengan hijauan yang masih muda. Jika temperatur lingkungan cukup tinggi,
membutuhkan air sebanyak 1,5-2,5 liter per hari. Sebaiknya, air disediakan dalam
jumlah yang tidak terbatas (Sodiq dan Abidin, 2002).
Sistem Pencernaan Domba
Hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan pada hewan ini
lebih panjang dan kompleks. Pakan hewan ini banyak mengandung selulosa yang
sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda
dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan pakan pada
hewan ruminansia, tempat pada struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang
(molar yang besar), berfungsi untuk mengunyah rerumputaan yang sulit dicerna.
Disamping itu terdapat pada hewan ruminansia modifikasi lambung yang
dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut jala),
omasum dan abomasum. Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan
makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%,
abomasums 7-8% (Prawirokusumo, 1994).
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam
mulut dan gerakan–gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh
kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi
dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang
berupa getah-getah pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga
dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel
Pengolahan Bahan Pakan
Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu
fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat
merupakan fermentasi yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air
untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah
proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair
(Hardjo et al., 1989).
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kecernaan potensial serat kasar (Preston dan Leng, 1987). Peningkatan kuantitas
bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah, dapat dilakukan
melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966).
a. Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk
merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun
dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan
menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,
penggilingan, peletting, penghancuran dan lain-lain.
b. Pengolahan Secara Kimia
Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan
kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah
komponen-komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat
perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari
perlakuan Naoh, KOH, Ca (OH)2 dan urea.
Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan
yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat
berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%
atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1954).
Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang
baik untuk pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan
yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2.
Dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis. Dengan demikian amoniasi
akan serupa dengan perlakuan alkali. Amoniasi dapat menurunkan kadar zat
makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak. Yang berakibat
meningkatkan kecernaan pakan lebih jauh. Dari hasil percoban
Chuzaemi dan Soejono (1987) dengan level urea yang lebih tinggi yaitu 6% dan
8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan
organik juga energinya. Energi tercerna meningkat dari 6,07 MJ menjadi 8,32 dan
9,54 MJ.
c. Pengolahan Secara Biologis
Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah
bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi
kandungan anti nutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh
enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein
enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah
lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi
dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan
lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.
Menurut Saono (1974), fermentasi adalah segala macam proses
metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan
oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan
kimia pada substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi menurut Kuswanto (1989),
adalah konsentrasi gula, pH fermentasi, temperatur, penambahan nutrisi seperti
nitrogen dan fosfor, ammonium sulfat, ammonium fosfat dan lain-lain yang
mengandung N, P, K waktu fermentasi dan aerasi.
Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas
Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat (Suharto, 2003).
Konsentrat
Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan
makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak
sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).
Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup
tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat
dalam pakan akan semakin baik apabila konsumsi serat kasar tidak kurang dari
15 % BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah
formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Siregar, 2003).
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan ternak yang
memiliki potensi yang cukup tinggi, akan tetapi kedua bahan pakan tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal oleh peternakan. Produksi pelepah daun
kelapa sawit dapat mencapai 10,5 ton pelepah kering/ha/tahun. Kandungan
protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masing mencapai 15% BK
(daun) dan 2 – 4% BK (pelepah) (Mathius, 2003). Sementara itu, campuran
kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi
4,8%.
Menurut Direktoral Jenderal Perkebunan, 2008 luas lahan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,1 juta. Sumatera Utara sendiri pada tahun
2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 Ha. Pelepah dan daun
Pelepah kelapa sawit dipanen 1 – 2 pelepah/panen/pohon. Setiap tahun dapat
menghasilkan 22 – 26 pelepah/ pohon/ tahun dengan rataan berat pelepah daun
sawit 4 – 6 kg/pelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai
40 – 50 pelepah/pohon/tahun dengan berat sebesar 4,5 kg/ pelepah
(Jalaluddin dan Hutagalung, 1982).
Hasil panen pelepah ini merupakan potensi yang cukup besar sebagai
pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini belum dimanfaatkan secara
optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti hijauan
(Kawamoto et al., 2002), disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan buah
kelapa sawit.
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit dapat di lihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering 26,07a
Protein kasar 5,02b
Lemak kasar 1,07a
BETN 39,82a
TDN 45,00a
Ca 0,96a
P 0,08a
Energi (MCal/ME) 56,00c
Serat kasar 36,94a
Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003).
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2000). c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000).
Bungkil Inti Sawit
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan
dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak
monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia.
Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan
bobot badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari
bungkil inti sawit ialah 1,5 % dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan
ternak domba. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Uraian Kandungan (%)
Protein kasar 15,4a
TDN 81b
Serat kasar 16,9a
Lemak kasar 2,4a
Bahan kering 92,6a
Ca 0,10c
P 0,22c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).
Dedak Padi
Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim
kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini
disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau
ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras
dengan kulit gabah melalui proses penggilingan dan pengayakan padi
(Parakkasi, 1999). Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah
sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kandungan nilai gizi dalam dedak padi
cukup tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat.
Kandungan nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian Kandungan (%)
Bahan kering 89,6
Protein kasar 13,8
Lemak kasar 7,2
Serat kasar 8,0
TDN 67,0
Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).
Garam
Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan
menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Devisiensi garam lebih
sering terlihat pada hewan herbivora, hal ini disebabkan karena hijauan dan
butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam yaitu nafsu makan
menghilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi
mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1994). Menurut Parakkasi (1999),
kebutuhan domba akan garam sebanyak 9 % dalam makanan.
Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam
hal pertumbuhan dan reproduksi ternak domba, seperti metabolisme protein,
energi serta biosintesa zat – zat pakan esensial (Davendra dan Burns, 1994).
Menurut Murtidjo (1993) juga berpendapat bahwa di Indonesia yang
beriklim tropis defisiensi mineral tertentu merupakan kasus lapangan yang sering
terjadi, dimana hal ini dapat mengakibatkan ternak domba yang dipelihara
mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi pakan tidak dicapai, terjadi
penurunan bobot tubuh dan gangguan kesuburan ternak bibit. Kandungan mineral
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan mineral
Kandungan Zat Kadar Zat (%)
Kalsium karbonat 50,00
Phospor 25,00
Mangan 0,35
Iodium 0,20
Kalium 0,10
Cuprum 0,15
Sodium klorida 23,05
Besi 0,80
Zn 0,20
Mg 0,15
Sumber : Eka Farma disitasi Warisman (2009).
Molases
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai
gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molasses atau tetes tebu juga
mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi
ternak. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi.
Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma.
menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).
Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nutrisi pada molasses
Zat Nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering 92,6
Protein kasar 4,00
Lemak kasar 0,08
Serat Kasar 0,38
TDN 81,00
Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FPUSU (2000)
Urea
Urea dengan rumus molekul Co (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah di peroleh, harganya murah dan sedikit resiko
keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk
kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).
Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagi sumber NPN (Non
Protein Nitrogen) dan mengandung lebih kurang 45% unsur Nitrogen sehingga
pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada
domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentratnya
dalam rumen dapat menimbulkan keracunan (Hartadi, et. al., 1990).
Parameter Penelitian
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan
apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang
berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan
meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging
lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993).
Ransum adalah campuran dari beberapa jenis bahan makanan yang
diberikan pada ternak dalam waktu 24 jam, makanan itu dapat diberikan
seluruhnya sekaligus atau dalam beberapa kali sebagian-sebagian dari padanya.
Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan yang
bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada ternak
dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi
fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum ternak di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino,
tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan pertumbuhan
dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995). Menurut Pilliang (1997), bahwa untuk
memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan ternak
sebanyak 8,0 kilogram.
Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,
mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan
konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993).
Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan
berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang – ulang
dan di ketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau
tiap waktu lainnya (Tillman, et al., 1991).
Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap
minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot
badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).
Konversi Ransum
Konversi ransum sangat penting artinya sebab berkaitan dengan biaya
produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya produksi. Konversi
ini merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana
efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang
diterima oleh peternak (Rasyaf, 1994).
Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik
dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan
akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).
Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik
akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).
Konversi pakan pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai
kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam
jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan
diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak dan Laboratorium
Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dimulai
dari bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih sebanyak
16 ekor dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg. Pelepah daun kelapa sawit
diperoleh dari daerah Kabupaten Langkat. Konsentrat yang terdiri dari bungkil
inti sawit, dedak padi, molasses, urea, mineral mix dan garam. obat-obatan seperti
obat cacing (kalbazen), anti bloat untuk obat gembung, Rhodallon untuk
desinfektan dan vitamin. Air minum diberikan ad libitium.
Alat
Kandang terdiri atas kandang individu 16 unit dengan ukuran 1 x 1 m2
beserta perlengkapannya, ember sebanyak 16 buah tempat pakan dan 16 buah
tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg
dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk
menimbang bahan konsentrat/pakan, terpal plastik untuk mencampur bahan
konsentrat/pakan, alat penerangan, goni plastik tempat pakan, chopper digunakan
dalam dan diluar kandang, alat pembersih kandang, alat penerangan kandang. Alat
tulis untuk mencatat data selama penelitian.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut:
P0: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik (chooper)
P1: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia (fisik + urea)
P2: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis (fisik + Aspergillus niger)
P3: Kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit (fisik, kimia dan biologis)
Metode linier rancangan percobaan yang digunakan menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ti+ Єij
Keterangan:
I = 1,2…. Perlakuan.
j = 1,2….. Ulangan.
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ = nilai tengah umum.
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.
Єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) (Steel dan Torrie, 1993).
Peubah yang diamati
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data
konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang
diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan
yang dilakukan pada pagi hari besoknya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Konsumsi Pakan = Pakan yang diberikan (dalam % BK) – Pakan yang sisa
(dalam % BK)
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot
badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan
selama satu minggu sekali selama 2 bulan, dinyatakan dengan gram per ekor per
hari.
PBBH = bobot akhir – bobot awal (g/ekor) Lama pemeliharaan (hari)
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi angka rata – rata konsumsi
bahan kering per ekor per hari dengan angka rata – rata produksi pertambahan
bobot badan per ekor per hari pada waktu yang sama.
Konversi Pakan =
PBBH (g/hari)
pakan yang dikonsumsi (g/hari)
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan
pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.
Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan Rhodallon
(dosis 10 ml / 2,5 liter air).
Persiapan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 ekor yang terdiri
dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dan tiap ulangannya terdiri dari 1 ekor domba.
Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan
bobot badan domba.
Persiapan Pakan
Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan limbah berupa pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan. Pelepah daun kelapa sawit dirajang menggunakan alat pencincang (chopper). Selanjutnya dilakukan penjemuran dengan sinar matahari.
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan
bahan pakan dimana bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan
dalam pengawetan dan menghilangkan kandungan antinutrisi bahan dapat
dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hungate, 1966).
Pengolahan Pakan
a. Proses Pengolahan Fisik
Proses pengolahan fisik bertujuan untuk merombak stuktur fisik bahan dan
menghilangkan antinutri bahan. Perlakuan fisik berupa pelayuan, pencincangan
dengan menggunakan chopper, kemudian dilakukan penjemuran di bawah sinar
matahari dimana bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pakan, lalu
dapat diberikan pada ternak.
b. Proses Pembuatan Amoniasi (Urea)
Daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan menggunakan
chopper menjadi potongan 2 – 3 cm. Potongan diperciki secara merata dengan
larutan urea 3%. Cacahan kemudian dimasukkan ke wadah yang telah disediakan,
diaduk hingga merata kemudian diusahakan agar kedap udara. Dibiarkan selama
21 hari kemudian diangin-aginkan selama 24 jam, lalu diberikan kepada ternak.
c. Proses Pengolahan Fermentasi (Aspergillus niger)
Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah
bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi
kandungan antinutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh
enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein
mikroorganisme. Perlakuan secara biologis dilakukan dengan menggunakan
Aspergiilus niger dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu
Pelepah daun kelapa sawit yang telah dilayukan dicacah dengan
menggunakan chopper menjadi potongan 2 – 3 cm. Hasil potongan tersebut
ditempatkan pada wadah yang telah disediakan lalu di tabur secara merata dengan
serbuk Aspergillus niger sebanyak 2% pada pelepah daun kelapa sawit yang
cukup basah kemudian ditutupi supaya kedap udara dibiarkan selama 7 hari.
Setelah 7 hari penutup di buka lalu diangin-anginkan 1 hari kemudian hasil
fermentasi di simpan lalu dapat di berikan pada ternak.
d. Kombinasi
Hasil pengolahan fisik, pengolahan kimia dan pengolahan biologi
digabungkan menjadi satu, Dimana hasil gabungan tersebut dijadikan pakan dan
diberikan pada ternak.
Gambar 1. Diagram Pengolahan Bahan Pakan Ternak
Pelepah Daun Kelapa
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah konsentrat, olahan Pelepah daun kelapa
sawit tanpa hijauan segar sesuai dengan perlakuan (P1= Pelepah daun kelapa
sawit diolah secara fisik (chopper); P2= Pelepah daun kelapa sawit diolah secara
mekanik (chopper) + Kimiawi (Urea); P3= Pelepah daun kelapa sawit diolah
secara mekanik (chopper) + Biologi (Aspergillus niger); P4= Kombinasi (P1, P2
dan P3). Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Sisa pakan ditimbang
pada waktu pagi keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi pakan kembali
untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan
penelitian diberikan waktu untuk adaptasi lingkungan dan penyesuaian terhadap
perlakuan pakan selama 10 hari.
Pemberian Obat-obatan
Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan
obat cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/50 berat badan untuk menghilangkan
parasit dalam saluran pencernaan.
Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan bobot badan domba dilakukan saat awal penelitian dan
pengambilan data pertambahan bobot badan selama dua minggu sekali
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah
pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan
jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Rataan konsumsi pakan
domba setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Data rataan konsumsi ternak domba jantan lokal dalam bahan kering selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataantn ± sd
1 2 3 4
P0 310,62 314,85 311,04 304,76 1241,26 310,32±4,16 P1 308,56 309,90 300,68 320,04 1239,19 309,80±7,95 P2 318,40 319,86 318,64 313,73 1270,63 317,66±2,69 P3 297,44 307,66 330,37 330,59 1266,06 316,52±16,66 Total 1235,02 1252,27 1260,72 1269,12 5017,13
Rataan 308,75 313,07 315,18 317,28 313,57
Keterangan: tn= tidak berbeda nyata (P>0,05)
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi pakan yaitu
313,57 g/ekor/hari. Rataan konsumsi yang tertinggi diperoleh P2 (pelepah daun
kelapa sawit diolah secara biologis yaitu Aspergillu niger) yaitu sebesar 317,66
g/ekor /hari dan yang terendah diperoleh P1 (pelepah daun kelapa sawit diolah
secara kimia yaitu urea) sebesar 309,80 g/ekor/hari. Hasil rataan konsumsi pakan
selama penelitian tidak berbeda nyata antar perlakuan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan pelepah daun
kelapa sawit terhadap domba tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan (P>0,05). Ini menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa
sawit yang diolah dengan berbagai perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memiliki
keempat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan
ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya
sehingga kebutuhan domba pada setiap perlakuan sama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Williamson dan Payne (1993), yang menyatakan pengukuran
konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan
seleksi terhadap pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan
kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak
menjadi berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Kartadisastra (1997), yang
menyatakan bahwa kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan
oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya
sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembapan udara) serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang
berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.
Hal ini juga dapat diasumsikan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa
sawit dengan berbagai teknologi pakan mempunyai kandungan nutrisi yang relatif
sama dan ternak yang digunakan homogen baik umur maupun bobot badannya.
Palatabilitas juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan domba jantan
lokal seperti dinyatakan Parakkasi (1995), bahwa tingkat perbedaan konsumsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur,
tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang
berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan yang relatif sama maka tingkat
Jika dilihat secara nilai angka, maka nilai rataan konsumi pakan pada P2
tidak jauh berbeda dengan P3 begitu juga dengan P0 tidak berbeda jauh dengan
P1. Hal ini diasumsikan karena bentuk fisik pakan yang diolah secara P0 dan P1
memiliki bentuk fisik yang hampir sama begitu juga dengan P2 dan P3 sehingga
mempunyai tingkat palatabilitas yang sama. Secara keseluruhan jika dilihat secara
kasat mata, semua bentuk fisik dari pakan hampir sama dan yang membedakannya
tekstur dari pakan tersebut. Pakan yang diolah secara P2 dan P3 memiliki tekstur
yang hampir sama.
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan domba jantan lokal dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu
berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan
g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal setiap perlakuan
yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8. Data rataan pertambahan bobot badan selama penelitian (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd
1 2 3 4
Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).
Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba
yaitu sebesar 43,78 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan yang tertinggi terdapat
pada P2 yaitu sebesar 46,90 g/ekor/hari. Data yang terendah dapat dilihat pada P0
Hasil menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada pertambahan bobot
badan domba jantan lokal selama penelitian berlangsung. Walaupun rataan
konsumsi pakan pada domba menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, namun
pertambahan bobot badannya berbeda nyata. Hal ini diasumsikan karena adanya
perbedaan nilai nutrisi pada setiap pengolahan pelepah daun kelapa sawit. Hasil
analisa menunjukkan bahwa pengolahan pelepah daun kelapa sawit yang diolah
secara P2 yaitu pengolahan secara biologis menggunakan Aspergillus niger.
Namun kandungan nutrisinya tidak jauh berbeda dengan pengolahan secara P3
(kombinasi dari semua perlakuan).
Hasil uji BNJ dapat dilihat bahwa P0 (pelepah daun kelapa sawit
yang diolah secara fisik) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap P1
(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun
kelapa sawit yang diolah secara kombinasi) namun tidak berbeda nyata dengan P2
(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis dengan Aspergillus niger).
Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan yang paling potensial yaitu P2 dan
P3, karena memiliki potensial yang sama.
Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2
(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan
bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat
dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas
pakan sangat menentukan pertambahan bobot badan domba seperti yang
dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi pakan.
tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang
dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi ternak untuk
menaikkan per satuan bobot badan ternak. Rataan konversi pakan domba jantan
lokal setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Data konversi pakan domba selama penelitian
Perlakuan Ulangan
Ket. Pemberian notasi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05).
Rataan konversi pakan yang diperoleh selama penelitian yaitu 7,22.
Konversi pakan yang tertinggi diperoleh pada P0 yaitu sebesar 7,89 dan konversi
pakan yang terendah diperoleh pada P2 sebesar 6,78.
Angka ini berada di bawah angka yang dinyatakan oleh Pilliang (1997),
bahwa untuk memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan
ternak sebanyak 8,0 kilogram. Dari penyataan di atas dapat dikatakan bahwa
pemberian pelepah daun kelapa sawit terhadap domba cukup baik jika dilihat dari
nilai konversi pakannya. Konversi pakan terendah dapat dilihat pada P2 yaitu
sebesar 6,78 yang mana berarti 6,78 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg daging.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa
sawit pada domba menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hal ini
pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.
Sama seperti halnya hasil pertambahan bobot badan, hal ini diasumsikan karena
adanya perbedaan kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit pada setiap
pengolahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995) konversi pakan
pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi
pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.
Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan
bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya.
Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa P2 (pelepah daun kelapa sawit yang
diolah secara biologis dengan Aspergillus niger) memberikan perbedaan yang
nyata terhadap P0 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara fisik) namun
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap P1 (pelepah daun kelapa sawit
yang diolah secara kimiawi) dan P3 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah
secara kombinasi). Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa pengolahan yang potensial
diperoleh pada P2 (pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis
menggunakan Aspergillus niger).
Jika dilihat dari nilai rataannya maka yang paling potensial adalah P2
(pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara biologis). Hal ini diasumsikan
bahwa kandungan nutrisi yang dimiliki P2 dan P3 tidak jauh berbeda, ini dapat
dilihat pada Lampiran kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit. Kualitas
pakan sangat menentukan konversi ransum pada domba. Semakin kecil angka
konversi yang diperoleh maka semakin efesien penggunaan pakan tersebut, seperti
yang dinyatakan oleh Martawidjaja (1998), kualitas pakan menentukan konversi
yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang
dikonsumsi rendah, namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi hasil penelitian terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan dan konversi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian
Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)tn
Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)
Konversi pakan
P0 310,32±4,16 39,35a±1,20 7,89b±0,24
P1 309,80±7,95 42,56ab±3,90 7,33ab±0,79
P2 317,66±2,69 46,90b±2,00 6,78a±0,33
P3 316,52±16,66 46,31b±3,97 6,86a±0,49
Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian pelepah daun kelapa sawit
dengan berbagai pengolahan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap
konsumsi pakan antar perlakuan. Hal ini diasumsikan karena pengolahan pelepah
daun kelapa sawit memiliki bentuk fisik yang hampir sama sehingga
menimbulkan tingkat palatabilitas yang tidak berbeda nyata pula. Tingkat
palatabilitas sangat mempengaruhi konsumsi pakan. Namun pertambahan bobot
badan dan konversi pakan menunjukkan perbedaan yang nyata. Jika dilihat dari
pertambahan bobot badan, maka dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan P2 dan
P3 (46,90 g/ekor/hari dan 46,31 g/ekor/hari) menunjukkan potensi yang sama
karena memiliki notasi yang sama begitu juga dengan konversi pakan. Akan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pelepah daun
kelapa sawit menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsumsi pakan
akan tetapi pengolahan secara P2 (biologis) dan P3 (kombinasi) memiliki
kemampuan yang sama dalam meningkatkan pertambahan bobot badan domba
begitu juga terhadap konversi pakan. Disimpulkan bahwa pengolahan dengan
perlakuan P2 dan P3 merupakan pengolahan yang terbaik selama penelitian.
Saran
Disarankan pengolahan yang baik untuk pelepah daun kelapa sawit yaitu
secara biologis (Aspergillus niger) dan secara kombinasi
DAFTAR PUSTAKA
Ammirroenas, D.E., 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet dengan Bahan Serat Biomassa Pod Kakao (Theobroma cacao L.) untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
____________1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.
Aregheore, E.M., 2000. Crop Residues and Agroindustrial By Product In Four Pacific Island Countries: Availability, Utilization and Potensial Value In
Ruminant Nutrition. Asian-Aust. J. of Anim. Sci. 13 (Supplement B): 266-269.
Balitnak, 2010. Pembuatan Silase Dedak Padi. Unit Komersialisasi Balai Penelitian Ternak.
Belasco, J.C., 1954. New nitrogen coumpound for ruminant A laboratory Evaluation. J.Anim. Sci. 13 : 601 – 610.
Chuzaemi, S dan M. Soejono, 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Ternak Sapi Peranakan Onggole. Dalam: Proceedings Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati.
Davendra, C., 1997. Utilization of Feedings Tuff From The Oil Palm. Feedings Tuff for Livestock In South Asia, Serdang Malaysia.
Davendra, C. dan M. Burns, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Institut Teknologi Bandung dan Universitas Udayana Bali.
[Direktorat Jenderal Perkebunan] 2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2011. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Hardjo, S., N. S. Indrasti dan B. Tajuddin., 1989. Bio-konversi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Hartadi, H. S., Reksohadiprodjo, A. D., Tillman, 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Ternak di Indonesia. UGM-Press, Yogyakarta.
Jalaluddin, S. dan R. I. Hutagalung, 1982, Feeds for Farm Animals from the Oil Palm. University Pertanian Malaysia, Malaysia.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Kawamoto, H, M. Wan Azhari; N.I. Mohd. Shukur; M.S. Ali; J. Ismail and S. Oshiho, 2002. Palatability digestibility and volumary intake of processed
oil fronds in cattle. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9 – 10 September 2003.
Kuswanto, K. R., 1989. Fermentasi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.
[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak]. 2000. Institut Pertanian Bogor-IPB, Bogor.
[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak], 2000. Departemen Peternakan FP USU, Medan.
[Laboratorium Ilmu Makanan Ternak]. 2010. Hasil Analisa Nutrisi Kulit Kakao. Program Studi Peternakan FP USU, Medan.
Mathius, I. W. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan kambing potong. Warta Litbang Pertanian 25 (5): 1-4.
Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaman Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2. IPB Press, Bogor.
Murtidjo, B. A., 1993, Memelihara Domba, Kanisius, Yogyakarta.
Novirma, J. 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian, Universitas Andalas, Padang.
N.R.C, 1995. Nutrien Requiment Of Sheep, National Academy of Sceince, Washinton DC, USA.
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
Bogor, Bogor.
Prawirokusumo, S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. UGM-Press, Yogyakarta.
Pond, W. G., D. D. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition. 4 th
Edition . John Willey and Sons, Inc. New York. p: 273 – 289
Preston, T.R dan R.A. Leng, 1987. Peran Mikroba Rumen pada Ternak Ruminansia. 2013.
Rangkuti, M. A., Musufie., P. Sitorus, I. P. Kompiang, Kusuma Wardani dan A. Roesjat., 1985. Proceeding: Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Saono, S., 1974. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan/Sisa-sisa Produksi Pertanian. Jakarta: LIPI.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S. B., 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin, 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Steel, G.D.R. dan James H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Suharto, 2003. Pengalaman pengembangan usaha system integrasi sapi-kelapa sawit di Riau. Prosiding Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10September 2003. P. 57-63.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadimomodjo dan S. Prawirokusumo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Univeritas Gajah Mada, Yogakarta.
_______________. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tomaszweska, M. W., I. M. Mastika. A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya, 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret, Surabaya.
Widayati. E dan Y. Widalestari, 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana, Surabaya.
LAMPIRAN
Tabel 11. Analisis ragam konsumsi jerami padi sebagai pakan domba jantan lokal
selama penelitian
Keterangan: tn= tidak berbeda nyata
Tabel 12. Analisis ragam rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian
Keterangan: *= berbeda nyata
Tabel 13. Analisis ragam konversi pakan domba selama penelitian
SK DB JK KT F hitung
Keterangan: *= berbeda nyata
Tabel. Susunan ransum
FISIK
kandungan nutrisi bahan jumlah
KIMIA
kandungan nutrisi bahan jumlah
bahan PK SK LK TDN
kandungan nutrisi bahan jumlah
KOMBINASI
kandungan nutrisi bahan jumlah
bahan PK SK LK TDN
pelepah (kombinasi) 50 12,3 29,06 4,38 0
t. jagung 7,5 0,645 0,15 0,2925 0
bis 20,5 3,157 3,4645 0,492 16,605
dedak padi 16 2,208 1,792 1,312 10,288
molasses 4 0,16 0,0152 0,0032 3,24
garam 0,5 0 0 0 0
mineral 0,5 0 0 0 0
urea 1 2,8 0 0 0